MENCARI KEMUDAHAN DENGAN MENGIKUT YESUS?

Oleh: Peter B, MA

Nats :
Dari karena segala lawanku aku telah menjadi kecelaan belaka bagi
orang sekampungku dan suatu ngeri bagi kenal-kenalanku; barangsiapa
yang di luar memandang akan daku yaitu lari jauh dari padaku. ”
~ _Mazmur 31:12,TL

Seperti sudah kita ketahui bersama, Daud disebut orang yang berkenan
di hati Tuhan. Meskipun demikian, tidak seperti perkiraan banyak
orang, sebagian tahun-tahun kehidupan Daud, dijalani di dalam
kesukaran dan penderitaan yang tidak ringan.

Ayat yang kita baca di atas, merupakan bagian dari Mazmur yang
ditulis Daud di saat ia mengalami kesesakan yang besar. Sedemikian
besarnya, sehingga Daud mengatakan bahwa kesengsaraan yang
dialaminya, tidak hanya datang dari lawan-lawannya. Orang-orang di
sekitarnya menjadi takut kepadanya oleh karena ia dianggap membawa
celaka, begitu pula dengan orang-orang yang mengenal dia. Orang-orang
yang dianggapnya dekat telah memandangnya dengan ngeri. Bahkan setiap
orang di jalan yang menemuinya berusaha menjauh darinya.

Inilah suatu gambaran akan penolakan yang besar dalam hidup
seseorang. Ia tidak diterima di manapun. Ia bagaikan menjadi musuh
semua orang dan musuh seluruh bangsa. Dan itu dialami oleh Daud. Kita
tidak tahu persis kapan tepatnya Daud mengalami hal ini. Ada yang
menduga bahwa itu terjadi saat Daud sedang diburu serta diinginkan
kematiannya oleh Saul. Tetapi satu hal yang pasti, Daud mengalami
penderitaan yang hebat. Orang yang dibanggakan dan dipandang telah
menyukakan hati Tuhan, ternyata tidak luput dari kehidupan yang sukar
lagi berat.

Apa yang kita baca dari Mazmur 31 di atas, seharusnya membuka mata
rohani kita untuk dapat memahami lebih jelas akan jalan-jalan Tuhan,
sekaligus menjadikan pikiran kita lebih terang sehingga kita tidak
mudah ditipu oleh pengajaran-pengajaran yang sepertinya bersumber
dari firman Tuhan, tetapi tidak tepat demikian. Kita harus menjadi
lebih paham dan memiliki hikmat Tuhan untuk membedakan mana yang
merupakan pesan firman-Nya dan mana yang sekedar menyerupai
perkataan-Nya.

KEHIDUPAN YANG
BEBAS DARI MASALAH DAN PENDERITAAN BUKAN RENCANA DARI TUHAN
Kita tahu bahwa kerap kali disampaikan dan diajarkan di mimbar-mimbar
gereja kita hari ini (terutama oleh gembala-gembala sidang sendiri)
suatu pesan bahwa apabila kita percaya kepada Yesus, maka hidup kita
akan senantiasa berhasil, diberkati, kaya raya, dimudahkan di dalam
segala urusan, penuh dengan berbagai mujizat dan terobosan yang luar
biasa. Ini semakin tak terbantahkan dengan begitu banyak hari ini
yang menyanyikan doa Yabes. Yang intinya, memohon berkat yang
berlimpah limpah, diperluas kekuasaannya, supaya Tuhan menyertai dan
melindungi sehingga kesakitan tidak menimpa atas kita. Tanpa
penafsiran dan penjelasan yang benar, sangat kuat kesan bahwa itu
merupakan doa yabg mendasarkan pada janji Tuhan kalau hidup kita bisa
mengalami berbagai kemudahan sebagai umat-Nya.

Jika itu benar, bagaimana dengan yang dialami oleh Daud?
Bagaimana bisa ia sampai mengalami penderitaan yang begitu hebatnya
sehingga semua orang menjadi ngeri lalu menjauhi dia, seakan-akan
tidak ada tempat lagi baginya?

Fakta Alkitab menunjukkan bahwa Daud harus menjalani suatu kehidupan
yang keras dan penuh penderitaan sebelum ia menjadi pemimpin atas
seluruh Israel. Beberapa kali Daud tergelincir. Tidak jarang ia
menjadi lemah dan jatuh. Dalam perjalanan yang memakan waktu
bertahun-tahun ini, bisa saja Daud menjadi kecewa dan putus asa.
Mungkin saja ia menjadi frustrasi dan menyerah pada keadaan karena
merasa bahwa janji Tuhan tidak segera menjadi kenyataan, atau
menganggap bahwa Tuhan tidak berlaku adil kepadanya.

Bukankah itu sangat sering terjadi dan kita lihat di antara anak-anak
Tuhan sendiri? Di mana tidak sedikit yang melepaskan imannya atau
berubah hati dan komitmennya kepada Tuhan ketika melihat kehidupannya
yang selama ini ia rasa telah cukup taat kepada Tuhan, nyatanya
terasa justru semakin berat dan sulit untuk dijalani?

Penderitaan yang dialami oleh seorang percaya pada umumnya disebabkan
oleh dua hal: akibat dosa atau karena seijin Tuhan demi tujuan
pembentukan-Nya supaya yang diproses menjadi pribadi yang diperbesar
kapasitasnya demi kemuliaan Tuhan. Menilik dari yang dialami Daud,
dengan mengamati isi pasal 31 dari Mazmur tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa itu bukan merupakan akibat dari kesalahan
Daud. Tuhanlah yang mengijinkan segala kesukaran dan penderitaan itu
dialami oleh Daud. Ia sedang memproses hidup Daud. Dan tidak ada yang
mudah atau menyenangkan di dalam suatu proses. Entah itu memproses
logam mulia atau biji besi menjadi perkakas atau perhiasan yang indah
maupun proses memasak suatu makanan, semua dilewati dengan susah
payah dan kerja keras. Sukar menemukan suatu proses yang dapat
dilalui dengan mudah. Atau jika itu dapat dilewati tanpa halaman,
mungkin kita tidak akan menyebutnya sebagai suatu proses.

Begitu pula saat Tuhan berurusan dengan kita. Ia yang rindu kita
menjadi sempurna menurut gambaran Yesus, teladan kita, akan membawa
kita melewati proses demi proses di mana kita harus belajar taat dan
menyerahkan kehendak kita supaya akhirnya semata-mata rela melakukan
kehendak-Nya. Itu kerap kali membutuhkan waktu yang lama, melewati
tahun-tahun yang panjang dari kehidupan kita. Tak jarang beberapa
orang gagal mencapai target yang ditentukan Tuhan hingga ajal
menjemput, bagaikan orang-orang Israel yang tidak pernah mencapai
tanah perjanjian oleh sebab binasa di padang gurun. Sesuatu yang
penuh dengan resiko, namun itulah yang hendak diadakan Tuhan atas
hidup kita.

Menuruti sifat dasar kita sebagai manusia yang berdosa, tidak ada
seorang pun dari kita yang suka hidup dalam masalah yang membawa
kepada penderitaan. Tetapi harus kita sadari, bahwa banyak kali kita
sebagai manusia baru dapat bertumbuh ketika menghadapi tantangan,
masalah dan kesukaran dalam hidup kita. Contoh sederhana, semenjak
bayi kita dilatih untuk duduk, berdiri, dan berjalan. Kita dipaksa
untuk menegakkan badan, menggerakkan tangan dan kaki untuk meraih
sesuatu, diletakkan dalam suatu stroller (alat yang melingkar di
pinggang dan beroda) supaya kita terbiasa untuk berdiri dan
melangkahkan kaki. Hanya dengan cara itulah kita akhirnya benar-benar
menjadi makhluk-makhluk yang normal, yang tumbuh secara sewajarnya
sebagaimana layaknya seorang manusia. Dan proses itu masih terus
berjalan melalui masa masa sekolah, mencari nafkah, menekuni profesi,
hingga hidup mandiri dan berkeluarga.

Sesungguhnya hidup adalah proses untuk mencapai tahap selanjutnya
yang lebih baik dan lebih tinggi. Yang hampir semuanya dilalui dengan
menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah serta tantangan dalam
hidup. Mereka yang menolak untuk menghadapi kesulitan sehingga lebih
suka memilih jalan yang mudah dalam hidup, umumnya jarang menjadi
pribadi-pribadi yang dianggap sukses oleh dunia. Dan jika dunia
menghargai orang-orang yang mau bekerja keras melewati berbagai
rintangan, betapa lebih lagi Tuhan menghargai anak-anak-Nya yang rela
menanggung dan menjalani proses pembentukan-Nya!

JANGAN HINDARI
KESUKARAN HIDUP YANG TERJADI KARENA PROSES TUHAN
Janji keberhasilan Tuhan disediakan bagi orang yang mau menjalani
proses Tuhan dengan tekun. Itu terjadi atas Daud. Dan kita harus
yakin itu juga terjadi pada Yabes dengan melalui proses. Sebab tidak
ada cara yang instan dalam Tuhan. Meskipun Yesus bisa mengubah batu
menjadi roti, Ia tidak pernah melakukannya, baik pada saat Ia sedang
kelaparan atau ketika hendak memberi makan 5000 orang. Bahkan Yesus
harus turun dan mengambil rupa manusia yang menghamba sampai akhirnya
mati di atas kayu salib demi mengerjakan karya keselamatan bagi kita.

Semuanya itu menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyukai cara-cara yang
mudah untuk mencapai sesuatu sekalipun Ia mampu melakukannya. Ia pun
akan mendidik anak-anak-Nya dengan keras dan disiplin supaya dapat
menjadi saksi-saksi bagi-Nya dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.
Melalui berbagai keadaan yang sukar dan kondisi-kondisi yang tidak
mudah kita dipersiapkan dan dilatih seperti layaknya seorang murid
yang belajar keras di sekolah terbaik atau seorang prajurit yang
digembleng dalam berbagai situasi yang berat. Tanpa itu semua,
niscaya kita tetap tinggal dalam kelemahan, kebodohan, dan
ketidakmampuan.

Bacalah pesan dari surat Ibrani di bawah ini, dan simpulkanlah
sendiri apakah memang kehidupan di dalam Tuhan menjanjikan kemudahan,
kenyamanan serta keberhasilan secara gampang:

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang
mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa
yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan
darah.
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu
seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkan-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak.”
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh
ayahnya?
Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita
setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran,
dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih
taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan
apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan
kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang
dilatih olehnya.
~ Ibrani 12:1, 4-11 (TB)

Bukankah jelas jika Dia benar merupakan bapa kita yang baik, yang
mengakui kita sebagai anak-Nya, maka Ia pasti mendidik bahkan
menghajar kita demi kebaikan dan kedewasaan kita?

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu
jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu
menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Yakobus 1:2-4 (TB)

Kiranya pikiran kita dibukakan oleh kuasa Roh Kudus bahwa hidup
mengiring Kristus bukankah kehidupan yang mudah. Semakin kita hendak
dijadikan alat yang efektif di tangan-Nya, semakin berat dan
menyakitkan proses yang harus kita lalui.
Itu sebabnya, jika kita rindu Tuhan berkenan memakai kita sebagai
sarana memuliakan Dia dan menjadi berkat bagi banyak orang, kita
harus rela merangkul susah payah proses Tuhan dan dengan tabah
melangkah di jalan yang sempit itu. Inilah jalan Tuhan yang terus
dinyatakan di setiap bagian kitab suci. Jalan inilah yang ditempuh
oleh setiap murid sejati Tuhan maupun hamba-hamba yang setia yang
kita kenal hari ini sebagai raksasa-raksasa iman. Jalan yang tak
terbayangkan sukarnya tapi juga tak terlukiskan sukacita dan
kebanggaan saat melewatinya.

Sebaliknya, sadarilah, apabila kita menghindari, lari dan menolak
proses ini, sudah tentu kita tidak akan mencapai sebagaimana
teladan-teladan iman sebagaimana yang telah kita dengar dan kagumi
selama ini. Dan yang lebih buruk daripada semuanya, kita telah
tersesat dengan mengira jika selama ini kita telah berada di jalan
yang benar dan sedang mengikut Tuhan, padahal tidaklah demikian.

Mari memeriksa diri. Jika kemudahan serta berkat yang kita harapkan
sebagai yang pertama dalam ibadah kita pada Tuhan, maka bisa jadi
kita tidak sedang mengikut Kristus tetapi mengikut serta menyembah
Allah rekaan kita sendiri, yang sama dengan gambaran para penyembah
berhala yang menginginkan segala berkat, rezeki, kemudahan serta
kesuksesan supaya dapat menikmati kenyamanan atau kemewahan selama di
dunia sekarang ini.

Kita tahu kita telah menjadi murid Tuhan yang sebenarnya saat kita
dapat menjawab ‘ya’ atas pertanyaan : apakah kita rela dan mau
menjalani pembentukan Tuhan seperti Daud yang harus melalui saat-saat
yang sangat suram akibat penolakan manusia?

Jalan sejati itu seperti yang dilalui Kristus dan para rasul-Nya.
Jalan yang akan berakhir pada kemuliaan abadi tiada tara.
Tetapi harus dijalani dalam proses yang tidak mudah.

Adakah Anda termasuk sebagai anak-anak Tuhan namanya terdaftar dalam
sekolah Tuhan hari ini?

Salam revival

Indonesia penuh
kemuliaan Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *