Oleh: Bpk. Peter B, MA
Masih sangat terasa kebingungan di kalangan Kristen, mengenai apakah seorang anak Tuhan , lebih² hamba Tuhan turut berbicara mengenai politik. Di satu sisi, ada yang beranggapan bahwa politik urusan duniawi, bukan rohani, sehingga seharusnya tidak perlu diutak-atik oleh hamba-hamba Tuhan tsb. Pada sisi lain, ada juga yang berpikir bahwa anak-anak Tuhan harus masuk ke politik karena inilah medan perebutan kekuasaan yang menentukan arah dan nasib suatu bangsa. Sebagian lagi yang lain membatasi dirinya hanya dengan mendoakan kondisi pemerintahan yang ada dengan tujuan supaya umat Kristen bisa beribadah dengan tenang dan aman.
Jadi bagaimana seharusnya?
Sejak ditemukannya demokrasi sebagai salah satu sistem berjalannya sebuah negara maka kepemimpinan berdasarkan agama maupun ideologi radikal dengan kepemimpinan dipegang oleh satu dan sedikit tangan semakin kehilangan pengaruhnya -meskipun masih ada dan diakui diterapkan di beberapa negara. Dalam Alkitab, di masa Perjanjian Lama, Israel yang dipimpin oleh TUHAN sendiri melalui nabi-nabi-Nya (yang biasanya disebut theokrasi) merasa kurang jika mereka tidak memiliki raja. Pemerintahan pun beralih kepada monarki yang dimulai dengan pemerintahan Saul. Ribuan tahun berlalu, Israel modern masa kini sudah sama sekali beralih pada sistem demokrasi. Bahkan Israel disebut negara paling demokratis di Timur Tengah. Jadi, hampir di mayoritas belahan dunia, demokrasi menjadi platform sebuah negara. Termasuk di Indonesia. Dengan kata lain, pemerintahan yang disebut oleh Lincoln sebagai “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” ini kini menjadi wadah dimana setiap orang berkiprah sebagai warga negara.
Dalam wadah demokrasi ini, kita seharusnya memikirkan peran kita sebagai garam dan terang bagi dunia dimana kita ada. Itu sebabnya berpolitik bukan saja dibolehkan tetapi juga diwajibkan. Hanya, bagaimana kita mewujudkan partisipasi tersebut.
Mengingat kita semua hidup bagi Tuhan dan demi melaksanakan kehendak-Nya, sikap politik kita sudah semestinya dipadankan dengan sejauh mana Tuhan menghendaki, memanggil dan menetapkan kita. Itu sebabnya ada Daniel, Daud dan Yusuf yang memang Tuhan panggil berkarya dalam pemerintahan. Tapi ada pula Elia, Yohanes Pembaptis atau Yesus sendiri yang memang juga tetap tidak masuk ke wilayah kekuasaan sekuler.
Penting di sini kita mengetahui posisi dan panggilan kita dalam Tuhan dan bukan mengikuti kemauan dan ambisi pribadi. Apalagi masuk ke pemerintahan hanya untuk memperoleh keuntungan² pribadi dengan cara² licik dan curang.
Secara umum, Tuhan memanggil setiap kita membawa pengaruh. Memberikan rasa yang berbeda bagaikan garam. Atau menyinarkan terang menyingkap kegelapan yang merajalela di sekitar kita termasuk di tengah-tengah bangsa kita. Karena itulah, perlu bagi kita untuk TIDAK TINGGAL DIAM, APATIS, MENJADI CUEK DAN MENJAUHI URUSAN-URUSAN POLITIK. Jika Tuhan berkepentingan dan masih terus bekerja melalui pemimpin-pemimpin sekuler, maka sudah seharusnya kita pun turut bergerak memikirkan kondisi bangsa sesuai dengan sejauh mana Tuhan memanggil dan menggerakkan kita turut memberikan pengaruh atas negara dimana kita berada dan dipanggil. Kita harus secara aktif memikirkan dan melakukan apa yang kita mampu sesuai dengan yang Tuhan kehendaki untuk membawa bangsa ini kepada Terang Sejati, yang merupakan kunci pemulihan suatu bangsa.
Sesungguhnya melihat sejarah, perkembangan ilmu pengetahuan maupun kemajuan kualitas hidup banyak bangsa telah diubah secara drastis saat mereka menemukan dan mengakui Yesus sebagai Tuhan mereka. Tanpa mengecilkan, bangsa-bangsa lain yang mengalami kemajuan berikutnya sedikit banyak karena mengikuti standard yang yang sebelumnya digunakan bangsa-bangsa yang meninggikan Yesus Kristus. Intinya, kebangunan rohani dimana satu bangsa berbalik pada Tuhan, membawa dampak pemulihan dan perubahan yang dahsyat. Ini bukan menjadikan seluruh bangsa menjadi Kristen tetapi melihat banyak orang bertemu secara pribadi dengan Kristus dan mengalami pemulihan hidup. Ketika banyak orang berkarakter benar, hidup suci dan penuh kasih maka kualitas hidup seluruh komunitas akan terangkat. Orang-orang benar (yang telah disentuh dan diubah oleh Tuhan) akan membawa banyak berkat atas kota dan bangsanya. Orang-orang fasik (meskipun mengaku beragama) tetap akan membawa kehancuran dan kutuk bagi sekitarnya. Hanya berdoa supaya pemerintahan berjalan baik saja, bukan merupakan sekedar kemalasan tapi juga penolakan membayar harga demi perubahan bangsa. Ini serupa orang menggunakan sihir dan ilmu hitam demi melariskan dagangan atau dicintai lawan jenisnya. Menantikan kuasa ajaib mengubah nasib tanpa sedikitpun mau mengubah diri dan cara-caranya yang keliru. Sesuatu yang jelas tidak akan mungkin Tuhan akan lakukan terhadap anak-anak-Nya.
Jadi, biarlah terang kita bersinar dan hidup kita serupa garam yang menyedapkan pribadi-pribadi di sekitar kita.
Jangan takut untuk berbicara politik. Namun juga jangan menggunakan politik dengan cara licik. Apalagi menggunakan ayat firman Tuhan dan tampilan-tampilan rohani demi melancarkan tujuan-tujuan pribadi melalui perpolitikan. Kita dipanggil menjadi berkat dan menyalurkan berkat sementara hidup kita dilimpahi berkat-berkat Tuhan. Dan BERKAT TERBESAR bagi suatu bangsa ialah menemukan Jalan, Kebenaran dan Kehidupan itu sendiri.
#JadiBerkatDiBidangPolitik
#JanganApatis
#PeduliKeadaanBangsa
#JadiGaramDanTerangDunia
#BenarVsHampirBenar