KEBENCIAN TUHAN

Oleh Peter B, MA
Ada pengajaran sesat yang diulang berkali-kali
di berbagai zaman. Karena kebodohan umat Tuhan ditambah motif-motif mencari
kemudahan dalam kerohanian, ajaran itu masih dirangkul hingga kini, bahkan
disebarkan sebagai sesuatu yang dianggap alkitabiah dan merupakan  kebenaran.
Intinya, ajaran itu mengatakan bahwa Allah itu
tidak pernah membenci.
Disampaikan di sana, bahwa Allah itu kasih
semata-mata sehingga tidak ada kebencian sedikitpun ada pada-Nya. Berdasar
pemahaman ini, penafsiran berkembang semakin liar sehingga sampai pada
kesimpulan-kesimpulan paling menyimpang yang malah melawan ajaran sejati.
Misalnya, Allah menjadi toleran terhadap dosa. Ia pasti mengampuni dan
mengasihi semua orang bahkan yang menentangnya. Ujung-ujungnya, semua manusia
akan mendapat tempat di sorga karena mustahil 
Allah tega menghukum dan menyiksa manusia di neraka.
Mengapa ini sesat?
Mari saya tunjukkan satu ayat yang merupakan
bukti bahwa Tuhan memiliki banyak kebencian :
Enam perkara ini  yang dibenci TUHAN,
bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:
~ Amsal 6:16 (TB)
Jelas sekali, bukan?
Allah bisa memiliki rasa benci, juga rasa
jijik terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Kebencian rupanya juga ada di hati
Tuhan. Perasaan muak dan marah pun ada pada Dia. Itu berarti ada hal-hal yang
tak dicintai-Nya tetapi tak diinginkan-Nya. Jika didapati-Nya, perkara-perkara
itu pasti dihinakan dan ditolak-Nya.
Tuhan benci akan dosa dan kejahatan, akan
hal-hal yang tidak pernah muncul di hati-Nya dan yang tidak akan pernah
dilakukan-Nya.
Menyimak lanjutan dari Amsal 6;16, kita
menemukan enam bahkan tujuh hal yang dibenci Allah itu.
mata sombong, lidah dusta, tangan yang
menumpahkan darah orang yang tidak bersalah,
hati yang membuat rencana-rencana yang jahat,
kaki yang segera lari menuju kejahatan,
seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan
kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.
~ Amsal 6:17-19 (TB)
Perhatikanlah. Kesemuanya adalah hal-hal yang
jahat. Perkara-perkara yang bukan karakter-Nya, yaitu hal-hal yang tidak akan
pernah Ia lakukan sebab Ia Allah yang kudus dan penuh dengan kasih. Semua yang
disebutkan di atas adalah perbuatan-perbuatan manusia, yang bersumber dari
kasih kepada diri sendiri yang sedemikian besarnya sehingga tega melakukan
sesuatu yang melukai dan menyakiti manusia lain, yang juga mendukakan Tuhan
sendiri, pencipta mereka.
Ia yang bergelar mahakudus, tidak mungkin
membiarkan dan menutup mata atau bersukacita melihat kejahatan dan kecemaran.
Pun, Ia yang adalah kasih, tidak akan dapat tenang hati-nya melihat
perbuatan-perbuatan yang membawa kerugian dan kerusakan bagi orang lain. Allah
harus membenci kejahatan karena Ia mengasihi kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Ia harus membenci dosa karena Ia suka dan berkenan akan kekudusan dan kesucian.
Allah memiliki kebencian di hati-Nya. Itu akan
selalu ada di sana karena kebencian-Nya itu tertuju pada hal-hal yang menentang
sifat-Nya, yang tidak sesuai keinginan serta kerinduan-Nya, yang menghalangi
rencana maupun tujuan-tujuan-Nya yang baik dan sempurna itu.
Adalah kasih karunia Tuhan apabila kita yang
berdosa dan masih kerap jatuh dalam dosa ini masih diberikan kesempatan untuk
hidup hingga saat ini.
Dunia penuh dengan praktek-praktek dosa. Penuh
dengan perbuatan-perbuatan jahat – itu terjadi setiap detik. Di seluruh penjuru
dunia. Itu terus bertumpuk di hadapan-Nya, naik bagaikan sampah yang tak pernah
habis, membawa bau yang busuk dan sangat menjijikkan di hadapan-Nya.
Di masa Nuh, kecenderungan manusia yang
melupakan Dia, yang setiap hari hanya melampiaskan hawa nafsu semata telah
memilukan hati-Nya.
Betapa lebih lagi sekarang ini!
Bahkan di antara umat-Nya, orang-orang
tebusan-Nya, Ia juga mendapati dosa: dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Betapa
sering, gaya hidup kita sebagai orang percaya masih jauh dari menyenangkan
hati-Nya.
Kita sesungguhnya layak menjadi obyek-obyek
kebencian-Nya. Dia pantas merasa jijik dengan kita. Murka-Nya pun mestinya
dijatuhkan pada kita. Namun dalam kasih karunia-Nya yang besar, Ia MASIH
BERSABAR dan MEMBERIKAN KESEMPATAN. Bagi yang berseru-seru memohon kasih
karunia-Nya, Ia menahan diri-Nya; Ia masih mengulurkan tangan penerimaan dan
pengampunan. Sungguh, hanya karena cinta-Nya saja kita masih mendapatkan apa
yang kita nikmati hingga hari ini. Setiap helaan nafas dan semua kebutuhan
hidup yang kita perlu  yang masih kita
bisa peroleh hingga kini adalah karena kemurahan-Nya yang besar atas kita.
Begitu juga hari demi hari dan tahun demi tahun yang masih kita lalui.
Tiap-tiap kali, Ia memberikan satu hari lagi bagi kita supaya kita meninggalkan
cara hidup yang lama, dosa-dosa dan hal-hal yang ditentang-Nya. Ia ingin kita
hidup dalam pertobatan dan ketaatan kepada-Nya.
… Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan
bertobat.
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai
kesempatan bagimu untuk beroleh selamat..
~ 2 Petrus 3:9,15 (TB)  
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu,
bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
~ Roma 2:4 (TB)
Mengingat begitu banyak dosa dan pelanggaran
kita, marilah kita menggunakan waktu yang tersisa dari hidup kita untuk
berhenti membangkitkan amarah-Nya namun lebih lagi mencari limpahan kasih
kemurahan-Nya.
Kebencian di hati Tuhan terhadap kejahatan
manusia mengharuskan-Nya melakukan perhitungan dan pembalasan demi
keadilan-Nya.
Manusia adalah makhluk yang paling
dikasihi-Nya. Untuk itulah Ia merancang jalan keselamatan bagi roh mereka
supaya tidak berakhir pada penderitaan abadi tetapi untuk beroleh kehidupan dan
kemuliaan kekal. Ia mengorbankan segala-galanya, hingga mengutus Anak-Nya yang
tunggal menjadi tumbal bagi seluruh manusia sehingga setiap yang mau percaya,
diampuni dosanya dan diubahkan hidupnya menjadi baru.
Meskipun begitu, ada orang-orang yang tetap
menolak Dia. Iblis berhasil menipu mereka sampai akhir. Tidak semua orang
beroleh iman (2 Tesalonika 3:2).
Apabila waktu dan kesempatan yang diberikan
telah diabaikan begitu saja, maka kebencian ilahi akan menuntut balas. Ia penuh
kasih namun maha adil dalam segala pekerjaan-Nya.
“TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada
beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi
tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman,
  
~ Keluaran 3:6-7
Jika kasih-Nya yang panjang sabar dan
berlimpah itu ditampik, akan ada waktunya Ia akan meminta pertanggungjawaban
dari orang-orang yang memilih untuk melakukan apa yang dibenci-Nya itu.
Kebencian-Nya terhadap dosa membuat Ia harus meremukkan Yesus, supaya terbuka
jalan bagi kita yang berdosa agar tak lagi menjadi kejijikan-nya. Oleh karena
Yesus, kita menerima perkenan-Nya dan diberi kuasa serta kasih karunia hidup
terbebas serta menang atas dosa dan untuk menyenangkan hati-Nya. Penolakan
terhadap tawaran terbaik yang pernah ada bagi manusia ini pastilah membawa
konsekuensi yang serius.
Mengetahui Allah bisa dipenuhi kebencian
terhadap perbuatan kita yang jahat di mata-Nya, jangan lagi menyia-nyiakan
kasih karunia-Nya.
Berawas-awaslah, pintu kasih karunia itu akan
tertutup bersamaan dengan berakhirnya jam kehidupan Anda -yang tak pernah Anda
ketahui dengan pasti kapan itu akan terjadi.  
Jika kita mengaku sebagai
penyembah-penyembah Allah sejati, sudah seharusnya kita membenci apa yang
dibenci-Nya dan memandang jijik akan apa yang memuakkan hati-Nya.
Tuhan berfirman, “Kuduslah kamu, sebab
Aku kudus”.
 Itu mengandung
perintah supaya kita meneladani sifat-Nya, menjadikannya sebagai bagian dari
karakter kita. Dan bukankah kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Kristus
hari demi hari?
Adalah merupakan bagian kita yang mengaku
sebagai umat-Nya, untuk turut mengadopsi apa yang ada di pikiran dan hati
Tuhan.
“Hendaklah kamu …menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)
“Tetapi kami memiliki pikiran
Kristus” (1 Korintus 2:16)
“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di
dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes
2:6)
Bencilah apa yang dibenci-Nya. Jijiklah pada
apa yang dihinakan-Nya. Itulah cara untuk hidup berkenan di hadapan-Nya. Kita
harus ada di pihak-Nya.
Janganlah kita seperti beberapa orang yang
justru melakukan sebaliknya: membenci yang dikasihi–Nya dan mengasihi yang
dibenci-Nya atau merendahkan apa yang dikenan-Nya sambil meninggikan yang
dipandang-Nya rendah. Kebodohan semacam ini hanya mengundang murka Tuhan.
Akhir kata, ingatlah selalu bahwa Allah yang
kita sembah memiliki kebencian. Biarlah hal-hal yang membuat-Nya benci itu tak
didapati-Nya ada dalam hidup Anda. Segeralah berbalik dari jalan yang
dipandang-Nya keji. Datanglah dalam pertobatan dan kerendahan hati. Niscaya
kasih karunia masih akan dianugerahkan bagi Anda.
Di atas itu semua, peganglah standar Tuhan.
Berdoalah supaya apa yang ada di hati dan
pikiran Allah juga ada dalam hati dan pikiran Anda.
Kiranya Allah berkenan menolong kita.
Demikianlah kamu harus berpegang pada segala
ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu, supaya jangan
kamu dimuntahkan oleh negeri ke mana Aku membawa kamu untuk diam di sana.
Janganlah kamu hidup menurut kebiasaan bangsa
yang akan Kuhalau dari depanmu: karena semuanya itu telah dilakukan mereka,
sehingga Aku muak melihat mereka.
~ Imamat 20:22-23 (TB)
Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *