Oleh: Peter B, MA
“Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” (Yoh.7:37)
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat.5:6)
“Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35)
Lapar dan haus. Keduanya merupakan respons dari tubuh kita sejak hari pertama kita menghirup nafas di bumi ini. Keduanya merupakan bagian alami dari diri kita dimana untuk itu kita melakukan rutinitas bernama makan dan minum setiap hari hingga saat terakhir kita di dunia yang sekarang ini (kecuali ketika berpuasa). Ketiadaan rasa lapar dan haus menjadikan keberadaan terasa janggal. Mari merenungkan lebih jauh betapa lapar dan haus menjadi suatu indikator yang penting dan utama dalam hidup kita.
TANDA UTAMA KEHIDUPAN
Sesungguhnya setiap kita tahu bahwa lapar dan haus adalah sesuatu yang vital dalam hidup kita.
Sesungguhnya setiap kita tahu bahwa lapar dan haus adalah sesuatu yang vital dalam hidup kita.
Lapar Dan Haus Merupakan Tanda Kehidupan.
Sebab hanya orang hidup yang merasa lapar dan haus lalu makan dan minum. Tubuh yang terbaring kaku tak lagi meminta makan atau minum sebab ketika tidak ada kehidupan, tiada perlu lagi mengkonsumsi sesuatu. Makan dan minum adalah tanda pertama dan terutama seseorang masih bernyawa:
Sebab hanya orang hidup yang merasa lapar dan haus lalu makan dan minum. Tubuh yang terbaring kaku tak lagi meminta makan atau minum sebab ketika tidak ada kehidupan, tiada perlu lagi mengkonsumsi sesuatu. Makan dan minum adalah tanda pertama dan terutama seseorang masih bernyawa:
Markus 5:41-4
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu IA MENYURUH MEREKA MEMBERI ANAK ITU MAKAN.
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu IA MENYURUH MEREKA MEMBERI ANAK ITU MAKAN.
Mereka yang makan minum dengan lahap akan selalu dianggap sebagai seorang yang penuh gairah dalam hidup. Sebaliknya, mereka yang tak lagi mampu menikmati makanan dan minuman selezat apapun dianggap mendekati ajalnya.
Lapar Dan Haus Ialah Tanda Kesehatan.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika nafsu makan yang baik merupakan penanda kesehatan manusia. Tubuh yang normal dan sehat, yang berfungsi dengan baik ditandai kebutuhan yang normal akan asupan nutrisi sehari-hari. Hampir sebagian besar penyebab hilangnya nafsu makan adalah adanya sakit penyakit, baik sakit fisik atau psikis. Itu adalah salah satu tanda awal yang harus diwaspadai bahwa kemungkinan ada sesuatu masalah pada diri kita. Karena dalam kondisi normal, setiap orang pasti merasakan lapar dan haus secara teratur.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika nafsu makan yang baik merupakan penanda kesehatan manusia. Tubuh yang normal dan sehat, yang berfungsi dengan baik ditandai kebutuhan yang normal akan asupan nutrisi sehari-hari. Hampir sebagian besar penyebab hilangnya nafsu makan adalah adanya sakit penyakit, baik sakit fisik atau psikis. Itu adalah salah satu tanda awal yang harus diwaspadai bahwa kemungkinan ada sesuatu masalah pada diri kita. Karena dalam kondisi normal, setiap orang pasti merasakan lapar dan haus secara teratur.
Lama Atau Sering Tidak Merasa Lapar Atau Haus Adalah Kondisi Yang Tidak Normal.
Ada sesuatu yang tidak semestinya atau di luar kewajaran saat seseorang tak lagi merasakan lapar dan haus. Tubuh manusia diciptakan dengan sistem sedemikian rupa sehingga keberlangsungannya hanya dapat terjaga melalui aktivitas memasukkan zat-zat yang diperlukan tubuh. Nah, apabila rasa lapar dan haus berkurang atau menghilang, sedikit banyak dapat disimpulkan bahwa sistem tubuh kita sedang tidak berfungsi secara normal atau sedang mengalami masalah. Memang ada saat selama beberapa waktu lapar dan haus tidak kita rasakan lagi. Yaitu saat kita merasa kenyang. Meskipun begitu, pada waktunya, tubuh yang berfungsi secara normal akan kembali merasakan lapar dan haus.
Ada sesuatu yang tidak semestinya atau di luar kewajaran saat seseorang tak lagi merasakan lapar dan haus. Tubuh manusia diciptakan dengan sistem sedemikian rupa sehingga keberlangsungannya hanya dapat terjaga melalui aktivitas memasukkan zat-zat yang diperlukan tubuh. Nah, apabila rasa lapar dan haus berkurang atau menghilang, sedikit banyak dapat disimpulkan bahwa sistem tubuh kita sedang tidak berfungsi secara normal atau sedang mengalami masalah. Memang ada saat selama beberapa waktu lapar dan haus tidak kita rasakan lagi. Yaitu saat kita merasa kenyang. Meskipun begitu, pada waktunya, tubuh yang berfungsi secara normal akan kembali merasakan lapar dan haus.
LAPAR DAN HAUS YANG ROHANI
Berulang kali Kitab Suci menyinggung mengenai rasa lapar dan haus akan sesuatu yang ilahi dan rohani (Maz. 42:2-3; 63:2,6). Yang berarti pula bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluk yang terdiri dari tubuh yang bernyawa (dimana itu juga juga sifat alami makhluk hidup lainnya). Begitu pun intelegensia manusia bukanlah pembeda utama keberadaannya dari apa yang disebut binatang atau tumbuhan. Ada unsur lain yang membentuk makhluk yang disebut manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan maupun tumbuhan yakni roh manusia. Kitab suci kita menyatakan bahwa, manusia terdiri dari tubuh (yang tampak mata lahiriah) dan roh (yang tidak tampak secara lahiriah tetapi nyata dan kekal keberadaannya). Adanya roh inilah yang menjadikan manusia serupa atau memiliki sifat yang sama dengan TUHAN, sang penciptanya, yang juga adalah roh (Yoh.4:23).
Berulang kali Kitab Suci menyinggung mengenai rasa lapar dan haus akan sesuatu yang ilahi dan rohani (Maz. 42:2-3; 63:2,6). Yang berarti pula bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluk yang terdiri dari tubuh yang bernyawa (dimana itu juga juga sifat alami makhluk hidup lainnya). Begitu pun intelegensia manusia bukanlah pembeda utama keberadaannya dari apa yang disebut binatang atau tumbuhan. Ada unsur lain yang membentuk makhluk yang disebut manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan maupun tumbuhan yakni roh manusia. Kitab suci kita menyatakan bahwa, manusia terdiri dari tubuh (yang tampak mata lahiriah) dan roh (yang tidak tampak secara lahiriah tetapi nyata dan kekal keberadaannya). Adanya roh inilah yang menjadikan manusia serupa atau memiliki sifat yang sama dengan TUHAN, sang penciptanya, yang juga adalah roh (Yoh.4:23).
Pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa bukan hanya oleh roti manusia boleh hidup melainkan dari perkataan yang keluar dari mulut Tuhan (Mat.4:4) sekilas menyiratkan tentang eksistensi manusia yang sesungguhnya. Bahwa hidup manusia belumlah utuh sebagaimana kodratnya jika hanya makan apa yang dibutuhkan jasmaninya. Ada natur lain dari diri manusia yaitu rohnya yang perlu mendapatkan asupan makanan sebagaimana tubuh jasmaninya. Saat keduanya memperoleh makanan yang benar maka hidup manusia menjadi lengkap dan berlangsung seturut sifat penciptaannya.
Tuhan menggunakan tubuh jasmani kita sebagai contoh dan bayangan dari keadaan manusia roh kita. Apa yang dapat kita ketahui dan pelajari dari tubuh jasmani kita merupakan bayangan dari apa yang dialami manusia roh kita dimana ternyata, sebagaimana dinyatakan di atas, memiliki kebutuhan yang serupa dengan tubuh jasmaniah kita. Oleh sebab itu, lapar dan haus yang sama sebagaimana dialami tubuh kita seharusnya dirasakan oleh roh kita.
Jadi, tidaklah salah jika dikatakan bahwa SAAT ROH KITA TAK LAGI LAPAR DAN HAUS, MAKA KEMUNGKINAN BESAR ADA SUATU MASALAH SEDANG TERJADI DI SANA. Manusia rohani yang tak lagi merasakan keinginan “mengkonsumsi” asupan rohani seharusnya diwaspadai. Ada sesuatu yang tak wajar di sana. Apalagi jika ternyata ada yang menolak sama sekali segala hal yang berhubungan dengan yang rohani (yang dimaksud di sini bukan terkait berbagai agama beserta praktek-prakteknya melainkan segala hal yang berasal dan bersumber dari Allah yang kita kenal dalam nama Yesus Kristus atau secara lebih khusus lagi dari kemurnian ajaran-Nya sebab banyak ajaran Kristus hari ini yang telah tercemar kehendak dan pemikiran manusia yang duniawi). Penolakan terhadap apapun yang benar dan sejati dari Tuhan, entah secara atau terang-terangan, bisa jadi menunjukkan kondisi roh kita sedang sakit. Atau -jika sama sekali tak peduli- sangat mungkin kematian rohani telah terjadi.
Persoalannya, berapa banyak dari kita yang cukup peduli akan ada tidaknya atau hilang tidaknya rasa lapar dan haus dalam roh kita? Bukankah jauh lebih banyak yang lebih peduli pada pencarian tersedianya kebutuhan jasmani saja sehingga tanpa sadar melalaikan pemenuhan rasa lapar dan haus rohani, yang hanya dikerjakan sebagai kebutuhan sampingan saja atau ditunda-tunda menunggu hari tua? Sadarkah Anda apabila ada akibat fatal yaitu penyakit-penyakit di jiwa kita hingga terjadinya kematian rohani (lagi), saat kita sebagai orang percaya tak lagi memiliki rasa lapar dan haus akan Tuhan?
SAKIT DAN MATI
Sebuah pesan rohani yang tajam dari Mark Batterson berkata:
Sebuah pesan rohani yang tajam dari Mark Batterson berkata:
“Jika Anda tidak merasakan lapar dan dahaga akan Allah, mungkin Anda terlalu kenyang atau penuh dengan diri Anda sendiri”.
Maksudnya ialah, saat kita tidak merasa perlu mencari perkara-perkara Kerajaan Allah, mungkin kita terlalu sibuk peduli akan kepentingan-kepentingan diri kita sendiri. Ya, iblis berusaha sekuat tenaga membuat orang-orang puas dengan pemenuhan hal² yang bersifat materi dan duniawi. Kita dibuat sibuk, teralihkan dan terbius dengan segala yang kita pikir sebagai hal-hal utama dalam hidup supaya yang benar-benar penting dan berguna bagi hidup kita tak terpikirkan lagi. Fokus kita diarahkan pada ukuran-ukuran dunia yang semu. Melupakan yang rohani tapi mengumpulkan sebanyak-banyaknya segala kekayaan, kenikmatan, kesenangan dan kemegahan duniawi.
Putusnya hubungan kita dengan sumber-sumber kehidupan manusia roh kita ialah tujuan si jahat -dengan segala macam cara. Jika perlu, memanfaatkan ajaran-ajaran rohani dan mengatasnamakan hubungan dengan Tuhan sebagai salah satu sarana memperoleh kelimpahan materi atau pencapaian-pencapaian hidup di dunia yang sekarang ini saja atau pemenuhan keinginan-keinginan diri yang pada dasarnya pemuasan kebutuhan yang lain selain kebutuhan roh kita.
Putusnya hubungan kita dengan sumber-sumber kehidupan manusia roh kita ialah tujuan si jahat -dengan segala macam cara. Jika perlu, memanfaatkan ajaran-ajaran rohani dan mengatasnamakan hubungan dengan Tuhan sebagai salah satu sarana memperoleh kelimpahan materi atau pencapaian-pencapaian hidup di dunia yang sekarang ini saja atau pemenuhan keinginan-keinginan diri yang pada dasarnya pemuasan kebutuhan yang lain selain kebutuhan roh kita.
Saat roh kita sakit, kita mulai menolak firman Tuhan. Menjadi muak akan hal-hal sorgawi. Dampak paling fatal ialah kita mulai hidup secara manusiawi semata, mencari pegangan dan kekuatan hidup bukan lagi dari Allah tetapi membuka diri bagi petunjuk-petunjuk dan nasihat dari lahir dari pemikiran-pemikiran manusia-manusia yang menjalani hidupnya tanpa Tuhan. Itu sebabnya kata-kata motivasi, seminar-seminar pengembangan kepercayaan diri hingga hiburan-hiburan yang penuh warna dan semarak menjadi sesuatu yang dicari, dibutuhkan dan dihargai tinggi bagi banyak orang. Begitu pula dengan pesan-pesan yang berorientasi kekayaan materi, jawaban persoalan sehari-hari, atau kelancaran dan keberhasilan hidup di dunia menjadi kegemaran lebih dari ajaran Kristus yang murni dan sejati untuk mengikuti dan meneladani Dia melangkah di jalan yang sempit dan pintu yang sesak itu. Sebab daging akan mencari hal-hal kedagingan, bukan yang dari Roh Kudus.
Dan betapa fatalnya kerohanian yang mati! Siapakah yang mengetahui betapa ngeri dampaknya bagi hidup manusia? Putusnya hubungan manusia dengan Tuhan ialah kematian rohani. Dan akibatnya sangat fatal sebab manusia telah terputus dari sumber kehidupannya yang sejati. Seluruh sendi hidupnya berubah perlahan tapi pasti menjadi busuk dan binasa. Sang penguasa kegelapan yang mengambil alih tempat Tuhan di hati manusia. Diisinya hati manusia dengan lapar dan haus akan dunia dan kesenangannya. Dan lahirlah manusia-manusia dosa. Jahat dan fasik sejak dari hatinya. Bertingkah laku bak binatang -bahkan lebih lebih keji dari binatang buas. Itulah mengapa -sekalipun tampak beragama dan beribadah- kejahatan manusia justru semakin nyata. Sebab Tuhan tidak pernah benar-benar ada di hidup mereka.
AW Tozer tidak keliru saat ia menyampaikan kenyataan pahit yang masih berlangsung hingga kini di antara orang-orang Kristen:
“Salah satu musuh terbesar orang Kristen adalah puas diri rohani. Kekristenan yang semula telah jatuh dalam keadaannya yang rendah sekarang ini karena kurangnya hasrat akan hal-hal dari Allah. Di antara mereka yang mengaku sebagai orang Kristen, sangat jarang satu orang saja di antara seribu orang yang memperlihatkan rasa haus yang bergairah akan Tuhan.”
Dan kehilangan hubungan Tuhan sama dengan kehilangan segala-galanya bagi manusia. Bahkan bagi orang-orang percaya, itu akan membawa akibat kehilangan banyak hal penting. Kehilangan tujuan. Kehilangan pedoman hidup. Kehilangan kebenaran. Kehilangan kemuliaan. Kehilangan hidup yang sejati itu sendiri. Tanpa Kristus, semua sia-sia. Baik dalam dunia sekuler maupun dalam bidang yang disebut rohani sekalipun. Apapun yang pernah dicapai dan dihasilkan, bahkan yang kita sebut-sebut bagi kemuliaan nama-Nya (Mat.7:21-23).
Tanpa Tuhan, yang bersinar hanya figur-figur yang menjulang tinggi namun yang hatinya dicengkeram kuasa-kuasa gelap. Tak mengherankan jika otoritas-otoritas rohani seperti orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang justru mempelopori fitnah dan pembunuhan Yesus yang tanpa salah itu!
Semua dimulai karena hilangnya lapar dan haus akan Tuhan di hati.
TIDAK TERPUASKAN OLEH YANG LAIN
Rasa lapar dan haus kita akan Allah hanya dapat dipuaskan oleh Allah -yang telah berjanji memuaskan jiwa kita. Bukan allah yang ini atau dewa yang itu. Bukan pula yang disebut atau dipanggil sebagai Tuhan oleh manusia. Hanya satu Pribadi yang telah terang-terangan menyatakan diri sebagai penghilang lapar dahaga jiwa manusia.
Rasa lapar dan haus kita akan Allah hanya dapat dipuaskan oleh Allah -yang telah berjanji memuaskan jiwa kita. Bukan allah yang ini atau dewa yang itu. Bukan pula yang disebut atau dipanggil sebagai Tuhan oleh manusia. Hanya satu Pribadi yang telah terang-terangan menyatakan diri sebagai penghilang lapar dahaga jiwa manusia.
Dia berkata:
“Barangsiapa haus, baiklah ia datang pada-Ku dan minum… “
“Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepads-Ku ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak haus lagi… “
“Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepads-Ku ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak haus lagi… “
Dan janji-Nya:
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, KARENA MEREKA AKAN DIPUASKAN”
Lapar dan haus akan Tuhan hanya dapat dipuaskan oleh Yesus Kristus sendiri. Itu bukan melalui sensasi-sensasi atau emosi-emosi akan Dia. Bukan pula karena pemberian-pemberian atau berkat-berkat materi yang limpah. Bukan karena mujizat-mujizat yang diadakan-Nya bagi kita. Bukan karena suasana ibadah yang semarak. Bukan karena kisah-kisah menawan hati, khotbah-khotbah yang memikat atau karena pengetahuan-pengetahuan telah yang tinggi. Bukan pula karena kesukaan melayani orang lain. Seperti kata Eugene Patterson, “Menyembah tidak akan memuaskan rasa lapar kita akan Tuhan. Itu justru memperkuat rasa lapar itu.”
Lapar dan haus akan Tuhan dipuaskan saat jiwa kita bertemu makanan dan minuman rohani kita yang sejati. Sang Roti dan Air Hidup itu sendiri. Yesus Kristus Tuhan. Sang Pemulih, Pemuas dan Penyegar jiwa satu-satunya. Yang sejatinya paling didambakan oleh hati manusia. Yang sesungguhnya paling dicari roh setiap insan di bumi ini.
Lapar dan haus akan Tuhan terjawab saat kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Dia. Juga saat kita memiliki hubungan yang intim dan tetap dengan Dia. Pun saat kita selalu terhubung dengan Dia. Berjalan bersama dengan Dia setiap hari. Saat kita mengetahui maksud hati Tuhan lalu melangkah dalam kehendak-Nya bagi hidup kita. Saat hati dan hidup kita melekat pada-Nya -tak ingin terpisahkan dari-Nya. Bukankah Yesus sendiri memberikan teladan bagi kita mengenai hal ini yaitu bahwa sebagai makhluk yang rohani sudah seharusnya kita menjadikan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai makanan kita?
Kata Yesus.. :”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34)
Pendeknya, kehadiran dan penyataan pribadi Tuhan sendiri adalah pemuas lapar dan haus manusia roh kita. Itu tak tergantikan oleh apapun juga dan selalu akan menjadi kebutuhan manusia roh kita agar tetap sehat dan hidup!
Saat kita bersentuhan secara pribadi dengan Allah, roh kita pulih dan hidup. Roh itu, sebagaimana fisik kita, secara teratur akan merasa lapar dan haus akan makanan terbaik bagi jiwa kita: Pribadi-Nya dan Rhema (atau perkataan-perkataan)-Nya yang merupakan tanda bukti kehadiran-Nya di hidup kita. Secara konstan kita akan merindukan Dia hadir dan nyata tiap waktu di hidup kita. Tapi, kebalikannya pun benar, saat kita tidak merindukan Dia dan firman-Nya yang hidup dalam hidupnya kita maka dapat diduga ada yang salah dan bermasalah dengan roh kita.
Jadi, bukan aktivitas dan giatnya orang mengikuti event-event rohani, seberapa rajin ibadahnya, seberapa sering orang membaca atau mengumpulkan tulisan rohani maupun seberapa rohani ia tampak di depan orang (dimana semua orang yang mengaku beragama dan bertuhan juga melakukannya) yang akan menunjukkan orang memiliki lapar dan haus akan Allah. Tapi seberapa nyata kehadiran Tuhan dan pengaruhNya dimintakan dalam hidup seseorang dan seberapa dirinya bergantung dan berserah pada Krsitus di tiap langkah hidupnya.
Rasa lapar dan haus yang seperti itulah yang Tuhan cari dari kita; yang atasnya Dia akan memberikan kelegaan dan kepuasan sejati yang tak pernah akan dapat dipenuhi apapun dari dunia ini.
BERDOA DAN MINTALAH RASA ITU
Jika hari ini Anda belum pernah merasa lapar dan haus akan Tuhan, ketahuilah bahwa jiwa Anda dalam keadaan kritis. Keterpisahan Anda akan Allah bisa berlangsung untuk selama-lamanya. Berserulah pada Yesus. Mintalah Dia menyentuh roh Anda supaya celik sehingga Anda mengerti betapa Anda membutuhkan Yesus Kristus dalam hidup Anda!
Atau jika Anda pernah mengalami lapar dan haus akan Tuhan namun kini Anda merasa Tuhan bukan lagi sesuatu yang penting bagi Anda, menjeritlah dengan nyaring dan akui bahwa Anda telah menyimpang dari jalan yang benar. Kembalilah dan mintalah Tuhan berkenan memberikan kepada Anda rasa lapar dan haus itu kembali. Untuk mengingat Dia. Mencari Dia dan menyambung hubungan kembali dengan Dia. Lebih intim daripada yang sudah-sudah.
Jika hari ini Anda belum pernah merasa lapar dan haus akan Tuhan, ketahuilah bahwa jiwa Anda dalam keadaan kritis. Keterpisahan Anda akan Allah bisa berlangsung untuk selama-lamanya. Berserulah pada Yesus. Mintalah Dia menyentuh roh Anda supaya celik sehingga Anda mengerti betapa Anda membutuhkan Yesus Kristus dalam hidup Anda!
Atau jika Anda pernah mengalami lapar dan haus akan Tuhan namun kini Anda merasa Tuhan bukan lagi sesuatu yang penting bagi Anda, menjeritlah dengan nyaring dan akui bahwa Anda telah menyimpang dari jalan yang benar. Kembalilah dan mintalah Tuhan berkenan memberikan kepada Anda rasa lapar dan haus itu kembali. Untuk mengingat Dia. Mencari Dia dan menyambung hubungan kembali dengan Dia. Lebih intim daripada yang sudah-sudah.
Dan mungkin ada di antara Anda berpikir saat ini telah cukup memiliki rasa lapar dan haus akan Allah. Berhentilah sejenak untuk merenung. Pastikan lapar dan haus Anda mendapatkan pemenuhannya dengan tepat. Bukan pada suatu sosok atau figur rohani. Bukan pada komunitas atau kumpulan jemaat tertentu, lembaga atau suatu organisasi rohani atau gerakan Tuhan dan bukan pula suatu doktrin, ajaran, atau pesan-pesan profetik atau apapun yang terkait dengan itu (walaupun semuanya itu berguna bagi pertumbuhan rohani. Bukan hal-hal tentang Tuhan yang menjadi jawaban atas lapar dan haus Anda akan Tuhan. Pertemuan dan persekutuan dengan Pribadi Tuhan sendiri saja yang dapat mengenyangkan Anda dan menyehatkan roh Anda. Dan selanjutnya, jiwa yang kenyang dengan Tuhan juga akan menjadi jiwa yang lapar dan haus lagi dan lagi akan Dia. Sama seperti makanan yang mengenyangkan kita dan menjadikan tubuh kita sehat sehingga kita dapat kembali merasakan lapar dan haus itu!
Anda membutuhkan pribadi Yesus Kristus sendiri hadir dalam hidup Anda.
Bukan apapun yang lain.
Bukan apapun yang lain.
Dan Anda tahu jika Anda terhubung dengan Dia dan hanya dengan Dia saja saat kehadiran-Nya terasa nyata bagi roh Anda. Dan itulah yang membuat Anda terbebaskan dari rasa takut, kuatir, cemas dan tidak aman di hidup Anda. Sebagai gantinya ada akan dilimpahi sukacita, damai sejahtera, ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan hidup terlepas dari apapun keadaan jasmaniah Anda atau masalah-masalah yang sedang Anda hadapi. Anda tenteram karena sadar sepenuhnya bahwa Tuhan di dekat Anda, menyertai Anda, memberitahukan kehendak dan tujuan-Nya atas hidup Anda secara pribadi dan menuntun Anda langkah demi langkah tiap waktu. Di luar pengalaman-pengalaman itu, mungkin lapar dan haus Anda belumlah benar-benar terpenuhi.
Berseru dan mendesaklah pada Tuhan sampai Dia menjamah Anda secara pribadi. Anda akan dipuaskan sekaligus makin lapar dan haus akan Dia! Lebih dan lebih lagi tiap-tiap hari. Menjadi manusia yang lengkap, utuh dan penuh bahagia. Sebab dimana TUHAN ada, di sanalah sorga berada!
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”~ Mazmur 42:2-3
“Sebab Engkau menciptakan kami dan menarik kami pada diri-Mu sendiri. Dan hati kami tidak akan pernah tenang sebelum berteduh di dalam Engkau.” ~ St. Agustinus
Doa saya menyertai Anda.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya.