Oleh: Peter B, MA
Siang tadi saya
mengendarai motor melewati jalan untuk keluar kompleks wilayah
lingkungan tempat saya tinggal. Jalanan di sekitar ternyata padat.
Ada truk-truk yang antri melintas. Tak berapa jauh meninggalkan rumah
sebuah truk besar berhenti lalu berjalan lambat di depan saya. Saya
lihat lajunya tidak seperti biasanya. Berlambat-lambat padahal
depannya kosong, lalu arah mobil bergerak menyimpang ke kiri secara
perlahan seolah tidak dikendalikan setirnya. Saya kurang sabar lagi
menunggu, saya menyalip di samping kanan truk tersebut. Dari situ
saya tahu apa sebab laju mobil seperti tidak wajar.
mengendarai motor melewati jalan untuk keluar kompleks wilayah
lingkungan tempat saya tinggal. Jalanan di sekitar ternyata padat.
Ada truk-truk yang antri melintas. Tak berapa jauh meninggalkan rumah
sebuah truk besar berhenti lalu berjalan lambat di depan saya. Saya
lihat lajunya tidak seperti biasanya. Berlambat-lambat padahal
depannya kosong, lalu arah mobil bergerak menyimpang ke kiri secara
perlahan seolah tidak dikendalikan setirnya. Saya kurang sabar lagi
menunggu, saya menyalip di samping kanan truk tersebut. Dari situ
saya tahu apa sebab laju mobil seperti tidak wajar.
Sang sopir memegang
setir dengan satu tangan sambil matanya memandangi layar handphone di
tangan yang lain. Sambil melewatinya, saya teringat kalau cukup
sering saya melihat orang-orang mengendarai mobil atau motor dengan
melihat telepon genggamnya. Di pikiran terbersit satu kalimat:
“Mereka memandang enteng hal-hal semacam itu. Mereka memandang
biasa dan tidak apa-apa meluncur di jalan dengan melakukan hal
semacam itu. Mereka tidak memikirkan betapa nyawa mereka dan nyawa
orang lain bisa menjadi taruhannya.
setir dengan satu tangan sambil matanya memandangi layar handphone di
tangan yang lain. Sambil melewatinya, saya teringat kalau cukup
sering saya melihat orang-orang mengendarai mobil atau motor dengan
melihat telepon genggamnya. Di pikiran terbersit satu kalimat:
“Mereka memandang enteng hal-hal semacam itu. Mereka memandang
biasa dan tidak apa-apa meluncur di jalan dengan melakukan hal
semacam itu. Mereka tidak memikirkan betapa nyawa mereka dan nyawa
orang lain bisa menjadi taruhannya.
Dalam perjalanan
kita menuju kekekalan, kita digambarkan serupa orang yang berlomba
lari (Ibrani 12:1). Dan siapapun tahu, orang yang menggampangkan
suatu pertandingan dan memandang remeh musuh-musuhnya tidak akan
pernah meraih kemenangan. Malah jangankan menang, belum tentu juga ia
sampai di garis finish.
kita menuju kekekalan, kita digambarkan serupa orang yang berlomba
lari (Ibrani 12:1). Dan siapapun tahu, orang yang menggampangkan
suatu pertandingan dan memandang remeh musuh-musuhnya tidak akan
pernah meraih kemenangan. Malah jangankan menang, belum tentu juga ia
sampai di garis finish.
Sebagai orang
percaya, kita menggampangkan perlombaan iman kita dengan TIDAK
SUNGGUH-SUNGGUH memikirkan kerohanian kita atau hubungan kita dengan
Tuhan. Juga tidak memandangnya sebagai suatu perlombaan dimana
diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan. Kita
banyak kali memandang hidup mengikut Kristus seperti jalan-jalan
santai, bercanda dan bermalas-malasan secara rohani sembari
membohongi diri bahwa semua sudah dibayar oleh Kristus di kayu salib
dan kita hanya tinggal menikmati berkat keselamatan yang diantarkan
untuk dipersembahkan di hadapan kita beserta upah abadi yang
menyertainya. Masalahnya, jika itu benar, mengapakah Yesus masih
menyuruh kita menyangkal diri dan memikul salib?
percaya, kita menggampangkan perlombaan iman kita dengan TIDAK
SUNGGUH-SUNGGUH memikirkan kerohanian kita atau hubungan kita dengan
Tuhan. Juga tidak memandangnya sebagai suatu perlombaan dimana
diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan. Kita
banyak kali memandang hidup mengikut Kristus seperti jalan-jalan
santai, bercanda dan bermalas-malasan secara rohani sembari
membohongi diri bahwa semua sudah dibayar oleh Kristus di kayu salib
dan kita hanya tinggal menikmati berkat keselamatan yang diantarkan
untuk dipersembahkan di hadapan kita beserta upah abadi yang
menyertainya. Masalahnya, jika itu benar, mengapakah Yesus masih
menyuruh kita menyangkal diri dan memikul salib?
Kita menggampangkan
perlombaan iman kita dengan membiarkan diri kita teralihkan dengan
apapun yang lain selain memperhatikan jalan kita tetap dalam jalur
kehendak Tuhan. Pengalih-pengalih perhatian yang kerapkali ditawarkan
iblis melalui sistem dunia ini bisa apa saja, asalkan dapat
menghambat, memperlambat, bahkan menyimpangkan kita dari jalan yang
seharusnya. Itu bisa berupa masalah, baik persoalan pribadi, keluarga
atau di tempat kerja. Itu bisa juga merupakan kesenangan dan
kenyamanan hidup yang membuat kita terlena, lupa mengejar tujuan
asali dan hakiki kita sebagai manusia yang diciptakan dan yang di
dalam kita ditanamkan tujuan, maksud dan talenta atau karunia-karunia
rohani dari Tuhan selama kita hidup di dunia. Perhatian kita pada
Tuhan dapat pula dialihkan oleh keputusasaan, penderitaan, kekuatiran
dan kesukaran hidup yang menjadikan kita hanya memusatkan diri
mencari penghidupan di dunia. Yang paling fatal dari semuanya ialah
perhatian kita dialihkan pada hal-hal yang tampaknya rohani seperti
ibadah dan pelayanan, yang kita pikir kita perbuat bagi Tuhan padahal
yang Tuhan inginkan ialah kita tidak sekedar mengikuti sistem gereja
yang ada tetapi mencari Dia dan dengar-dengaran akan kehendak-Nya.
Pelayanan, bahkan yang besar-besar dan menarik perhatian begitu
banyak orang bisa menyesatkan, jika menggantikan ketaatan dan
pengabdian kita pada Tuhan sendiri. Yesus memberikan peringatan
mengenai ini dalam Matius 7:21-23.
perlombaan iman kita dengan membiarkan diri kita teralihkan dengan
apapun yang lain selain memperhatikan jalan kita tetap dalam jalur
kehendak Tuhan. Pengalih-pengalih perhatian yang kerapkali ditawarkan
iblis melalui sistem dunia ini bisa apa saja, asalkan dapat
menghambat, memperlambat, bahkan menyimpangkan kita dari jalan yang
seharusnya. Itu bisa berupa masalah, baik persoalan pribadi, keluarga
atau di tempat kerja. Itu bisa juga merupakan kesenangan dan
kenyamanan hidup yang membuat kita terlena, lupa mengejar tujuan
asali dan hakiki kita sebagai manusia yang diciptakan dan yang di
dalam kita ditanamkan tujuan, maksud dan talenta atau karunia-karunia
rohani dari Tuhan selama kita hidup di dunia. Perhatian kita pada
Tuhan dapat pula dialihkan oleh keputusasaan, penderitaan, kekuatiran
dan kesukaran hidup yang menjadikan kita hanya memusatkan diri
mencari penghidupan di dunia. Yang paling fatal dari semuanya ialah
perhatian kita dialihkan pada hal-hal yang tampaknya rohani seperti
ibadah dan pelayanan, yang kita pikir kita perbuat bagi Tuhan padahal
yang Tuhan inginkan ialah kita tidak sekedar mengikuti sistem gereja
yang ada tetapi mencari Dia dan dengar-dengaran akan kehendak-Nya.
Pelayanan, bahkan yang besar-besar dan menarik perhatian begitu
banyak orang bisa menyesatkan, jika menggantikan ketaatan dan
pengabdian kita pada Tuhan sendiri. Yesus memberikan peringatan
mengenai ini dalam Matius 7:21-23.
Kita tidak perlu terlalu tegang dan kaku menjalani hidup bersama Tuhan tetapi juga tidak bisa terlalu santai dan meremehkannya. Serius adalah kata yang tepat untuk menunjukkan sikap yang mewakili bagaimana kita mengikut Tuhan. Serius, bukan bercanda dan bermain-main. Bukan dengan sambil lalu. Dengan sikap “kalau aku ada waktu” atau “ini tidak mendesak, nanti-nanti saja kan bisa karena uang dll lebih penting”. Beberapa orang menyadari ini, lalu memperbanyak waktunya ke gereja, ikut berbagai acara dan kebaktian, sibuk melayani dan mengunjungi orang sakit dan berbagai pelayanan sosial lainnya. Ini pun sebenarnya tidak akan banyak berarti jika kita tetap tidak terhubung dengan Tuhan yang menuntun dan mendidik kita masuk ke dalam rencana-Nya yang sempurna sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan hidup kita kelak di hadapan Tuhan.
Dengan
menggampangkan perjalanan dan perlombaan rohani kita, ada akibat
fatal yang akan kita bayar. Tanpa sadar kita bisa menyimpang jauh
dari kehendak Tuhan. Juga dengan demikian, dalam kegagalan dan
kekurangan itu, kita dapat “menyerempet atau menabrak”
orang lain sehingga melukai mereka dengan sikap dan perbuatan hidup
kita yang tidak mencerminkan pribadi Tuhan yang kita sembah, yang
Roh-Nya kita akui diam di dalam kita. Meremehkan dan sok merasa sudah
rohani membuat kita takabur dan membahayakan orang banyak.
menggampangkan perjalanan dan perlombaan rohani kita, ada akibat
fatal yang akan kita bayar. Tanpa sadar kita bisa menyimpang jauh
dari kehendak Tuhan. Juga dengan demikian, dalam kegagalan dan
kekurangan itu, kita dapat “menyerempet atau menabrak”
orang lain sehingga melukai mereka dengan sikap dan perbuatan hidup
kita yang tidak mencerminkan pribadi Tuhan yang kita sembah, yang
Roh-Nya kita akui diam di dalam kita. Meremehkan dan sok merasa sudah
rohani membuat kita takabur dan membahayakan orang banyak.
Jadi, perhatikan
langkah Anda.
langkah Anda.
Lihatlah apakah Anda
masih dalam jalur kehendak Tuhan.
masih dalam jalur kehendak Tuhan.
Pastikan Anda masih
fokus kepada tujuan yaitu Yesus Kristus, sang pemimpin iman Anda
menuju pada kesempurnaan itu.
fokus kepada tujuan yaitu Yesus Kristus, sang pemimpin iman Anda
menuju pada kesempurnaan itu.
Jangan biarkan
apapun merampas perhatian Anda dari mengasihi Tuhan dan hidup bagi
Tuhan.
apapun merampas perhatian Anda dari mengasihi Tuhan dan hidup bagi
Tuhan.
Tetapkan hati Anda
untuk sampai kapanpun mengiring Tuhan, berakar dan bertumbuh dalam
Dia hari demi hari.
untuk sampai kapanpun mengiring Tuhan, berakar dan bertumbuh dalam
Dia hari demi hari.
“Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah SUNGGUH-SUNGGUH, supaya panggilan dan
pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung.
saudara-saudaraku, berusahalah SUNGGUH-SUNGGUH, supaya panggilan dan
pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung.
Dengan demikian
kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan
kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan
kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
~ 2 Petrus
1:10-11 (TB)
1:10-11 (TB)
Salam revival!
Tuhan
memberkati.
memberkati.