1 Petrus 5:6-11
6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
10
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika
lamanya.
11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Lebih dari satu kali Petrus menekankan kekuatan dan kemampuan Allah yang perkasa dalam nats di atas.
“Tangan Tuhan yang kuat” (ay. 6)
“IA yang memelihara kamu” (ay. 7)
“Allah, SUMBER segala kasih karunia” (ay. 10)
“Kemuliaan-Nya kekal” (ay. 10)
“(Dia yang sanggup) melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan (kita)” (ay. 10)
“Ialah yang EMPUNYA KUASA SAMPAI SELAMA-LAMANYA” (ay. 11)
Artinya,
TUHAN lebih dari sanggup membebaskan, menolong, membela, menjaga,
melindungi dan melakukan apapun yang perlu demi anak-anak-Nya.
Kita tiada perlu kuatir dalam hidup ini sebab Dia telah menetapkan diri-Nya memelihara kita yang percaya kepada-Nya.
Meski demikian, perhatikanlah, bahwa itu tidak terjadi begitu saja dalam hidup kita.
Tidak
digambarkan dalam nats itu bahwa kita tinggal berbaring atau duduk
santai sedangkan pelayan-pelayan sorgawi datang melayani kita bagaikan
seorang pangeran atau putri kerajaan yang dimanjakan bapanya yang
seorang raja diraja.
Kita diperintahkan untuk:
1) merendahkan diri (ay. 6)
2) tidak memegang erat kekuatiran kita sendiri melainkan menyerahkannya (ay. 7)
3) selalu sadar dan berjaga-jaga terhadap musuh (ay. 8)
4) melawan iblis dengan iman yang teguh (ay. 9)
5) menanggung penderitaan seketika/sementara waktu lamanya (ay. 9b,10b)
Itu
berarti bahwa kemahakuasaan Tuhan dan kesanggupan-Nya menjamin hidup
kita tidak menghilangkan peran dan bagian kita di hadapan-Nya. Bahkan
kita masih diijinkan menanggung penderitaan selama hidup kita.
Ada kerja sama antara kita dengan Allah untuk melihat kuasa-Nya nyata di hidup kita.
Selagi kita fokus melakukan bagian kita, Allah sudah pasti setia melakukan bagian-Nya.
Itu sebabnya pikiran kita seharusnya TIDAK KITA ISI dengan pikiran-pikiran ini:
“Tenang
saja. Tuhan pegang kendali. Kalau Dia tidak mengijinkan maka tidak akan
terjadi. Semua dalam kontrol Tuhan. Pasti tidak terjadi yang buruk
karena Tuhan pasti mendatangkan yang baik”
“Aku anak
raja. Bisa melakukan apapun dan mengklaim apapun demi kenyamanan dan
kesenanganku. Dia sumber segala berkat dan pasti memberikan apa yang aku
minta”
“Tidak mengapa. Kalau nanti aku terjerat banyak
problem meskipun semuanya karena perbuatan dan perkataanku sendiri tapi
kan Tuhan berjanji menolong dan berikan mujizat-Nya kalau aku berseru
kepada-Nya? Santai saja. Kita punya Tuhan yang hebat”
Sudah seharusnya, mengetahui firman di atas, kita MEMIKIRKAN HAL-HAL INI:
“Sudahkah aku merendahkan diri di hadapan Tuhan hari ini? “
“Apakah hidupku mencerminkan suatu sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan?”
“Bagaimana merendahkan diri dan menyerahkan kekuatiran itu seharusnya?
“Sudahkah hidupku aku jaga supaya senantiasa sadar dan berjaga-jaga terhadap serangan iblis?”
“Adakah imanku teguh melawan kuasa-kuasa kegelapan?”
“Tahukah aku bahwa hidup mengikut Yesus juga termasuk menanggung derita di dunia ini?”
Pendeknya,
kita perlu lebih banyak memikirkan bagian kita setelah kita tahu bahwa
dari pihak Allah tidak mungkin berdusta atau tidak setia menepati
janji-Nya.
Jika hati dan pikiran kita selalu terarah
pada apa yang Allah sanggup lakukan bagi kita maka kita akan menjadi
anak yang manja, suka merengek-rengek dan menjadi ngambek jika Dia tidak
menuruti keinginan dan harapan kita. Pada saat itu, seharusnya kita
mulai mempertanyakan apakah kita benar-benar mengetahui jalan-jalan
Tuhan atau selama ini kita mencari manfaat demi kepentingan sendiri
dalam hubungan dengan Tuhan.
Putra putri raja yang
dewasa dan memahami otoritas kerajaan tidak menggunakan otoritas itu
untuk melampiaskan keinginan dan ambisi pribadi. Mereka mengerti ada
tanggung jawab, kewajiban, tugas dan bagian yang harus mereka lakukan
dalam hidup mereka sebagai putra putri Allah. Keselamatan kita telah
dijamin namun hidup bersama Tuhan bukan hidup sesuka hati kita sendiri.
Ada
sikap merendahkan diri. Ada iman yang teguh. Ada penyerahan ketakutan
lalu menggantinya dengan keteguhan hati. Ada perlawanan dan konfrontasi
dengan kuasa kegelapan. Ada penderitaan yang harus kita alami dan
tanggung selagi berjalan bersama Tuhan. Paham dan siapkah kita akan
semuanya itu?
Hidup bersama Tuhan tidak selalu lancar
dan mulus dimana seluruh tantangan, kesulitan dan bahaya akan dibereskan
Tuhan bagi kita.
Dia yang Mahakuasa menggunakan kekuasaan-Nya
sesuai dengan hikmat dan kehendak-Nya atas masing-masing kita, seturut
rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita.
Mujizat masih
ada dan masih dilakukan Tuhan. Tapi itu bukan berdasarkan kehendak dan
kemauan kita. Allah melihat dan menghargai iman kita dengan mengganjar
kita dengan berkat-berkat terbaik yang ada pada-Nya. Hanya saja, itu
diberikan dalam konteks yang Dia inginkan. Bukan seperti selalu yang
kita mau. Seperti yang Petrus katakan: supaya kamu ditinggikan-Nya PADA
WAKTUNYA!
Itu sebabnya selalu akan ada tahap-tahap sukar dan berat yang kita lalui.
Meski begitu, dalam segala keadaan kita boleh yakin, Dia tidak pernah meninggalkan kita sendiri.
Dalam
cara dan jalan yang (mungkin) tidak kita pahami dimana kita harus
melalui jalan terjal dan menurun, Dia PASTI akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kita.
SALAM REVIVAL.
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.