Membaca ayat-ayat di atas mengingatkan saya akan kisah-kisah tokoh-tokoh superhero khayalan anak-anak. Di masa kanak-kanak dahulu. Membaca komik adalah suatu kesenangan yang tiada habisnya. Selain buku-buku komik masih sulit diperoleh dan cukup mahal sehingga kesempatan tersebut jarang, kisah-kisah menarik dan seru dari para pahlawan khayalan itu selalu membuat saya terkagum-kagum dan berpikir, “Ah, Seandainya mereka itu nyata. Seandainya saya mempunyai tokoh penolong seperti itu”. Mulai dari Superman, Batman, Spiderman hingga Tarzan semuanya terlihat begitu terpaksa setiap kali orang banyak atau sahabat mereka membutuhkan pertolongan. Segera saja pertolongan itu datang dan menyelamatkan Dari setiap bahaya dan musuh, Mereka dibebaskan dan diselamatkan Tidak disangka kemudian. Kini saya telah mempunyai seorang superhero yang jauh lebih nyata dan lebih dapat saya andalkan di masa-masa sulit. Saya mengenalnya melalui seseorang bernama Daud.
Tidak pernah saya menyangka bahwa Allah kita sesungguhnya seorang “superhero” sejati. Sebelum semua tokoh khayal ciptaan manusia itu bermunculan, Daud telah mengenal seorang penolong dan penyelamat di setiap keadaan yang terdesak dan terjepit. Kesaksian Daud berbicara sebagai suatu fakta bahwa Allah bertindak menolong umatNya saat mereka berseru kepadaNya. DiterobosNya semua halangan dan kepungan musuh untuk menolong umatNya. Betapa sungguh besar dan luar biasa kasihNya. Pertanyaannya apakah kita mengalaminya begitu nyata seperti Daud mengalaminya? Pernahkah engkau merasakan Allah begitu dekat sehingga seakan-akan ia mengjangkaumu? Inginkah engkau mengalami seperti Daud saat berseru Allah mendengar dan menolong kita?
Seringkali saya mendengar begitu banyak orang Kristen mengeluh bahwa Tuhan begitu mengecewakan Mereka mengalami ‘kepahitan’ yang dalam terhadap Tuhan Mengapa? Salah satu sebabnya adalah karena Tuhan tidak menjawab doa permohonan mereka. Mereka bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan tidak menolongku saat aku berseru kepada Dia? Mengapa Tuhan seakan-akan jauh bahkan sepertinya tidak ada? Mengapa suaraku seperti bergema di ruang kosong? Benarkah apa yang dikatakan Alkitab? Wow, sungguh suatu pertanyaan yang terus terang dan penuh rasa kecewa bukan? Ya, pertanyaan-pertanyaan ini pernah memenuhi seluruh pikiran saya. Tetapi semuanya telah terjawab, khususnya setelah memperhatikan Mazmur 18 ini.
ALASAN MENGAPA DOA DAUD DI JAWAB
Satu prinsip penting yang dapat kita pelajari dari Mazmur 18 ini adalah bahwa “Daud mendapat jawaban dari seruan doanya karena TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya” (baca ay 19-26). Ya, doa-doa Daud dijawab dan ia mendapat pertolongan pada waktuNya karena Daud senantiasa HIDUP DENGAN TAAT DAN SETIA KEPADA TUHAN. Dan ini juga berlaku sebaliknya: Doa-doa kita tidak terjawab karena kita hidup dalam ketidaktaatan dan ketidaksetiaan kepada Tuhan. Sudahkah kita memeriksa hidup kita di hadapan Tuhan sebelum kita memohon pertolongan dari padaNya? Langkah yang harus kita ambil sebelum kita memohon pertolongan Tuhan adalah membereskan setiap ganjalan dalam hidup kita yang menghalangi kita dengan Tuhan. Itulah langkah pertobatan bagi penyembahan sejati, pertobatan selalu mendahului permohonan.
“Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit, (Maz. 18:26-27)” Bagaimana tanggapan Saudara terhadap ayat ini? Begitu banyak orang Kristen berpikir secara salah. Pandangan mereka kurang tepat terhadap Tuhan. Banyak orang Kristen menganggap bahwa Tuhan itu kasih, bahkan begitu mengasihi ‘anak-anak-Nya’. Tuhan tidak akan tega meninggalkan anak-anak-Nya; Setiap mereka berseru atau minta pasti Tuhan akan menolong dan memberikan apa saja yang mereka minta demikian pemikiran mereka. Benarkah pemikiran itu? Ada juga benarnya tetapi kita harus lebih mengenal Dia lebih dalam lagi. Saudaraku, Tuhan bukan seperti kakek-kakek bodoh yang telinganya mulai tuli dan matanya rabun. Ia bukan seorang yang pikun dan mudah ditipu. Ia adalah pribadi Terbesar dan Teragung di seluruh jagad raya; tetapi mengapa begitu banyak orang yang bersikap seolah-olah dapat menipu Dia? Mari kita melihat kehidupan nyata. Jika seorang anak senantiasa tidak mau menuruti apa yang baik yang diminta oleh orang tuanya, apakah mungkin permintaan anak tersebut akan terus dituruti oleh orang tuanya?
Jika seorang karyawan tidak pernah taat kepada majikannya, bekerja se-enak perutnya sendiri dan sering membolos, apakah mungkin permintaannya untuk kenaikan gaji akan diberikan oleh majikannya? Jika seorang penjahat telah sering keluar masuk penjara tertangkap lagi dengan kejahatan yang lebih berat, apakah mungkin permintaan keringanan hukuman kepadanya akan diberikan hakim? Jika seseorang yang tidak kita kenal sama sekali, baru berjumpa sekali itu, apakah mungkin semua permintaannya kepada kita akan kita penuhi? Tentu saja telah jelas, jawaban dari semua pertanyaan itu adalah TIDAK MUNGKIN. Demikian pula dengan Tuhan kita. Tetapi masih ada yang berpikir. “Biarlah aku hidup dalam dosa saja. Nanti jika terdesakkan bisa minta tolong pada Tuhan.”
Saudaraku jika engkau memiliki pikiran seperti itu, engkau sedang berusaha menipu Tuhan!
Betapa sesungguhnya Tuhan rindu untuk menolong dan membebaskan kita tetapi dosa kitalah yang menghalangi Dia untuk melakukannya (Yes 59:1-2). Tuhan tidak pernah salah, kitalah yang seringkali bersalah, bahkan seringkali salah menilai Dia. Adalah suatu kesalahan yang besar apabila kita berusaha ‘memanfaatkan’ dan ‘mengambil keuntungan’ dari Tuhan. Tidak ada keuntungan apapun yang akan kita dapatkan selain ‘berkat murahan’ yang hanya bertahan sebentar saja, jika kita tidak merindukan Dia lebih daripada apa yang sanggup Ia berikan. Orang-orang merindukan berkat, bukan Pemberi Berkat, membutuhkan pertolongan bukan Penolongnya, merindukan kelepasan bukan Penyembuh; menginginkan kesembuhan bukan penyembuhnya Tetapi ketahuilah: TIDAK ADA pertolongan yang sesungguhnya tanpa Sang Penolong dan juga TIDAK ADA berkat yang sesungguhnya tanpa Sang Pemberi Berkat. Seharusnya kita meneladani Daud: Ia hidup benar di hadapan Tuhan sehingga Tuhan sangat berkenan dan menghargai Daud. Oleh karena itu Ia tidak pernah segan-segan ‘turun’ dari TahtaNya dan membebaskan hambaNya yang kekasih.
MOTIVASI JUGA HARUS BENAR.
Ada sisi lain lagi yang juga merupakan salah pengertian dari banyak orang yang percaya. Yaitu mereka berusaha hidup benar dengan harapan bahwa melalui hidup mereka yang taat kepada Firman melakukan setiap hukum-hukum dan peraturan-peraturan ibadah maka Tuhan akan menjauhkan setiap kutuk/malapetaka dan sebaliknya memberikan berkatNya. Sebenarnya ini sama saja dengan yang pertama: Fokus hidup tetap kepada berkat dan pertolongan Tuhan, bukan pada Tuhan sendiri.
Hidup yang saleh tidak pernah boleh dimaksudkan sebagai ‘pancingan’ atau ‘kail’ bagi berkat Tuhan Hidup yang saleh dan benar semata-mata harus ditunjukan sebagai ungkapan pengabdian dan penyerahan, Suatu persembahan syukur di hadapan Tuhan yang adalah Allah yang baik dan sejati itu. Tuhan juga tidak akan begitu mudah tertipu dengan perbuatan-perbuatan saleh ‘palsu’ yang kelihatan begitu baik dan sangat taat. Tidak, Saudara, karena Ia melihat hati, dan berkenan kepada apa yang ada di dalam batin (Maz. 51:6).
Daud tidak hidup benar untuk meraih berkat dan pertolongan Tuhan. Kebalikkannyalah yang benar: Karena ia hidup benar maka pertolongan Tuhan berlaku dalam hidupnya. Apa buktinya? Lihat ayat 1. di situ jelas sekali Daud membuka Mazmurnya dengan pernyataan: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!”. Itulah ungkapan dari motivasinya mengiring Tuhan. Daud hidup benar karena mengasihi Tuhan, bukan karena takut hukuman maupun mencari berkat-berkat jasmani semata. Motivasi seperti inilah yang semestinya kita miliki sebagai penyembahan sejati. Kita menyembah, mengiring dan hidup taat sesuai firmanNya semata-mata karena kita mengasihi Dia lebih dari segala yang ada di dunia.
Kini terjawab sudah bagaimana supaya doa-doa kita dapat didengar dan dijawab. Kehidupan yang taat dan setia karena didorong kasih kepada Tuhanlah yang membuat hidup kita senantiasa ada dalam pengawasan dan pemeliharaanNya. Jika kita mau tinggal dekat bersamaNya, Ia pasti menjadi “Superhero” Penolong kita yang sejati. True Worshippers, sungguh tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup bersama Dia.