“Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pkh 1:2)
Pengkhotbah adalah nama alias raja Salomo atau orang umunya menyebutnya sebagai Sulaiman. Sejarah mencatat dia adalah orang paling kaya, paling sukses, dan paling pandai menurut ukuran dunia pada umumnya.
Kitab ini ditulis di akhir hidupnya sebagai suatu kesimpulan dari catatan pengamatannya akan kehidupan manusia di muka bumi.
Kesimpulan utamanya adalah SEGALA SESUATU DI DUNIA INI ADALAH SIA-SIA.
“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pkh. 1:14)
Setujukah Anda dengan pendapat Salomo?
Jika Anda tidak setuju : berarti Anda yakin bahwa hidup di dunia ini tidak sia-sia.
Jadi, apa yang membuat Anda yakin sehingga berpendapat bahwa hidup Anda dan manusia lainnya di dunia ini tidak sia-sia? Dengan kata lain, Anda harus menjawab alasan mengapa hidup manusia di dunia ini tidak sia-sia…..
Selamat merenung.
Kiranya Hikmat datang menerangi hati Anda. Amin.
“Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.”
– Pengkhotbah 2:11
Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
(Pengkhotbah 1:3,14)
Rekan-rekan seiman di dalam Kristus,
Benarkah tidak ada gunanya manusia berusaha dengan berjerih lelah di bawah matahari?
Dari sudut pandang hidup di dunia ini tentu ada gunanya. Namun, dari sudut pandang adanya kehidupan dan kematian kekal, dengan berat hati, harus diakui bahwa hal itu TIDAK ADA GUNANYA.
Bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup yang selama ini dianut dan dipegang erat oleh orang-orang pada umumnya, Alkitab memberitahukan kita melalui seorang yang paling berhikmat di dunia (selain Yesus Kristus tentunya) yang telah menyelidiki semua aspek kehidupan selama hidupnya.
Hari ini banyak orang berpikir bahwa kerja keras dengan menghasilkan banyak uang, mengumpulkan kekayaan, mengejar ketenaran, meraih kekuasaan, dan melanggengkan gaya hidup yang nyaman bagi diri dan keluarganya yang fokus untuk memuaskan diri sendiri adalah keuntungan hidup di dunia dan yang membuat hidup manusia menjadi berarti.
Benarkah demikian?
Mari kita mulai dengan memperhatikan hal-hal apa yang dipandang sebagai keuntungan oleh manusia -yang memotivasi mereka untuk bersusah payah siang dan malam selama hidup mereka.
1) Uang dan harta kekayaan
2) Keluarga : suami, istri atau anak
3) Nama baik pribadi maupun keluarga
4) Kehidupan yang baik dan nyaman, suatu kemudahan dan kenyamanan hidup
5) Kekasih hati / orang yang paling dicintai
6) Gelar pendidikan dan berbagai manfaat yang mengikutinya
7) Gelar keagamaan dan berbagai faedahnya yang menyertainya
8) Kesempatan menikmati hidup di usia muda (pensiun dini)
9) Kesehatan dan kondisi yang baik hingga umur panjang
10) Prestasi dan kesuksesan dalam setiap usaha dan pekerjaan
Dan masih banyak lagi hal lainnya sesuai selera dan keinginan pribadi masing-masing….
Salomo sebagai Pengkhotbah telah meneliti semua itu dan menyimpulkan semua itu sia-sia dan tidak ada gunanya …… jika dilihat dari sudut pandang keabadian atau dari sudut pandang Tuhan. Artinya semua hal di atas akan menjadi sesuatu yang sangat berarti jika memang kehidupan kita hanya dijalani selama ada di dunia ini dan kemudian selesai sama sekali. Masalahnya, menurut Kitab Suci, manusia adalah makhluk roh yang ditakdirkan untuk kekekalan. Ada kehidupan setelah mati (jasmani) dan ada pula kematian kedua setelah mati (jasmani). Ada babak baru setelah babak dunia ini berakhir. Dari sudut pandang babak baru ini maka apa yang diperoleh pada babak sebelumnya (selama hidup di dunia) menjadi kecil artinya -khususnya apabila yang dicapai itu semata untuk memenuhi kehidupan di dunia belaka.
Mengapa menjadi tidak penting dan tidak berguna?
Karena semua itu tidak kekal, tidak abadi, akan hilang dan lenyap bersama lenyapnya ingatan akan dunia ketika digenapinya adanya langit dan bumi yang baru (Wahyu 21)
Orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheist) mungkin berpikir bahwa mereka tidak mempercayai semua yang dipercayai para maniak agama itu. Baiklah. Tapi jika mereka bersedia merenungkan dengan tenang dan dalam, segala hal yang mereka dapatkan dan ingin nikmati di dunia ini akan berakhir dan TIDAK PERNAH MEREKA BAWA DALAM KUBUR. Seperti tangan Alexander Agung yang terjulur ke luar dari samping peti matinya, seperti itulah gambaran kesia-siaan segala pencapaian mereka.
Bisa jadi, orang menyangkal : bukankah masih ada keturunan dan generasi selanjutnya? Baiklah. Tapi siapa yang menjamin bahwa generasi selanjutnya akan melanjutkan prestasi bukannya meruntuhkan segala pencapaian orang tua dan generasi sebelumnya.
Jadi, benar. Semuanya sia-sia.
Tapi… jika semuanya sia-sia, untuk apakah lagi kita hidup?
Dan untuk apa pula berjerih payah?
Baikkah hidup bermalas-malasan dan bersenang-senang saja?
Atau… yang penting bertahan hidup saja selama di dunia (sambil menunggu mati)?
Tunggu pelajaran mengenai kehidupan selanjutnya.
(BERSAMBUNG)