“Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu.
Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku memikirkan perbuatan tangan-Mu.
Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus. Sela
… Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku.
Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!”
~ Daud, orang yang berkenan di hati Tuhan (dalam Mazmur 119:59; 143:5-6,8,10)
Pikiran kita merupakan penggerak utama kehidupan kita. Dari pikiran itu akan berlanjut pada perkataan dan perbuatan. Apa yang kita pikirkan akan berlanjut pada apa yang akan kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan adalah apa yang kita hasilkan dalam hidup kita.
Perlu kita ketahui, pikiran kita bisa sangat rentan terhadap berbagai pengaruh yang masuk ke dalamnya. Apalagi jika tidak ada suatu kerangka berpikir yang menyaring informasi-informasi yang masuk. Jika dahulu iblis mempengaruhi manusia melalui ketidaktahuan dan informasi yang terbatas dan sukar diuji dan dibandingkan, masa kini merupakan kebalikannya. Informasi yang demikian banyak digunakan oleh iblis untuk membawa kesimpangsiuran informasi sekaligus menipu jiwa-jiwa yang naif yang berpikir mereka telah mengetahui banyak hal dan berpendirian benar hanya berdasarkan data dari mesin pencari informasi yang sepertinya mampu memberikan jawaban bagi semua pertanyaan. Pada dasarnya masih sama. Manusia dibodohi oleh permainan kuasa gelap yang menggunakan manusia-manusia lain yang pikirannya juga telah diserahkan untuk dikendalikan kuasa kegelapan.
Jika kita rindu mengenal Tuhan lebih lagi dan ingin berhasil dalam pengenalan akan Dia, kita harus mewaspadai apa yang kita pikirkan dalam hidup kita sehari-hari. Informasi yang masuk ke dalamnya apabila kemudian bersatu dengan kecenderungan-kecenderungan hati yang keliru dan egois hanya akan membawa kita makin sesat sepanjang menjalani kehidupan di dunia ini.
Mereka yang ada di dalam Kristus sudah seharusnya meninggalkan “pikiran yang sia-sia, pengertian yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, yang didasarkan pada kebodohan dan kedegilan hati manusia” (lihat Efesus 4:17-18). Inilah pikiran manusia yang belum mengalami perjumpaan dan hubungan pribadi dengan Tuhan. Banyak pikirannya yang tak bermanfaat, tidak membawa pada suatu hasil apalagi hasil yang besar bagi keselamatan atau berdampak kekal. Pengertian yang dimilikinya lebih suka merancang hal yang jahat, yang tampaknya baik namun semuanya didasarkan pada pandangan-pandangan yang mementingkan dan menguntungkan diri pribadi yaitu mengamankan nasib masa depan mereka sendiri di dunia sekarang maupun yang akan datang. Dan semua agama pada dasarnya dibangun di atas filosofi semacam itu. Dimana orang melakukan kebaikan untuk mendapat upah atau pahala serta berhak mendapat tempat di sorga.
Kasih yang tulus dan semata tertuju untuk memberkati obyek, nyatanya absen dari praktek-praktek hidup beragama mereka dimana Allah yang sejati tidak berprinsip dan bertindak demikian. Ia tulus dalam kasih dan tanpa pamrih mencurahkan kebaikan-Nya. Ia pun mencari orang-orang yang demikian -tepatnya- yang mau diubah-Nya menjadi demikian. Melalui iman kepada Kristus dan pergaulan yang tetap dengan Anak-Nya, kita diubahkan dari kemuliaan demi kemuliaan. Tuhan akan menghargai dan mengganjar manusia-manusia yang mau mengubah pikiran-pikiran mereka seturut pikiran-Nya dengan upah yang besar. Dengan segala berkat-berkat terbaik. Yang rohani lalu jasmani. Karena mereka mengutamakan hikmat Tuhan yang tidak pernah akan sia-sia pada akhirnya!
Tanda bahwa kita dipenuhi dan digerakkan kerinduan untuk mengenal jalan-jalan-Nya lebih lagi ditunjukkan ketika kita terbuka untuk mengubah dan membaharui pikiran kita dengan prinsip-prinsip kebenaran yang baru dan murni dari Tuhan yang diwahyukan oleh Roh Kudus.
“Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
(Efesus 4:21-23)
Mengaku memiliki kerinduan untuk mengetahui kebenaran ilahi namun membiasakan diri mengeraskan hati atas nasihat firman dan lebih mengikuti pola pikir dan prinsip-prinsip yang diyakini mereka yang tidak mengenal Tuhan merupakan sesuatu yang saling bertolak belakang. Kita sedang menipu diri jika mempercayai hal semacam itu.
Membaca tulisan terkait pesan firman Tuhan merupakan proses awalnya. Tidak akan ada perubahan apapun di pikiran kita jika hanya membaca atau bahkan menghafalnya saja. Para aktor dan pemain peran kerap melakukannya untuk kepentingan profesi mereka menghibur di dunia pertunjukan. Pembeda terbesar ialah kita mengatakan “YA” terhadap pesan firman itu dan menguatkan dalam hati untuk menguatkan dalam hati sejak saat itu mengakuinya sebagai hal yang benar dan akan dipegang erat, diyakini dan akan dilaksanakan dalam praktek nyata sehari-hari. Merangkul sebuah kebenaran firman (dan diteguhkan selama-lamanya melalui tindakan ketaatan kita) adalah apa yang disebut sebagai pembaharuan pikiran.
Lebih lanjut, jika kita penuh gairah mengenal Tuhan maka setiap hari dan sepanjang hari pikiran kita sudah seharusnya diarahkan, didisiplinkan, diatur dan ditetapkan sedemikian rupa untuk memikirkan perkara-perkara yang di atas, yang ilahi, yang sorgawi, yang berasal dari Tuhan, yang selalu akan selaras dengan ajaran firman tertulis yang ditafsirkan secara sehat dan tepat.
“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
(Kolose 3:1-2)
Yang dimaksud sebagai perkara yang di atas ialah segala hal yang berkaitan dengan sorga dimana Kristus berada sekarang ini. Baik itu yang berkenaan dengan keindahan, kemuliaan, kemegahan dan kekekalannya. Juga akan para penghuninya yang merupakan orang-orang saleh yang sudah mendahului kita. Dan yang terutama tentu adalah Pribadi yang memerintah serta berkuasa di dalamnya. Yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus yang senantiasa akan membawa kita pada pengenalan akan segala sesuatu yang benar, kudus, baik, mulia, benar dan penuh kasih. Inilah yang patut memenuhi benak kita selain urusan-urusan rutin atau profesi kita sehari-hari.
Barangkali ada yang bertanya mungkinkah kita dapat memikirkan kesibukan kita bekerja sekaligus memikirkan hal-hal sorgawi padahal profesi kita bukan rohaniwan? Jawabannya jelas. Tentu saja bisa. Raksasa-raksasa iman terbesar di Alkitab sebagian adalah mereka yang bukan merupakan hamba Tuhan sepenuh waktu. Sebut saja Abraham, bapa iman itu. Tak terkecuali Ishak dan Yakub. Dan masih banyak nama-nama lain seperti Yusuf, yang menjadi menteri di Mesir atau Daud dan Daniel yang berkecimpung dalam pemerintahan. Semuanya hamba-hamba Tuhan yan berkenan dan sangat menyukakan hati Tuhan karena hati mereka tertuju pada Tuhan dan kehendak-Nya meskipun mereka bukan orang yang memberikan seluruh waktunya bagi Tuhan.
Dan di atas semuanya, mereka yang rindu mengenal Tuhan secara pribadi terus menerus membayar harga untuk sepakat dengan pikiran Allah, supaya mereka memiliki pikiran Kristus.
“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,” (2 Korintus 10:5)
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:5)
Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” (1 Korintus 2:16)
Mereka yang rindu mengenal lebih dalam akan Tuhan sudah seharusnya membawa setiap pemikiran -dari dirinya sendiri atau orang lain- yang bersifat menentang pengenalan akan Kristus. Yaitu yang tidak memuliakan Dia, yang tidak menghormati dan meninggikan-Nya, yang tidak membawa pengenalan lebih mendalam dan intim akan Kristus dan jalan-jalan-Nya di hidup kita. Setiap penghambat dan penghalang kita lebih dekat lagi dengan Yesus seharusnya kita hancurkan dan robohkan. Digantikan dengan kerinduan yang makin berkobar akan Dia.
Begitupun sudah semestinya kita mencari tahu dan memastikan apa dan bagaimana sebenarnya pikiran dan perasaan Kristus itu dalam setiap situasi yang kita hadapi. Kita tidak boleh merasa puas dan mengira-ngira bahwa pemikiran rekaan kita sendiri tentang ini dan itu sudah pasti sesuai dengan pikiran Kristus.
Adalah menyedihkan serta sesat mereka yang memikirkan cara-caranya sendiri yang masih duniawi maupun mendasarkan diri pada sifat-sifat manusiawi lalu mencoba mencocok-cocokkannya dengan bunyi ayat Alkitab. Bukan ayat firman yang dipelintir untuk dicocokkan dengan pikiran kita namun pikiran kitalah yang harus diluruskan_supaya tepat sesuai dengan pikiran ilahi.
Sebagai panduan memiliki pikiran Kristus, rasul Paulus berpesan dalam ilham Roh:
“Jadi akhirnya, saudara-saudara,
semua yang benar,
semua yang mulia,
semua yang adil,
semua yang suci,
semua yang manis,
semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
PIKIRKANLAH SEMUANYA ITU.” (Filipi 4:8)
Dan semuanya itu tertuang dalam Alktab kita!
Semua itu terselip, tersirat dan tersurat dalam untaian ayat-ayat yang menyimpan banyak hikmat dan rahasia tersembunyi di hati Allah bagi kita. Dengan menggunakan poin-poin di atas, yang kesemuanya mengarah pada Kristus sebagai puncak segala kebaikan dan kemuliaan, untuk mengukur segala sesuatu apakah berasal dari Tuhan atau tidak, kita nantinya, perlahan namun pasti, akan menemukan pikiran-pikiran Kristus.
Mungkin terasa sulit pada awalnya, namun sesuatu yang telah dibiasakan dan mejadi kebiasaan akan terasa mudah dan semakin mudah. Bahkan kita akan dijadikan Tuhan sebagai orang-orang yang mahir untuk memikirkan jalan-jalan Tuhan tepat sesuai yang dimaksudkan-Nya.
KESIMPULAN
Jika kita sungguh-sungguh rindu mengenal Tuhan, kita seharusnya menutup pintu-pintu dan akses-akses masuk perkara-perkara duniawi yang jauh dari persekutuan dengan Tuhan ke dalam pikiran kita. Sebaliknya, kita harus terbuka pada pesan-pesan yang berdampak kita lebih dekat dan intim dengan Tuhan.
Itu sebabnya penting terhubung dengan Tuhan dalam ketulusan. Sebab dalam kerinduan yang murni dan suci untuk mengenal Dia, kita benar-benar akan beroleh penyingkapan akan pribadi-Nya serta jalan-jalan-Nya.
Tetapi mereka yang yang ingin “menggunakan” Tuhan sebagai pelancar dan salah satu tim sukses mereka memperoleh keinginan-keinginan duniawi semata akan tersesat dan pikirannya digelapkan oleh berbagai tipuan yang membuat mereka makin jauh dari Tuhan -sekalipun mereka merasa mengenal Tuhan.
Kiranya hari ini dan seterusnya, pikiran kita ditundukkan kepada Tuhan dan kehendak firman-Nya. Dan kita termasuk dalam golongan mereka yang mengejar pengenalan akan Tuhan.
Penyair besar Jerman, Goethe, pernah berkata, “Berpikir itu mudah. Bertindak itu berat. Tetapi hal paling sukar di dunia ialah bertindak sesuai dengan pikiran-pikiran Anda.” dan memang demikianlah dunia. Pikiran manusia mampu berpikir hal-hal yang ideal, baik dan bermoral luhur. Faktanya, hanya sebagian saja yang mempraktekkannya -itupun dalam skala kecil.
Anak-anak Tuhan seharusnya tidak demikian. Kita dapat berpikir seperti Kristus. Lalu bertindak seperti Kristus dan hidup seperti Dia. Kita mampu karena kuasa dan kasih-Nya kuat atas kita. Roh Kudus dan kasih karunia-Nya pasti menolong dan memampukan kita hidup dalam pengejaran akan Tuhan.
Salam revival!
Indonesia dipenuhi kemuliaan Tuhan.