(terjemahan dari Sinners in the Hands of an Angry God oleh Jonathan Edwards) – Bagian 1
Pada waktu kaki mereka goyang
Pada waktu kaki mereka goyang
Keluaran 32:25
Di dalam ayat ini dibicarakan mengenai pembalasan Allah terhadap kejahatan orang Israel yang tidak percaya, yang adalah umat Allah secara jasmani, dan yang hidup di bawah kasih karunia atau anugerah; tetapi mereka mengabaikan semua pekerjaan Allah yang ajaib terhadap mereka, mereka tetap (seperti ayat 28) menolak arahan, tidak mempunyai pengertian di dalam diri mereka. Di bawah seluruh berkat-berkat surga, mereka mengeluarkan buah yang pahit dan beracun, seperti dua ayat berikutnya dari teks diatas. Ekspresi dari ayat/ teks yang telah saya pilih, pada waktu “kaki mereka goyang”, kelihatannya mencakup hal-hal berkaitan dengan penghukuman dan kehancuran yang akan dinyatakan kepada bangsa Israel yang jahat.
1. Bahwa mereka senantiasa terancam kehancuran; seperti seseorang yang sedang berdiri atau berjalan di tempat yang licin selalu terancam untuk jatuh. Ini menyiratkan bentuk kehancuran yang akan datang ke atas mereka, yang diwakili oleh kaki mereka yang terpeleset. Hal yang sama diungkapkan dalam Maz.73:18. “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kau taruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.”
2. Ini menyiratkan, bahwa mereka selalu terancam oleh kehancuran yang tiba-tiba dan tidak diduga-duga.Selama ia berjalan di tempat-tempat yang licin setiap saat sangat mungkin untuk jatuh, ia tidak dapat menduga sebelumnya apakah di waktu berikutnya ia masih berdiri atau akan jatuh. Dan ketika ia jatuh, seketika itu juga ia jatuh tanpa ada peringatan. Yang juga dinyatakan dalam Maz. 73:18-19: Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
3. Hal lain yang termasuk di dalamnya adalah bahwa mereka sangat mungkin terjatuh karena diri mereka sendiri, tanpa dilemparkan atau dijatuhkan oleh tangan orang lain. Selama ia berdiri atau berjalan diatas dasar yang licin tidak ada sesuatu yang dapat membuat ia jatuh selain berat tubuhnya sendiri.
4. Alasan mengapa mereka tidak jatuh dan tidak jatuh sekarang adalah hanya karena waktu Tuhan belum tiba atas mereka. Dapat dikatakan, ketika waktunya tiba atau batas waktu yang ditentukan habis, kaki mereka akan tergelincir. Kemudian mereka akan dibiarkan jatuh karena berat badan mereka sendiri. Tuhan tidak akan mengangkat atau menahan mereka di tempat-tempat yang licin lebih lama lagi, tetapi akan membiarkan mereka dan dalam waktu yang sangat cepat, mereka akan jatuh ke dalam kehancuran; seperti ia berdiri di atas dataran yang menurun yang sangat licin, di tepi lubang, ia tidak dapat berdiri sendirian, ketika ia bergerak sedikit saja ia langsung jatuh dan hilang.
Hasil dari penyelidikan dari ayat ini yang saya ingin tekankan adalah “Tidak ada sesuatupun yang dapat menjaga orang fasik setiap waktu untuk tidak jatuh ke alam neraka kecuali hanyalah perkenanan Allah semata.” Hanya oleh perkenanan Allah, yang saya maksud adalah kedaulatan perkenanan-Nya, kehendak-Nya yang tidak dicampuri oleh siapapun, tanpa adanya hutang apapun, tanpa dibatasi oleh cara-cara yang menyulitkan, tidak ada apapun selain kehendak Tuhan yang masih ingin mengasihi orang seperti ini, atau tanpa pertimbangan siapa pun di dalam menjaga orang fasik setiap saat.
Kebenaran dari pengamatan hal ini dapat terlihat dari beberapa pemikiran berikut ini:
1. Allah tidak kekurangan kuasa untuk membuang orang fasik ke dalam neraka kapan saja. Kekuatan tangan manusia tidak cukup kuat ketika Tuhan bangkit. Manusia yang terkuat sekali pun tidak memiliki kekuatan untuk melawan-Nya maupun melepaskan diri dari-Nya. Dia tidak hanya mampu untuk membuang orang fasik ke dalam neraka, tetapi Ia juga mampu melakukannya dengan sangat mudah. Kadang-kadang seorang penguasa dunia mengalami banyak kesulitan dalam mengatasi seorang pemberontak, yang telah menemukan berbagai cara untuk melindungi atau membentengi dirinya sendiri, dan telah memerkuat dirinya dengan mengumpulkan banyak pengikut. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Tidak satu pun benteng yang sanggup menahan kuasa Allah. Meskipun sekumpulan orang banyak dari musuh-musuh Allah bergabung dan bersatu, mereka tetap dapat dengan mudah dihancurkan berkeping-keping. Mereka ibarat tumpukan sekam di tengah terpaan angin puyuh; atau sejumlah besar jerami kering di tengah kobaran api. Mudah bagi kita untuk menginjak dan meremukkan seekor cacing yang kita lihat merayap di atas tanah. Juga mudah bagi kita untuk memotong atau menghanguskan sebuah benang kecil dengan segala sesuatu yang tergantung padanya: demikian pula mudah bagi Tuhan, ketika Ia menghendaki atau mengijinkan, untuk melemparkan musuh-Nya ke dalam neraka. Siapakah kita? Sehingga kita berpikir kita dapat bertahan di hadapan-Nya, yang kata-kata hardikannya membuat bumi pun gemetar, dan mampu menghancurkan gunung-gunung batu?
2. Mereka memang pantas untuk dibuang ke dalam neraka. Karena keadilan ilahi tidak kompromi, sehingga tidak ada keberatan bagi Allah untuk menggunakan kuasa-Nya setiap saat untuk menghancurkan mereka. Ya, sebaliknya, keadilan berteriak menuntut penghukuman yang setimpal atas dosa-dosa mereka. Firman Allah mengatakan mengenai pohon yang mengeluarkan buah-buah anggur dari Sodom, “Tebanglah pohon ini! untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” (Luk. 13:7). Pedang keadilan ilahi setiap saat dapat diayunkan ke kepala mereka, dan hanya karena kemurahan tangan dan kehendak Allah semata yang dapat menahannya.
3. Mereka sudah dijatuhi hukuman neraka. Mereka bukan saja sangat layak untuk dibuang ke sana, tetapi juga tuntutan dari hukum Allah, yakni peraturan dari kebenaran yang kekal dan tidak dapat diubah yang telah ditetapkan Tuhan antara Dia dengan seluruh umat manusia, menentang dan melawan mereka; demikianlah mereka telah terikat secara hukum untuk dibuang ke neraka. Yoh. 3:18: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum.” Jadi setiap orang yang belum benar-benar bertobat sudah semestinya menjadi milik neraka; di sanalah tempatnya; dan dari sanalah ia, Yoh. 8:23: “Kamu berasal dari bawah.” Dan di sanalah ia terikat; di sanalah tempat keadilan, dan Firman Allah, dan penghakiman dari hukum Allah yang tidak dapat diubah itu dijatuhkan kepadanya.
4. Mereka kini menjadi obyek-obyek dari kemarahan dan murka Allah, seperti yang diekspresikan melalui penyiksaan-penyiksaan di neraka itu. Dan apabila saat ini mereka belum dilemparkan ke neraka, hal itu bukanlah karena Allah, yang menguasai hidup mereka, itu belum begitu murka kepada mereka; seperti kemarahan-Nya kepada banyak ciptaan, yang sekarang sangat menderita karena merasakan dan menanggung kedahsyatan murka-Nya dan disiksa di neraka. Ya, Allah jauh lebih murka dengan sejumlah besar orang-orang yang ada di bumi sekarang; ya, tidak diragukan lagi, dengan banyak orang yang ada dalam jemaat ini sekarang, mereka yang mungkin tampak hidup nyaman, daripada terhadap orang-orang yang sekarang berada dalam siksaan api neraka.
Jadi Tuhan tidak mengulurkan tangan-Nya dan membinasakan mereka bukan karena Tuhan tidak menghiraukan dan tidak membenci kejahatan mereka. Tuhan tidak memiliki persamaan sedikit pun dengan salah seorang dari antara mereka, meskipun mereka mungkin mengiranya demikian. Murka Allah menyala-nyala membakar mereka, hukuman kepada mereka tidak akan surut; lubang telah disiapkan; api telah berkobar, tungku perapian telah begitu panas, siap untuk menelan mereka, api sedang mengamuk dan bernyala-nyala. Pedang yang berkilauan telah tajam terasah, dan teracung ke arah mereka, dan lubang telah mengangakan mulutnya di bawah mereka.
5. Iblis telah bersiap untuk menjatuhkan dirinya ke atas mereka, dan menangkap mereka menjadi miliknya, pada saat dimana Allah mengijinkannya. Mereka menjadi milik iblis; Iblis mengambil jiwa-jiwa mereka untuk dikendalikan, dan di bawah kekuasaannya. Alkitab menggambarkan mereka seperti benda-benda miliknya (iblis), Luk 11:21. Setan-setan sedang mengawasi mereka; berada di dekat mereka; mengintai mereka, bagaikan sekawanan singa rakus yang kelaparan yang sedang mengintai mangsanya, dan berharap dapat segera memakannya, sekalipun untuk saat ini masih tertahan. Seandainya Allah sampai menarik tangan-Nya, yang selama ini menahan mereka, mereka akan langsung menerkam jiwa-jiwa yang malang ini. Si ular tua itu siap memangsa mereka; neraka membuka mulutnya lebar-lebar untuk menelan mereka; dan sekiranya Tuhan mengizinkannya, mereka akan dengan segera ditelan dan lenyap.
6. Jiwa orang-orang fasik dikuasai oleh prinsip-prinsip dari neraka, yang akan segera berkobar dan menyala-nyala menjadi api neraka jika tidak ditahan oleh Tuhan. Di dalam natur manusia jasmani terdapat dasar yang memungkinkan manusia mengalami siksaan di neraka. Itu adalah prinsip-prinsip kejahatan yang memerintah dan menguasai mereka, dan sepenuhnya mengikat mereka, dan menjadi benih-benih api neraka. Prinsip-prinsip ini aktif, dominan, sangat kuat, dan sangat brutal sifatnya. Dan jika bukan karena tangan Tuhan yang menahannya, prinsip-prinsip ini pasti akan menguasai, dan menyala keluar dengan cara yang sama dengan kerusakan mereka, dengan maksud jahat yang sama seperti yang ada di dalam hati orang-orang durhaka itu dan akan menghasilkan siksaan-siksaan yang sama sebagaimana yang mereka lakukan di dalam semua itu. Di dalam Alkitab, jiwa orang-orang fasik diumpamakan seperti laut yang berombak-ombak (Yes. 57:20). Untuk saat ini, Tuhan sedang menahan kejahatan mereka dengan kekuatan kuasa-Nya yang dahsyat, seperti yang dilakukannya terhadap gelombang air laut yang bergelora, dengan berkata, ”Engkau boleh datang cukup sampai disini, jangan lebih.” Namun jika Tuhan sampai menarik kuasa-Nya yang selama ini telah menahannya, maka semuanya akan hancur binasa. Dosa membawa kehancuran dan penderitaan bagi jiwa, serta bersifat merusak, dan seandainya Tuhan membiarkannya, itu sudah cukup untuk membuat jiwa mereka betul-betul menderita. Kebobrokan hati manusia itu luar biasa buruk dan melampaui batas; sementara orang berdosa masih hidup di dunia, kejahatan mereka itu seperti api yang tertahan karena Tuhan yang masih menahannya, sedangkan jika itu dilepaskan, api itu akan siap membakar alam semesta; dan seperti hati yang sekarang telah menjadi bejana penuh dosa, dan jika dosa tidak lagi dapat ditahan, itu akan segera mengubah jiwa menjadi perapian yang membara, atau lautan api dan belerang.
7. Tidak ada keamanan sedetik pun bagi orang fasik, meskipun saat ini mereka belum melihat adanya sarana atau cara-cara kematian menjemput mereka. Tidak berarti aman bagi seseorang meskipun saat ini ia sehat atau baik-baik saja, meski ia tidak melihat adanya suatu ancaman yang dapat dengan tiba-tiba membawanya kepada kematian, meskipun tidak ada bahaya yang kelihatan di dalam setiap situasi atau keadaan sekitarnya. Beragam kejadian dalam dunia ini yang terus terjadi di segala zaman, membuktikan, bahwa manusia benar-benar berada di tepi jurang kekekalan, dan satu langkah selanjutnya akan membawanya ke alam lain. Cara-cara dan sarana yang tak terlihat dan tak terpikirkan yang dapat membawa orang-orang kepada kematian sungguh tak terbilang banyaknya dan tak terselami. Orang-orang yang belum sungguh-sungguh bertobat sedang berjalan melewati lubang neraka di atas suatu penutup yang buruk, dan ada begitu banyak bagian dari penutup tersebut sangat rapuh yang tidak akan mampu menahan berat mereka sendiri, dan celakanya bagian-bagian tersebut tidak terlihat. Panah-panah kematian beterbangan di siang hari tanpa dapat dilihat; bahkan penglihatan yang paling tajam sekalipun tidak mampu mengenalinya. Tuhan memiliki begitu banyak cara yang berbeda dan tak terselami untuk mengambil orang fasik keluar dari dunia dan mengirim mereka ke neraka, dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, Tuhan tidak perlu bersusah payah atau melakukan suatu usaha yang lebih keras untuk menghancurkan orang-orang fasik, setiap saat. Semua cara untuk membinasakan orang-orang berdosa, ada di tangan Tuhan, secara total dan mutlak menurut kuasa dan ketetapan-Nya, dan kapan pun mereka akan dibuang ke neraka benar-benar bergantung hanya pada kehendak Tuhan semata.
8. Kebijaksanaan dan perlindungan manusia untuk menjaga atau melindungi hidup mereka sendiri, atau perhatian serta perlindungan-perlindungan dari orang lain untuk melindungi mereka, tidak menjadikan mereka aman sedetikpun dari murka Tuhan. Mengenai hal ini, kuasa ilahi yang menggerakkan alam semesta dan pengalaman yang umum menyatakan hal yang sama. Ada bukti yang jelas bahwa hikmat atau kebijaksanaan manusia tidak mampu menghindarkan mereka dari kematian; karena jika mampu maka semestinya kita akan melihat perbedaan-perbedaan antara orang-orang bijak dan berhikmat dari dunia ini, dengan orang yang biasa, berkaitan dengan tanggung jawab mereka terhadap kematian yang tiba-tiba dan tak terduga: tetapi bagaimana kenyataannya? Pengkhotbah 2: 16 mengatakan, “..orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!”
9. Semua jerih payah dan strategi atau cara-cara orang fasik yang mereka gunakan untuk meluputkan diri dari neraka, sementara mereka masih tetap menolak Kristus, dan karenanya mereka tetap menjadi orang fasik, tidak dapat menjamin keamanan mereka dari neraka barang sedetikpun. Hampir setiap orang yang mendengar berita tentang neraka, sesumbar bahwa ia dapat meluputkan diri darinya; ia bergantung pada dirinya sendiri untuk keamanan atau keselamatannya, ia menyombongkan apa yang telah, sedang dan hendak dilakukannya. Setiap orang memikirkan berbagai cara dari pikirannya sendiri mengenai bagaimana supaya ia dapat menghindari hukuman, dan sesumbar bahwa ia telah merencanakan yang terbaik bagi dirinya, dan rencana-rencana jahatnya tersebut tidak mungkin gagal. Mereka mendengar bahwa memang hanya sedikit yang diselamatkan, dan sebagian besar dari orang-orang yang telah meninggal hingga sekarang telah pergi ke neraka; tetapi setiap orang dari mereka beranggapan bahwa ia telah menyusun strategi untuk melepaskan dirinya lebih baik daripada orang lain. Ia tidak pernah ingin pergi ke neraka; ia berkata kepada dirinya sendiri, bahwa ia akan melakukan berbagai antisipasi yang berguna dan menggunakan segala cara untuk dirinya supaya tidak gagal.
Tetapi anak-anak manusia yang bodoh telah menipu diri mereka sendiri melalui rencana-rencana jahat mereka sendiri, melalui keyakinan mereka kepada kekuatan dan kebijaksanaan mereka sendiri; mereka memercayai sesuatu yang kosong dan sia-sia dan semata-mata hanya sebuah bayangan. Mayoritas dari mereka yang selama ini hidup di bawah kekayaan kasih karunia yang sama hingga hari ini, dan sekarang juga meninggal, pasti akan pergi ke neraka; dan hal itu bukan karena mereka ini kurang bijaksana dibandingkan dengan mereka yang masih hidup sekarang; itu juga bukan karena mereka tidak menyusun rencana yang terbaik bagi dirinya untuk mengamankan dan meluputkan mereka dari hukuman. Seandainya kita dapat berbicara dengan mereka, dan bertanya kepada mereka, satu per satu, apakah ketika masih hidup, dan ketika mereka mendengar tentang neraka, akan terpikir bahwa suatu kali nanti mereka akan berada di tempat penderitaan kekal tersebut: maka kami pasti akan mendengar jawaban mereka satu persatu, “Tidak, saya tidak pernah ingin datang ke sini: saya justru berpikir hal-hal yang sebaliknya; saya kira saya telah menyusun strategi yang terbaik untuk diri saya sendiri: saya pikir rencana jahat saya itu akan berhasil. Saya pikir saya telah melakukan semua antisipasi yang berguna; tetapi kematian datang secara tiba-tiba; saya tidak menginginkannya waktu itu, dengan cara yang seperti itu; itu datang bagaikan seorang pencuri: kematian memerdaya saya: murka Allah datang terlalu cepat menimpa saya. Oh, kebodohan saya yang terkutuk! Saya telah menyombongkan diri saya sendiri, dan menghibur diri saya sendiri dengan impian-impian kosong tentang apa yang akan saya lakukan kelak; dan sementara saya berkata, damai dan selamat, kehancuran dengan tiba-tiba menimpa saya.”
10. Tuhan tidak berkewajiban untuk menyelamatkan manusia dari penderitaan kekal di neraka. Tuhan sama sekali tidak pernah menjanjikan kehidupan kekal, atau pembebasan atau perlindungan dari kematian kekal, selain apa yang terdapat di dalam perjanjian kasih karunia, yakni janji-janji yang diberikan dalam Kristus, yang di dalam-Nya semua janji adalah ya dan amin. Tetapi tentunya mereka (orang-orang fasik) tidak tertarik kepada janji-janji dari perjanjian kasih karunia, karena mereka bukanlah anak-anak perjanjian, dan yang tidak percaya kepada semua janji itu, serta tidak peduli kepada Perantara perjanjian itu.
Oleh karena itu terlepas dari apa yang dipikirkan dan diyakini orang mengenai janji-janji yang disediakan bagi manusia yang telah bersungguh-sungguh dalam mencari dan mengetuk, kini jelas dan nyata, bahwa apapun kerja keras atau jerih payah yang dilakukan manusia dalam kegiatan-kegiatan agamawi mereka, tidak peduli doa-doa seperti apa yang sudah ia panjatkan, sebelum ia percaya kepada Kristus, Tuhan tetap tidak berkewajiban untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran kekal.
(BERSAMBUNG)