Yesus mengajar kita berdoa kepada Bapa supaya “Datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. ” Semua sudah tahu akan
hal itu. Barangkali itu juga sudah menjadi ayat hafalan bagi banyak dari
kita.
Masalahnya, mengetahui atau menghafal ayat firman Tuhan
tidak otomatis kita mengerti maknanya apalagi tahu bagaimana
melakukannya. Ujungnya, kita puas dengan sekedar membaca atau mengetahui
kira-kira apa makna suatu ayat dalam Alkitab kita sedangkan dalam
prakteknya kita seringkali lemah. Itu sebabnya kita perlu merenungkan
dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Sebab pengenalan Tuhan itu
seperti yang digambarkan Hosea dan Petrus, dimana itu dimulai dari
sedikit demi sedikit namun makin lama makin jelas dan terang, jika kita
merindukan dan mengusahakannya dengan tekun.
Hosea 6:3
Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia
pasti MUNCUL SEPERTI FAJAR, Ia akan datang kepada kita seperti hujan,
seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
2 Petrus 1:19
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah
disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya
sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap
sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam
hatimu.
Kembali pada bagaimana berdoa kepada Bapa.
Mendoakan supaya Kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya terjadi di bumi
seperti di sorga sesungguhnya merupakan suatu SIKAP HATI DALAM DOA
sebelum mengajukan permohonan yang lainnya. Diajarkan Yesus setelah
pembuka doa “Bapa kami yang di sorga. Dikuduskanlah nama-Mu”, berdoa
memohon pemerintahan ilahi datang dan kehendak-Nya nyata sikap hati
kedua yang menjadi dasar doa-doa kita.
Kita seharusnya berdoa
dalam suatu hubungan yang intim dengan menyebut Allah itu Bapa dan kita
datang sebagai seorang anak kepada bapanya sendiri.
Meski demikian,
kita harus datang dalam penyembahan dan sikap takut akan nama-Nya yang
besar dan memegang seluruh alam semesta.
Selanjutnya, mengetahui
betapa agung dan dahsyat-Nya Bapa dan Allah kita, tidak ada sikap lain
yang dapat kita tunjukkan selain kita tunduk dalam kedaulatan
pemerintahan-Nya. Juga bahwa kehendak-Nya merupakan keinginan dan
keputusan terbaik bagi hidup kita, keluarga kita, lingkungan kita hingga
bangsa dimana kita dilahirkan dan hidup.
Pertanyaannya, sudahkah kita berdoa berdasarkan prinsip yang diajarkan Yesus ini?
Jika mau jujur, sudah berapa kalikah kita memaksakan kehendak kita
sendiri, mendoakan keinginan dan ambisi kita pribadi atau mendesakkan
tujuan-tujuan kita pribadi supaya Tuhan memenuhinya?
Atau, jika
kita berdoa supaya kehendak Allah terjadi, sudah bersihkah hati kita
dari muatan-muatan kepentingan diri kita sendiri? Sudah siapkah kita
menerima keputusan ilahi dan menjalaninya seperti yang kita telah
doakan?
Banyak yang berpikir bahwa kehendak Allah itu mudah dan
pasti membawa kesenangan bagi hidup mereka. Sayangnya tidak selalu
demikian. Kehendak Bapa seringkali memerlukan ketaatan, disiplin, sikap
rendah hati untuk mengikutinya bahkan terlihat menyeramkan seperti yang
Yesus katakan: menyangkal diri dan memikul salib.
Sama seperti
seorang anak yang dididik oleh orang tuanya, ia tidak akan pernah selalu
mendapatkan keinginannya. Ayah bunda yang berfungsi dengan semestinya
akan mendisiplin anak-anaknya supaya mereka menuruti petunjuk dan
didikan yang diberikan. Semua demi kebaikan sang anak yang masih belum
tahu mana yang benar dan salah, belum berpengalaman dan belum mengetahui
banyak hal mengenai bagaimana hidup mandiri sebagai seorang manusia.
Banyak yang berpikir kehendak Tuhan itu seperti yang mereka kehendaki
dan harapkan terjadi sehingga mereka bebas meminta apapun yang pasti
akan dikabulkan oleh Tuhan. Ini pun tidak memiliki dasar yang kuat.
Allah kita sama sekali tidak serupa dengan jin dalam lampu, yang
berjanji melakukan apapun yang kita inginkan. Dalam
ketidakterbatasan-Nya, Ia membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan sifat dan karakter-Nya. Seperti misalnya, mustahil
Dia yang mahakudus mendukung dan turut melancarkan perbuatan-perbuatan
dosa. Juga sama sekali tak mungkin Dia yang adalah kasih bekerja sama
dengan orang-orang yang menganjurkan dan melampiaskan kebencian kepada
sesamanya.
Faktanya, janji Tuhan memenuhi permintaan atau
doa-doa kita selalu bersyarat. Tidak pernah begitu saja Dia akan
memenuhi apa yang kita inginkan. Dalam kedaulatan-Nya, Dia berhak
menentukan apa yang terbaik bagi kita sesuai kehendak-Nya yang mulia.
Dalam Yohanes 15:7 dikatakan “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya.” Apa saja yang kita kehendaki akan diberikan.
Tapi tidak dalam segala kondisi. Kita harus tinggal dalam Yesus dan
firman-Nya juga ada di hidup kita. Ini suatu keadaan yang khusus. Tidak
semua orang secara otomatis berada dan telah mencapai kondisi itu begitu
mengaku sebagai Kristen. Itulah sebabnya tidak semua doa-doa kita
kemudian langsung terjawab dan menjadi kenyataan. Kita PERLU MENGENAL
TUHAN, MEMILIKI HUBUNGAN INTIM DENGAN DIA DAN MENGETAHUI PIKIRAN DAN
JALAN-JALAN-NYA sehingga dari sana KITA TAHU APA YANG PATUT KITA
INGINKAN DAN KEHENDAKI, yang dimana saat kita mulai mendoakan dan
memohonkannya Dia akan menjawab kita dan kita akan menerima jawaban
dari-Nya.
Perhatikan dan renungkan pula ayat ini:
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:7-11)
Nats-nats
di atas ialah mengenai pengabulan doa, sebagaimana yang Yesus sendiri
ajarkan. Ayat ini sering dijadikan dasar yang keliru, jika tidak ingin
menyebutnya disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
Berdasarkan ayat ini, banyak yang yakin bahwa apapun yang kita minta
akan diberikan, sesuai pernyataan ayat itu sendiri. Namun mari
renungkan. Yesus yang mengajarkan sebelumnya supaya kita berdoa agar
Kerajaan Allah dan kehendak-Nya jadi atas hidup kita di dunia (Mat.
9:13), mungkinkah Dia selanjutnya (dalam Mat. 7:7-8) akan memberikan
apapun seturut keinginan dan kemauan kita? Bukankah telah jelas
sebelumnya bahwa kehendak Bapa yang selalu akan menjadi prioritas utama?
Jadi bagaimana? Sama dengan yang disebutkan dalam Yohanes 15:7,
Allah akan menjawab doa-doa kita yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Kehendak kita semestinya terlebih dahulu bersatu dengan kehendak Dia dan
saat kondisi itu tercapai kita akan mendoakan kehendak-Nya, yang pasti
akan dijawab-Nya dengan segala sukacita.
Yesus berkata, “Adakah
seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta
roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?”
Ya, bapa di sorga
pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Dan siapakah yang tahu
yang terbaik bagi kita selain Dia, Bapa kita yang baik.
Dia pasti
akan memberikan yang baik bagi kita. Sebab jika bapa yang jahat tahu
memberikan yang baik, Dia Bapa kita yang baik pasti memberikan yang
terbaik bagi kita.
Dari sini kita seharusnya menyadari bahwa
Tuhan ingin kita memohonkan yang baik di hadapan-Nya, sesuatu yang rindu
Ia berikan pada kita anak-anak-Nya. Masalahnya, tahukah kita apa yang
terbaik bagi kita SESUAI KEHENDAK BAPA itu? Jika kita tidak
mengetahuinya, kita akan meminta sesuatu yang kurang baik atau bahkan
mungkin yang jahat, yang tentunya tidak akan dikabulkan-Nya sebab tidak
sejalan dengan kehendak-Nya.
Untuk itu, sebelum kita meminta
dalam doa KITA PERLU MENGENAL DIA DAN BELAJAR MENGETAHUI KEHENDAK-NYA.
Ini akan membuat doa-doa kita benar, tepat, efektif dan beroleh jaminan
akan dijawab oleh Tuhan sendiri. Itulah mengapa begitu penting kita
diperintahkan untuk tahu membedakan mana kehendak Allah: yang baik,
yang berkenan dan yang sempurna (Rom 12:2b).
Pada beberapa
situasi, mungkin sukar bagi kita mengetahui secara pasti dan jelas akan
kehendak Tuhan bagi kita. Tidak mengapa. Pada saat-saat demikian kita
bisa berserah dan menyiapkan diri bahwa apapun yang terjadi kita akan
menerima keputusan Tuhan dan berkomitmen terus berjalan sesuai arah yang
ditunjukkan-Nya kemudian. Percaya sepenuhnya bahwa yang Tuhan putuskan
adalah yang terbaik bagi kita. Meskipun begitu, ini merupakan suatu
keadaan yang khusus, bukan yang umum terjadi di antara orang-orang
percaya yang aktif mencari kehendak Tuhan. Sebab mengetahui kehendak
Bapa adalah merupakan salah satu hal yang baik yang dapat kita mintakan
kepada-Nya supaya disingkapkan bagi kita. Dia pun sendiri berjanji bahwa
jika kita mencari Dia segenap hati maka kita akan menemukan Dia (Yer.
29:13) dan saat kita berseru-seru kepada-Nya, Dia akan menjawab kita
serta memberitahukan hal-hal besar yang tidak kita ketahui dan pahami
(Yer. 33:3).
Hari ini, apakah yang sedang kita doakan?
Apakah masalah dan pergumulan pribadi?
Keadaan rumah tangga yang buruk?
Problem dalam pekerjaan atau pelayanan kita?
Atau kita sedang memikir-mikirkan kondisi bangsa kita yang sedang dirundung situasi yang mencekam dan di ambang perpecahan?
Marilah masuk dalam hadirat Tuhan dan mencari wajah-Nya.
Mencari kehendak-Nya -sesuatu yang rindu Dia nyatakan dan terjadi dalam
hidup Anda. Dan saat Anda tahu kehendak-Nya, Anda akan dikuatkan bahwa
Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi Anda saat Anda mendoakan
kehendak-Nya terjadi dalam hidup Anda.
Dalam penyerahan dan
kejernihan hati untuk mencari kehendak Tuhan dan melakukannya, kita
dimampukan bukan hanya mengetahui arah yang dikehendaki-Nya tetapi juga
beroleh kekuatan baru untuk terus hidup dalam kehendak-Nya itu. Amin.
Salam revival.
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.