Oleh: Bpk. Peter B, MA
Kita sering mendengar bahwa Tuhan yang kita kenal dalam Yesus Kristus adalah Allah yang baik dan penuh kasih dan sayang. Sayangnya, banyak yang masih keliru menafsirkan dan kasih Tuhan itu. Hari ini gereja dipenuhi orang-orang yang mengharapkan bahwa Tuhan yang baik itu akan membuat hidup mereka lebih lancar, cukup mudah dijalani, berpeluang besar untuk sukses menurut ukuran dunia pada umumnya dan makin sedikit merasakan sakit dan penderitaan. Semua orang menginginkan itu. Tapi benarkah itu semua yang terbaik bagi manusia?
Manusia suka mencari kemudahan. Padahal jika dipikirkan, kemudahan datang dari segala susah payah. Pandai adalah hasil dari rajin. Kaya bermula dari hemat dan kerja keras. Pohon dan buah-buahan berasal dari benih yang tertanam dan pecah. Kupu-kupu adalah hasil perjuangan untuk berubah dari seekor ulat yang menjadi kepompong setelah beberapa waktu lamanya. Emas dan intan berasal dari bebatuan yang mengalami proses dan tekanan tinggi dalam waktu yang sangat panjang. Sama dengan mutiara yang terbentuk karena penderitaan sebuah kerang. Jadi, mengapa kita masih cenderung mencari kemudahan daripada dengan rela hati merangkul setiap proses dari Tuhan?
Begitu pula anak-anak Tuhan. Banyak yang berpikir secara tak berdasar bahwa yang dikasihi Tuhan itu kelimpahan berkat² jasmani, terpandang dan sukses di mata dunia, atau hidup dalam suatu gaya hidup yang mewah semua tersedia. Alkitab berkata bahwa berkat-berkat materi HANYA TAMBAHAN. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya itu akan DITAMBAHKAN kepadamu” (Mat. 6:33). Jadi Tuhan sungguh berkenan pertama-tama pada mereka yang mencari Dia dan kebenaran-Nya lebih dari segala sesuatu. Jika itu sudah sangat jelas, mengapa kita masih fokus pada “tambahannya” daripada mengejar yang terutama?
Adakah orang tua di dunia ini yang tidak mengajari anak-anaknya? Apakah mereka hanya memberikan anak-anaknya makanan, minuman, pakaian yang baik dan indah tanpa mengajari mereka berbicara, bergerak, berjalan atau melakukan berbagai aktifitas lainnya? Adakah orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya dan berpikir sekolah hanya akan menyusahkan dan membebani sang anak? Yang beranggapan membaca dan menulis akan membuat hidup anaknya menderita? Yang karena harus mengikuti ujian maka anaknya akan menjadi anak-anak yang tertekan dan tidak bahagia? Tentu saja sekolah dapat membebani hidup seorang anak. Tapi itu beban yang baik, berguna dan perlu. Demi kelangsungan hidup dan masa depannya. Sayang sekali, sebagian orang Kristen hari ini masih relatif banyak yang menginginkan Tuhan menjadi seperti orang tua yang bodoh semacam itu. Orang² ingin Tuhan memudahkan hidupnya dan lebih banyak mencurahkan berkat²Nya. Lebih banyak kesenangan daripada kesukaran. Ingin memiliki hidup yang nyaman daripada memikul salib.
Di dalam Ibrani 12:5-11 dikatakan, “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
karena TUHAN MENGHAJAR ORANG YANG DIKASIHI-NYA dan IA MENYESAH ORANG YANG DIAKUI-NYA SEBAGAI ANAK.”
JIKA KAMU HARUS MENANGGUNG GANJARAN; Allah MEMPERLAKUKAN KAMU SEPERTI ANAK. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Tetapi, JIKALAU KAMU BEBAS DARI GANJARAN, yang harus diderita setiap orang, MAKA KAMH BUKANLAH ANAK, tetapi anak-anak gampang.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia MENGHAJAR KITA UNTUK KEBAIKAN KITA, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
TUHAN menghajar justru yang dicintai-Nya dan yang diakui-Nya sebagai anak justru diperlakukan dengan keras. Tidakkah ini seharusnya membuka kita mana yang tampaknya benar dengan yang sungguh² benar? Jika hari ini ada yang mengajarkan kepada kita bahwa Allah pasti memberkati kita karena Dia baik dan kasih tapi tidak pernah menyampaikan bahwa Dia juga mengijinkan susah payah dan rasa sakit untuk mendidik kita MAKA SEHARUSNYA KITA MENYADARI BAHWA KITA SEDANG DIAJARI TENTANG SESUATU YANG TIDAK TEPAT MENGENAI TUHAN KITA. Dan sudah seharusnya kita membuang jauh-jauh ajaran yang demikian. Sebab jika kita memegangnya maka kita akan disesatkan di dalam kebodohan dan kelemahan rohani.
Sebab itu sadarilah dengan sungguh² hari ini bahwa TUHAN LEBIH BERGEMBIRA MELIHAT PERUBAHAN HIDUP KITA HARI DEMI HARI YANG MAKIN SEPERTI YESUS ketimbang pertambahan kemudahan, kenyamanan dan kekayaan materi di hidup kita. Dia bangga melihat kita mewarisi sifat-sifat-Nya karena memang itulah tujuan penciptaan kita. Memancarkan kemuliaan sang pencipta kita lebih daripada menyinarkan kemuliaan dari ciptaan dan benda² yang fana.
Jadi, maukah Anda merangkul proses Tuhan dalam hidup Anda?
Maukah Anda dibentuk menjadi pribadi² penggoncang dan pengubah dunia seperti Kristus?
Anda seharusnya bersedia jika memang Anda anak-Nya yang sejati.
Salam revival.
#IntrospeksiDiri
#BertumbuhItuTargetTuhan
#YangMenyenangkanTuhan
#YangUtamaSebagaiAnakTuhan
#YangDikenanTuhan
#BenarVsHampirBenar