Memimpin orang-orang dalam nama Yesus itu rumit, menuntut kebijaksanaan dan ketajaman yang luar biasa. Saya telah mendedikasikan hidup saya sebagai orang dewasa untuk mempelajari kepemimpinan. Saya telah menulis buku tentang kepemimpinan, membaca banyak sekali buku tentang topik ini, dan lebih banyak lagi menghadiri konferensi kepemimpinan.
Tapi selama 18 bulan terakhir, saya telah merenungkan kepemimpinan Yesus dalam Injil Matius. Ini telah mengguncang saya. Roh Kudus telah menantang saya untuk secara jujur melihat model kepemimpinan gereja Barat yang hidup di dalam diri saya lebih dari yang saya ketahui (yaitu memjadi lebih besar, lebih baik, lebih, lebih cepat), dan mengundang saya untuk mereguk lebih dalam akan kehidupan dan kepemimpinan Yesus.
Saya telah meringkas pelajaran saya menjadi lima pelajaran untuk menjadi bahan perenungan dan doa Anda:
1) Yesus menolak pelayanan penuh kuasa yang ditampilkan oleh Setan – sensasional, spektakuler dan cepat. Yesus memilih jalan hina penderitaan dan salib. Dia tidak menyerang Israel dengan badai sebagai Mesias. Dia menolak untuk memamerkan kekuatan atau pengetahuan-Nya untuk “menunjukkan pada orang-orang” siapa Tuhan itu. Sebagai gantinya dia mengetuk pintu Israel dengan secara perlahan -sedikit demi sedikit. Sebenarnya, Yesus menyesalkan kerohanian yang tampil seperti bisnis, lebih memilih untuk melakukan pekerjaan-Nya dengan tenang, tidak menarik perhatian dan dengan cara yang terukur-tidak seperti Mesias palsu pada zaman-Nya. Dia sering menarik atau memerintahkan orang untuk diam, berusaha menyembunyikan diri dan tidak ingin terlalu dikenal.
Tuhan, berikan aku anugerah untuk menolak godaan untuk terburu-buru dan ingin menjadi besar.
2) Yesus dengan sengaja memilih jalan kerendahan hati. Yesus memilih untuk dilahirkan di palungan dan hidup kondisi yang tidak normal di Nazaret (yaitu, di desa yang tidak dikenal). Mukjizat pertamanya adalah mukjizat kerendahan hati saat ia bergabung dengan kita dalam umat manusia di sungai pertobatan yang dalam penanganan Yohanes Pembaptis. Sebenarnya, pusat pelayanannya terjadi di belantara Galilea dan tidak strategis seperti di Yerusalem.
Tuhan, tolong saya memilih kerendahan hati hari ini.
3) Yesus hanya mendidik beberapa orang, dan mereka bukanlah orang-orang yang memiliki pengaruh besar. Yesus tidak memburu selebriti, orang berpengaruh atau pemimpin duniawi, namun memihak mereka yang tanpa kekuasaan dan status, mereka yang berada di tangga terbawah. Orang yang tidak mengesankan membuatnya terkesan. Dia dengan lembut menyelamatkan mereka yang gagal dan orang-orang kecil di masyarakat yang terpinggir, memperlakukan mereka dengan rasa hormat khusus. Yesus membangkitkan orang-orang kecil untuk menjadi mereka yang memiliki kebesaran, orang-orang yang tidak penting memiliki posisi baru yang penting, dan orang-orang miskin memiliki kehidupan yang jauh lebih kaya.
Tuhan, ajari aku untuk tidak melihat penampilan luar tapi untuk melihat hati seperti yang kamu lakukan (1 Sam.16: 7).
4) Yesus hidup bebas dari harapan dan penilaian orang lain. Yesus tidak memiliki pendidikan rabbi secara formal. Para pengikutnya dicurigai dan ajarannya sering menyinggung perasaan. Gaya hidupnya dianggap kurang radikal. Dia tidak cukup berpuasa. Dia makan dan minum apa saja. Dia menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Dia tidak tampak “spiritual” atau serius seperti Yohanes Pembaptis.
Bapa, berilah aku keberanian untuk mengikutimu dan jangan teralihkan oleh opini negatif dari orang-orang di sekelilingku.
5) Yesus menunjukkan kepada kita bahwa definisi kesuksesan dunia bukanlah berasal dari Tuhan. Yesus tampak merasa puas walaupun tampaknya gagal. Dia tidak berbuat banyak untuk mengubah sistem struktural dasar di Israel selama tiga tahun pelayanannya. Orang-orang Farisi / Saduki masih menguasai Bait Suci dan kehidupan religius. Herodes masih tetap di atas takhta. Dan Yohanes Pembaptis masih berada di dalam penjara. Yesus tampaknya menjalankan lebih banyak pelayanan ‘ambulans’ (mengambil korban kecelakaan dari sistem-sistem yang jahat) daripada benar-benar menyerang kekuatan politik atau ekonomi secara langsung. Dia mengakhiri hidupnya ditolak dan dibenci. Namun dia berterima kasih kepada Tuhan, percaya pada Bapa yang tidak pernah berfrustrasi yang memang benar-benar memegang kendali (Matius 11: 25-26). Dia mendefinisikan kembali kesuksesan sebagai menyelesaikan karya unik yang Tuhan telah berikan kepadanya.
Tuhan, tolong aku untuk menjadi sukses dengan melakukan kehendakmu dan mempercayaimu dengan yang lainnya.
Sewaktu Anda merenungkan pelajaran ini, harapan atau kemungkinan baru mulai terbuka bagi Anda?
NB: Yesus secara tetap memanggil orang-orang untuk pemuridan secara totalitas (“Biarlah orang mati menguburkan orang-orang yang telah mati”), menolak untuk menerima pertobatan setengah, sebuah komitmen semi-serius atau semangat yang pudar bagi kerajaan-Nya.
Sumber: https://www.emotionallyhealthy.org/lessons-radical-leadership-jesus/