MEMENANGKAN ORANG-ORANG BAGI GEREJA BUKAN BAGI TUHAN (Mark Atteberry)-Bag 2


APA YANG PERLU ORANG-ORANG KETAHUI TENTANG GEREJA

Suatu kali, saya berhenti di apotek dekat rumah kami untuk menebus resep. Karena sebelumnya saya belum pernah minum obat itu, saya berhenti sejenak untuk membaca cetakan komputer yang mendaftarkan efek samping obat tersebut. Sembelit, yang pernah saya alami dan selamat darinya, ada di dekat bagian atas daftar. Namun, di bagian jauh lebih bawah adalah penglihatan kabur, mual, pusing, kejang, dan bahkan pendarahn dalam. Mereka tentunya tahu cara menghibur dan menyemangati orang sakit !

Di sisi lain, baik untuk mengetahui kapan ada bahaya tersembunyi. Suatu hal yang baik untuk masuk ke dalam setiap situasi dengan mata terbuka, entah apakah Anda memulai pengobatan baru mulai bergereja. Bahkan, saya sering bertanya-tanya apa seharusnya gereja-gereja mencontoh perusahaan obat dan menyediakan daftar cetakan komputer yang mencantumkan bahaya-bahaya yang harus diwaspadai oleh orang-orang yang baru mengunjungi gereja. Saya percaya ada dua peringatan yang harus diberikan kepada semua orang memikirkan untuk mulai bergereja.

PERINGATAN PERTAMA : ANDA AKAN MENGHADAPI BEBERAPA ORANG YANG SULIT DAN TIDAK MENYENANGKAN. Saya sering kali mengatakan bahwa di gereja, saya telah menemui beberapa orang paling hebat di dunia. Yang jarang saya katakan (namun juga sama benarnya) adalah saya juga telah menemui beberapa orang yang paling aneh, paling menyebalkan di gereja.

Bertahun-tahun lalu, salah seorang anggota gereja singgah ke kantor saya ketika saya bersiap-siap untuk pulang. Ia menceritakan kepada saya bahwa istrinya telah mengusirnya dari rumah, dan ia butuh tempat untuk bermalam. Ia memohon kepada saya untuk mengizinkannya tidur di lantai di gedung kami hanya untuk satu malam. Ia berjanji akan bangun dan pergi pagi-pagi, sehingga saya tidak akan tahu bahwa ia ada di sana. Saya tahu bahwa pria itu memiliki banyak masalah dan barang kali pantas diusir keluar dari rumah, namun ia berjalan kaki, di luar sana dingin, dan saya tidak ingin ia berkeliaran di jalanan sepanjang malam. Atau lebih parah lagi, tidur di bawah jembatan. Jadi, saya mengizinkannya bermalam di ruang kelas dan memberitahukan padanya untuk pergi sebelum pukul 8 pagi.

Pada pukul 8.15 pagi berikutnya, saya masuk ke gedung dan berhenti untuk mendengarkan. Semuanya hening dan tidak ada lampu yang menyala. Saya menarik napas lega. Tampaknya ia benar-benar sudah bangun dan pergi. Jadi, saya masuk ke kantor, menyalakan komputer, dan mulai bekerja.

Sekitar pukul 8.25—lima menit sebelum sekretaris saya tiba—saya mendengar suara. Seseorang berada di lorong di luar pintu kantor saya.

Saya mengangkat wajah dan melihat pria itu melangkah masuk ke kantor saya dan mengenakan pakaian dalamnya. Perut gendutnya menggantung di atas celana dalamnya, rambutnya tampak seperti bom yang telah meledak di atas kepalanya, dan ia menguap lalu mengusir kantuk dari matanya. “Pagi,” ia berujar, seceria seperti kami sedang berpapasan di Starbucks dekat rumah.

Saya melompat dari kursi seperti roket NASA melesat ke orbit. “Apa yang sedang Anda lakukan?” saya mendesak. Ia tidak tampak terganggu sedikit pun. “Saya ketiduran. Saya sama sekali tidak berpikir bisa tidur di lantai keras itu. Namun, Anda tahu, karpet itu cukup lembut. Sebenarnya saya tidur lumayan nyenyak.”

Dan kemudian saya mendengar suara pintu. Sekretaris saya tiba.

Saya hanya dapat membayangkan apa yang akan ia pikirkan jika ia menjulurkan kepalanya ke dalam kantor saya untuk berkata selamat pagi (seperti yang ia lakukan setiap hari) dan melihat seorang pria dengan mengenakan pakaian dalam berdiri di sana. Saya berpikir bahwa saya memiliki sekitar tiga puluh detik untuk menghindari bencana besar, dan saya tidak membuang sedetik pun. Saya memerintahkan pria itu untuk pergi dari pandangan saya dan berpakaian, dan saya melakukannya dengan cara…ya, boleh dibilang barangkali ia sama sekali belum pernah bergerak secepat itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian pria itu melangkah masuk kembali ke kantor saya, berpakaian lengkap, dan memberi tahu saya bahwa barangkali ia tidak perlu tidur di gedung gereja lebih dari tiga atau empat malam lagi dan bahwa ia akan berusaha untuk mendapatkan sebuah jam beker supaya tidak ketiduran lagi. Lalu ia punya keberanian untuk bertanya apa saya memiliki kunci serep yang bisa ia gunakan. Kemungkian besar saya menatapnya seperti kepalanya baru saja ditempatkan anak panah karena tiba-tiba ia berhenti dan berkata, “Ada yang salah?”

Saya mengambil napas panjang.

Setenang mungkin (dan itu membutuhkan usaha yang besar), saya menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak menjalankan sebuah hotel dan ia harus menemukan tempat lain untuk tidur. Saya mendorongnya untuk memperbaiki hubungan dengan istrinya atau, itu tidak berhasil, tinggal dengan seorang teman atau menyewa sbuah kamar motel. Lagipula, ia bekerja dengan menguntungkan. Gereja telah menolongnya, namun sekarang waktunya bagi dia untuk memikul tanggung jawab atas situasinya.

Dan itulah saat di amana ia menjadi berang.

Ia mulai menguliahi saya tentang kekurangpedulian saya terhadap orang-orang yang membutuhkan. Apa gunanya gereja, tanyanya, jika tidak dapat menolong orang-orang yang sedang mengalami saat-saat sulit? Jika saat itu tekanan darah saya diukur, barangkali tensimeter akan rusak. Saya rasa Anda dapat menggoreng telur di belakang tengkuk saya.

Selama bertahun-tahun saya banyak mengalami hal aneh dan mengganggu seperti itu. Dan alasannya adalah karena kita menyambut setiap orang ke dalam gereja. Kita tidak menolak orang hanya karena mereka kasar, memalukan, atau egois. Sesungguhnya , kuasa Allah telah diketahui mengubah secara total orang-orang seperti itu, sehingga bahkan ada unsur antisipasi ketika sesorang sulit bergabung ke dalam keluarga.  Saya sering melihat surga dan berkata dengan senyuman menyeringai, “Saya tidak dapat menunggu apa yang akan Engkau lakukan dengan yang satu ini, Bapa!”

Namun menyambut semua orang ke dalam gereja berarti bahwa semau tipe kepribadian (tak peduli betapa menganggunya), semua pendapat (tak peduli betapa tololnya), semua kelemahan (tak peduli betapa menyedihkan), semua tingkat kedewasaan, semua ukuran ego, dan semua bentuk bagasi akan terwakili. Beberapa orang terkejut ketika perasaan mereka terluka di gereja. Mengingat pada umumnya anggota jemaat terdiri dari bermacam-macam orang aneh, saya selalu berpikir akan lebih mengejutkan lagi jika mereka tidak terluka perasaanya.

Beberapa tahun lalu, saya mengajak sorang teman saya yang adalah pengkhotbah untuk melihat gedung gereja baru kami saat sedang dibangun. Saya menghentikan mobil di depan tanda yang berbunyi, “Daerah Berhelm.” Saya telah melihat tanda itu ratusan kali dan tidak pernah memikirkan apa pun tentang hal itu. Namun, selagi kami berjalan melewati, teman saya menyindir, “Kau tahu, setiap gereja di dunia harus memiliki tanda seperti itu di depannya… bahkan setelah pekerjaan pembangunan selesai.”

Itu adalah komentar yang pandai, namun tawa kami di kekang oleh fakta bahwa kami tahu itu sangat benar. Orang-orang yang sulit dan tidak menyenangkan menyebabkan pergi menjadi pekerjaan yang cukup membahayakan.

PERINGATAN KEDUA: GEREJA YANG ANDA KUNJUNGI TIDAK AKAN SELALU SAMA SEPERTI HARI INI. Ketika saya membimbing seorang pria dan seorang gadis yang berencana untuk menikah, saya selalu berbicara kepada mereka tentang perubahan-perubahan yang dapat mereka harapkan. Dan saya menggunakan diri sendiri sebagai contoh.

Ketika Marilyn dan saya menikah, saya memiliki tubuh yang langsing, atletik, pemukul paling unggul di tim softball gereja kami, memiliki kepala yang penuh dengan rambut cokelat gelap, dan tidak mendengkur. Sekarang, lebih dari tiga puluh tahun kemudian, saya memiliki tubuh yang gemuk, pemukul tingkat tujuh, rambut di atas kepala selicin pantat bayi, dan Marilyn mengatakan bahwa saya terkadang mendengkur (meskipun saya ingin merekamnya untuk membuktikan bahwa ia tidak punya bukti yang bisa dipergunakan di pengadilan).

Siapa pun yang memiliki dua mata (dan Marilyn mengatakan, dua telinga) mengetahui bahwa saya telah berubah. Namun, ia tidak meninggalkan saya. Bahkan, ia akan memberi tahu Anda bahwa ia menyukai versi diri saya yang sekarang lebih baik daripada versi diri saya yang ia nikahi. Ia berkata bahwa kehilangan fisik yang saya alami telah banyak digantikan oleh pencapaian rohani yang telah saya dapatkan.

Jadi, perubahan tidak dapat dihindari, tetapi bukan sesuatu yang harus ditakuti. Saya memberi tahu semua pasangan muda yang saya bimbing bahwa jika mereka terus bertumbuh dalam Tuhan dan fokus pada masalah-masalah jiwa yang lebih mendalam, kehilangan sedikit rambut atau penambahan beberapa kilogram akan tampak tidak penting.

Dan kemudian pada suatu hari saya menyadarinya.

Saya perlu mengadakan percakapan yang sama dengan orang-orang yang berencana untuk membangun hubungan dengan gereja kami. Mereka, juga, umumnya jatuh cinta dengan hal yang mereka lihat di depan mereka dan jarang berhenti untuk memikirkan bahwa gereja barangkali akan tampak dan terasa sangat berbeda dalam beberapa tahun yang singkat.

Pikirkanlah tentang itu.

Seseorang biasanya menyukai pendeta dari gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi jika pendeta itu pindah dan digantikan oleh seseorang dengan kepribadian dan filosofi pelayanan yang benar-benar berbeda.

Seseorang biasanya menyukai musik gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi ketika jemaat memutuskan untuk membeli gedung 16,09 km jauhnya dari rumahnya?

Seseorang biasanya menyukai persekutuan gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi ketika golongan-golongan terbentuk dan pertengkaran pecah?

Saya dapat terus mendaftarkannya, namun Anda memahami gambarannya.

Bahkan gereja-gereja yang nyaman, bahagia, kecil seperti yang ada di kartu pos dapat mengalami  beberapa perubahan dramatis. Dan, tentunya, banyak di antara perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang baik. Namun, bahkan perubahan-perubahan yang baik dapat tampak buruk jika Anda tidak mengharapkannya. Jadi, seperti istri yang untuk pertama kalinya disadarkan akan denkuran suaminya… atau seperti suami-yang-belanja-Natal tiba-tiba menyadari ukuran baju istrinya telah menjadi dua kali lipat lebih besar sejak mereka menikah…seorang anggota gereja perlu mampu memproses perubahan-perubahan itu dan tetap mempertahankannya dalam perspektif yang seimbang.

Yesus menyentuh pemikiran ini dalam Matius 9:17 ketika Dia berkata, “Tak seorang pun akan menyimpan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Kantong yang tua akan terkoyak karena tekanan dari anggur itu, sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula” (NLT). Orang-orang, seperti kantong kulit, perlu cukup fleksibel untuk mengakomodasi srategi, metode, dan format baru tanpa menjadi hancur. Dan, lebih baik kita memperingatkan mereka untuk mengantisipasi perubahan pada saat nereka pertam kali datang ke gereja.

Saya menyadari bahwa apa yang saya sarankan di sini mungkin tidak bisa diterima beberapa orang kristiani. Anda mungkin berpikir jika kita terlalu jujur pada calon anggota kita tentang ketidaksempurnaan gereja, kita mungkin menakut-nakuti mereka. Namun, ingatlah, saya tidak pernah mengatakan kita harus menamilkan gereja sebagai rumah horor. Saya hanya percaya kita harus meneladani Yesus dan mengingatkan calon murid bahwa bergabung dengan gereja mungkin tidak selalu mengalami hal-hal yang manis. Pertimbangkanlah perkataan keras Yesus berikut yang saya yakain melemahkan harapan calon-calon pengikut-Nya: 

Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20).

Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku (Markus 13:13).

Apakah menurutmu Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Tidak, Aku datang untuk membawa pertentangan dan perpecahan! Mulai saat ini keluarga akan terpecah, tiga orang membelaku, dan dua orang lainnya melawan-Ku—atau sebaliknya. Akan ada pertentangan antara ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan, ibu mertua dan menantu perempuan (Lukas 12:51-53 NLT).        

Apakah kau ingat apa yang kukatakan kepadamu? “Seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya.” Karena mereka menganiaya Aku, mereka juga akan menganiayamu (Yohanes 15 :20 NLT).

Jelaslah, Yesus jauh lebih menaruh perhatian pada kejujuran terhadap orang-orang dibanding membangun jumlah pengikut dalam jumlah besar. Bahkan, kita tidak boleh lupa bahwa mendekati akhir hidup-Nya, jumlah pengikut Yesus anjlok hingga hampir tidak ada lagi, namun Dia terus saja memberitahukan kebenaran pada orang-orang tentang kerajaan-Nya. Sulit bagi-Nya untuk melihat orang menjauh. Mungkin Dia tergoda untuk memohon mereka tinggal atau memancing mereka kembali dengan beberapa janji indah. Jika demikian, itu adalah godaan yang Dia lawan. Saya percaya Yesus tahu bahwa Dia akan memiliki lebih sedikit murid, namun murid yang lebih baik jika Dia mengingatkan mereka tentang bahaya-bahaya yang akan mereka hadapi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *