MENGUKUR PENGHARAPAN KITA? Bagian 4 (terakhir)

Oleh: Peter B, MA
KEEMPAT, PENGHARAPAN
KITA DALAM TUHAN NYATA MELALUI PRIORITAS HIDUP KITA YANG MEMUSATKAN
DIRI PADA PENCARIAN DAN PENGEJARAN PERKARA-PERKARA ROHANI SEPANJANG
HIDUP KITA
Jika kita mengaku
sebagai orang-orang yang memiliki iman dan menujukan diri pada
perkara-perkara kekal ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan
Juru selamat secara pribadi, jelas dikatakan bahwa kita adalah
ciptaan baru (2 Korintus 5:17) dan diperintahkan hidup setiap hari
mengenakan sifat-sifat manusia baru yang terus menerus diperbarui
sehingga semakin serupa dengan karakter Kristus sebagai teladan kita
(Efesus 4:22-24; Kolose 3:9-10). Sesungguhnya sejak hari itu, di
dalam kita, ya di dalam roh kita yang telah dihidupkan kembali, telah
dibangkitkan suatu kerinduan dan keinginan-keinginan yang baru:
keinginan akan perkara-perkara rohani yang bersifat kekal, suatu
hasrat untuk mengasihi Allah serta mengenal Dia lebih dalam lagi.
Itulah sebabnya
dalam pesan-pesannya tentang pengharapan, Petrus dalam suratnya
menyampaikan berkali-kali dengan tak putus-putusnya supaya orang
percaya MENGUTAMAKAN UNTUK MENGEJAR PERKARA-PERKARA DARI TUHAN
SEBAGAI PRIORITAS HIDUP SELAMA DI DUNIA.
Itu tampak dalam
ayat-ayat berikut ini:
Dan jadilah sama
seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang
murni dan yang rohani
, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh
keselamatan,
jika kamu
benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
~ 1 Petrus 2:2-3
(TB)
Dan biarlah kamu
juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah
rohani,
bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan
rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib:
~ 1 Petrus 2:5,9
(TB)
Kesudahan segala
sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang,
supaya kamu dapat berdoa.
Tetapi yang
terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab
kasih menutupi banyak sekali dosa.
Berilah tumpangan
seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.
Layanilah seorang
akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap
orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Jika ada orang yang
berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan
firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya
dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan
dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya
kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
~ 1 Petrus 4:7-11
(TB)
Sadarlah dan
berjaga-jagalah!
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
~ 1 Petrus 5:8 (TB)
Justru karena itu
kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada
imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan
kepada ketekunan kesalehan,
dan kepada kesalehan
kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara
kasih akan semua orang.
Sebab apabila
semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya
menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus,
Tuhan kita.
~ 2 Petrus 1:5-8
(TB)
Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan
pilihanmu makin teguh.
Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung.
Dengan demikian
kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan
kekal
, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
~ 2 Petrus 1:10-11
(TB)
Membaca rangkaian
pesan di atas, kita dapat mengumpulkan bahwa hidup dalam pengharapan
pada Tuhan memiliki prioritas yang sungguh berbeda dengan mereka yang
memiliki pengharapan di luar Allah.
Perbedaannya cukup
mendasar. Jika pengharapan kita ada pada Tuhan, maka fokus hidup kita
tertuju pada Dia. Bukan dunia dan hal-hal di dalamnya. Kita, dengan
pertolongan dan pimpinan Roh Kudus, mengusahakan untuk senantiasa
hidup di jalan dan kehendak-Nya, bertumbuh secara rohani, bekerja dan
menyerahkan hidup untuk menjadi suatu sarana bagi Allah untuk
menjangkau dunia yang dalam cengkeraman kuasa kegelapan ini.
Jauh sebelum Petrus
menuliskan suratnya sebagai seorang rasul, Sang Guru dari Petrus
telah menyampaikannya dengan begitu jelas, tegas dan jernih :
“Janganlah kamu
mengumpulkan harta di bumi;
di bumi ngengat dan karat merusakkannya
dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di sorga;
di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya
dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
~ Matius 6:19-21
(TB)
Sebab itu janganlah
kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.
~ Matius 6:31-33
(TB)
Matius 16:24-26 (TB)
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang
mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku.
Karena barangsiapa
mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang
dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Kemudian Ia
mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada
seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
Ia bertanya dalam
hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai
tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah
yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku
akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya
segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan
berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun
untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan
bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah
kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan
diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah
itu nanti?
Demikianlah jadinya
dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia
tidak kaya di hadapan Allah.”
~ Lukas 12:16-21
(TB)

Jawab Yesus
kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri.
~ Matius 22:37-39
(TB)
Dan ayat-ayat serupa
ini sangat banyak bertebaran di seluruh Alkitab. Baik tersurat maupun
tersirat. Disampaikan oleh para nabi, hamba Tuhan hingga rasul-rasul
Kristus.
Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.
Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
~ Roma 12:1-2 (TB)

Sebab itu hendaklah
dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu
jangan lagi menuruti keinginannya.
Dan janganlah kamu
menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai
senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai
orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan
serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi
senjata-senjata kebenaran.
Sebab kamu tidak
akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
~ Roma 6:12-14 (TB)

Karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Tetapi jika aku
harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.
Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
~ Filipi 1:21-22
(TB)

Tetapi apa yang
dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus.
Malahan segala
sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku,
lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus,
Yang kukehendaki
ialah mengenal Dia
dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya,
~ Filipi 3:7-8, 10
(TB)

Dan Kristus telah
mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.
~ 2 Korintus 5:15
(TB)

Sebab kami tidak
memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah
kekal.
~ 2 Korintus 4:18
(TB)

sebab hidup kami
ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat
tetapi hati kami
tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap
pada Tuhan.
~ 2 Korintus 5:7-8
(TB)
Sedemikian banyaknya
pernyataan serupa sehingga jika ada yang memaknainya tidak seperti
yang dimaksudkan, maka sesungguhnya ia telah tersesat dan menafsirkan
kitab suci dengan pikirannya sendiri yang masih diberatkan dan
dipengaruhi hawa nafsu hidup secara duniawi.
Dan inilah yang
dimaksudkan oleh berbagai pernyataan kitab suci kita itu yaitu bahwa
HIDUP KRISTEN YANG MENARUH PENGHARAPAN PADA TUHAN DAN PENGGENAPAN
JANJI-JANJI-NYA DALAM KEKEKALAN MENJALANI SUATU KEHIDUPAN YANG
BERPUSAT PADA TUHAN, YANG DISERAHKAN SELURUHNYA UNTUK MENCARI DAN
MENGENAL TUHAN, MENJADI PERSEMBAHAN UNTUK MENYENANGKAN DAN MEMULIAKAN
NAMA TUHAN.
Jadi Bagaimana
Seharusnya Orang Percaya Menjalani Hidup?
Pertanyaan mendasar
selanjutnya adalah : kehidupan seperti apakah yang kita harus
jalani? Bagaimana persisnya hidup dalam prioritas yang berbeda sama
sekali dengan manusia di dunia pada umumnya? Apakah kita tidak perlu
bekerja mencari nafkah dan penghidupan sehari-hari? Atau haruskah
kita menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktu kita untuk
berdoa, membaca firman Tuhan, rajin beribadah, menghadiri setiap
acara-acara rohani yang kita ketahui?
Tidak satu pun
petunjuk yang begitu tegas dalam Alkitab yang berisi daftar panjang
petunjuk untuk melakukan ini dan itu dalam keseharian kita. Itu
artinya, tidak selalu kita akan menemukan ayat tertentu, yang secara
gamblang menunjuk pada satu tindakan yang boleh atau tidak boleh,
harus atau tidak harus, tepatnya begini dan begitu dan seterusnya.
Kitalah yang dipanggil untuk mencari dalam hadirat Tuhan, yang lahir
dari hubungan kasih kita dengan Tuhan, kemudian dengan jujur bertanya
dan menilai dalam hati kita sendiri untuk mencari apa yang berkenan
dan tepat sesuai hati Tuhan.
Roma 12:2 (TB)
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.

Kolose 1:9-10 (TB)
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti
berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat
dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
sempurna,
sehingga hidupmu
layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan
kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh
dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,

Meski demikian, kita
dapat menyimpulkan beberapa prinsip penting yang dibangun berdasarkan
ajaran Yesus dan para rasul:
1) Bahwa keberadaan
kita selama di dunia sesungguhnya hanya merupakan perjalanam menuju
suatu tujuan yang bukan ada di dunia yang sekarang ini, bukan
perhentian atau tujuan yang sebenarnya.
2) Karena tujuan
kita bukan di dunia ini, maka hidup kita tak selayaknya dihabiskan
untuk mengejar hal-hal yang hanya dapat diperoleh dimiliki, dirasakan
dan dinikmati selama di dunia ini saja
3) Jelasnya, kita
tak seharusnya memusatkan perhatian pada pencapaian-pencapaian
duniawi, baik itu sekedar pencarian kebutuhan hidup sehari-hari atau,
pengejaran target-target materi atau kedudukan maupun kesenangan dan
penugasan manusia jasmaniah kita.
Yang dimaksud di
sini ialah:
Pengejaran hal-hal
dunia dan jasmani tidak boleh menghalangi atau menyisihkan pengejaran
akan perkara-perkara rohani dimana itu menjadi prioritas pertama
sehingga kita menjadi kurang bahkan lupa mengejar perkara-perkara
yang di atas
Karena itu, kalau
kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di
atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara
yang di atas, bukan yang di bumi
Sebab kamu telah
mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Apabila Kristus,
yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Kolose 3:1-4 (TB)
Pengejaran akan
hal-hal yang kita masih perlukan dan butuhkan selama di dunia sudah
seharusnya juga menjadi sarana penunjang dan pendukung pengejaran
kita akan perkara-perkara ilahi yang menjadi prioritas utama hidup
kita
Karena itu,
perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti
orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah
kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
~ Efesus 5:15-17
(TB)
Peringatkanlah
kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati
dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan,
melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita
segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar
mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi
dan membagi
dan dengan demikian
mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di
waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
~ 1 Timotius 6:17-19
(TB)
4) Meskipun tujuan
kita sebagai orang percaya adalah sama, tetapi masing-masing kita
diciptakan secara berbeda-beda, dengan tugas serta tujuan hidup yang
unik sebagaimana yang tersimpan dalam hati dan pikiran Allah atas
hidup kita. Itulah sebabnya, kita perlu mencari hingga disingkapkan
pada kita apa rencana kehendak-Nya atas hidup kita selama di dunia.
Dengan menemukan dan hidup dalam tujuan hidup dari Tuhan, kita telah
memastikan diri untuk hidup sepenuhnya dalam pengharapan akan upah
dan hidup yang kekal kelak. Ini serupa menerima dan mengerjakan
talenta yang diberikan pada kita sehingga ketika suatu kali kita
diminta mempertanggungjawabkan hidup kita sekarang ini.
5) Hidup sebagaimana
kita dirancang, diciptakan, dan dipanggil merupakan bentuk kehidupan
tertinggi yang mencerminkan pengharapaan kita yang semata-mata
tertuju pada kekekalan. Maksudnya, apapun kemudian yang menjadi
profesi kita, kita menjalaninya bukan atas kehendak, rencana dan
ambisi-ambisi kita pribadi yang duniawi namun sebagai bagian dari
hidup dalam kehendak Allah dan menapaki jalur yang benar menuju
sorga. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan dari
berbagai bidang kehidupan di segala zaman, bahkan oleh Yesus Kristus
sendiri.
TELADAN-TELADAN DARI
MEREKA YANG MATANYA TERTUJU PADA TUHAN DAN HIDUP KEKAL
Alkitab penuh kisah
tentang orang-orang dari berbagai latar belakang (meskipun didominasi
oleh pesan-pesan dari mereka yang dipanggil menjadi hamba Tuhan) yang
mengasihi Tuhan lalu menyerahkan secara total hidup mereka bagi Dia.
Abraham menunaikan panggilannya sebagai bapa orang percaya. Yusuf
menjadi saluran berkat dan keselamatan untuk memelihara dan membuka
jalan lahirnya bangsa Israel. Musa menjawab panggilan Tuhan dan
menjadi nabi pembebas Israel dari perbudakan Mesir. Daud menggenapi
rencana Tuhan menjadi raja dan gembala pilihan bagi Israel. Paulus
dan Petrus menjadi rasul-rasul Kristus, hidup dalam sepenuh rencana
Tuhan seperti Yesus hidup menyelesaikan pekerjaan Bapa yang
ditentukan bagi-Nya.
Namun sebelum
seluruh kehendak Tuhan itu digenapkan dalam hidup mereka, mereka
berasal dari berbagai latar belakang.
Abraham seorang
saudagar kaya dan terhormat. Demikian pula Ishak dan Yakub. Yusuf,
anak Yakub, seorang perdana menteri. Musa, penggembala ternak sewaktu
dipanggil menjadi nabi Tuhan. Sama dengan Amos. Daud dari penggembal,
menjadi tentara, lalu buronan, hingga akhirnya menjadi raja. Daniel
adalah pemuda tawanan yang dibuang ke Babel lalu menjadi seorang
menteri utama di tiga masa pemerintahan raja-raja Babel dan Persia.
Yesus sendiri semula adalah tukang kayu, yang ketika saatnya tiba
menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu melayani banyak
orang. Petrus, Yakubus dan Yohanes nelayan, Simon orang Zelot tentara
bayaran, Matius pemungut cukai. Paulus semula adalah pelajar brillian
yang menjadi pembuka agama di usia yang sangat muda.
Melihat daftar yang
begitu panjang dengan berbagai profesi, kita harus menyadari bahwa
profesi bukan ukuran seseorang hidup dalam pengejaran perkara-perkara
yang di atas. Seorang rohaniwan yang telah lulus dengan nilai baik
dari sekolah theologia ternama dan kemudian berpuluh-puluh tahun
menjalani kehidupannya sebagai pemuka rohani bukan selaku jaminan dia
seorang yang hidup dalam kehendak Tuhan. Begitu pula dengan para
karyawan biasa, pengusaha atau profesional di berbagai bidang bukan
tidak mungkin hidup dalam pimpinan dan kehendak Tuhan sehingga
melalui profesi dan bidang mereka, nama Tuhan dikenal dan
dipermuliakan sekaligus memberikan dukungan melalui materi bagi para
pelayan sepenuh waktu. Intinya, profesi apapun terutama dihidupi dan
ditekuni sebagai jalan hidup yang ditetapkan Tuhan. Ini lebih
didahului dari pencarian dan penyelidikan kita akan kehendak Tuhan
daripada menentukan lebih dahulu pilihan dan profesi kita lalu
berusaha melakukan sesuatu bagi dan atas nama Tuhan melalui jalan
hidup yang telah kita pilih tersebut.
Jika hidup kita
adalah milik-Nya, kita akan siap dan rela menerima pimpinan Tuhan di
bidang dimana Tuhan dapat semaksimal mungkin menjadikan kita saluran
berkat-Nya. Bagian kita adalah menyiapkan diri, dengar-dengaran serta
siap melangkah dengan iman kemanapun Ia mengutus kita.
Kehidupan Corrie ten
Boom merupakan contoh yang sangat kontras untuk menggambarkan hal
ini. Di usia ke-52 tahun ia keluar dari kamp konsentrasi Nazi di
Ravensbruck untuk kemudian selama 30 tahun kemudian ia berkeliling
dunia sebagai rasul penghiburan yang membawa kisah kasih dan
pemulihan Tuhan ke seluruh penjuru dunia. Sesungguhnya Tuhan punya
rencana yang luar biasa bagi kita, suatu masa depan yang tak
tergambarkan dalam petualangan bersama Dia. Kehidupan yang nantinya
tidak hanya berharga di mata-Nya namun menjadi kesaksian dan
berdampak pada jiwa-jiwa yang disentuh oleh Tuhan melalui hidup yang
dipersembahkan bagi Tuhan itu.
Meskipun demikian,
ini bisa jadi tidak terlalu mudah. Membutuhkan suatu masa pencarian
jati diri dalam Tuhan, suatu penyelidikan yang saksama dalam pimpinan
Roh Kudus demi mengenal diri sendiri serta bakat, minat dan
karunia-karunia rohani kita, termasuk untuk menemukan beban dan visi
pelayanan yang kita yakini Tuhan taruh sebagai panggilan-Nya dalam
hidup kita. Semua ini pun harus didasari suatu sikap hati yang jujur,
tidak memiliki pilihan lebih dahulu, siap semata-mata melakukan
kehendak Tuhan apapun yang ditetapkan-Nya dalam hidup kita. Ini semua
mustahil dilakukan mereka yang berorientasi dunia ini dan hanya
mencukupkan diri dengan meraih kenyamanan selama di dunia ini. Iman
dan kasih kita ditambah dengan pengharapan yang melimpahlah yang akan
menyanggupkan kita menemukan harta rohani yang berharga ini.
Inti dari semuanya
ini ialah hidup seturut cara Tuhan, belajar mengikuti pimpinan
kehendak Tuhan dalam setiap situasi, mengejar tujuan-tujuan hidup
yang dari Tuhan (yang merupakan tujuan-tujuan tertinggi dan terbaik
untuk hidup seorang manusia), lalu mempersembahkan diri bagi
kepentingan atau misi dari Kerajaan Allah di jalur yang ditetapkan
Tuhan bagi hidup kita.
Dengan cara
sedemikianlah kita dapat dengan jujur berkata bahwa kita telah hidup
demi pengharapan kekal.
KESIMPULAN
Yesus sedang
menyampaikan makna paling dasar akan tujuan keberadaan kita sengaja
manusia-manusia rohani saat ia berkata tentang diri-Nya:
Kata Yesus kepada
mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus
Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
~ Yohanes 4:34 (TB)
Dia yang datang dari
sorga adalah teladan kita tentang bagaimana menjalani hidup di dunia.
Tidak ada yang lebih berharga dan lebih penting dalam hidup yang
sekarang ini selain hidup demi melakukan kehendak Bapa, menjadi
pribadi yang diutus oleh-Nya bagi suatu misi penting dan
menyelesaikan tugas yang ditetapkan-Nya atas kita. Lebih dari itu,
hidup yang demikian merupakan bukti nyata bahwa pengharapan kita
mantap dan teguh. Suatu pengharapan yang tidak akan pernah
mengecewakan kelak. Yang akan digenapi dalam sukacita dan
kebahagiaan yang tiada tara saat kita berdiri di hadapan tahta Tuhan
tanpa malu dan mendengar Yang Mahatinggi berkata,
“Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia
dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu.”
~ Matius 25:21 (TB)
Salam revival

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *