KESESATAN YANG BESAR DIMULAI DARI SESAT DALAM BERDOA

Oleh: Ruth Yanti
Tampinongkol

Beberapa
waktu lalu saya bersama dua rekan di Malang berniat untuk berkunjung
ke kota Semarang. Saya berdoa dan berharap ada sesuatu yang Tuhan
akan berikan untuk dapat saya pelajari di kota ini.

Satu
minggu sebelum berangkat ke Semarang, saya bermimpi sedang menghadiri
undangan sebuah acara resmi bersama rombongan para pemimpin rohani
(hamba Tuhan) tapi melihat wajah-wajah mereka yang kebanyakan pria
hampir tidak seorang pun yang saya kenal. Meski demikian saya melihat
suasana penuh keakraban.

Kami disambut dengan sangat baik dan
dibawa kepada sebuah ruangan jamuan makan yang sangat luas dan besar.

Masing-masing dengan satu meja di depan kami. Diatas meja
tersedia berbagai hidangan yang telah disiapkan, dan di depan kami
berdiri para pelayan-pelayan (pria dan wanita) yang serempak
berseragam berwarna ungu gelap kehitaman yang melayani kami. Saya
melihat tatapan mereka begitu ramah mengawasi kami untuk memastikan
bahwa kami menikmati semua sajian yang disediakan.
Mereka bukanlah
pelayan restoran tetapi orang-orang dari berbagai profesi yang
memberi diri untuk melayani tamu-tamu undangan.

Saya ingat
sekali sajian makanan pertama yang diberikan adalah bakso kuah, belum
selesai makan sudah ditambah makanan dengan menu lauk yang berat dan
terus menerus ditambah.
Saya berpikir, bagaimana caranya makan
sebanyak ini?

Namun ada sesuatu yang membuat saya
terheran-heran, sementara makan dan hampir menghabiskan bakso itu
perut tidak cukup kenyang (masih terasa lapar) dan seolah saya ikut
merasakan semua orang dalam rombongan itu juga merasakan hal yang
sama. Saya memperhatikan para pelayan itu sibuk mencedok hidangan
keatas piring kami masing-masing dan saya perhatikan rombongan
sekeliling saya begitu menikmati hidangan yang disajikan. Mereka
terus makan dengan lahapnya.

Ketika saya melanjutkan makan
hidangan kedua dari ketiga hidangan yang sudah disajikan, saya
mendengar ada suara berbisik di hati: “makanlah semua karena
kamu tidak akan merasa kekenyangan”. Hati saya bertanya-tanya,
mengapa demikian? makanan sebanyak dan seberat ini tapi tidak bisa
membuat kenyang? saya terdiam dan terus bertanya dalam hati.

Saya
berpikir jika semuanya tidak mengenyangkan untuk apa saya
lanjutkan/habiskan, seketika itu juga saya putuskan untuk berhenti
makan karena merasa cukup.
Sementara masih ada hidangan yang
tersisa diatas meja, saya cukup terkejut saat melihat meja rombongan
sekeliling saya ternyata semuanya habis bersih sama sekali.

Setelah
selesai menikmati jamuan makan, kami dibawa ke ruang pertemuan.
Ternyata itu adalah sebuah pertemuan untuk terjalinnya kesatuan umat
Kristen dan Katolik.
Meskipun berbeda pandangan tetapi keramahan
para pemimpin inilah yang menyatukan keduanya.
Acara tersebut
tidak hanya dihadiri oleh hamba Tuhan, jemaat tapi juga para pejabat
bahkan Presiden Jokowi.

Ditengah-tengah acara itu saya
melihat jelas sisi lain dimana meski tidak tampak secara jasmani tapi
saya melihat kepalsuan diantara umat-umat Tuhan. Kesatuan itu
terjadi karena banyak orang telah tertipu dengan tampilan jasmani
karena sebenarnya manusia batiniah mereka tidak pernah benar-benar
diubahkan.

Setelah pemandangan itu, saya melihat
pemandangan yang lain dimana pak Jokowi dalam sebuah pidato
menyampaikan bahwa pak Prabowo sekarang sudah banyak berubah menjadi
baik sehingga tidak perlu meragukan untuk bekerjasama (mempercayai)
dengannya.

Melalui pernyataan itu, Tuhan seperti menunjukkan
bahwa Jokowi sedang tertipu dengan tampilan (tertipu oleh kebohongan
lawan) sehingga ini sangat membahayakan posisi beliau sendiri sebagai
Presiden karena mengupayakan kesatuan dengan merangkul pihak lawan.

Dua kesamaan yang saya lihat dalam kehidupan umat Tuhan dan
pemerintahan. Keduanya sedang tertipu oleh tampilan manusia dan
bermaksud menjalin kesatuan. Keduanya hanya melihat dari sikap atau
perbuatan baik yang ditampilkan.

Ketika saya terbangun, hari
sudah pagi. Saya merasakan suasana damai sejahtera yang begitu dalam.
Lalu Tuhan memerintahkan hati saya segera membaca kitab Amsal 27.
Saya bergegas bangun, membuka dan membaca Alkitab perlahan-lahan.
Betapa terkejutnya saat menemukan satu ayat yang membuat saya
menemukan potongan (petunjuk) dari mimpi yang Tuhan berikan.


Amsal
27:20 (FAYH)
“Hawa nafsu sama saja dengan alam maut;
KEDUA-DUANYA TIDAK PERNAH MERASA PUAS.”

Hari Minggu 18
November saya bersama dua orang teman (suami-istri) yang adalah
seorang profesional muda berangkat ke Semarang. Tidak ada rencana
atau keperluan khusus, tapi kami punya agenda salah satunya adalah
mengunjungi bukit doa Getsemani yang ada di Semarang. Disana kami
bertemu dengan teman-teman gereja lama dari kota Palembang. Mereka
adalah para pemimpin rohani dan para pengusaha ternama. Kami pun
bergabung menjadi satu rombongan selama di Semarang.

Singkat
cerita saat kami berkunjung di bukit doa tersebut untuk menanyakan
informasi, ternyata (sesuai peraturan yang ada) kami tidak bisa bebas
keluar masuk tapi harus tinggal disana minimal dua hari. Kami sepakat
dan memutuskan tinggal disana. Kami tiba di bukit doa kira-kira pukul
21.00 WIB.

Setelah masuk kamar tidur saya merebahkan tubuh
sejenak.
Saat baru saja berbaring saya merasakan dan mendengar
sangat jelas atmosfir rohani di tempat itu penuh suara-suara jeritan,
rintihan, teriakan kesakitan dan seruan doa-doa permohonan yang terus
berkumandang. Tuhan menaruhkan bahwa ini adalah tempat permohonan
dimana doa-doa dinaikkan. Atmosfir doa-doanya begitu terasa.

Setelah
beristirahat, tepat pukul 24.00 WIB kami keluar menuju goa doa, yaitu
ruangan-ruangan kecil berukuran 1x2m di lokasi yang sunyi (jauh dari
kamar). Meski agak gelap karena dibawah pohon-pohon rindang tapi di
dalam goa ada lampu-lampu kecil sebagai penerang. Teman-teman berdoa
berdua dan bertiga dalam satu ruangan tapi saya memilih seorang diri.

Di dalam goa itu adalah kesempatan untuk saya menikmati
Tuhan. Tidak ada kata yang bisa terucap selain air mata yang mengalir
karena mengalami kehadiran Tuhan yang begitu dekat. Tidak ada
permintaan apapun, hanya bisa menangis dalam rasa haru akan kasih
Tuhan. Dalam keheningan itu saya mendengar teman-teman berseru-seru
dengan suara nyaring dan tangisan memohon pertolongan Tuhan atas
setiap persoalan yang hadapinya. Meski demikian saya tidak terganggu
dan tetap menikmati kebersamaan dengan Tuhan.

Mereka selesai
lebih cepat dan saya masih tinggal di goa seorang diri karena larut
dalam suasana ilahi. Saya mengalami satu momen dimana mata, telinga
dan hati saya merasakan dengan sangat jelas bunyi langit terbuka
lebar saat pergantian/pergeseran malam menuju fajar. Bagi saya ini
adalah sebuah anugerah karena diijinkan melihat dan merasakan
peristiwa ini untuk pertama kalinya. Karena itulah yang sebenarnya
terjadi setiap kali kita datang kepada-Nya dalam doa.
Tuhan
menaruhkan bahwa inilah saat-saat/waktu terbaik untuk menaikkan
permohonan doa, yaitu dalam keheningan dan kesendirian bersama dengan
Tuhan.

Saya mulai menangkap sesuatu dimana Tuhan ingin saya
melihat bagaimana orang-orang (umat Tuhan) berdoa di tempat itu.
Dalam air mata dan rasa syukur saya menutup doa dengan sebuah
permohonan supaya Tuhan berkenan membawa saya lebih dalam masuk
hadirat-Nya dan mengerti hikmat serta pimpinan-Nya setiap hari dalam
kehidupan saya.

Salah seorang hamba Tuhan dari Gereja Mawar
Sharon yang sudah langganan berdoa disana menyampaikan kepada kami
bahwa tempat ini dikunjungi oleh banyak hamba Tuhan besar dan
ternama. Mulai dari Pdt. Abraham Alex, Pdt. Niko, Pdt. Timotius
Arifin, Pdt. Philip Mantofa, Pdt. Petrus Agung, dll.

Sebelum
menjadi orang-orang besar mereka telah berdoa sebelumnya di tempat
ini. Salah seorang diantaranya pemimpin gereja di Semarang, saat
masih miskin berdoa minta mobil dan keesokan harinya Tuhan kirim
mobil. Akhirnya cerita ini menjadi kesaksian dimana-mana juga
diajarkan kepada murid-murid sekolah Alkitab yang letaknya dibelakang
bukit doa tersebut dan membawa banyak hamba Tuhan juga umat Tuhan
datang dengan membawa pergumulan dengan harapan memperoleh mujizat
Tuhan di tempat ini.

Dan benar adanya, hampir semua
teman-teman rombongan saya melakukan hal yang sama. Mereka datang
ternyata membawa pergumulan yang sangat berat, saya cukup shock saat
mendengar sharing mereka. Salah satunya seorang gembala yang juga
pengusaha tiba-tiba usahanya jatuh dengan hutang 16 miliar. Isterinya
bergumul untuk suaminya yang kabur ke kota lain karena menjadi
buronan. Dua diantaranya juga pengusaha yang sedang jatuh dan
merindukan pemulihan keuangan. Mereka adalah para donatur
gereja-gereja di kota dimana mereka tinggal bahkan melayani
orang-orang miskin namun Tuhan ijinkan mengalami kerugian. Mereka
berdoa dan berharap keadaan mereka dipulihkan jauh lebih baik dari
sebelumnya.

Saya menjumpai hampir semua orang dari kota-kota
yang sangat jauh dengan berbagai denominasi gereja datang hanya untuk
memohon pertolongan Tuhan bukan untuk mencari kehendak Tuhan.

Dalam
pertemuan pertama doa pagi bersama, Tuhan menyampaikan dalam hati
saya bahwa Dia senang menjawab doa-doa umat-Nya. Meski demikian hati
saya sangat sedih karena mendapati bahwa meski Tuhan senang menjawab
doa umat-Nya akankah kita terus menerus memanfaatkan-Nya demi
memuaskan kebutuhan/kepentingan daging kita semata tanpa ada
kerinduan untuk mencari tahu isi hati-Nya?

Melalui hal ini
Tuhan memberikan sebuah hikmat bahwa tempat itu adalah gambaran
keadaan yang ada dalam mimpi saya:


Pertama,
ruang jamuan makan yang besar. Disini tamu-tamu undangan menghadapi
jamuan makanan yang melimpah dengan meja-meja pribadi.

Ruang
jamuan makan adalah sebuah tempat persekutuan (yang sangat
akrab/intim) dengan Tuhan secara pribadi.

Ini adalah goa-goa atau
tempat-tempat doa pribadi dimana desain ruangannya terdiri dari satu
matras tipis di lantai untuk duduk dan bangku kecil.

Di
tempat ini semua orang bebas berdoa dan meminta sepuasnya untuk
kebutuhan pribadi. Seolah tidak ada batasan, mereka terus menerus
meminta perkara-perkara jasmani yang besar dan melimpah. Seperti
orang makan dan tidak bisa berkata cukup. Mereka meluapkan semua
keinginan-keinginan mereka dalam seruan doa. Mereka tidak memahami
bahwa KEPUASAN DI DALAM TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA KESUKSESAN YANG
SERINGKALI TERLUPAKAN.

Kedua, dalam
ruang jamuan itu ada pelayan-pelayan dari berbagai profesi yang
melayani. Mereka adalah para pengusaha yang menjadi donatur pelayanan
di berbagai gereja, mereka mengorbankan/mempersembahkan kekayaannya
untuk melayani/memuaskan para hamba Tuhan karena mereka berharap para
hamba Tuhan tersebut terus mendoakan supaya mereka semakin
berkelimpahan. Dengan cara itu juga mereka bebas
mengatur/menguasai/mengendalikan hidup seorang hamba Tuhan dan
gereja-gereja bahkan tidak sedikit yang bersikap merendahkan para
hamba Tuhan.

Gambaran ini pun nampak jelas terlihat dalam
rombongan kami dimana salah seorang pengusaha berbicara kasar tanpa
rasa hormat kepada ibu gembalanya dan saya melihat ibu gembala
tersebut hanya diam bahkan berdalih dengan mengatakan meski ia
bicaranya kasar tapi hatinya baik suka memberi/menabur untuk Tuhan.
Ibu tersebut juga menyampaikan bahwa beberapa pengusaha di gerejanya
hendak membunuh suaminya dan mengeroyok serta menganiaya salah satu
pekerjanya karena ingin mengambil alih gerejanya sehingga ibu gembala
tersebut harus pergi ke luar kota membawa semua barangnya demi
keamanan. Pihak gereja enggan melaporkan kepada pihak kepolisian
karena menjaga nama baik gereja.

Ketika saya bertanya mengapa
tidak keluar saja dari gereja tersebut dan hidup dengan iman daripada
diatur manusia (gembala senior) dan bukan Tuhan, ibu gembala ini
menjawab karena masih membutuhkan gaji untuk biaya anaknya sehingga
harus bertahan meskipun suaminya harus bertaruh nyawa karena setiap
hari menghadapi ancaman.

Ketiga, ruang pertemuan. Tempat
berkumpulnya para hamba Tuhan dan umat Tuhan (baik Kristen maupun
Katolik) untuk menjalin kesatuan.

Selain goa doa disana juga
tersedia ruangan pertemuan doa umum yang bisa digunakan untuk berdoa
kelompok bersama-sama.

Di tempat itu semua orang juga menaikkan
syafaat yang sama. Mereka sehati sepikir untuk mendoakan pokok-pokok
doa yang tidak jauh berbeda dengan doa-doa pribadi mereka yang penuh
keserakahan. Untuk gereja supaya dipenuhi ribuan jiwa-jiwa (tanpa
pemuridan), keluarga dan usaha pekerjaan yang diberkati berkelimpahan
(tanpa pengenalan akan Tuhan). Juga untuk pemerintahan yang aman
penuh damai sejahtera (tanpa ada konflik). Hampir tidak ada pokok
doa yang dinaikkan atas petunjuk sesuai kerinduan Tuhan.


Dalam
ruang pertemuan itu puji-pujian dinyanyikan serempak seperti paduan
suara dalam irama dan suara yang mempesona. Mereka bernyanyi
bergantian bersama rombongan masing-masing: entah para pengusaha,
para pelayan gereja ataupun para hamba Tuhan dan jemaatnya.
Setiap
telinga yang mendengar pasti akan merasakan kekaguman akan
suara-suara nyanyian permohonan doa yang mereka naikkan. Sayangnya
mereka tidak menyanyi untuk Tuhan tetapi sedang melayani, menghibur
dan memuaskan diri sendiri.

Mereka juga bertekun dalam
pembacaan ayat-ayat Alkitab, ada yang menghabiskan satu pasal, dua
hingga tiga pasal dalam setiap pembacaan karena sedang menjadi sebuah
tren (pergerakan baru) di gereja-gereja. Mereka menganggap bahwa itu
adalah bentuk pemuridan yang Tuhan kehendaki tetapi tidak menyadari
bahwa mereka sedang menipu diri sendiri karena menggunakan ayat-ayat
hanya untuk meneguhkan keinginanya terlebih membenarkan diri sendiri
namun tidak pernah memberikan hatinya untuk benar-benar diremukkan.

Semua ini diteguhkan selama dua hari pertemuan di bukit doa
itu, saya melihat jelas bukan hanya bagaimana mereka berdoa tetapi
juga karakter mereka. Cara berbicara mereka. Ketaatan mereka pada
tata tertib yang ada dimana menggunakan ruangan melebihi jam batas
yang ditentukan sehingga mendapatkan teguran dari petugas/penjaga.
[meskipun hanya seorang diri tapi saya memilih meninggalkan ruangan
tepat waktu].
Kehidupan yang tidak benar-benar mencerminkan para
pengikut Kristus karena penuh kepalsuan. Menyanyikan syukur namun
penuh keluhan karena AC dalam ruangan tidak terlalu dingin, menu
makanan yang disediakan tidak seenak makanan diluar. Mengajarkan
tentang iman kepada Kristus dalam pertemuan tersebut namun hidup
sebagai budak mamon/dunia.

Tuhan mengijinkan saya melihat
semuanya supaya melihat kebutuhan utama gereja bukanlah mujizat
tapi perubahan karakter, kepuasan rohani dan bukan jasmani, mencari
kehendak Tuhan dan bukan memuaskan keinginan daging.
sayangnya
mereka tidak pernah benar-benar menyadarinya.

Tuhan
menjelaskan bahwa inilah wajah-wajah yang saya lihat dalam mimpi itu,
dimana meskipun saya satu rombongan dan bersama-sama tapi benar-benar
tidak mengenal mereka sebagai sesama hamba Tuhan ataupun para
pengikut Kristus.
Meskipun orang-orang yang secara dunia maupun
kepemimpinan rohani memiliki reputasi namun karakternya sama seperti
orang fasik.

Pada sesi terakhir doa bersama di hari kedua,
mereka menyanyikan lagu pujian sorak sorai karena percaya Tuhan sudah
mendengar doa-doa mereka. Dan yang membuat saya terkejut dan tertawa
adalah mereka menutup doa dengan sebuah permintaan dan keyakinan
bahwa tahun depan kami satu rombongan akan berangkat ke bukit doa di
Korea bersama-sama. Bahkan mereka sudah membicarakan untuk mengatur
waktu untuk kembali melakukan wisata rohani di Yerusalem pada tahun
selanjutnya. Saya tertawa karena merasa heran betapa rakusnya mereka
ini, tidak cukupkah dengan semua yang sudah mereka minta??

Sepulang dari bukit doa Getsemani, kami sempatkan untuk
berkunjung ke bukit doa khusus orang-orang Katolik di Goa Maria.
Disana pun saya mengamati pemandangan yang sama dimana banyak orang
datang dengan berbagai pergumulan doa. Beberapa orang nampak
mempersembahkan seikat bunga segar karena doa-doa yang mereka naikan
sebelumnya ditempat itu telah dikabulkan.

Tuhan menaruhkan
sebuah kesimpulan bahwa kesesatan yang begitu dalam (akibat pengaruh
kebodohan dan roh agamawi) telah menguasai bidang doa. Dan kebodohan
rohani ini berdampak luas hingga pada pemerintahan. Kejatuhan yang
terjadi hari ini adalah buah yang dihasilkan dari ajaran hamba-hamba
Tuhan sebelumnya.

Tentang permohonan doa-doa ini, Tuhan
menaruhkan sebuah gambaran tentang kehendak bebas seperti kisah
seorang bapa kepada anak bungsunya yang memberikan apa yang diminta
anaknya namun yang terjadi setelah menerima kekayaan itu anaknya
semakin miskin dan kotor karena menjadi budak dunia.
[Tuhan bisa
memberikan kekayaan karena Dia pemilik segala kekayaan tetapi
sebenarnya bukan itu yang dikehendaki dari anak-anak-Nya].
Seperti
anak bungsu yang hidup jauh dari bapanya demikian mereka keluar dari
kasih karunia Bapa. Meskipun mereka menikmati berbagai kelimpahan dan
kenyamanan tetapi jauh dari kehendak Bapa sehingga hati Bapa tetap
berduka merindukan pemulihan hati anak-anak-Nya.

Tuhan
menaruhkan bahwa gereja-gereja dan para pemimpin doa khususnya harus
mengubah doa-doanya:
Doa bukanlah sekedar permintaan tetapi
sebuah gaya hidup. Mereka harus memiliki gaya hidup seperti yang
diajarkan oleh Daud dan Yesus, yaitu meminta HIDUP DI HADIRAT TUHAN
sebagai satu-satunya kerinduan dan MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN sebagai
satu-satunya kepuasan.

Satu hal yang kuinginkan dari
Allah, yang sungguh-sungguh menjadi kerinduanku, ialah berbakti di
dalam rumah-Nya, hidup di hadirat-Nya sepanjang umurku, dan
bersukacita atas kesempurnaan dan kemuliaan-Nya yang tidak ada
taranya.
~ Mazmur 27:4 (FAYH)

Kata Yesus kepada mereka:
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
~ Yohanes 4:34 (TB)

Saat
berdoa kita seperti sedang menghadapi jamuan makan, yaitu sesuatu
yang menyenangkan. Disanalah hati kita diuji Tuhan. Apakah
menginginkan Tuhan sendiri sebagai satu-satunya kepuasan atau
menginginkan makanan (perkara-perkara jasmani) yang tidak pernah
benar-benar memuaskan?
Dalam hal ini Tuhan membawa saya melihat
dengan jelas bahwa doa yang sesungguhnya bukanlah tentang keinginan
kita tetapi keinginan Tuhan. Bukan hal-hal yang menyenangkan
(memuaskan nafsu) kita tetapi semata-mata menyenangkan hati
Tuhan.
Itulah yang perlu umat-Nya minta dan doakan dalam ketulusan
kepada Tuhan.

Tuhan menaruhkan hikmat untuk merenungkan
kembali ayat yang sebelumnya Tuhan berikan dalam Amsal 27:20. Dalam
terjemahan baru dikatakan bahwa “ketidakpuasan hanya ada di
dalam dunia orang mati dan kebinasaan”
, artinya SIKAP HATI
MANUSIA YANG TIDAK PERNAH MERASA PUAS MENUNJUKKAN BAHWA SEBENARNYA
MEREKA MASIH TINGGAL DI ALAM MAUT (DALAM KEBINASAAN) meskipun mereka
mengaku sebagai hamba-hamba Tuhan.

Pada bagian akhir
perenungan ini Tuhan menaruhkan supaya umat Tuhan perlu waspada
bagaimana para pemimpin mengajar mereka. Jika bertentangan dengan apa
yang Yesus sendiri ajarkan maka mereka harus berani
menghindarinya:

Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang
bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan
perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
Sebab
orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi
melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang
muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang
yang tulus hatinya.
~ Roma 16:17-18 (TB)

Pesan penting
yang Tuhan ingin sampaikan melalui perenungan ini adalah supaya
gereja dan para pemimpin doa dapat bergerak melalui doa-doa sesuai
petunjuk Tuhan untuk mengubahkan keadaan rohani bangsa ini sehingga
umat Tuhan, gereja dan para pemimpinnya dibebaskan dari kesesatan
dunia dan kembali kepada kebenaran Tuhan.

Bagaimana
langkah-langkah untuk dapat mengerjakannya akan kita pelajari bersama
pada artikel berikutnya.

Tuhan

Yesus
menyertai perjuangan kita.

*) NB: Tidak diperkenankan untuk
menyebarluaskan tulisan ini tanpa ijin dari penulis.

2 komentar pada “KESESATAN YANG BESAR DIMULAI DARI SESAT DALAM BERDOA

  1. Saya melalui bacaan diatas mendapat pembelajaran betapa egoisnya Kita didalam kehidupan sehari- Hari Dan itu tercermin dalam kehidupan rohani Kita. Berdoa untuk meminta dan beriman Tuhan akan menjawab memenuhi keinginan saya,itu adalah manipulasi yang Saya lakukan. Terima kasih sudah berbagi Dan membuat Saya sadar untuk hidup menurut kehendak Nya Dan menjadikan Tuhan sebagai pemimpin bukan pelayan yang memenuhi keserakahan Kita dalam berdoa��

  2. Nobody can fool God. He could see your heart and know what's in your mind. We as Christian as diciple of Jesus not a church or religions. If you follow priest, you go with the priest or pastor, if you follow christian or catolic or ortodok, you go with , if you follow Jesus and do God's will, are allowed to enter the kingdom of God. If you are follow a man such as priest, pastor,bishop even pope, ustadz, you are a fool. Who are they? No one. They are sinner like us. Salvation is a matter of the heart. Church is not a building. Church is us – the Christian , a community of believers around the world. But beware , some are fake -those who think that a church is a place to make money from donations by church members, some are truthful (really serving God). Who says that Jesus is religion ? He never came with any religion. He is always against religions because it is doing business not serving God. Religion is always a man – made. Christianity is all about relationship with God. Why does One God has so many religions and denominations ? To whom are you listening ? Christianity is about following Jesus and do what He said. It doesn't matter wether you are protestan, catolic or ortodock. God knows His sheeps. He is a sheperd. Who care who you are ? What God really care is what's in your heart or mind ? You cannot fool God. You shall know them by their fruit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *