“Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
– Hosea 6:3
Dalam hidup yang singkat ini, ada orang yang menghabiskan tahun-tahun hidupnya untuk memperoleh cinta. Dengan menjadikan dirinya pusat perhatian. Atau sebaliknya, menjadikan orang lain sebagai fokus hidupnya. Yang lain mencoba kemungkinan memperolehnya dengan menjalin hubungan kasih dengan berbagai pribadi. Bergani-ganti pasangan, kawin cerai. Semua karena pengembaraan demi cinta. Dan jika belum didapatkan pada lawan jenis, mereka mencobanya dengan kaum sejenis. Semakin menyimpang dan sakit. Hanya demi mendapatkan cinta.
Juga bukan suatu fakta yang baru apabila ada orang-orang yang menyerahkan dirinya demi pengejaran akan uang. Mengumpulkan kekayaan adalah pengejaran terbesar orang-orang ini. Dengan tak kenal lelah sepanjang usia. Beberapa orang bahkan sangat terfokus akan ini sehingga tak memiliki waktu hanya untuk sekedar menikmatinya. Mereka inilah yang meneliti serta mendalami dengan seksama setiap seluk beluk bagaimana memperoleh keuntungan materi.
Di sudut yang lain, ada orang-orang yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai gairah terbesarnya. Jika peribahasa mengatakan supaya kita menuntut ilmu sampai ke negeri Cina, mereka melanglang buana melintas benua-benua untuk mencari kedalaman ilmu pengetahuan. Mereka menempuh berbagai jenjang pendidikan. Gelar mereka berderet. Meski begitu hasrat mereka untuk belajar belumlah terpadamkan.
Pengejaran manusia tidak terbatas itu saja. Ada yang seumur hidup mengejar mimpi atau cita-citanya. Menjadi yang lebih baik dan terbaik di bidang dan profesi mereka. Ada pula yang memboroskan hidup dengan pencarian akan kesenangan, hobby, atau mencari kesempatan menjelajah dunia dan tempat-tempat baru nan eksotik. Meski begitu, ada pula yang tidak terlalu berambisi mengejar sesuatu. Hidup mereka cukup hanya demi mengejar suatu tingkat kemapanan belaka. Tidak selalu harus dalam kelimpahan kekayaan, terkadang sekedar demi memperoleh nafkah sehari-hari saja. Bisa jadi itu telah menjadi satu-satunya pengisi hampir seluruh kehidupan seseorang.
Namun, di antara semua pengejaran yang dilakukan manusia, adakah yang mengejar pengenalan akan Tuhan?
Dari 7 milyar orang di dunia, 85% mengaku beragama. Dan di antara 85% yang beragam itu sekitar 30%nya adalah orang-orang Kristen. Berapa banyakkah dari jumlah 2,2 milyar itu yang mengejar pengenalan akan Tuhan? Adakah kita termasuk di dalam orang-orang yang mencari Tuhan?
Hosea menyampaikan pesan penting bagi umat Allah Israel, Allah di atas segala illah itu: “Marilah kita mengenal TUHAN..”
Perkataan ini saja menunjukkan betapa banyak yang mengabaikan pengenalan akan Tuhan. Banyak yang mengaku bertuhan namun ternyata tak mengenal Tuhan. Mereka hanya tahu sedikit data tentang Tuhan mereka. Belum tentu pula pengetahuan yang sedikit itupun tepat dan benar. Para sarjana theologia saja belum tentu mengenal Tuhan dan jalan-jalan-Nya -jika pikiran mereka hanya dijejali informasi akan Tuhan. Mengenal Tuhan berarti mengenal Dia secara pribadi dan memiliki hubungan privat dengan Dia. Memiliki informasi serta pengertian lengkap tentang Tuhan yang diajarkan Alkitab bukan serta merta mengenal Dia. Seluruh Israel hafal dan tahu akan taurat yang telah diajarkan sejak kecil, namun, masih, Tuhan yang mereka sembah itu menjerit dan menitipkan pesan melalui nabi-Nya: “Kenallah Aku! Mengapa kalian mengenal apapun yang lain tetapi bukan Aku? Mengapa kamu tahu akan banyak hal dari dunia ini tapi hanya sedikit saja memahami akan diri-Ku, Tuhan dan Penciptamu yang mengasihimu ini?”
Ya. Sebenarnya patut kita renungkan seberapa banyak kita mengenal Dia yang telah membentuk dan menciptakan kita itu. Salah satu nasihat hikmat terbaik yang jarang kita perhatikan ialah “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu… sebelum segala sesuatunya terlambat bagimu” (lihat Pengkhotbah 12:1).
Adakah kita tahu berbagai hal tentang Dia atau telah mengenal-Nya secara pribadi? Apakah kita mengetahui dan menghafal kalimat-kalimat ayat firman-Nya ataukah kita mengenal Dia sebagaimana layaknya kita memiliki hubungan yang erat dengan suatu Pribadi? Adakah kita mengenal suara dan kesukaan atau preferensi-preferensi-Nya seperti kita mengenal suara dan kesukaan orang-orang yang dekat di hati kita? Apakah kita tahu pendapat dan pikiran-Nya tentang kita secara pribadi? Dan apakah kita memahami apa yang direncanakan-Nya dalam pikiran-Nya yang agung itu atas sepanjang keberadaan kita?
Maukah kita jujur bahwa banyak yang mengaku mengenal Tuhan namun tidak pernah benar-benar tahu siapa Dia sesungguhnya? Adakah kita rela mengakui betapa sedikitnya kita mengenal Dia?
Terpikirkah kita bahwa Ia layak dikenal dan dikenal lebih lagi? Siapakah yang tidak ingin mengenal pribadi terbaik dan paling penuh kasih itu? Ia yang telah berbuat baik bahkan menyerahkan nyawa Anak-Nya demi menebus kita dari kematian- lebih dari keinginan untuk mengenal lebih dekat manusia-manusia lain yang tak pernah berbuat sesuatupun bagi kita, semenarik apapun keberadaan mereka? Bukankah mata hati kita tertutup dan jiwa kita sesat jika kita tidak merindukan untuk bergaul dengan Dia?
Dan sesungguhnya tidak hanya itu. Hosea menambahkan, “Marilah kita mengenal dan BERUSAHA SUNGGUH-SUNGGUH MENGENAL TUHAN” Frasa yang diterjemahkan dalam Alkitab Terjemahan Baru Indonesia sebagai “berusaha sungguh-sungguh” sesungguhnya memiliki arti “mengejar”. Yang jika digabungkan dengan seluruh kalimat berarti kita diperintahkan bukan hanya untuk mengenal Tuhan tapi juga untuk MENGEJAR PENGENALAN akan Dia.
Inilah suatu pengejaran yang mulia dan layak dalam hidup. Untuk mengenal Pribadi sempurna pencipta semesta. Ia sendiri yang memanggil dan membuka diri-Nya untuk dikenali manusia ciptaaan-Nya. Adakah yang rindu mengenal Dia sehingga menjadikan pengenalan pribadi akan Tuhan sebagai hasrat terbesar sepanjang hidup?
Ini pun suatu perburuan yang tidak akan sia-sia. Pencarian yang tidak pernah mengecewakan sebab Tuhan mengganjar mereka dengan berbagai hal yang tak ternilai bagi kita selama di dunia. Demikian Salomo menuliskan berkat dari pengejaran Hikmat yang tiada lain merupakan pengejaran akan Tuhan sendiri:
“(Jikalau).. telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,
ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,
maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.
Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;
kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau
~ Amsal 2:2-5, 7-11
Tuhan sendirilah yang akan menjadi penolong, penuntun, penjaga serta yang menjadi pembawa kita melalui hidup yang sekarang hingga hidup yang akan datang dengan selamat!
Lebih dari semuanya, inilah suatu panggilan untuk memiliki hidup yang bermakna. Untuk mengenal Pribadi yang terbaik, termulia, agung, kudus serta penuh kasih itu. Untuk bergaul dan menjalin hubungan terbesar dari yang pernah terjadi dalam hidup seseorang. Untuk dikasihi dan dimampukan mengasihi-Nya. Untuk berjalan bersama-Nya sepanjang hidup yang sementara di dunia.
Alasan terbesar mengapa Tuhan menyampaikan pesan nubuat ini melalui nabi-Nya ialah karena Ia tahu akan kebodohan kita. Akan keengganan manusia untuk mengenal Dia. Juga Ia mengerti dengan jelas rasa puas diri yang kerap menipu pikiran kita yang menyangka kita telah cukup mengenal Dia, yang sesungguhnya tidak pernah benar-benar mengejar pengenalan akan Dia dalam hidup. Kita perlu diingatkan dan diingatkan lagi supaya tidak keluar dari jalur kehidupan sejati yang seharusnya kita jalani dengan setia. Dia tahu kita mudah dialihkan dan mengalihkan perhatian pada pengejaran-pengejaran yang lain, yang lebih rendah dari yang semestinya. Yang adalah pengejaran-pengejaran kurang berharga yang ditawarkan iblis tiada henti selagi kita menjalani tahun-tahun kehidupan kita. Tuhan sangat paham bahwa jika kita lalai untuk mengejar Dia, kita akan menyimpang kembali pada jalan kesesatan dan kebinasaan.
Tidak cukupkah semua alasan ini menyadarkan kita untuk memulai pengejaran untuk mengenal Tuhan dan memulai pengejaran paling menarik dan mendebarkan yang bisa dilakukan manusia? Akankah kita memilih kebodohan dengan tetap tidak mengusahakan sungguh-sungguh pengenalan akan Tuhan di hidup kita?
Kita akan belajar lebih lagi mengenai tanda-tanda apakah kita telah mengejar pengenalan akan Tuhan dalam hidup kita serta bagaimana melakukannya dalam tulisan-tulisan selanjutnya.
Untuk saat ini, marilah kita mengakui kebodohan dan ketakpedulian kita akan Tuhan, yang menjadikan pengejaran-pengejaran yang lain menjadi lebih utama daripada mengejar pribadi-Nya. Semoga kita masih beroleh kasih karunia untuk melakukannya di masa-masa yang tersisa dari kehidupan kita.
“Yang kukehendaki ialah MENGENAL DIA… “ – Paulus, rasul Kristus (Filipi 3:10)