MENGENAL INTISARI SERTA MAKNA HUKUM DAN KETETAPAN TUHAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA

Kehidupan manusia sebenarnya bergantung pada berbagai hukum serta aturan yang berlaku. Mulai hukum alam sampai aturan² yang dibuat sendiri demi keberlangsungan hidup yang lebih baik selama di dunia.

Meski demikian, oleh karena sifat dosa, hukum dan aturan seringkali dipandang sebagai pembatasan kebebasan dan kesenangan dirinya. Kepatuhan manusia pada peraturan banyak kali didorong pemikiran untuk mendapatkan upah atau hukuman (reward and punishment) semata. Jika ada keuntungan bagi mereka dan jika ketidakpatuhan mereka menyebabkan kerugian dan kesulitan yang besar, orang memilih untuk tunduk pada peraturan. Akan tetapi, jika ada kesempatan atau cara atau bahkan pemikiran² untuk melampiaskan keinginan dan hawa nafsunya tanpa menanggung hukuman maka seringkali itulah yang akan dipilih oleh umumnya manusia.

Supaya tampaknya tidak melanggar hukum namun sekaligus tetap ingin mencapai keinginan²nya yang berdosa itu manusia akhirnya mempelajari dan mendalami hukum² agama dimana aturan-aturan yang suci itu ‘disetel’ dan ‘disesuaikan’ dengan tujuan² di hati mereka sendiri. Inilah orang-orang agamawi yang menggunakan ayat-ayat firman Tuhan secara keliru. Di satu sisi mereka menggunakan demi melancarkan usaha mencapai tujuan mereka sendiri dan pada sisi lain digunakan untuk menilai, menghakimi dan mengendalikan orang sesuai keinginannya demi -lagi²- tercapainya tujuannya sendiri itu.
Dengan demikian hukum dan aturan ilahi dijadikan kedok bagi perbuatan-perbuatan jahat mereka yang lahir dari hati yang sebenarnya menolak untuk taat dan tunduk kepada Tuhan.
Kepatuhan terhadap ketetapan Tuhan hanya dilakukan di depan orang atau dilakukan hanya secara formal demi mengusir rasa bersalah yang menghantui di hati. Ibadah yang dilakukan hanya untuk mengelabui banyak orang dan nantinya dijadikan posisi tawar di hadapan Tuhan.

Bukan demikian Yesus mendekati hukum-hukum Allah. Berbeda dengan ahli² taurat dan orang-orang Farisi yang melakukan aturan secara buta, Yesus tahu hati Bapa di setiap hukum²Nya. Hukum Tuhan diberikan pada kita bukan untuk dilakukan dalam rutinitas dan kepatuhan yang buta tapi pikiran kita tetap tinggal dalam kebodohan dan hati iita jauh dari Tuhan.

Tuhan selalu memberikan peraturan dan ketetapan-ketetapan-Nya supaya kita belajar akan jalan-jalan-Nya. Supaya kita terus berusaha mengenal Dia: apa dan mengapa Ia memerintahkan itu, betapa tinggi dan dalam hikmat-Nya dan Pribadi seperti apakah Dia itu. Begitu pulalah seharusnya kita menyikapi perintah² Allah. Bukan sekedar tidak melakukan ini atau itu, juga bukan memahami bahwa ini boleh atau tidak boleh,  harus begini dan begitu atau jika melakukan ini dapat berkat sedanhkan melakukan itu tertimpa kutuk. Kita dipanggil untuk MEMAHAMI INTI DAN MAKNA ketetapan² yang Tuhan berikan dalam firman-Nya. Saat itulah kita mulai akan menangkap ISI HATI dan mengenal PRIBADI Tuhan lebih lagi.

Sebelum kita belajar mengenal Tuhan secara pribadi melalui merenungkan perintah dan hukum-Nya, iblis akan mudah mempengaruhi pikiran kita untuk memandang dan menggunakan hukum-hukum Tuhan secara keliru. Lebih parah dari itu, kita disesatkan dengan berpikir bahwa kita telah berlaku taat padahal hanya tampilan luar saja yang menunjukkan hal itu. Tanpa sadar, kita telah menentang Tuhan sendiri melalui kemunafikan kita.

Oh, kiranya Tuhan menolong kita membersihkan dan meluruskan motif-motif hati kita sebab DIA MELIHAT HATI YANG MAU MENCARI DIA DAN TAAT KARENA CINTA KEPADA-NYA. Bukan yang hanya terlihat saleh dan taat saja.

#JanganPatuhButa
#CariIsiHatiTuhan
#TaatDariHatiTerdalam
#AwasAgamawi
#BenarVsHampirBenar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *