MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (1)

Renungan Mazmur 19
Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hambamu dari (sikap) orang kurang ajar; janganlah (itu semua) menguasai aku! Maka aku akan menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.”
~(Mazmur 19:13-14)~

Betapa banyakkah kita telah mengenal Allah kita? Satu hal yang menyedihkan dalam hidup Kristen adalah begitu banyak  orang yang mengaku pengikut Kristus (Kristen berarti pengikut Kristus) tetapi tidak tahu banyak mengenai Kristus. Mereka mengenal apa saja yang terkait dengan dunia ini. Mereka mengenal seluk beluk dunia bisnis, hal apa saja mengenai tokoh-tokoh idola (duniawi) yang terkenal, pemimpin-pemimpin bangsa, bahkan sejarah bangsa-bangsa dan suku-suku; tetapi sayang sekali pengetahuan mereka tentang Yesus tidak ada sepersepuluh dari pengetahuan mereka akan hal lain dari dunia ini. Ini membuktikan bahwa kekristenan masih belum menjadi yang terutama, menjadi inti dari kehidupan setiap orang percaya; tetapi  hanya sebagai unsur pelengkap atau sampingan semata. Bagaimana mungkin pengikut (Kristus) tidak mengenal siapa yang diikutinya (Yesus Kristus)? Jika seseorang mengaku sebagai seorang pengikut tetapi  tidak mengikuti pemimpinnya, bukankah itu suatu kebohongan dan kepalsuan? Saya bertanya-tanya, apakah mereka sungguh-sungguh untuk mengikuti Kristus atau tidak?

Tanpa pengenalan akan Tuhan kita akan sesat: tersesat dan mudah  disesatkan. Pengenalan akan Tuhan adalah tugas yang terutama dalam hidup kita. Kita diciptakan untuk berhubungan dan mengenal Dia lebih dan lebih lagi. Semakin jauh kita dari Tuhan, hidup kita makin masuk dalam wilayah yang berbahaya. Di situ iblis beroperasi secara penuh dan dapat dengan mudah mengendalikan dan menguasai hidup kita. Pengenalan akan Dia membuat kita mendekat dan semakin intim dengan Tuhan. Dunia ini gelap karena masih dikuasai oleh penguasa kegelapan, tetapi jika kita tahu FirmanNya: itu akan menjadi pelita dan terang bagi perjalanan hidup kita! (Mazmur 119:105). Pengajaran-pengajaran rohani yang kurang dapat dipertanggung jawabkan masih memenuhi gereja-gereja Tuhan, mengacaukan dan memecah belah gereja Tuhan tetapi apabila kita sungguh-sungguh mengenal Dia, maka kita tidak akan dapat disesatkan atau “diombang-ambingkan rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran..bertumbuh dalam segala hal kearah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Ef. 4:14).

Merenungkan Mazmur 19, kita akan mengetahui bahwa Daud memiliki kerinduan yang seharusnya juga dimiliki setiap penyembah sejati yaitu rindu mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Mazmur 19 adalah Mazmur pengajaran mengenai pengenalan akan Tuhan. Daud melihat alam semesta (langit, matahari, bintang dsb.) dan memperoleh pengenal akan Tuhan (Mzm19:2-7). Daud membaca hukum Taurat Tuhan, dan ia mendapatkan pengenalan lebih dalam lagi akan Tuhan (Mzm19:8-11). Bagi Daud, pengenalan akan Tuhan begitu berharga sehingga ia memandangnya  sebagai: lebih  indah dari emas tua dan lebih manis dari madu (Mzm19:10b-11). Pengenalan akan Tuhan juga memberikan keuntungan yang besar bagi Daud karena ia berkata, “hambaMu ini diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya (pengenalan oleh firman itu) mendapat upah yang besar.” (Mzm19: 12). Bagaimana dengan kita?

Saudaraku, Daud adalah seorang tokoh Alkitab yang luar biasa. Hati dan hidupnya begitu ‘mengesankan’ Allah sehingga ia dijuluki seorang yang berkenan di hati Allah. Keseluruhan hidup Daud menggambarkan nats firman Tuhan yang berbunyi, “tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan bertindak.”(Dan 11:32b). Contoh klasik mengenai hal itu adalah saat ia mengalahkan Goliat. Sewaktu seluruh pasukan Israel beserta pemimpin mereka gemetar ketakutan tanpa harapan, Daud yang mengenal siapa Allahnya, Allah Israel, sama sekali tidak terpengaruh apalagi goncangan; ia tetap kuat dan bertindak dengan sangat berani. Kemenangan Daud atas Goliat adalah buah dari pengenalan dan pengalaman hidupnya bersama Allah. Ketahuilah satu perkara, saudara, di akhir zaman saat segala sesuatu yang digoncangkan hanya mereka yang memiliki dasar yang teguh yang akan bertahan. Dasar yang teguh itu adalah pengenalan akan Allah di dalam Yesus Kristus Tuhan.

Mengamati Mazmur 19, kita juga akan mengetahui bagaimana Daud dapat mengenal Allahnya begitu rupa. Dua nast di ataslah yang merupakan kunci untuk dapat mengenal Tuhan. Mungkin  engkau bertanya-tanya,”Benarkah itu kuncinya? Bukankah untuk mengenal Allah kita harus membaca Alkitab, buku-buku rohani, ikut pendalaman Alkitab (PA), seminar, mendengarkan khotbah dan kaset khotbah, masuk sekolah  Alkitab atau mungkin…berdoa?”. Itu semua tidak salah tetapi perhatikan beberapa hal berikut ini: Jika mengenal Allah harus melakukan semua itu, berarti di zaman sebelum Alkitab dan seminari Alkitab ada pengenalan akan Allah pasti merupakan suatu yang mustahil, bukan? Bagaimana lagi dengan para hamba Tuhan dan orang percaya yang telah melakukan dan memiliki segala hal yang ditulis di atas untuk mengenal Allah, apakah itu menjamin pengenalan akan Allah ada pada mereka?

Hingga kini masih sering kita dapati  orang-orang Kristen yang mengetahui hal-hal tentang Allah tetapi tidak memperoleh pengenalan akan Allah. Apa bedanya? Bedanya: pengetahuan tentang Allah adalah data dan informasi tentang Allah yang kita miliki di otak kita; ini sifatnya seperti semua informasi lain (seperti pelajaran di sekolah, teori-teori matematika dsb.) yang dapat di rekam oleh otak. Sebaliknya, pengenalan akan Allah tidak hanya sekedar tahu dan memiliki informasi tetapi mengenal secara pribadi; ini berarti tidak hanya mengetahui kulitnya tetapi intisarinya, tidak hanya mengetahui teorinya tetapi praktek dan kenyataannya, tidak hanya di otak tetapi sampai seluruh kehidupan dan hati kita dipenuhi oleh pengenalan itu sendiri. Mengetahui dan memiliki seluruh data lengkap mengenai presiden kita tidak berarti kita mengenal beliau. Itu hanya mengenal kulit luarnya, tetapi pemikiran dan perasaan hatinya tidak akan pernah diketahui melalui data statistik.

Kepribadian dan sifat-sifatnya yang khas hanya dapat diketahui lewat suatu hubungan yang bersifat pribadi, dekat dan terus menerus. Demikian juga untuk mengenal Tuhan kita. 

Kembali pada kedua kunci di atas. Sebelum membahas keduanya, perhatikan baik-baik bahwa kedua hal yang akan kita pelajari adalah mengenai sikap hati. Untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi, inilah yang memang paling kita perlukan: suatu sikap hati yang benar. Inilah sebabnya mengapa banyak orang membaca Alkitab, mendengarkan khotbah dan sebagainya tetapi tetap tidak memperoleh  pengenalan yang benar akan Allah. Banyak orang ingin mengenal Allah tetapi tidak memiliki sikap hati yang benar. Akibatnya, mereka mudah disesatkan baik oleh pemikiran-pemikiran mereka sendiri maupun oleh iblis. Ketahuilah baik-baik: sikap hati kita memegang peranan yang sangat penting dalam kita berhubungan dengan Tuhan. Dalam hubungan dengan manusia, sikap perbuatan kita yang terlihat sehari-harilah yang penting; tetapi dalam hubungan dengan Tuhan sikap hati  lebih penting daripada sikap lahiriah kita. Mengapa? Sebab Tuhan tidak melihat apa yang tampak dari luar. Tuhan melihat hati. Dia tidak dapat ditipu dengan perbuatan-perbuatan yang ‘tampak benar’ dan ‘baik’; yang pada dasarnya adalah palsu dan penuh kemunafikan. Ia mencari kebenaran itu hingga ke dalam batin. Jika yang ditemukan dalam batin itu benar maka Ia akan berkenan. (Maz 51:8a). Demikian pula dalam hal kita hendak mengenal Dia. Sikap hati yang benar menjadikan kita terbuka dan siap  menerima pengertian dan pewahyuan apapun mengenai Tuhan. Sikap hati yang benar mencari Dia dan hanya Dia saja karena tertuju dan diarahkan hanya kepada Dia.

Seperti keran dan saluran yang terbuka demikianlah sikap hati yang benar akan membawa kesegaran dan kekayaan hikmat Allah kepada kita.

Daud seumur hidupnya memiliki hati yang berkenan di hadapan Allah, oleh karenanya ia mendapatkan pengenalan akan Allahnya, dan pengenalan akan Allah itu membawanya menjadi seorang pribadi yang matang, kuat dan dewasa; menjadi pemimpin yang berwibawa, bijaksana dan besar; menjadi seorang hamba Tuhan yang berhasil, melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, setia,dan menyenangkan hati Tuannya. Hai, Saudaraku, sekali lagi: hati. Inilah bagian yang Tuhan perhatikan dan lihat sepanjang hidup kita. Kita akan belajar lebih jauh lagi mengenai bagaimana sikap hati yang benar dalam mengenal Dia.

MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *