MERENUNG DAN BERTINDAK SESUAI PIMPINAN ROH KUDUS

 Oleh: Bpk. Peter B. K.

Menyaksikan pembubaran KKR Natal oleh Ev Stephen Tong di Gedung Sabuga Bandung ini, pertanyaan kembali berkecamuk di pikiran saya:

Gila! ORMAS PAS “BUBARKAN” KKR Natal 2016 Di Sabuga Bandung, Apa Ini Bentuk Toleransi Beragama?

Detik Detik KKR Bandung Di Bubarkan Ormas Islam Ada teriakan “Allahu akbar” di menit 1:40

Heboh Ormas PAS (Pembela ahli sunah) Bubarkan KKR Di Bandung

1) Jika umat kristiani dilarang beribadah di gedung pertemuan umum dan diharuskan hanya di gereja, mengapa jalan² umum utama boleh dipakai dan ditutup untuk kepentingan ibadah kelompok agama mayoritas (bahkan setelah ada fatwa ulama melarang melakukan itu)? Dimanakah keadilan dan persamaan menjalankan ibadah di negeri ini?

2) bagaimana jika perlakuan sebaliknya yang terjadi, yaitu saat beribadah di jalan² dan lapangan² tiba² sekelompok orang beragama lain menerobos masuk dan minta acara tsb dibubarkan dengan alasan tidak sesuai lokasi dan mengganggu ketertiban umum? Apakah yang terjadi jika karena keseleo lidah saja massa turun ke jalan dan menggugat sedangkan ibadah mereka diintervensi dengan cara yang kasar?

3) tidakkah ini dapat dipandang sebagai suatu penistaan terhadap agama lain tatkala ibadah yang sedang berlangsung dipotong di tengah jalan untuk dibubarkan? Jika kasus terpeleset bicara Ahok sudah diperhitungkan sebagai penistaan dan didesak untuk dianggap bersalah, bagaimana dengan perbuatan seperti ini?

4) mengapa polisi, pemkot Bandung, atau jajaran pemerintah tidak segera mengambil tindakan tegas terhadap ormas² yang bisa dikatakan anti NKRI dan kebhinekaan Indonesia seperti ini? Mengapa justru akhirnya ibadah kristiani yang akhirnya dibatalkan daripada pengamanan diperketat dan kelompok seperti PAS ini ditangani secara fair?

5) berdasar pemikiran yang terus berkembang terkait agar Ahok terus maju sebagai gubernur, ijinkan saya bertanya kepada para pendukung yang menyarankan maju tak gentar buat Ahok: mengapa umat Kristen yang sedang beribadah di sana tidak didorong melanjutkan ibadah saja? Toh Tuhan akan membela, bukan? Kan mundur atau batal KKR berarti kalah, begitu? Mengapa tidak maju tak gentar melawan perlakuan tidak adil orang² yang mengancam kesatuan Indonesia?
Atau kalau polisi melarang KKR dilanjutkan, mengapa harus diikuti larangan itu? Apakah karena TAKUT terjadi kerusuhan? Mengapa harus takut kalau Tuhan beserta dengan umat-Nya? Ada tanggapan dari pendukung² maju terusnya Ahok?

6) melihat kondisi bangsa yang seperti ini, dimana perbedaan dan potensi kerusuhan kian tajam setiap hari, akankah kita yang menggunakan media sosial ini terus mengambil peran sebagai penonton saja: “kita lihat saja nanti”, “yang terjadi terjadilah”, “God is in control”, “santai saja, Tuhan berkuasa”, atau membagikan pesan² hiburan, entertainment, kuliner, atau wisata² saja? Tidakkah kita seharusnya jauh lebih peduli dan menggunakan apa yang ada pada kita (termasuk akun media sosial kita) untuk menyuarakan pada bangsa ini jati dirinya yang sebenarnya sebagai bangsa yang berdasar Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika?

7) jika postingan semacam ini dipandang tidak membawa perdamaian dan akan menjadi provokasi untuk kondisi yang lebih buruk lagi, saya ingin bertanya, apakah dengan diam saja dan posting yang bersifat hiburan² akan membawa damai yang sejati bagi bangsa ini? Tidakkah kedamaian itu bukan selalu yang tampak luarnya senang, tenang dan makmur? Bukankah kedamaian sejati lahir dari kemenangan atas peperangan yaitu hawa nafsu kita? Dan tanpa hawa nafsu ditaklukkan maka segala yang tampak damai pada akhirnya semu dan rapuh?

Mari merenung dan bangkit untuk bertindak dalam pimpinan Roh Tuhan.

#renungkan
#berhikmatakanmengerti
#berdoa&berkaryabagiindonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *