Oleh : Peter B, MA
Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh
~ Mazmur 119:4 (TB)
Tuhan memerintahkan kita untuk melakukan perintah-perintah-Nya. Ia tidak melarang kita membaca, menghafal, membicarakan, mengutip atau menyebarluaskan firman-Nya. Namun di atas segalanya, Ia ingin -bahkan memerintahkan, yaitu menyuruh dengan tegas- untuk supaya kita MELAKUKAN firman-Nya.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung
~ Yosua 1:8 (TB)
Perintah Tuhan ialah kita memperkatakan dan merenungkan firman-Nya SUPAYA kita dapat BERTINDAK sesuai dengan yang diperintahkan-Nya itu!
Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.”
~ Ulangan 5:32-33 (TB)
Tidak ada sikap yang lebih baik dan yang membuahkan hasil dalam hubungan kita dengan firman Tuhan selain ketika kita menjadi pelaku-pelaku firman (Yakobus 1:22-25; Ulangan 6:1-3; Matius 7:24). Dan, bisa jadi, tidak ada sikap yang lain yang lebih bodoh daripada melakukan apapun yang lain terhadap firman tetapi tiada pernah melakukannya. Kita mungkin menghafal banyak ayat serta dengan bangga mengutip atau mengulanginya dalam berbagai kesempatan, atau mungkin kita telah membuat pajangan dinding bergaya seni bermutu tinggi di rumah kita berisikan ayat firman Tuhan. Sayangnya, semua kurang berharga di mata Tuhan sebab yang paling Ia rindukan ialah supaya firman-Nya itu menjadi gaya hidup kita. Yang tampak dalam perbuatan-perbuatan kita sehari-hari, sehingga memberikan perbedaan menyolok pada saatnya terhadap mereka yang tidak mengenal Tuhan atau yang masih mengikuti jalan-jalan dunia ini.
Jadi, biarlah pada hari ini kita sadari bahwa Ia menghendaki kita MELAKUKAN titah-titah-Nya. Itulah maksud hati-Nya dan perintah yang mendasari setiap perintah lain dalam firman-Nya.
Selanjutnya, banyak orang beriman yang merasa telah melakukan perintah Tuhan. Merasa bahwa ia telah memegang teguh firman ketetapan Tuhan. Tetapi Mazmur 119:4 mengingatkan kita bahwa perintah Tuhan BUKAN SEKEDAR melakukan firman-Nya tetapi juga supaya kita MELAKUKANNYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH (lihat Keluaran 15:26; Ulangan 26:16; 2 Raja-raja 23:3)
Artinya kita tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Dengan sesuka hati atau keinginan kita. Secara ala kadarnya atau tergantung suasana hati kita maupun keadaan kita sehingga pada suatu kali kita melakukannya dengan serius sedangkan di saat yang lain kita sama sekali mengabaikannya. Kita harus bersungguh-sungguh untuk menjadi pelaku-pelaku firman!
Jika dihubungkan dengan bagian pertama, kita seharusnya menyadari bahwa ayat yang sedang kita pelajari secara keseluruhan sebenarnya memberitahukan supaya kita harus melakukan ketetapan-ketetapan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Yang berarti bahwa tidak cukup kita hanya melakukannya tetapi harus melakukannya dengan kesungguhan. Sebelum kita melakukan firman dengan sungguh-sungguh, sejatinya kita BELUM benar-benar melakukan firman-Nya -sebab Tuhan menghendaki kita melakukannya dengan sungguh-sungguh. Atau, mungkin kita telah melakukannya, tetapi tanpa sikap yang dikehendaki-Nya, kita hanya melakukannya sebagian saja dimana Tuhan tentu tidak berkenan akan apa yang kita lakukan.
Katakanlah “sungguh-sungguh” diartikan sebagai “segenap hati kepada Tuhan”. Alkitab memberikan catatan yang jelas, contoh-contoh dari mereka yang mau segenap hati melakukan petunjuk Tuhan maupun yang tidak segenap hati.
Perhatikanlah perbandingan antara dua kisah berikut ini:
Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya.
~ Bilangan 14:24
kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya.
~ Bilangan 32:12
Kaleb dan Yosua mengikut Tuhan dengan sepenuh hati mereka. Kita tahu akhir hidup mereka, yang masuk Tanah Perjanjian, bahkan sempat menikmati tinggal hingga mati di sana.
Bandingkan dengan ini:
Amazia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem; nama ibunya ialah Yoadan, dari Yerusalem.
Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak dengan segenap hati.
~ 2 Tawarikh 25:1-2 (TB)
Akhir hidup salah satu raja Yehuda ini cukup tragis:
Ketika Amazia kembali, setelah mengalahkan orang-orang Edom itu, ia mendirikan para allah bani Seir, yang dibawanya pulang, sebagai allahnya. Ia sujud menyembah kepada allah-allah itu dan membakar korban untuk mereka. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Amazia; Ia menyuruh seorang nabi kepadanya yang berkata: “Mengapa engkau mencari allah sesuatu bangsa yang tidak dapat melepaskan bangsanya sendiri dari tanganmu?”
Waktu nabi sedang berbicara, berkatalah Amazia kepadanya: “Apakah kami telah mengangkat engkau menjadi penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau dibunuh?” Lalu diamlah nabi itu setelah berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa Allah telah menentukan akan membinasakan engkau, karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak mendengarkan nasihatku!”
~ 2 Tawarikh 25:14-16 (TB)
Sejak Amazia menjauhi TUHAN, orang mengadakan persepakatan melawan dia di Yerusalem, sebab itu larilah ia ke Lakhis. Tetapi mereka menyuruh mengejar dia ke Lakhis, lalu dibunuhlah ia di sana.
Ia diangkut dengan kuda, lalu dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud.
~ 2 Tawarikh 25:27-28 (TB)
Bukan kematiannya yang menjadi ketragisan hidup Amazia. Jauh sebelum itu, jalan menuju kebinasaan telah dirintisnya. Karena setengah hati, imannya melemah sehingga ia menyembah illah bangsa lain, suatu illah yang bahkan tidak dapat menyelamatkan bangsa yang menyembahnya! Suatu kebodohan dan kejatuhan yang besar!
Yang satu (Yosua dan Kaleb) mewarisi janji dan keberkatan dari Tuhan, yang satu lagi (Amazia) tersesat dan binasa karena tidak sepenuhnya mengikut Tuhan.
Yang manakah pilihan Anda?
Tetapi penting bagi kita untuk sekarang memahami, apakah yang dimaksud dengan “sungguh-sungguh” dalam nats di atas? Menurut keterangan dari bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan sebagai “sungguh-sungguh” memiliki makna “dengan kekuatan yang besar” atau “dengan sepenuh kekuatan” atau “dengan secepat-cepatnya”.
Definisi-definisi di atas mewakili suatu sikap atau respon antara lain: “tidak bermain-main”, “tidak biasa-biasa”, “tidak sekedarnya saja” dan “tidak berlambat-lambat”.
Marilah kita renungkan dengan jujur.
Sudahkah kita melakukan firman dengan kualitas semacam itu? Atau masihkah kita kerap berpikir ulang, merasa enggan dan berat menjalani hidup taat pada kehendak Tuhan atau, mungkin kita selama ini sekedar melakukan yang kita pikir baik dan biasa dilakukan orang Kristen pada umumnya?
Renungkanlah poin-poin berikut ini.
Melakukan firman “dengan kekuatan yang besar” itu artinya:
• Hati kita tulus, sepenuhnya dan sebulat-bulatnya untuk menjadi pelaku firman. Tidak tanggung-tanggung: “kalau bisa aku lakukan, kalau tidak bisa mau bilang apa?” Juga bukan menggunakan firman dengan maksud mengesankan manusia tetapi melakukannya untuk menyenangkan hati Tuhan saja.
• Tidak mudah menjadi lemah, menyerah atau putus asa saat terasa sukar menjadi pelaku firman. Ketika kita mendorong atau menarik sesuatu dengan kekuatan yang besar, maka kekuatan yang besar itu tidak akan berhenti begitu saja ketika yang didorong atau ditariknya itu belum bergerak. Ia akan terus memberikan tekanan dorongan atau tarikan hingga tujuannya tercapai. Sama dengan itu, kita melakukan firman dengan kekuatan Roh Tuhan di dalam kita (Zakharia 4:6). Tidak akan menyerah kalah walau banyak halangan. Tidak berputus asa sekalipun belum melihat hasil. Roh Tuhan dan kasih karunia-Nya akan menjadi sumber daya kita melakukan setiap perintah-Nya.
• Jika kita melakukan firman dengan segala kesungguhan dan kekuatan yang besar dari Tuhan, maka pada waktunya ada hasil yang nyata, suatu perubahan yang digerakkan oleh kuasa sorgawi yang mampu mengubah karakter kita menjadi manusia-manusia Allah yang serupa dengan sifat Yesus Kristus sendiri (1 Timotius 6:11; Roma 8:29; 1 Petrus 2:21). Kekuatan yang besar pasti membuahkan hasil. Tidak ada suatu ledakan besar yang tidak membawa akibat yang dahsyat. Begitu pula, kuasa Tuhan yang bekerja di dalam kita tidak mungkin tidak berdampak. Jika kita sungguh-sungguh melakukan firman, tidak hanya hidup kita yang dihibahkan selama-lamanya tetapi bahkan kita menjadi alat perubahan, saluran berkat, kuasa dan kasih Tuhan, menjadi terang penunjuk jalan dan garam ilahi yang mempengaruhi dunia yang tak bertuhan ini.
Jadi, tidak ada cara lain yang lebih baik dan berguna.
Lakukanlah firman Tuhan. Lakukanlah sepenuh kekuatan Anda. Dan buktikanlah bahwa itu benar-benar membuat perbedaan di hidup Anda.
Hari ini, Anda dipanggil dengan segenap kekuatan Tuhan di hidup Anda untuk melakukan firman-Nya. Seharusnya tidak ada kata lemah dan putus asa. Sebab Roh yang lebih besar dari roh apapun juga berdiam dalam roh Anda.
Ya, Andakah pelaku firman yang dipakai Tuhan untuk membuat perbedaan bagi dunia ini?
Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan