(MASIH) TENTANG INTROSPEKSI

Oleh :
Peter B, MA


Mengamati
kondisi di sekitar kita hari-hari ini, sungguh benar jika dikatakan bahwa
‘introspeksi’ atau sikap menilai dan memeriksa diri sendiri telah semakin
hilang dari tengah-tengah kehidupan di Indonesia.
Bukankah
aneh, negara yang begitu agamis dan berketuhanan justru miskin sekali dengan
introspeksi?
Waktu-waktu
ini, lebih banyak yang saling menyalahkan, saling menilai orang lain dan
mencari-cari kesalahan pihak lain, membuktikan yang lain lebih berdosa dan
bersalah daripada diri dan kelompoknya, saling klaim bahwa pandangan dan
tafsiran agamanya paling benar dan yang tidak sama dengan itu berarti salah dan
patut dihujat.
Bukannya
saling memeriksa diri dan mencari apa yang masih kurang dari dalam diri pada
saat sebuah kekurangan ditunjukkan dan bukannya melakukan introspeksi jika ada
masukan serta kritik, orang-orang memilih bersikap defensif dengan mencari
pembenaran dan alasan pemaaf bagi diri untuk kemudian dilanjutkan bersikap
ofensif dengan giat serta rajin mencari-cari cela kekurangan dari orang yang
mengoreksi atau mengkritiknya.
Tidak
mengejutkan apabila keadaan tidak menjadi semakin baik. Yang ada kegaduhan yang
seolah tidak berujung. Masing-masing merasa lebih baik dan lebih benar daripada
yang lain, apalagi mereka yang tidak sepandangan dan sealiran dengannya.
Dan,
sekali lagi, ini terjadi dan dilakukan secara masif di tengah-tengah masyarakat
yang mengaku beragama dan bertuhan.
Dalam
Alkitab, terkesan perintah tentang introspeksi tidak banyak. Jarang ada
perintah khusus secara terang-terangan dan berkali-kali untuk melakukan
introspeksi. Meski demikian, semangat dan jiwa untuk melakukan introspeksi
bergema di seluruh bagian kitab suci kita, dari Kejadian sampai Wahyu. Walaupun
tidak banyak disebutkan secara eksplisit, introspeksi merupakan jiwa dari
setiap kebenaran firman Tuhan.
Ini
dapat diumpamakan seperti orang yang bertanya dimana dalam Alkitab Yesus
menyebut diri sebagai Tuhan? Tentu saja tidak pernah ada dan sekalipun ada, itu
tidak akan pernah merupakan pernyataan yang begitu terang-terangan. Dia bukan
Allah yang angkuh dan sok pamer. Malah kebalikannya, Dia itu Allah yang rendah
hati yang rela mengosongkan diri, mengambil rupa seorang manusia bahkan seorang
hamba yang setia sampai mati dengan cara paling hina yaitu di kayu salib.
Tetapi meskipun tidak pernah Yesus menyebut dirinya Tuhan, pernyataan tidak
langsung bahwa Dia adalah Tuhan tersebar di seantero kitab suci!
Beberapa
petunjuk atau perintah langsung tentang introspeksi antara lain :
1 Korintus 10:12
Sebab
itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
2 Korintus 13:5
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman. Selidikilah dirimu! Apakah
kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab
jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
Efesus 5:15
Karena
itu, perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, 
janganlah
seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
1 Korintus 11:28
Karena
itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri
1 Korintus 11:31
Kalau
kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
Galatia 6:4
Baiklah
tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat
keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
Dan
mungkin masih ada beberapa ayat lainnya. Meskipun demikian, perintah dan
dorongan melakukan introspeksi tersirat dalam banyak ayat lainnya dalam
Alkitab.
“Hai, orang munafik keluarkanlah
dulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu… “
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan
kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah
jalanku serong… “
“Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah
aku; selidikilah batinku dan hatiku.”
“Mengapa orang hidup mengeluh?
Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!”
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku
telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau
tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka
Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada
hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari
ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan
peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh
TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.
Aku memanggil langit dan bumi menjadi
saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan
kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik
engkau maupun keturunanmu,
Ayat-ayat
serupa masih banyak lagi akan kita temukan dalam Alkitab. Semuanya berbicara
dan mendorong setiap kita berpikir dan merenung akan hidup kita.
Dan
sesungguhnya perintah untuk MERENUNGKAN FIRMAN TUHAN SIANG DAN MALAM adalah
perintah penting supaya kita senantiasa ada dalam posisi melakukan INTROSPEKSI,
MAWAS DIRI, DENGAN SECARA KONSTAN MENILAI DIRI KITA apakah hidup kita sudah
berpadanan dengan perintah dan kehendak Tuhan.
Firman
Tuhan, sejak hukum taurat dituliskan oleh Musa sampai kitab Wahyu dicatat oleh
Yohanes, dimaksudkam pertama-tama sebagai pesan BAGI KITA PRIBADI, SEBAGAI
BAHAN PERENUNGAN DAN KOREKSI AKAN HIDUP KITA: sudah sesuaikah semuanya itu
dengan yang Tuhan inginkan atas hidup kita?
Ya,
kitab suci kita adalah sebuah kitab yang, 
PERTAMA-TAMA, diperuntukkan bagi kita: sebagai pedoman, petunjuk,
pemandu, penuntun, pengarah, pengingat dan pengoreksi KITA SENDIRI!
2 Timotius 3:16 (TB)
Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan  dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Firman
Tuhan bermanfaat untuk mengajar, menunjukkan apa yang salah, memperbaiki
kelakuan dan mendidik orang hidup benar. DAN KESEMUANYA DITUJUKAN PERTAMA-TAMA
KEPADA DIRI KITA SENDIRI : mengajar diri SAYA dan ANDA, menunjukkan kesalahan
SAYA dan ANDA, memperbaiki kelakuan SAYA dan ANDA, mendidik SAYA dan ANDA hidup
ada kebenaran. BUKAN DITUJUKAN TERUTAMA UNTUK MENILAI ORANG LAIN!
Kebenaran
inilah yang jarang disadari dan dipraktekkan orang-orang Kristen yang rajin dan
rutin beragama dan beribadah ke gereja.
Sebab,
banyak yang belajar firman untuk mengajar orang lain dan menunjukkan kesalahan
orang lain (bahkan menilai,  menghakimi
dan memukul orang lain dengan ayat-ayat firman). Demikian pula, di antara
aktivis-aktivis di bidang rohani, tanpa sadar sebagian besar telah menjadi sangat
giat dalam hal mengoreksi orang lain dan mengambil posisi sebagai
pendidik-pendidik rohani terhadap orang lain namun lalai memperhatikan dan
meluruskan langkahnya sehingga tanpa disadari disusupi kesombongan yang justru
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang menolak koreksi.
Mempelajari
firman Tuhan hanya untuk kemudian mencari pembenaran bagi diri, untuk
menyiasati hukum-hukum di dalamnya agar dapat menunjukkan dirinya telah banyak
berbuat bagi Tuhan atau untuk menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain supaya diri
sendiri tampak benar adalah SIKAP SALAH KAPRAH YANG FATAL. Sikap demikian hanya
akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Allah memperoleh murid-murid mereka yang
hendak dipakainya membawa kehancuran bagi anak-anak Tuhan yang murni dan
sejati.
Orang-orang
semacam itu akan berkembang bukan menjadi murid Kristus tetapi menjadi
murid-murid agama dan hukum, lalu melalui itu mereka akan dijadikan budak-budak
iblis yang anti pada teguran, koreksi apalagi pertobatan!
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu
sendiri tidak masuk dan kamu merintangi
mereka yang berusaha untuk masuk.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut
agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang
dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang
sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar
kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh
kemunafikan dan kedurjanaan.
~ Matius 23:13, 15, 27-28 (TB)
Jika
kita hendak menyelami hati Tuhan dan berkenan di hadapan-Nya, INTROSPEKSI
MERUPAKAN SUATU KEHARUSAN DAN MUTLAK. Tanpa sikap itu, kita akan sesat tetapi
tetap merasa di jalan benar,  kita merasa
hebat walaupun telah ditipu habis-habisan, kita merasa baik-baik saja walaupun
sudah terluka parah, atau kita merasa di puncak dunia meskipun telah terperosok
di jurang yang dalam.
“… 
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku
tidak kekurangan apa-apa,…  karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,… “_
~ Wahyu 3:17 (TB)
Kesalahan
terbesar kita ialah kita merasa selalu baik-baik saja di hadapan Tuhan. Jika
itu ditambahi dengan arus informasi pengetahuan rohani yang terus didapatkan
serta jabatan atau posisi dalam pelayanan, maka itu akan berkembang menjadi
suatu kombinasi yang menciptakan sikap angkuh secara rohani, yang membuat kita
terhenti dalam pertumbuhan rohani lalu menjadi berbalik ke arah yang keliru
yaitu pada jalur agamawi yang semakin membawa kita jauh dari Tuhan walau
seolah-olah dikesankan sebagai orang yang punya hubungan dengan Tuhan. Fatal.
Inilah sebenarnya jalan yang disangka orang lurus namun ujungnya menuju maut!
Sekaranglah
waktunya kembali pada semangat asli dan murni dalam kerohanian kita :
INTROSPEKSI. Bercerminlah pada firman untuk melihat apa yang masih kurang. Lalu
BERTINDAKLAH. Perbaiki apa yang keliru, mulailah melakukan apa yang benar-benar
Tuhan rindukan di hadapan-Nya, bukan karena dilihat manusia. Maka Anda akan
dibawa oleh Sang Gembala Agung pada jalan kebenaran-Nya.
Biarlah
pesan ini memekik di telinga rohani kita dan menghujam hingga ke dasar hati
yang terdalam sehingga kita dengan hati yang hancur datang pada Tuhan untuk
menjalin hubungan yang benar dengan Dia :
Celakalah kamu,…  hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan
pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan
dan kerakusan…
..bersihkanlah
dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
~ Markus 23:25-26
Mari
merenung dan MELIHAT DIRI ANDA SENDIRI, seberapa bersih sebelah dalam cawan
Anda hari ini?
SALAM REVIVAL
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *