POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 5) LANGKAH PENGUJIAN 4 : PENGGENAPAN DARI NUBUATAN

Oleh : Peter B, MA

Mungkin tidak ada ayat yang lebih sering dikutip terkait pengujian nubuatan seperti nats dalam Ulangan 18:20-22 :

Tetapi
seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku
perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang
berkarya demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? —
apabila
seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi
dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN;
dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah
gentar kepadanya.


Bagi kalangan Kristiani yang
masih mengakui dan meyakini karunia Roh maupun pelayanan nubuat, hampir
selalu akan merujuk kepada pernyataan taurat di atas apabila ditanya
perihal menguji atau membedakan mana nubuat yang bisa dipercaya atau
yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan. Ayat ini kerap dikutip
begitu saja tanpa didalami secara jelas apa yang dimaksudkannya dan
apakah ada hubungan dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab terkait hal yang
serupa.


SALAH SATU TANDA YANG PALING MEMBEDAKAN

Dapatlah
dikatakan bahwa Ulangan 18:22 merupakan pernyataan yang paling
terang-terangan atau eksplisit dari Tuhan dalam hal memberikan petunjuk
akan apa yang menjadi pembeda paling utama antara perkataan yang
benar-benar berasal dari Tuhan sendiri dengan yang sekedar mengaku-ngaku
berasal dari-Nya.
Jika didalami, sejatinya nats tersebut mengandung banyak rahasia terkait pelayanan seorang nabi..

Dikatakan dalam nats tersebut “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN“.

Dengan
kata lain, seorang nabi yang menyatakan bahwa ia sedang menyampaikan
perkataan dari Tuhan dinilai dari APAKAH YANG DISAMPAIKANNYA ITU
KEMUDIAN BENAR-BENAR MENJADI KENYATAAN ATAU TIDAK. Jika sungguh-sungguh
terjadi, maka pastilah Tuhan yang memang berbicara; namun jika itu tidak
terjadi maka “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Berbagai terjemahan Alkitab menuliskan pengertian yang beragam dengan apa yang disebut “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Itu diterjemahkan antara lain sebagai :

“telah berkata dengan sombongnya”,
“berbicara atas namanya sendiri”,
“mengatakan pikirannya sendiri”,
“rekaan mereka sendiri”,
“telah berbicara dengan gegabah”,
“telah berbicara dengan lancang”,
“menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar padahal belum terbukti demikian”,
“telah berbicara  dengan terlalu percaya diri tanpa dasar dan alasan yang tepat”,
“mengarang-ngarang atau membuat-buatnya”,
“berbicara dalam otoritasnya sendiri”,
“menyampaikan ide-idenya sendiri”, dan
“secara keliru mengklaim dirinya berbicara atas nama Tuhan”

Berbicara
mengatasnamakan TUHAN padahal ia sedang menyampaikan pikiran dan isi
hatinya sendiri merupakan suatu tindakan yang sangat lancang, yang tidak
memandang sama sekali akan kedudukan dan otoritas Tuhan. Orang yang
tanpa rasa takut mengaku mewakili Tuhan dan menyatakan sebagai orang
yang menyampaikan suara Tuhan namun sebenarnya perkataan itu berasal
dari dirinya sendiri, berarti telah menyamakan dirinya dengan Tuhan (itu
sebabnya salah satu pengertian dari perbuatan tersebut adalah
“berkata-kata dengan sombongnya”).

Tidaklah mengejutkan apabila
orang yang demikian harus dilawan dengan tegas. Terhadapnya, Tuhan
menjatuhkan hukuman mati (lihat Ulangan 18:20). Jelas bukan perkara
main-main dalam menyampaikan pesan-pesan yang diklaim berasal dari Tuhan
sendiri. Semua harus dilakukan dalam suatu sikap yang penuh hormat pada
Dia, dalam suatu rasa takut akan Dia, dengan penuh kerendahan hati dan
kehati-hatian supaya jangan sampai pikiran dan maksud hatinya sendiri
yang disampaikan.

Lalu aku berkata: “Aduh, Tuhan ALLAH!
Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan
mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan
memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!”
Jawab TUHAN kepadaku: “Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku
tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman 
kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan
kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.

Sebab itu beginilah
firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku
tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak
akan menimpa negeri ini —: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh
perang dan kelaparan!
~ Yeremia 14:13-15 (TB) 

Kembali pada pembeda utama suatu nubuat.
Disyaratkan
bahwa nubuatan yang disebut berasal daripada-Nya haruslah terjadi,
harus menjadi suatu realita yang pada akhirnya dapat dilihat, dirasakan
serta dialami orang-orang yang menjadi obyek dari nubuatan itu.

Mengapa harus demikian?

Sebab TUHAN tidak pernah keliru.
Ia itu mahatahu dan mampu melihat apa yang ada jauh di masa depan, akan
rentang waktu yang belum dijalani manusia atau bahkan semesta. Dan
karena Ia tahu dengan pasti dan tepat, Ia dapat menyampaikan secara
persis apa yang akan terjadi, bahkan mengenai akhir dari seluruh zaman.
Itu sebabnya yang disampaikan-Nya pasti akan terjadi, sebab Ia telah
mengetahuinya sebelumnya.
Masih ada sisi yang lain. Perkataan-Nya tentang masa depan pasti terjadi karena Ia mampu menjadikannya kenyataan. Kuasa-Nya lebih dari sanggup untuk membuatnya terjadi seperti yang diperkatakan-Nya. 

Dan karena Ia tidak pernah melakukan suatu kecerobohan serta tak pernah gagal melakukan segala sesuatu, Ia pun tidak pernah menyesal terhadap apapun yang telah dilakukan-Nya, termasuk atas manusia.

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
~ Ayub 42:2 (TB)  

Takkan
pernah Tuhan akan berada pada suatu posisi dimana Dia tersipu-sipu malu
untuk kemudian terburu-buru meminta maaf atas perkataan atau
perbuatan-Nya yang kurang pertimbangan, yang spontan dilontarkan tanpa
berpikir maupun yang terkesan emosional.
Tidak akan pernah.
Itu sama sekali bukan gaya-Nya.

Dalam
kesempurnaan-Nya, Ia senantiasa tepat –setepat-tepatnya. Ia pasti
benar –selalu benar dan terbukti pada akhirnya benar. Itulah sebabnya
Ia disebut TUHAN yang layak disembah, satu-satunya yang lengkap dan
sempurna dalam apapun yang terpancar dari-Nya.
Dan jika Alkitab
beberapa kali menuliskan bahwa Dia pernah menyesal, itu sama sekali
bukan menunjukkan karena Ia berbuat kesalahan atau ada suatu kekeliruan
ada pada-Nya. Pada manusia, ciptaan yang segambar dengan Dialah,
kesalahan itu ada. Penyesalan Tuhan seperti yang digambarkan dalam
Kejadian 6:5-6 maupun Keluaran 32:14 lebih menggambarkan pada sikap
kecewa Tuhan kepada umat-Nya daripada kepada diri-Nya yang telah
menciptakan, menebus dan memanggil mereka.

Sebab:

Allah
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia
menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara
dan tidak menepatinya?
~ Bilangan 23:19 (TB) 

Allah bukan manusia yang mudah khilaf dan jatuh dalam kecerobohan.

Dihubungkan
dengan perkataan-perkataan nubuat yang disampaikan demi nama-Nya, maka
sudah merupakan sesuatu yang selayaknya jika itu DIBEDAKAN DENGAN SUATU
TANDA YANG SANGAT JELAS. Yaitu SUATU KEPASTIAN DAN KENYATAAN BAHWA
NUBUAT ITU DIGENAPI ATAU TERJADI.

Beberapa contoh di sini antara lain :

Tentang Yerobeam, raja pertama Israel :
Maka
Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan
melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi
maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga
Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis. 

~ 1 Raja-raja 14:10 (TB) 

Digenapi :
Segera
sesudah ia menjadi raja, ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam; tidak
ada yang bernafas yang ditinggalkannya hidup dari pada Yerobeam, sampai
dipunahkannya semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya
dengan perantaraan hamba-Nya Ahia, orang Silo itu, 

~ 1 Raja-raja 15:29 (TB) 

Tentang Baesa, raja Israel :
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yehu bin Hanani melawan Baesa, bunyinya:
“Oleh
karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja
atas umat-Ku Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan
telah menyuruh umat-Ku Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit
hati-Ku dengan dosa mereka,

maka sesungguhnya Aku akan
menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat
keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat.

Siapa yang
mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari
padanya di padang akan dimakan burung yang di udara.”

~ 1 Raja-raja 16:1-4 (TB) 

Digenapi :
Demikianlah
Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN
yang diucapkan-Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu,

~ 1 Raja-raja 16:12 (TB) 

Tentang kematian Ahab, raja Israel :
Katakanlah
kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh
serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.

~ 1 Raja-raja 21:19 (TB) 

Tetapi
jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah
TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya:
“Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”

~ 1 Raja-raja 22:28 (TB) 

Digenapi :
Tetapi
seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan
mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia
berkata kepada pengemudi keretanya: “Putar! _Bawa aku keluar dari
pertempuran, sebab aku sudah luka.”

Tetapi pertempuran itu
bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam
kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu
petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta.

Kira-kira
pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan
tentara itu: “Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya!

Raja sudah mati!” Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria.
Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkan-Nya.
~ 1 Raja-raja 22:34-38 (TB) 

Tentang tempat kelahiran Yesus:
Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan
engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang
terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

~ Matius 2:5-6 (TB) 

Tetapi engkau, hai
Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

~ Mikha 5:1 (TB)

Digenapi :
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
~ Matius 2:1 (TB) 

Tentang cara kelahiran Yesus :
Tetapi
ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut
mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan
umat-Nya dari dosa mereka.”

_Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
“Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai
kita._

~ Matius 1:20-23 (TB) 

Sebab itu Tuhan
sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya,
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

~ Yesaya 7:14 (TB)

Digenapi :
Sesudah
bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat
Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,

tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. 
~ Matius 1:24-25 (TB) 

Tentang bagaimana kehidupan Yesus sewaktu masih bayi :
Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
dan
tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”

~ Matius 2:14-15 (TB) 

Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
~ Hosea 11:1 (TB) 

Digenapi :
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
“Bangunlah,
ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel,
karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.”

Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
~  Matius 2:19-21 (TB) 



Tentang ditangkap dan diserahkannya Paulus kepada bangsa-bangsa lain : 
Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
Ia
datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat
kaki dan tangannya sendiri ia berkata: “Demikianlah kata Roh Kudus:
Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh
orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan
bangsa-bangsa lain.”

~ Kisah Para Rasul 21:10-11 (TB) 

Digenapi :
Maka
terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau
mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan
untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan
membawanya ke markas.

Lalu prajurit-prajurit itu
mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka dan
membawanya pada waktu malam ke Antipatris.

Pada keesokan
harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan
perjalanan, dan mereka sendiri pulang ke markas.

Setibanya di Kaisarea orang-orang berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus kepadanya.
Dan
setelah membaca surat itu, wali negeri itu menanyakan Paulus dari
propinsi manakah asalnya. Dan ketika ia mendengar, bahwa Paulus dari
Kilikia,

ia berkata: “Aku akan memeriksa perkaramu, bila para
pendakwamu juga telah tiba di sini.” Lalu ia menyuruh menahan Paulus di
istana Herodes.

~ Kisah Para Rasul 23:10, 31-35 (TB) 

Singkatnya,
APA YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI PERKATAAN NUBUAT, KHUSUSNYA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN HAL-HAL YANG AKAN TERJADI, HARUS DIGENAPI ATAU
MENJADI KENYATAAN SEBAGAI PERNYATAAN KEMAHATAHUAN DAN KEMAHAKUASAAN
TUHAN.

BUKAN ASAL DIGENAPI ATAU TERJADI
Meskipun
prinsip sederhana di atas tampak telah cukup jelas, itu belumlah
mencakup seluruh pemahaman mengenai prinsip pengujian nubuatan yang
keempat ini.
Masih ada yang perlu kita perhatikan. Ada nats-nats lain
yang wajib kita pertimbangkan untuk dapat menguji dengan lebih tepat
ketika menggunakan prinsip ini:

1) Perkataan yang dikatakan
sebagai nubuat tidak bisa dianggap benar dari Tuhan dengan semata-mata
menjadi suatu kenyataan. Ada pesan dan pengertian dari Tuhan yang
melatarbelakangi atau yang merupakan alasan maupun tujuan mengapa nubuat
tersebut disampaikan.

Perhatikanlah ayat berikut ini :

Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat,
dan
apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan
ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan
mari kita berbakti kepadanya,
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu
;
sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu
sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu.
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus
takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus
kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.

Nabi
atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad
terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir
dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan — dengan maksud untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu,
kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu
dari tengah-tengahmu.
~ Ulangan 13:1-5 (TB) 

Diandaikan
dalam nats di atas, ada seorang nabi yang muncul di tengah-tengah umat
Tuhan. Jika ia disebut nabi, tentu ia seorang yang dianggap sebagai
pembawa pesan Tuhan. Jika ia kemudian memberitahukan tentang suatu tanda
atau mujizat tetapi ternyata kemudian tanda itu sungguh-sungguh terjadi
MAKA ITU BELUM DIANGGAP SAH ATAU PASTI MENUNJUKKAN IA BERASAL DARI
TUHAN. Masih perlu diamati lebih jauh. Oleh karena ayat tersebut
mensyaratkan bahwa meskipun tanda ajaib yang diberitahukan digenapi
tetapi apabila pesan yang disampaikan bersama dengan penggenapan tanda
ajaib itu mengarahkan orang untuk menyembah illah yang lain dan untuk
mengabdi kepada ilah itu, maka nabi itu bukan diutus oleh Tuhan.
Maksudnya
adalah, tergenapinya suatu nubuat harus dibarengi pesan yang membawa
orang untuk menyembah dan mengabdi kepada TUHAN, Allah Israel,
satu-satunya Allah yang benar, yang dalam Perjanjian Baru telah
menyatakan diri melalui gambar Anak-Nya, Yesus  Kristus.
Suatu tanda
ajaib tanpa disertai pernyataan yang membawa pendengar atau obyek dari
pesan tersebut untuk berpaling serta datang mendekat pada Tuhan bisa
jadi merupakan tipuan atau samaran dari si jahat yang menyaru sebagai
malaikat terang supaya umat Tuhan tidak pernah sampai pada perjumpaan
dan persekutuan dengan Tuhan namun pada perkara-perkara lain yang
kemudian lebih dikagumi dan dicari daripada Tuhan sendiri.

Pada
bagian ini, kita harus memahami aspek lain dari pelayanan profetik, yang
bukan sekedar menyampaikan suatu pesan yang nantinya akan menjadi
kenyataan namun kita pun perlu menelisik lebih dalam akan motif dan
tujuan pesan tersebut disampaikan oleh sang pembawa pesan.

Mengenai tujuan pelayanan profetik, kita akan membahasnya dalam langkah atau kunci yang selanjutnya terkait menguji nubuatan.

2)
Perkataan nubuat yang harus digenapi TERUTAMA ditekankan pada
pesan-pesan nubuatan yang mengandung janji-janji berkat atau menjanjikan
suatu keadaan sejahtera bagi umat Tuhan

Kitab Yeremia
adalah salah satu kitab penting terkait pelayanan kenabian. Banyak
pelajaran serta prinsip-prinsip pelayanan profetik di dalamnya khususnya
pada bagian-bagian perbandingan antara nabi sejati dengan nabi palsu.

Dalam salah satu perjumpaan Yeremia dengan nabi-nabi palsu, tercatat adegan berikut ini :

Dalam
tahun itu juga, pada permulaan pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, dalam
bulan yang kelima tahun yang keempat, berkatalah nabi Hananya bin Azur
yang berasal dari Gibeon itu kepadaku di rumah TUHAN, di depan mata
imam-imam dan seluruh rakyat:
“Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu.
Dalam
dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas
rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja
Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.
Juga Yekhonya bin Yoyakim,
raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke
Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah firman TUHAN!
Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!”
~ Yeremia 28:1-4 (TB) 

Nabi
Hananya bernubuat di rumah TUHAN dan di hadapan seluruh rakyat. Waktu
itu ada juga nabi Yeremia. Kedua-duanya dipandang sebagai nabi Tuhan.
Masalahnya nubuat mereka berbeda bunyinya. Hananya menubuatkan “keadaan
kerajaan Yehuda akan membaik” dengan dikembalikannya perabotan bait
Allah yang dirampas ke Babel serta dipulangkannya raja untuk memerintah
seperti sedia kala. Yeremia yang mendengar itu, mengatakan hal yang
berbeda. Bukan hanya pada saat itu, namun sebelum itu Yeremia telah
menyampaikan bahwa Yehuda akan ditawan, keadaan orang-orang yang memilih
bertahan di sana dan menolak dibuang ke Babel akan sengsara karena
kondisi di kerajaan itu semakin terpuruk dan hancur. Yeremia juga
mengatakan bahwa raja Babel akan menjadi penguasa bangsa-bangsa dan yang
mau tunduk kepadanya akan lebih baik keadaannya (lihat Yeremia 27).
Itu
sebabnya mendengar ada seseorang yang mengaku nabi dan mendengar suara
Tuhan seperti Hananya, Yeremia segera merespon dalam ketidaksetujuan.

Nabi TUHAN itu berkata,
“Amin!
Moga-moga TUHAN berbuat demikian! Moga-moga TUHAN menepati
perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan dikembalikannya
perkakas-perkakas rumah TUHAN dan semua orang buangan itu dari Babel ke
tempat ini.
Hanya, dengarkanlah hendaknya perkataan yang akan kukatakan ke telingamu dan ke telinga seluruh rakyat ini:
Nabi-nabi
yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah
bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar
tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai
seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi
itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus
oleh TUHAN.”
~ Yeremia 28:6-9

Meskipun terkesan
mengaminkan nubuatan Hananya, Yeremia memberikan suatu pernyataan yang
keras -suatu kebenaran yang tak mungkin dibantah para pendengarnya. Dari
situ pula kita dapat mengetahui suatu prinsip penting dalam menilai
suatu nubuatan.

Yeremia menekankan bahwa banyak nabi sebelum dia
yang Tuhan telah bangkitkan SECARA UMUM telah kerap kali bernubuat
DENGAN PESAN-PESAN YANG KERAS BERISI TEGURAN, PERINGATAN, HARDIKAN ATAU
HAJARAN TUHAN YANG DIGAMBARKAN DALAM NUBUATAN AKAN DATANGNYA BENCANA
ATAU MALAPETAKA. Dan memang faktanya demikian. Sejak nabi Samuel, Natan,
Elia dan banyak nabi-nabi lainnya, mereka menghadap para raja dengan
pesan-pesan yang memekakkan telinga dan memerahkan wajah. Suatu bukti
bahwa pesan tersebut berasal dari raja di atas segala raja, penguasa di
atas segala penguasa, yang dengan penuh otoritas menyampaikan titahnya
kepada raja-raja manusia yang menerima otoritas karena kemurahan
hati-Nya.

Intinya, tidak banyak pesan-pesan berbunga-bunga,
penuh janji muluk-muluk akan suatu masa depan yang indah dan makmur
keluar dari mulut Tuhan, LEBIH-LEBIH YANG DISAMPAIKAN DENGAN MUDAHNYA 
tanpa ada pemaparan yang jelas mengapa ada pesan berupa janji yang
sedemikian bagi umat Tuhan!

Pesan yang semacam itulah rupanya
yang disampaikan oleh Hananya. Dan pesan semacam itu pula yang ditentang
Yeremia. Sebab pesan nubuatan berupa janji pada dasarnya diucapkan
Tuhan BERDASARKAN SUATU SYARAT TERTENTU YANG HARUS DILAKUKAN SEBAGAI
BAGIAN KEWAJIBAN DARI UMAT-NYA (ATAU HAMBA-NYA) UNTUK MEMPEROLEH
PENGGENAPAN JANJI ITU. Apabila syarat tersebut dipenuhi maka janji Tuhan
pasti menjadi suatu kenyataan.
Dan harus demikian. Allah bukan
pribadi pengobral janji. Dia ada bukan untuk menuruti atau memuaskan
hati ciptaan-Nya. Dia pun bukan Bapa yang suka memanjakan anak-anak-Nya
dengan melalaikan didikan kepada mereka. Dia memberkati setiap yang
dikenan-Nya dan yang memegang teguh perjanjian untuk hidup dalam
komitmen kepada-Nya. Dan di atas segalanya, terkait berkat-berkat yang
siap dilimpahkan-Nya, mengapakah Dia harus memberikan banyak janji
terkait itu apabila Ia sendiri adalah Allah yang kaya dengan kebaikan,
berkat dan kemurahan -yang pasti dilimpahkan-Nya sebagai ganjaran bagi
umat-Nya yang berlaku taat kepada-Nya. Atas kesungguhan dan kesetiaan
umat-Nya, sudah pasti janji-janji terbaik yang pernah disampaikan-Nya
akan digenapkan-Nya, bahkan lebih daripada yang dapat orang pikirkan!

Lalu
masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN
sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah
keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
Dan
hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah
berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh
dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang,
ya Tuhan ALLAH.
~ 2 Samuel 7:18-19 (TB)

Telah Kuberikan
isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam
pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan
seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
~ 2 Samuel 12:8 (TB)

Tetapi
seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan
tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang
mengasihi Dia.”
~ 1 Korintus 2:9 (TB)

Oleh karena Allah
tidak mudah membuat janji, maka tidak mengherankan apabila Yeremia
menekankan bahwa nubuat yang terutama harus digenapi adalah
nubuat-nubuat yang menjanjikan berkat atau keadaan-keadaan yang baik
kepada umat Tuhan dengan begitu mudahnya : 

Tetapi
mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika
nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu
benar-benar diutus oleh TUHAN.”

Ringkasnya, adalah benar
bahwa setiap nubuat yang disampaikan atas nama Tuhan harus digenapi,
sebagai bukti bahwa pesan tersebut berasal dari Yang Mahatahu. Dan
pembuktian ini terutama atau pertama-tama digunakan untuk menilai dan
menguji pesan-pesan yang menjanjikan kemudahan dan berkat-berkat. Jika
itu terjadi, maka jelaslah bahwa itu berasal dari Tuhan, tetapi jika
tidak maka itu merupakan penipuan dan usaha mengarahkan jiwa-jiwa umat
Tuhan kepada perkara dusta. Mereka yang bernubuat dengan cara demikian
akan menerima ganjaran yang setimpal dari Tuhan sendiri. Dalam
Perjanjian Lama, Tuhan menghukum mati nabi-nabi palsu ini. Suatu
gambaran akan kematian rohani yang akan menimpa mereka yang berani
berbicara dusta mengatasnamakan Tuhan sendiri. 

Kemudian nabi Hananya mengambil gandar itu dari pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya.
Berkatalah
Hananya di depan mata seluruh rakyat itu: “Beginilah firman TUHAN:
Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar,
raja Babel itu, dari pada tengkuk segala bangsa!” Tetapi pergilah nabi
Yeremia dari sana.
Maka sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, datanglah firman TUHAN kepada Yeremia:
“Pergilah
mengatakan kepada Hananya: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah
mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai
gantinya!
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel:
Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka
takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel; sungguh, mereka akan takluk
kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan
kepadanya.”
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: “Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya,
Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan
mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN.”
Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.

~ Yeremia 28:10-17

3)
Meskipun tidak selalu terjadi, nubuatan yang berkaitan dengan
penghukuman dan malapetaka ada kalanya tidak menjadi kenyataan atau 
tertunda sekian lama penggenapannya

Meneliti lebih jauh akan
catatan Alkitab, paling tidak ada dua nubuatan yang seharusnya terjadi
atau digenapi dengan segera tetapi kemudian tidak terjadi maupun
tertunda penggenapannya.

Yang pertama, adalah nubuat nabi Yunus untuk Niniwe.
Kita
melihat dalam Yunus 3:4, Yunus menyampaikan pesan dari Tuhan, suatu
nubuatan, bahwa empat puluh hari dari sejak ia menyampaikan pesan itu
“Niniwe akan ditunggangbalikkan”. Kita mengetahui kemudian bahwa itu
tidak terjadi sehingga membuat Yunus menjadi kecewa dan kesal hatinya
pada Tuhan. Mengenai sebab mengapa nubuat itu tidak terjadi, atau dapat
dikatakan pula bahwa Tuhan tidak melakukan seperti yang dinubuatkan-Nya
melalui Yunus, kita diberitahu tahu alasannya :

Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak
tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang
banyak?”
~Yunus 4:11 (TB)

Jadi bukan tanpa alasan Tuhan
tidak melaksanakan firman-Nya tetapi oleh karena pertobatan orang-orang
Niniwe secara massal.  Itulah yang membuat-Nya tergerak oleh belas
kasihan yang besar sehingga Ia mengurungkan niat untuk menghukum kota
itu.
Penjelasan Tuhan disertai bukti-bukti yang dapat dilihat
mengenai pertobatan kota itu, seharusnya cukup bagi Yunus (dan juga
kita) untuk memahami sudut pandang Tuhan serta keputusan Tuhan sehingga
kita dapat sehati dan sepikiran dengan Dia akan keputusan-Nya tidak
menggenapkan nubuat seperti yang disampaikan melalui nabi-Nya.

Yang
kedua, adalah nubuatan para nabi di zaman Manasye, raja Yehuda, yang
pada dasarnya digenapi juga pada akhirnya tetapi sebenarnya  mengalami
penundaan akan penggenapannya.

Dalam 2 Raja-raja 21:10-15 dikatakan :

Kemudian berfirmanlah TUHAN dengan perantaraan para hamba-Nya, yakni para nabi:
Oleh
karena Manasye, raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini,
berbuat jahat lebih dari pada segala yang telah dilakukan oleh orang
Amori yang mendahului dia, dan dengan berhala-berhalanya ia telah
mengakibatkan orang Yehuda berdosa pula,

sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku
akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda, sehingga setiap
orang yang mendengarnya akan bising kedua telinganya.

Dan Aku
akan merentangkan atas Yerusalem tali pengukur sama seperti atas Samaria
dan tali unting-unting sama seperti atas keluarga Ahab; dan Aku akan
menghapuskan Yerusalem seperti orang menghapus pinggan, yakni habis
dihapus, dibalikkan pula menungging.
Aku akan membuangkan sisa milik
pusaka-Ku dan akan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh
mereka, sehingga mereka menjadi jarahan dan menjadi rampasan bagi semua
musuh mereka,
oleh karena mereka telah melakukan apa yang jahat di
mata-Ku dan dengan demikian mereka menimbulkan sakit hati-Ku, mulai dari
hari nenek moyang mereka keluar dari Mesir sampai hari ini.”

Dengan
segala kejahatan dan kekejian yang dilakukan Manasye, tampaknya Tuhan
sudah sampai pada batas kesabaran-Nya. Sesungguhnya Ia siap melampiaskan
murka-Nya atas Yehuda dan Yerusalem. Saat Manasye tutup usia, ia
digantikan anaknya, Amon, yang memerintah tidak lama, hanya sekitar dua
tahun saja. Cucu Manasye kemudian naik tahta. Dialah Yosia.
Sangat mungkin malapetaka besar itu terjadi di zaman Yosia. Tetapi inilah perkataan Tuhan setelah Yosia memilih mencari Tuhan :

Maka
pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah
Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin
Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru.
Mereka memberitakan semuanya kepadanya.

Perempuan itu menjawab mereka: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku!
Beginilah
firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat
ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah
dibaca oleh raja Yehuda;
karena mereka meninggalkan Aku dan membakar
korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hati-Ku dengan
segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murka-Ku akan
bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam.

Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu,
oleh
karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan
TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap
tempat ini dan terhadap penduduknya,* bahwa mereka akan mendahsyatkan
dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Aku pun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN,
sebab
itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu,
dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu
tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat
ini.”
Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.
~ 2 Raja-raja 22:14-20 (TB) 

Jelas
sekali bahwa Tuhan menyatakan Dia “mengecualikan” Yosia dari malapetaka
yang hendak didatangkan-Nya atas bangsanya oleh karena (lagi-lagi sama
seperti yang dilakukannya pada Niniwe) pertobatan dari sang raja, yang
memang terbukti disaksikan seluruh rakyatnya bahkan bangsa-bangsa di
sekitarnya.

Merujuk pada dua contoh di atas, tampaknya pesan
nubuatan yang berkenaan dengan akan datangnya malapetaka atau bencana
kadangkala tidak terjadi sebagaimana yang dinubuatkan terutama karena
adanya faktor perubahan hati (baca : pertobatan) dari mereka yang
menjadi gentar akan kecelakaan yang akan menimpa oleh sebab karena murka
Tuhan atas mereka.

Ini menyiratkan kepada kita akan hati Tuhan.
Sejatinya, Ia tidak pernah senang menyampaikan pesan kemurkaan. Ia ingin
umat-Nya menjadi umat yang dengar-dengaran dan taat oleh karena kasih
kepada Dia Tetapi kenyataan yang ada seringkali merupakan kebalikan dari
itu. Banyak kali umat-Nya memalingkan wajah dari-Nya. Tak terhitung
banyaknya Tuhan diabaikan untuk kemudian umat yang dikasihi-Nya itu
melakukan apa saja yang dikehendaki hati mereka bahkan tanpa segan
melakukan apa yang jahat di mata-Nya. Dan sebagai Allah yang adil, ada
batas bagi kasih karunia-Nya ketika Ia harus menegakkan keadilan dan
menuntut pembalasan atas mereka yang ditindas dengan semena-mena. Ketika
kesabaran-Nya dipermainkan, Ia bersikap lebih keras. Pertama-tama, Ia
akan memilih nabi-nabi-Nya untuk meneriakkan jeritan dan kegusaran
hati-Nya itu -yang barangkali mungkin itulah kesempatan-kesempatan
terakhir bagi yang diperingatkan, sebelum tangan-Nya teracung
menjatuhkan penghajaran demi pertobatan umat-Nya.

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
~Wahyu 3:19 (TB)

“Tetapi
sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan
segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
Koyakkanlah
hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan
Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik
dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan
korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
~ Yoel 2:12-14 (TB) 


KESIMPULAN

Apa
yang dinubuatkan Tuhan melalui hamba-hamba-Nya haruslah terjadi oleh
karena itu keluar dari mulut Yang Mahakudus, yang tak pernah berlaku
ceroboh, grusa-grusu, apalagi melakukan kekhilafan atau kesalahan fatal.
Apa
yang disampaikan Tuhan,  akan terbukti merupakan perkataan penuh
otoritas dari Penguasa di atas segala penguasa, pencipta dan pemilik
semesta ini, tatkala perkataan itu terjadi sebagaimana telah diujarkan
para nabi-Nya.

Terhadap pesan-pesan profetik yang kemudian tidak
terjadi dan tidak ada penjelasan secara profetik yang menerangkan
mengapa hal tersebut tidak terjadi, maka sudah sepatutnya kita menolak
nubuatan semacam itu, membuangnya jauh-jauh dari hati dan pikiran kita.

Dan
terhadap orang-orang yang bernubuat dengan lancang sedemikian, sudah
sepatutnya kita memberikan teguran yang tegas serta memperingatkan akan
jiwanya yang akan mengalami kematian rohani jika tidak segera mengakui
kesalahannya dan bertobat dari kekurangajatannya di hadapan Tuhan.

Sudah
seharusnya kita berhati-hati menyampaikan pesan dari Yang Mahatinggi,
Mahabesar dan Mahakuasa. Berbicara mewakili  Tuhan bukan perkara enteng
dan asal-asalan. Ada pertanggungjawaban di hadapan jemaat lebih-lebih
Tuhan apabila kita tampil menyatakan diri sebagai penyambung suara
Tuhan.

Kiranya hikmat Tuhan dilimpahkan kepada kita semua.

SALAM REVIVAL
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN

SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT :

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 6) LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *