POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 2) LANGKAH PENGUJIAN 1 : KESELARASAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP DALAM FIRMAN TERTULIS YANG MURNI DAN TERUJI

Oleh Peter B, MA
(Apa yang saya sampaikan di sini adalah pokok-pokok pikiran dan poin-poin penting mengenai menguji pesan-pesan nubuatan sesuai petunjuk dalam Alkitab. Pembahasan mendetail mengenai hal ini akan ditulis dalam sebuah tulisan terpisah yang dibagikan secara eksklusif di waktu-waktu ke depannya)
1) Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya secara tertulis sebagai panduan dan petunjuk untuk mengenal Dia lebih lanjut (Yeremia 6:16; Mazmur 1:2-3; 119:14,27; Amsal 1:1-5)
2) Hukum-hukum tertulis diberikan sejak zaman Musa tetapi sebelumnya suara Tuhan dikenali secara turun temurun melalui pengenalan akan Tuhan yang diajarkan bapa leluhur pada generasi-generasi selanjutnya. Itulah sebabnya Nuh maupun Abraham tidak keliru mengenali suara Tuhan yang berbicara secara pribadi oleh sebab mereka telah belajar mengenali suara Tuhan dari bapa-bapa leluhur mereka (Kejadian 5:22,24; 6:9)
3) Hukum tertulis selanjutnya ditambahkan oleh para nabi dan hamba-hamba Tuhan lainnya yang menulis kitab demi kitab sesuai ilham Roh (Yohanes 21:24; Lukas 1:1-4; Kisah Para Rasul 1:1; 2 Timotius 3:16a)
4) Kitab-kitab yang diyakini sebagai pesan dan petunjuk dari Tuhan sendiri menjadi pedoman bagi umat Tuhan segala zaman untuk mengenali pimpinan dan petunjuk-Nya (2 Timotius 3:16-17)
5) Kita yang hidup dalam Perjanjian Baru memperoleh kasih karunia yang besar karena memiliki kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai petunjuk untuk menguji pesan-pesan profetik yang diklaim tuntunan langsung dari Tuhan atas situasi riil yang dihadapi umat Tuhan secara korporat, yang disampaikan melalui anggota-anggota tubuh Kristus yang dipercayai menyampaikan pesan-pesan nubuatan (2 Petrus 1:20)
6) Intinya, suara Tuhan dapat dinilai dari keselarasan akan prinsip-prinsip yang tersurat atau tersirat dalam firman-Nya yang telah dituliskan dan yang telah teruji sehingga digolongkan sebagai pedoman yang menuntun kita pada pengenalan akan Tuhan secara benar.
NUBUATAN TIDAK AKAN BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP FIRMAN TUHAN YANG TERTULIS
– Tutur kata seseorang menyiratkan karakter dan sifatnya. Demikian pula perkataan Tuhan mengandung sifat dan karakter-Nya
– Karakter Tuhan dapat kita pelajari dan selami sewaktu kita membaca, merenungkan, meneliti dan menyelidiki firman tertulis (Alkitab) dengan hati yang tulus, murni dan dipimpin oleh Roh hikmat dan wahyu itu sendiri
– Kita akan mengenali apakah itu pesan atau suara dari seseorang yang kita kenal dari : (1) gaya bahasa yang dipakainya; (2) isi pesannya, yang mencerminkan pikiran, prinsip dan karakternya (3) jika kita mendengarnya secara langsung, itu akan juga dapat dikenali dari timbre (warna) suara, intonasi atau nada suara dan, gaya berbicaranya. Demikian pula ketika kita hendak mengenal suara atau pesan dari Tuhan, kita harus mengenali gaya bahasa-Nya, isi pesan-Nya yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya lalu gaya berbicara yang seringkali dipakai oleh Tuhan dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada para nabi di masa lalu sebagaimana terekam dan terdokumentasikan dalam Alkitab.
– Oleh karena itu, SANGAT PENTING supaya dapat melakukan pengujian dengan tepat, kita perlu terus menerus belajar akan jalan-jalan Tuhan, akan isi hati dan pikiran-Nya, akan sifat-sifat-Nya, akan apa yang disukai dan tidak disukai-Nya yang tersimpan dalam berbagai ayat-ayat Alkitab yang terdiri dari beraneka ragam tipe tulisan dari narasi, deskripsi, syair, amsal, catatan dan surat rasuli. Dan itu harus dilakukan dengan sikap rajin belajar, suka merenungkan dan menyelidiki ayat-ayat Alkitab dalam pimpinan Roh Kudus yang pasti akan menuntun kita pada jalan yang benar dan pada seluruh kebenaran
– Sebagai contoh, sebuah pesan nubuatan sejati akan selalu membawa pesan-pesan yang sama yang akan ditemukan dalam penafsiran yang sehat dan murni (bukan ditafsir sesuai keinginan hati atau selera sendiri, apalagi demi maksud dan tujuan yang mementingkan diri sendiri, lihat 2 Petrus 1:20) misalnya : mengenai iman, pengharapan dan kasih (sebagai kebalikan pesan yang berisi rasa takut, keputusasaan dan kebencian); mengenai kekudusan dan ketaatan (kebalikan dari pesan yang dosa, kecermatan dan pemberontakan); mengenai solusi atau jalan keluar (kebalikan dari pesan yang bersifat merendahkan, menjatuhkan atau membiarkan kita dalam kondisi sendirian tanpa pertolongan) dan seterusnya.
Dan yang lebih penting dan terutama dari semua, pesan-pesan nubuatan menuntun pada intisari pesan dari seluruh kitab suci kita yaitu Yesus Kristus. Dialah yang merupakan pusat dari segala sesuatu dan pusat dari kehidupan kita sebagai umat-Nya. Dialah yang selalu ada dalam setiap pesan dari pelayanan nubuatan yang merupakan karunia dari Roh Kudus dan Roh Kudus sendiri senantiasa memuliakan Yesus Kristus. Pesan nubuatan yang secara terang-terangan atau terkesan kuat meninggikan hal yang lain, seperti figur manusia, organisasi, hikmat manusia, kesalehan pribadi atau berfokus pada kekuatan harta, pengaruh duniawi atau pada kehebatan alam maupun ciptaan yang lain wajib diragukan sebagai pesan yang berasal dari Tuhan.
– Jadi, dalam menilai suatu pesan nubuatan, kita perlu selalu merujuk pada kitab suci: apakah ada pesan serupa itu tercantum di sana atau setidaknya tersirat di dalamnya. Itu sebabnya, ADALAH SANGAT MENDASAR DAN PENTING kita mengenali dan memegang penafsiran yang sehat, seimbang, murni dan yang berasal dari hikmat Tuhan (sebagaimana yang disebutkan ciri-cirinya dalam Yakobus 3:13-:8) sebab apabila itu hendak digunakan menilai sebuah nubuatan maka ia akan menjadi sarana yang seharusnya untuk hasil yang tepat pula, sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan.
Sebagai contoh ekstrem: jika kita menerima tafsiran bahwa nubuatan sudah tidak ada lagi karena sudah berakhir di zaman para rasul, maka semua pesan nubuatan pada hari ini akan ditolak, dianggap fiksi atau dusta bahkan dipandang berasal dari kuasa gelap.
Contoh lain. Jika tafsiran yang kita percayai adalah tentang Tuhan yang hanya berbuat apa yang menyenangkan dan menjadikan manusia nyaman, menolak segala bentuk kekerasan dan keadilan Tuhan serta bahwa Ia dapat murka dan menghajar bahkan menghukum umat-Nya yang telah menyimpang dari jalan-Nya, maka nubuatan-nubuatan yang bersifat memperingatkan, menegur, bahkan menghakimi dosa-dosa umat Tuhan dengan keras akan ditolak sebagai pesan yang bukan berasal dari Tuhan, tetap dari hati yang penuh kebencian, suka menghakimi dan tidak memiliki iman.
SEKALI LAGI, TENTANG PENTINGNYA HATI SEORANG MURID
– Oleh karena diperlukan suatu pemahaman akan prinsip-prinsip Alkitab yang sehat dalam menguji sebuah nubuatan, sudah seharusnya kita mengusahakan diri tanpa lelah untuk belajar akan jalan-jalan Tuhan. Dan untuk melakukannya, hati seorang murid adalah syarat utama, jika bukan satu-satunya.
– Seorang murid tidak pernah merasa telah tahu atau sudah sampai pada pengetahuan yang sempurna. Lebih-lebih apabila yang menjadi Guru Agung kita ialah Tuhan sendiri, yang mengajar kita melalui Roh-Nya. Kita perlu terus memiliki hati yang lembut, rela belajar dan diajar, mau mendengar dan secara tulus menerima pengertian demi pengertian serta penyingkapan demi penyingkapan yang Tuhan berikan, yang bisa jadi belum pernah kita tangkap dan pahami sebelumnya. Tentunya setiap pengajaran yang sampai pada kita, juga akan diuji keselarasannya dengan ayat-ayat firman lainnya, yang jika ditambah dengan peran Roh Kudus atas hati kita yang telah dijaga dalam ketulusan dan dibersihkan dari segala kepentingan pribadi, akan kita rasakan apakah itu merupakan prinsip pengajaran yang murni atau bukan. Kesombongan mengumpulkan kepekaan kita akan suara Tuhan karena kita membatasi pengertian kita dengan pemahaman-pemahaman yang sempit, yang mungkin saja keliru atau jika mungkin benar, tidak memadai sebagai alat untuk menilai dan menilai.
– Ini menjelaskan mengapa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat di zaman Yesus tidak memahami nubuatan mengenai Mesias yang sebenarnya telah hadir di hadapan mereka. Mereka telah merasa cukup mampu menentukan menurut pengetahuan dan penafsiran mereka akan siapa Mesias itu. Ironisnya, Mesias, Anak Allah yang hidup itu, kemudian hanya bisa dikenali oleh mereka yang adalah MURID-MURID-NYA (Matius 16:16). Itu sebabnya kita tidak akan pernah memperoleh pemahaman dan tafsiran yang tepat jika hati kita masih tertuju pada penafsiran manusiawi yang belum teruji dan bukan pada pencarian dalam keterbukaan akan pimpinan dan pengaruh ilahi (Matius 16:17).
– Sebagai salah satu contoh saja. Terkait pelayanan profetik, yaitu pelayanan yang terkait dengan karunia-karunia profetik seperti karunia bernubuat, karunia pengetahuan atau ma’rifat, karunia membedakan bermacam-macam roh, karunia mimpi dan menafsirkan mimpi atau karunia berbahasa roh yang ditafsirkan (yang setara dengan nubuatan) maka untuk memahaminya diperlukan suatu penyelidikan dan pendalaman baru tentang bagaimana karunia-karunia tersebut bekerja beserta seluk beluknya. Hal ini membutuhkan suatu rangkaian pengajaran khusus di bidang-bidang pelayanan semacam ini. Tanpa memahami bagaimana pelayanan profetik ini sesungguhnya, kita masih akan selalu rawan menangkap pesan-pesan profetik yang tidak murni berasal dari Tuhan.
– Dengan hati seorang murid pula, setiap anak Tuhan yang mendengar atau membaca pesan profetik atau menerima pesan secara profetik secara pribadi dari Tuhan wajib mencari kesejajaran dan keselarasan apa yang diterima dan didengarnya itu dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Ini bukan mencari-cari atau memaksakan suatu ayat tertentu untuk meneguhkan suatu pesan profetik tetapi memastikan bahwa yang diterimanya itu memang sesuai dengan apa yang terdapat dalam kitab suci.
Perbedaannya: yang mencari peneguhan dari ayat menunjukkan suatu posisi yang bahwa pesan profetik yang diterimanya telah tepat sehingga mencari pembenaran dari Alkitab tetapi mereka yang melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap pesan yang diterimanya, itu berawal dari asumsi bahwa yang diterimanya masih perlu diuji dan diperiksa kembali apakah itu benar-benar pesan dari Tuhan atau dari sumber lain (seperti misalnya dari pikiran dan hati sendiri atau bisikan roh-roh lain). Yang satu merasa telah tahu dan benar, yang lain merasa harus belajar dan mencari tahu lebih lagi di hadapan Tuhan. Yang satu angkuh dan puas diri rohani, yang lain merendahkan diri dan rindu penyingkapan lebih lagi
KESIMPULAN
– Suatu pesan nubuatan akan selalu selaras, sejiwa dan mempunyai benang merah dengan prinsip-prinsip dalam Alkitab yang sudah teruji (yaitu yang telah ditafsirkan secara sehat) sebelumnya. Ketidakcocokan suatu nubuatan dengan apa yang tersurat dan tersirat di Alkitab patut membuatnya diragukan sebagai pesan yang benar-benar dari Tuhan
– Beberapa sebab utama mengapa orang gagal mengenali suatu pesan nubuatan berasal dari Tuhan adalah karena terbatasnya pengetahuannya akan prinsip-prinsip firman yang seringkali diperparah oleh ketidaksediaannya untuk belajar dan memiliki hati seorang murid.
Ini serupa dengan seorang anak TK yang memberikan komentar dan penilaian atas pemikiran dan pandangan kakaknya yang seorang mahasiswa. Hasilnya sudah jelas tidak akurat, hanya sebagian kecil saja yang benar, serta terasa menggelikan bagi orang-orang dewasa
– Menguji nubuatan dimulai dengan mempelajari nubuatan tersebut untuk menemukan adakah yang sesuai atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Jika ada yang tidak sesuai, selayaknya itu dapat dikomunikasikan dengan sang penyampai nubuatan. Jika itu tidak dimungkinkan, ada baiknya kita boleh mengabaikan nubuatan tersebut sebagai pesan yang tidak murni berasal dari Tuhan, yang tidak perlu ditanggapi lebih lanjut sampai semuanya menjadi lebih jelas.
Kiranya kepada kita diberikan hati seorang murid dan dimampukan menguji segala sesuatu sesuai perintah Tuhan!
Salam revival!
Hamba sahaya di Ladang Tuhan

One thought on “POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 2) LANGKAH PENGUJIAN 1 : KESELARASAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP DALAM FIRMAN TERTULIS YANG MURNI DAN TERUJI

  1. Terimakasih sangat menguatkan kita yg punya karunia nubuatan..yg penting segala nubuatan harus diuji dengan firman Tuhan…maka layaklah seseorang yg menyampaikan nubuatan itu memiliki hubungan intim yg kuat dengan Roh Kudus, sbb hanya Roh Kudus yg menyingkapkan segala hal yg rahasia bg kita, amin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *