“Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Berkatalah raja (Yoram, raja Israel) kepadanya (Elisa) : “Sesungguhnya, malapetaka ini adalah dari pada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?” (2 Raja-raja 6:33)
Ada dua kekeliruan yang sangat mendasar mengenai sikap orang terhadap Tuhan pada waktu hal-hal yang buruk menimpa mereka. Ini sudah sangat umum terjadi namun sangat jarang dikenali dan disadari. Sesungguhnya itu menunjukkan betapa negatifnya seringkali pandangan manusia terhadap Tuhan sekaligus menampilkan kekurangan atau bahkan ketiadaan iman dalam diri manusia kepada Tuhan sewaktu menghadapi masalah maupun pencobaan-pencobaan dalam hidupnya.
Kekeliruan pertama adalah mereka “menyalahkan Tuhan atas setiap masalah dalam hidup mereka.” Ketika hidup mulai sulit dan berat, mudah sekali pikiran kita memunculkan pikiran-pikiran semacam ini yaitu bahwa ‘malapetaka ini dari Tuhan asalnya. Ini pasti karena Tuhan tidak memegang kendali. Atau di mana ya Tuhan kok kayaknya tidak bisa campur tangan membela aku’.
Bukan saja ini pikiran yang bengkok melainkan ini pun penipuan yang luar biasa dari iblis yang memang menghendaki manusia menjauhi hal-hal yang berkenaan dengan Tuhan. Inilah suatu fitnah yang keji kepada Tuhan dibandingkan dengan pribadi-Nya yang penuh kasih dan kebaikan.
Pertanyaannya : mengapa mudah berpikir bahwa Tuhan suka mendatangkan yang jahat dan malapetaka dalam hidup manusia sedangkan sulit dan jarang sekali untuk berpikir bahwa pada kenyataannya kebanyakan masalah dan penderitaan dalam hidup manusia justru terjadi karena ulah manusia itu sendiri? Bukankah karena dosa-dosa dan kejahatan manusia maka segala kekacauan, kerusakan, kehancuran, pembunuhan, dan kriminalitas itu merajalela? Dan jika alam menjadi marah dan melahirkan bencana-bencana, tidakkah itu karena sikap manusia yang tidak peduli dan tidak bersahabat dengan alam namun semena-mena menguras dan menghabiskan kekayaan alam dengan serakah tanpa mempedulikan akibatnya di masa akan datang?
Mudah memang menyalahkan Tuhan atas semua hal-hal tidak menyenangkan bagi kita dalam hidup tetapi itu akan menyulitkan hidup manusia itu sendiri. Namun dengan menjauh dari Tuhan, manusia bukannya akan menemukan solusi melainkan akan menemukan masalah baru karena dari dalam hati manusia yang belum dipulihkan oleh Tuhanlah keluar segala bentuk hal-hal buruk yang berbuahkan berbagai-bagai masalah kehidupan.
“sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (Mark. 7:21-23)
Tipuan iblis yang paling jitu adalah membuat manusia menyalahkan Tuhan dan menjadi pahit terhadap Tuhan. Inilah kekeliruan besar yang kedua. ‘Jika malapetaka ini dari Tuhan, buat apa lagi aku berharap kepada-Nya’
Dengan menjadi pahit kepada Tuhan, maka manusia menjadi alergi terhadap Tuhan. Dengan sikap yang tidak mau tahu lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, maka cepat atau lambat orang akan menjauh dari Tuhan -dan mendekat kepada kebinasaan. Dengan menjauhkan manusia dari Tuhan, iblis telah berhasil menarik manusia menjauh dari pusat kehidupan, sumber pemulihan, dan pangkal dari segala berkat yaitu TUHAN sendiri.
Dengan pikiran-pikiran negatif kepada Tuhan, iblis mengikis dan bermaksud memutuskan saluran yang menghubungkan kita dengan berkat dan mujizat Tuhan yaitu iman kita. Tanpa iman, kita tidak akan pernah dapat berhubungan dengan Tuhan (Ibrani 11:6a). Mereka yang telah terjangkiti ‘virus sakit hati’ kepada Tuhan tidak akan pernah lagi berharap dan beriman kepada Dia untuk setiap pergumulan mereka karena pikiran mereka yang tertipu mengatakan kepada mereka ‘buat apa! Toh ini semua penyebabnya kan Tuhan sendiri. Gak mungkinlah Dia akan tolong kita. ‘Kan Tuhan sendiri yang senang kita mengalami seperti ini.’
Busuk benar pikiran-pikiran seperti itu! Jahat benar hati yang memendam perasaan demikian!
Demi kasih kemurahan Tuhan, saya mohon berhentilah berpikir yang demikian. Dia yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk mati disalib untuk kita, yang telah memberikan kesempatan untuk kembali pada-Nya melalui nafas kehidupan kita setiap hari untuk supaya kita dapat bertobat sebelum hidup kita berakhir, Dia yang telah memelihara kita dan menanggung kita hari demi hari, tidak pernah sebersit pun timbul pikiran di dalam diri-Nya untuk menyakiti dan menghancurkan ciptaan yang sangat dikasihi-Nya itu. Dia baik dan penuh kasih, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya! Layak dipuji untuk setiap perbuatan-Nya yang baik, sempurna dan adil (Mazmur 136)
Seperti anak bungsu yang hilang mendapatkan pemulihan ketika ia menyadari bahwa di rumah bapanya ia tidak pernah kekurangan kasih dan kebaikan, hari ini KEMBALILAH KEPADA TUHAN. AKUILAH DOSA-DOSAMU. TERIMALAH PEMULIHAN DALAM HIDUPMU. Karena di dalam pertobatan dan pengakuan dosa ada pemulihan.
“…dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14)
Ketika pencobaan datang, baiklah kita datang seperti pemazmur :
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6)
“DAN BERBAHAGIALAH ORANG YANG TIDAK MENJADI KECEWA DAN MENOLAK AKU”
(Matius 11:6)