PERKATAAN-PERKATAAN KITA MENYIRATKAN SIAPA SEJATINYA DIRI KITA
– Ketika kita bergaul dengan seseorang, lalu secara rutin mendengarkan apa yang disampaikannya kepada kita atau orang-orang yang berinteraksi dengannya, maka lambat laun kita akan tahu (dari cara berkomunikasi, gaya bahasa bahasa dan pesan-pesan yang ia sampaikan) seperti apa karakter orang itu. Apa yang dikomunikasikan dari seseorang, sebenarnya merupakan refleksi atau cerminan dari karakter pribadi orang tersebut.
Sebagai contoh:
Jika seseorang kerapkali menggunakan kata-kata kotor dan kasar, kita tahu bahwa ia seorang yang suka berbicara seenaknya, pribadi yang sembrono dan kurang bersikap hati-hati setidaknya dalam berkata-kata.
Jika seseorang berbicara dengan bahasa yang baik, tertata rapi dan sangat berhati-hati menggunakan pilihan kata maka kita tahu ia seorang yang terbiasa berlaku sopan, pribadi yang santun dan sangat menjaga perilakunya.
Sisi lain, jika kita menemukan perkataan seseorang yang sering berubah-ubah, berganti pandangan atau prinsip dalam berbagai kesempatan yang berbeda, maka kita tahu ia seorang yang tidak punya pendirian.
Juga apabila antara apa yang dikatakan dalam kenyataannya berkali-kali terbukti tidak sesuai dengan apa yang terjadi dan dengan apa yang dilakukan, maka kita tahu ia seorang yang munafik dan palsu. Berkebalikan dengan itu, kesesuaian berulangkali antara perkataan dan bukti nyata dapat menjadi dasar keyakinan kita bahwa yang menyampaikannya adalah seorang yang jujur dan apa adanya.
Dari seseorang yang kerapkali memberikan kata-kata dan nasihat yang mengandung hikmat, kita tahu bahwa yang menggemakannya ialah orang yang memiliki kebijaksanaan, setidaknya dalam level tertentu.
– KETIKA KITA BERGAUL DENGAN ALLAH, maka kita akan menemukan gaya bahasa dan perkataan-perkataan yang menunjukkan karakter-Nya: karakter ilahi. Karakter itu pula yang akan menyatakan perkataan dan pernyataan yang hanya dapat disampaikan oleh Allah sendiri. Itulah bahasa Allah dan cara Ia berkomunikasi. Itu mungkin saja ditiru atau dipalsukan, tetapi yang mengenal benar bunyi suara Tuhan akan segera tahu apakah perkataan-perkataan itu benar-benar berasal dari Tuhan atau dari sumber yang lain.
– Jika setiap kita memiliki gaya bahasa, pilihan kata dan karakter yang dikenali dari apa yang kita bicarakan, maka demikian pula dengan Tuhan. Ia berbicara dalam bahasa-Nya, tutur kata-Nya mencerminkan karakter-Nya. Yang diujarkan-Nya bersumber dari pribadi-Nya yang sempurna, pencipta dan penguasa alam semesta. Sebagai Pencipta, Pemilik serta Penguasa segala sesuatu, Ia berbicara dalam suatu cara yang tidak akan pernah disamai dengan siapapun juga di manapun di seantero jagad raya ini. Dan karena itu, sesungguhnya, tidaklah terlalu sukar mengenali suara-Nya -jika kita benar-benar mengenal Dia, mencermati-Nya serta menyediakan hati untuk taat dan tunduk pada kedaulatan-Nya.
PRINSIP MAZMUR 62:12-13
– Ada satu nats penting dalam Mazmur 62 yang akan menolong kita memberikan pencerahan, akan ciri-ciri apakah suatu perkataan berasal dari Allah atau bukan:
Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar:
bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan;
sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
~ Mazmur 62:12-13
– Dalam setiap perkataan Tuhan, tersirat dua hal yang selalu terkandung di dalamnya. Yang pertama, mengenai kekuasaan-Nya yang besar dan bersumber dari-Nya. Yang kedua, dari pada-Nya pula terbit memancar kasih dan belas kasihan.
– Penafsir Alkitab abad 18, Adam Clarke menyebut teks Mazmur 62:12-13 di atas :
“… merupakan dua kebenaran besar yang dinyatakan (atau disiratkan) dalam hukum Taurat, bahkan seluruh pewahyuan dari Tuhan dalam Alkitab. Dia adalah Yang Mahakuasa; Dia Maha Pengasih; dan perhatikan kesimpulannya: Allah yang penuh kuasa, adil dan kudus, yang maha pengasih dan penyayang, akan menghakimi dunia, dan akan membalas tiap orang sesuai perbuatan-perbuatan mereka. Mengapa pengertian yang indah ini seringkali tak dapat dipahami oleh setiap penafsir, sulit dijelaskan. Tetapi ayat-ayat ini memuat satu dari kebenaran yang paling memberikan kejelasan dalam Alkitab”
– Dengan demikian, jelaslah ciri komunikasi Tuhan atas manusia. Dalam setiap perkataan atau firman-Nya, selalu akan didapati dua unsur penting yang mencerminkan karakter-Nya: kemahakuasaan-Nya dan kemahakasihan-Nya.
Ini ditegaskan pada banyak nats dalam Alkitab.
Di antaranya :
Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
~ Keluaran 34:6-7
Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya,
~ Roma 11:22
Pada waktu itu juga ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: “Inilah tanda ajaib, bahwa TUHAN telah berfirman: Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya.”
Demi raja Yerobeam mendengar perkataan abdi Allah yang diserukannya terhadap mezbah di Betel itu, ia mengulurkan tangannya dari atas mezbah dan berkata: “Tangkaplah dia!” Tetapi tangan yang diulurkannya terhadap orang itu menjadi kejang, sehingga tidak dapat ditariknya kembali.
Mezbah itu pun pecahlah, sehingga abu yang di atasnya tercurah, sesuai dengan tanda ajaib yang diberitahukan abdi Allah itu atas perintah TUHAN.
Lalu berbicaralah raja dan berkata kepada abdi Allah itu: “Mohonkanlah belas kasihan TUHAN, Allahmu, dan berdoalah untukku, supaya tanganku dapat kembali.” Dan abdi Allah itu memohonkan belas kasihan TUHAN, maka tangan raja itu dapat kembali dan menjadi seperti semula.
~ 1 Raja-raja 13:3-6
Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
~ Kisah Para Rasul 14:3
Pendeknya, ketika Allah hadir, menyatakan diri dan menyampaikan pesan firman-Nya, maka dua hal ini selalu akan didapati di dalam pesan atau firman-Nya. Dari sejak mulanya hingga kini. Pesan dari Tuhan akan merupakan peragaan dan pernyataan akan kuasa-Nya, yang menjadi satu dengan sentuhan kasih-Nya. Itulah sebabnya mengapa pesan Injil, yang merupakan kabar baik dari sorga selalu disampaikan dalam suatu kesan yang sangat kuat baik, di dalam demonstrasi kuasa maupun pernyataan kasih yang menembus setiap hati pendengarnya.
Unsur-unsur yang sama tidak akan berbeda di dalam pesan-pesan yang bersifat profetik, yang berasal dari Allah sendiri.
PENERAPAN PRINSIP MAZMUR 62:12-13 DALAM MENGUJI PESAN-PESAN PROFETIK
Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap perkataan yang berasal dari Tuhan mengandung pernyataan kuasa maupun kasih-Nya. Sekali lagi: kuasa dan kasih ILAHI. Tidak dapat lebih rendah dari itu.
Berdasar ini, kita seharusnya dapat mengenali apakah suatu pesan profetik bersumber dari Tuhan atau bukan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai :
1) KEMAHAKUASAAN TUHAN
Apakah di dalam pesan itu tercermin kemahatahuan-Nya, kemahahadiran-Nya dan pernyataan kemahakuasaan-Nya? Ataukah sekedar berisi pernyataan yang samar, kabur, penuh keraguan maupun tanpa dasar yang jelas?
Apakah ada pernyataan akan penghakiman, mengingat kekuasaan-Nya dipergunakan-Nya untuk menghakimi manusia dan menegakkan keadilan di atas bumi di antara umat manusia?
Apakah ada pernyataan yang memberikan penyingkapan akan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang di dalamnya? Atau hanya pernyataan-pernyataan indah namun tanpa hubungan yang jelas dan sesuai dengan kondisi yang lalu, sekarang maupun yang akan datang?
Apakah di dalamnya ada pesan yang membangkitkan kekuatan dan pengharapan, mengingat Dia adalah Allah yang perkasa dan penuh kekuasaan dimana tak satupun perkara tak sanggup dilakukan-Nya?
Apakah pernyataan-pernyataan Tuhan itu menunjukkan Ia sebagai penguasa yang berdaulat atau justru menyerupai semacam ilah yang ingin memuaskan hasrat, kemauan, keinginan dan perintah manusia?
Mengingat Dia adalah Allah yang berdaulat dan sangat berkuasa, adakah pesan bersifat perintah atau instruksi yang jelas serta mendesak pendengarnya supaya melangkah dalam ketaatan, menerapkan strategi-Nya, membayar harga atau bagian yang menjadi kewajiban mereka, alih-alih sekedar memberikan janji-janji yang memanjakan kita?
2) KEMAHAKASIHAN TUHAN
Adakah kita mendengar pesan yang mencerminkan kasih sayang, perhatian, cinta dan kesabaran-Nya, alih-alih perkataan yang hanya mendakwa, menuntut, menekan, yang menjadikan putus asa dan merasa terhukum?
Apakah kita mendapati suatu penghiburan dan janji pemulihan di dalamnya, apabila kita mau hidup di jalan-Nya?
Apakah kita merasakan suatu kasih ilahi, kasih Bapa sorgawi yang mendidik dan mengajar kita sebagai anak-anak-Nya daripada memanjakan dan memuaskan setiap ego atau ambisi kita yang mengejar kenyamanan hidup di dunia?
Apakah isi pesan tersebut akan menarik kita dengan kasih kepada-Nya sehingga kita mendekat dan kasih kita makin bertumbuh kasih kepada Tuhan, ataukah pesan itu sekedar suatu kata-kata indah namun kosong yang berfokus pada perkara lain (yang seringkali duniawi), yang lebij menarik perhatian dan cinta kita pada hal lain daripada kepada Tuhan?
Jika kita datang dengan hati yang bersih disertai hasrat akan kebenaran sejati, maka jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas (disatukan dengan prinsip-prinsip pengujian lainnya) seharusnya menolong kita melihat lebih jelas dalam memastikan setiap pesan apapun (khususnya pesan profetik yang secara khusus diklaim diterima dari Tuhan) berasal dari Tuhan secara murni, tercampur emosi dan pikiran manusia, atau sebagian besar maupun seluruhnya dari rekaan pikiran manusia.
SEBUAH STUDI KASUS: MIKHA BIN YIMLA
– Dalam 1 Raja-raja 22:1-40 dan 2 Tawarikh 18:1-34 dikisahkan momen saat raja Yehuda yang takut akan Tuhan, Yosafat, membuat perjanjian dan rencana untuk berperang bersama raja Israel yang fasik, Ahab. Keduanya pun sebelumnya telah menjadi besan satu sama lain. Yosafat yang terbiasa mencari Tuhan (2 Tawarikh 7:14) meminta untuk bertanya pada Tuhan lebih dulu. Maka Ahab pun mengumpulkan nabi-nabi di seluruh Israel. Empat ratus orang banyaknya datang berkumpul untuk bernubuat di hadapan kedua raja itu.
– Kesemua nabi-nabi yang dipanggil Ahab menubuatkan pesan yang sama:
“Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja” (1 Raja-raja 22:6). Bahkan salah seorang dari nabi-nabi itu, Zedekia bin Kenaana, dengan sangat lancang sembari membuat tanduk-tanduk besi berkata atas nama Yahweh, Allah Israel, “Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.” (22:11). Melihat keberanian Zedekia, nabi-nabi lain makin termotivasi lalu bernubuat lagi untuk saling meneguhkan dengan pesan bernada serupa. 1 Raja-raja 22:12 menyebutkan, “Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: “Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja”
Namun Yosafat meragukan mereka semua. Ia meminta nabi lain, yang dari Tuhan, katanya.
Pertanyaan : mengapa Yosafat tidak teryakinkan dengan nabi-nabi yang sedemikian banyak dan saling meneguhkan satu sama lain bahwa Tuhan menghendaki Ahab maju berperang lalu meraih kemenangan?
– Kisah berlanjut. Oleh karena permintaan Yosafat, dipanggillah Mikha bin Yimla, seorang nabi yang disebut Ahab sebagai nabi “yang tidak pernah menubuatkan yang baik tentang aku”. Alkitab mencatat bahkan sebelum Mikha menghadap raja, utusan-utusan raja berpesan supaya Mikha menyampaikan ramalan yang baik-baik saja kepada raja. Namun Mikha menolaknya. Meski begitu, Mikha seolah mengejek Ahab ketika ia lebih dulu menyampaikan pesan yang sesuai keinginan raja dan senada dengan nabi-nabi sebelumnya. Tetapi Ahab sendiri pun tahu, Mikha tidak sedang benar-benar menyampaikan pesan Tuhan.
-Dan inilah pesan nubuat Mikha (bandingkan dengan pesan 400 nabi-nabi yang menubuatkan pesan sukses yang sama) :
Lalu jawabnya: “Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.”
Kata Mikha: “Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.
Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu.
Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa?
Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian!
Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.”
~ 1 Raja-raja 22:17, 19-23
Inilah yang disampaikannya pula kepada Zedekia yang menamparnya karena menubuatkan hal di atas:
Tetapi Mikha menjawab: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.”
~ 1 Raja-raja 22:25
Juga inilah pesan terakhir yang disampaikannya kepada Ahab, ketika raja lalim itu memerintahkan supaya sang nabi ditangkap, dipenjarakan dan diberi makan minum air dan roti yang serba sedikit sampai ia pulang dengan selamat dari perang:
Tetapi jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya: “Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”
~ 1 Raja-raja 22:28
Dari sini kita dapat membandingkan lalu membedakan manakah yang benar-benar merupakan pesan asli dari Allah sendiri dan mana pesan nubuatan yang palsu.
– Terlihat dan terasa bagaimana pesan-pesan dari nabi palsu hanya merupakan pesan yang timpang, berat sebelah, dari satu sisi saja, yang bersifat memuaskan ego dan kepentingan (politik maupun pribadi) sang raja. Meskipun tampak seperti janji penyertaan dan kemenangan dari Tuhan, tetapi Yosafat tahu ITU BUKAN SUARA ALLAHNYA!
Dari pesan nabi-nabi (palsu) yang banyak itu tidak terdapat karakter Allah yang seharusnya dapat dirasakan sama seperti saat mempelajari taurat dan pesan nabi-nabi sejati Tuhan.
Hal yang sebaliknya dengan nubuatan Mikha. Meskipun bukan seorang nabi yang terkenal di Alkitab, ia seorang hamba Tuhan dan nabi sejati. Ia menyampaikan pesan yang tajam, bercirikan suara dan pesan yang berasal dari Pribadi yang agung, kudus, penuh kuasa dan berdaulat bahkan atas nasib raja-raja sekalipun. Pesan Mikha menyatakan :
>kemahatahuan Tuhan (yang tampak dalam pernyataan mengenai kondisi Israel, atas kepemimpinan Ahab, penyingkapan alam roh bagaimana sebenarnya nabi-nabi palsu bernubuat dan pengetahuan ilahi yang gamblang akan nasib yang akan terjadi jika Israel berangkat berperang);
>kedaulatan Tuhan atas nasib manusia (yang dinyatakan mengenai nasib yang akan menimpa nabi palsu Zedekia dan kematian Ahab);
>perhatian dan pengetahuan Tuhan atas kondisi umat-Nya (dengan menyampaikan pesan peringatan supaya Israel tidak maju berperang karena akan kalah);
>kasih Tuhan yang mendidik, menghajar dan memperingatkan Israel melalui penyingkapan profetik yang demikian tegas dan keras agar mereka bertobat sehingga diluputkan dari malapetaka yang akan ditimpakan akibat dosa-dosa mereka itu
Keseluruhan pesan Mikha menunjukkan betapa Allah yang menitipkan pesan kepada Mikha sungguh-sungguh menyatakan karakter pribadi-Nya yang tampak dari isi pesan yang disampaikan. Sulit menyangkal bahwa pesan Mikha murni dari Tuhan. Sebaliknya, mudah meragukan pesan para nabi palsu itu benar-benar berasal dari Tuhan.
– Hal yang sama masih terjadi hingga kini. Jiwa-jiwa seperti Ahab yang penuh ambisi dan kepentingan diri, condong mencari dan menerima pesan dari nabi-nabi palsu. Mereka tidak suka akan pesan-pesan yang murni dan sejati dari Tuhan. Bahkan mereka, seperti Ahab, melangkah begitu jauh dengan secara langsung atau tidak langsung meminta pesan-pesan yang menyenangkan hati dan melenakan telinga supaya setiap harapan dan tujuan mereka seakan memperoleh peneguhan dan restu yang berujung berkat-berkat Tuhan bagi mereka.
PELAJARAN BERHARGA MENGENAI PELAYANAN PROFETIK
– Dari kisah nabi Mikha di atas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting mengenai pelayanan profetik:
1) Tidak selalu pesan profetik yang menyampaikan pesan yang sama, dan yang disampaikan oleh sekian banyak orang yang saling bernubuat dan saling meneguhkan pesan profetik satu sama lain pasti merupakan pesan yang sejati dari Tuhan. Hal ini terbukti dari pesan-pesan kedatangan Tuhan kedua kali yang banyak dinubuatkan orang dari seluruh penjuru dunia, nyatanya tidak pernah terjadi sehingga menjadi suatu aib yang merusak reputasi pelayanan profetik;
2) Sekalipun hanya satu orang saja yang menyampaikan pesan profetik, bisa jadi itu yang benar-benar pesan yang benar dan murni dari Tuhan. Kebenaran dan ketepatan pesan dari Tuhan ditentukan dari isi pesan itu, BUKAN dari banyaknya orang yang menubuatkan hal yang sama yang kemudian dianggap sebagai pesan yang dari Tuhan karena banyak yang meneguhkan;
3) Tidak selalu apa yang disebut sebagai “nubuatan”, yang diklaim sebagai suatu pesan Tuhan yang dipercayakan kepada seseorang, benar-benar merupakan pesan dari Tuhan.
Sangatlah mungkin itu hasil dari pikiran manusia, atau hasil dari seseorang yang sepertinya mendengar suara dari alam roh lalu menyimpulkannya sebagai dari Tuhan (padahal dari roh dusta yang berbicara kepadanya) atau bisa juga itu merupakan suatu pesan yang belum jelas lagi matang tetapi disimpulkan dan diolah sendiri menurut pikiran dan pandangan pribadi lalu mengklaimnya sebagai suatu pesan yang berasal dari Tuhan.
Di sini kita bisa melihat bahwa sumber-sumber pesan profetik yang keliru dan bukan dari Tuhan bisa berasal dari : pikiran sendiri, suara roh jahat yang menyesatkan (iblis yang menyamar sebagai malaikat terang), pengungkapan profetik yang sepenggal-sepenggal lalu disimpulkan sendiri, atau campuran dari dua atau tiga sumber tersebut;
4) Orang yang terbiasa berjalan bersama Tuhan dan sungguh-sungguh mencari Tuhan, tidak sukar mengenali suatu pesan itu berasal dari Tuhan atau dari sumber-sumber yang lain. Dalam kisah Mikha, Yosafat sebenarnya tahu mana pesan yang berasal dari Tuhan, namun ia mengeraskan hatinya dengan maju berperang. Ketika pesan Tuhan datang melalui nabi lain bahwa Tuhan murka pada sang raja, Yosafat menerima dengan hati terbuka dan bertobat (2 Tawarikh 19:1-3) yang menunjukkan bahwa ia menyesal tidak mendengarkan pesan Tuhan melalui nabi Mikha;
5) Pesan Tuhan selalu mencirikan posisi dan otoritas-Nya sebagai Allah yang berkuasa, yang mengasihi umat-Nya dan merindukan mereka mencari kedekatan dengan Dia serta hidup dalam rencana kehendak-Nya. Itu sebabnya pesannya selalu merupakan pesan yang menyadarkan, mendidik, dan mengarahkan umat atau hamba-Nya kepada jalan kebenaran serta kehendak-Nya. BUKAN SEKEDAR PESAN-PESAN YANG TERDENGAR MENYENANGKAN DI TELINGA, MEMBAKAR SEMANGAT SERTA MOTIVASI ATAU YANG MEMBERIKAN HIBURAN PALSU TANPA DESAKAN AKAN PERUBAHAN DAN MEMBAYAR HARGA KETAATAN.
6) Dari sikap Ahab bahkan Yosafat, kita tahu bahwa kecenderungan manusia adalah mengabaikan pesan-pesan sejati yang dari Tuhan; lebih suka menuruti langkah dan rencana mereka sendiri daripada dengar-dengaran akan Tuhan dan berlaku taat akan peringatan dan perintah Tuhan itu. Terhadap kecondongan sikap hati ini seharusnya kita waspada dan rajin memeriksa diri supaya tidak menggenapkan tabiat manusia yang tegar tengkuk ini.
7) Mengamati apa yang terjadi pada Mikha, yang tampaknya mengalami perlakuan dan nasib yang sama dengan semua nabi sejati dari Tuhan, maka kita setidaknya dapat mengenali bahwa pembawa pesan Tuhan sejati kerapkali mengalami penolakan yang hebat dan dipandang rendah oleh banyak orang ketimbang diterima, disukai dan dipuji-puji orang. Suatu hal yang jarang dialami nabi-nabi palsu.
8) Penolakan terhadap pesan profetik sejati akan dinilai Tuhan sebagai penolakan terhadap Tuhan sendiri yang akan melakukan pembalasan yang setimpal pada setiap orang atau bangsa yang menolak mendengarkan Dia. Sebaliknya penerimaan terhadap pesan profetik sejati akan menambahkan kasih karunia yang diperlukan untuk seseorang atau suatu bangsa berjalan dalam melaksanakan kerinduan-Nya itu.
KESIMPULAN
Membedakan suara Tuhan dapat dilakukan dengan meneliti pesan nubuatan yang disampaikan itu: apakah mencirikan dua hal yaitu kemahakuasaan dan kemahakasihan Tuhan, yang akan melakukan apapun yang menjadi keputusan kehendak-Nya atas nasib manusia. Pesan itu merupakan pesan yang penuh kuasa namun sekaligus juga merupakan nasihat yang diberikan oleh karena kasih yang besar.
Pesan Tuhan tidak pernah datang dengan satu wajah atau satu sisi. Hanya penghakiman atau hanya penghiburan. Ada teguran, peringatan dan hajaran namun juga ada penghiburan, janji pengharapan dan berkat jika kita hidup dalam kehendak-Nya itu. Sebab : “Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula” (Ayub 5:17-18)
Kiranya Roh Kudus menolong kita dan memberikan hikmat serta pewahyuan-Nya bagi kita semua untuk membedakan dan memastikan mana yang merupakan suara Tuhan bagi kita.
SALAM REVIVAL!
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN