Oleh : Peter B
Bacaan : 1 Raja-raja 2
Membaca 1 Raja-raja pasal yang ke-2, harus diakui bahwa Alkitab ternyata mencatat dan membahas persoalan-persoalan politik juga. Itu artinya, Allah memiliki maksud, rencana dan tujuan dalam bidang politik. Dia ingin umat-Nya tahu apa yang menjadi pikiran, perasaan dan kehendak-Nya terkait bidang pemerintahan suatu bangsa.
Kisah dibuka dengan pesan-pesan terakhir Daud sebelum tutup usia. Pesan-pesan terkait politik untuk dilaksanakan Salomo, anaknya yang akan menggantikannya. Yaitu supaya melaksanakan keadilan dan penghukuman bagi lawan-lawan politiknya dan membalas kebaikan dan jasa-jasa sekutu politiknya. Daud yang selama menjadi raja memerintah dalam kebenaran dan keadilan mengakhiri tugasnya dalam jiwa serta prinsip yang sama. Menunjukkan suatu konsistensi seorang pemimpin. Suatu karakter yang memang harus dimiliki dan diteladani para pemimpin sejati.
Yang menarik, dalam satu pasal itu saja disebutkan dua kali banyaknya bahwa tahta kerajaan yang dipegang oleh Salomo itu KOKOH. Maksudnya, ini merupakan suatu kondisi yang sangat baik, kondusif dan stabil dalam suatu pemerintahan. Keadaan tanpa banyak gangguan yang berarti sehingga seluruh bangsa di bawah dapat berkonsentrasi memajukan negerinya. Itu kemudian terbukti kemudian dengan masuknya Israel dalam masa kejayaan sehingga menjadi negara adidaya di era Salomo.
Bagaimana pemerintahan dapat kokoh dan kemudian mengambil langkah-langkah menuju kemajuan?
Salomo memperhatikan nasihat ayahnya. Dan dengan hikmat dari Tuhan, ia mengetahui dan mampu mengetahui apa yang perlu dilakukannya untuk memantapkan kepemimpinannya.
Sejak awal pemerintahannya, sudah ada usaha-usaha terselubung untuk menggerogoti kredibilitas dan otoritasnya sebagai seorang raja. Merekalah lawan-lawan politik yang sejak semula berseberangan dengannya. Ada Adonia, kakak tirinya yang didukung oleh Yoab, panglima tentara Israel waktu itu serta Abyatar, imam besar saat itu. Pun masih ada Simei, kerabat Saul, sang provokator bermulut jahat yang sejak semula membenci Daud dan selalu berusaha melemahkan pemerintahannya. Kini ia masih hidup dan tentu akan menjadi ancaman bagi pengganti Daud itu.
Satu persatu yang menentang Salomo dihukum setimpal. Semuanya, termasuk saudara tirinya Adonia (terkecuali imam Abyatar), dihukum mati dengan tuduhan makar, memberontak melawan pemerintahan yang sah. Lawan politik seperti Simei, akhirnya pun berhasil diperangkap oleh hikmatnya dan dihukum mati oleh Salomo.
Membaca semua ini, Anda mungkin akan berpikir bahwa ini sekedar catatan intrik politik keluarga Daud. Dan bahwa Salomo ternyata merupakan menyerupai diktator saja. Saya tidak setuju akan hal ini.
Salomo waktu itu bukan seorang raja yang lalim dan berbuat banyak hal yang jahat. Ia raja yang berdaulat penuh pada waktu itu. Sah dan tidak dapat diganggu gugat siapapun juga. Ia ditunjuk oleh Daud sebagai penggantinya, bukan karena kemauan Daud. Ia telah ditetapkan Allah sendiri sebagai raja yang menggembalakan seluruh Israel menggantikan Daud. Seluruh bangsa tahu hal ini apalagi pembesar-pembesar kerajaan. Namun bukannya mendukung kehendak Tuhan, mereka menolak
kehendak Tuhan dan mengambil jalan mereka sendiri. Pejabat-pejabat lama itu mengabaikan suara Tuhan dan berharap memperoleh kekuasaan dengan cara mereka sendiri. Salomo tidak bisa tinggal diam atas orang-orang yang mengabaikan Tuhan dan hendak membelokkan jalan sejarah kepada kehendak manusia. Jadi, sikap mereka menentang Salomo jangan dipandang sebagai pergulatan politik belaka. Jika suatu kepemimpinan sudah ditetapkan Tuhan, menentangnya sama dan dengan menentang Tuhan sendiri. Setiap kita harus mengenali mana kepemimpinan sejati dari Tuhan dan mendukungnya. Tanpa hal ini, kita akan mendukung pemimpin yang keliru (seperti Yoab, Abyatar dan Simei) dan melawan pemimpin yang dikehendaki Tuhan. Ini berlaku dalam bidang pemerintahan jasmani sebagaimana di bidang rohani.
Tahta yang didirikan dan dimulai atas kehendak Tuhan akan kokoh dengan tetap berada dalam kehendak-Nya. Salomo “membersihkan” semua orang yang tidak mau taat pada kehendak Tuhan. Dan ketika pemerintahan dibebaskan dari orang-orang yang tidak sehati, dan setujuan, lebih-lebih dalam melaksanakan kehendak Tuhan, maka tahta itu akan kokoh.
Di sini kita dapat belajar beberapa hal penting tentang pemerintahan yang kuat dari pesan firman Tuhan ini:
Pertama, orang-orang di dalam pemerintahan haruslah orang-orang yang sehati dan setujuan dengan pemegang otoritas tertinggi.
Kedua, diperlukan sikap tegas dan berani dari pemimpin tertinggi terhadap siapapun yang berpotensi menghambat dan mengganggu jalannya pemerintahan yang hendak melangkah pada kemajuan bangsa (Amsal 25:5)
Ketiga, hikmat Tuhan merupakan sesuatu yang vital dan penting dalam mengatasi lawan-lawan politik yang penuh siasat dan kelicikan, yang bertujuan merongrong pemerintahan yang sah
Keempat, perbuatan makar merupakan perbuatan yang tidak dapat ditoleransi. Sekali ini dibiarkan, selamanya suatu bangsa akan dilemahkan dan jatuh dalam kekacauan. Sikap-sikap makar sangat layak ditindak dengan tegas dan tanpa kompromi
Kelima, faktor penentu utama dan tertinggi dalam suatu pemerintahan sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Jika kehendak-Nya dicari dan diikuti maka pemerintahan akan kokoh dan aman. Keberhasilan, kemajuan, pencapaian hingga masa keemasan dapat dicapai jika pemimpin bangsa takut akan Tuhan dan hidup dalam kehendaknya. Itu terbukti sejak zaman Daud dan disempurnakan di masa Salomo. Tidak heran Israel menjadi negara adikuasa melebihi bangsa-bangsa lain pada waktu itu
Keenam, keadilan dan kebenaran harus menjadi dasar sebuah pemerintahan (Amsal 16:12). Menguatkan pemerintahan dalam berbagai segi layak dilakukan tetapi itu harus pertama-tama dan terutama dilakukan dengan mengusahakan keadilan dan kebenaran bagi seluruh rakyat sekuat tenaga.
Ketujuh, seluruh umat dan pemimpin sudah seharusnya mencari kehendak Tuhan lalu berkomitmen melaksanakannya sebab itu merupakan pilihan terbaik dari pilihan-pilihan yang baik manapun. Di dalam kehendak Tuhan ada penyertaan dan berkat Tuhan. Di luar kehendak-Nya, kita berjalan dengan kekuatan sendiri, untuk tujuan-tujuan sendiri, yang akan berselisih dan berperang sesama sendiri dan berakhir dengan kekacauan, kehancuran dan kerugian yang besar.
Merenungkan dan menghubungkan makna kisah di atas dengan kondisi politik Indonesia, selayaknya kita bisa mengukur pemerintahan dan kepemimpinan bangsa saat ini, sejauh mana yang telah dilakukan Presiden dan para pemimpin di bawahnya. Sejauh mana prestasinya dan seberapa kokoh pemerintahannya.
Dari sini kita pun seharusnya dapat mencari kehendak Tuhan lebih lanjut. Meminta Tuhan menunjukkan pemimpin yang baik dan lebih baik lagi, yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Di dalam kehendak-Nya kita tahu kita akan aman dan selamat.
Kiranya hikmat Tuhan menerangi kita.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan