RINDU AKAN TUHAN

“Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi…;” (Yesaya 26:9)

Renungan bagi kita :
Siapakah yang kita rindukan pada waktu malam dan siapakah yang kita cari pada waktu membuka mata di pagi hari? Beberapa orang memenuhi pikirannya dengan keluarganya karena bagi mereka keluarga adalah segalanya. Beberapa orang menujukan hatinya kepada harta dan benda. Beberapa yang lain mencari pertemanan demi pertemanan. Lebih banyak lagi mereka yang mengarahkan hatinya kepada bisnis dan pekerjaannya yang adalah cinta dalam hidup mereka. Namun, siapakah yang merindukan Tuhan?

Adakah di dunia ini yang merindukan Tuhan? Hai, orang-orang yang menyebut diri mereka orang-orang Kristen, adakah engkau mengikuti jejak Kristus setiap hari dan hidup menyatakan kasih kepada Bapa dan manusia? Hai, orang-orang yang mengaku sebagai anak-anak Allah, adakah engkau merindukan perkara-perkara dari Allah lebih daripada yang lain? Hai, engkau yang merasa sebagai penyembah-penyembah-Nya yang menyembah dalam ROH dan KEBENARAN, adakah engkau mencari perkara-perkara ROHANI serta senantiasa lapar dan haus akan KEBENARAN? Benarkah kita sudah merindukan Dia, perkara-perkara-Nya, jalan-jalan-Nya, kehendak-Nya, dan isi hati-Nya?


Dan mungkin jika kita merasa telah cukup merindukan dan mencari-Nya, baiklah kita bertanya kembali dan memeriksa hati kita : sudahkah kita merindukan-Nya dengan SEGENAP JIWA dan SEPENUH HATI?
Mungkin muncul pertanyaan di hati Anda : tidak cukupkah aku berdoa beberapa menit dan beribadah kepada-Nya setiap minggu di gereja? Memberikan persembahan dan perpuluhan, memuji dan mendengarkan khotbah sekali seminggu????

Sesungguhnya tanpa kita sadari, kita sering berlaku tidak adil kepada Tuhan.
Tanpa kita ketahui, pikiran kita telah bergerak dengan liar menuju pada pola-pola yang absurd dan menyimpang dari kebenaran. Mengapa begitu?
Karena seringkali kita memberikan hati kita, waktu kita, pikiran kita, usaha kita untuk uang dan kekayaan. (Sumber berita baru-baru ini : Layakkah seorang manusia mengorbankan nyawa untuk uang Rp. 20.000,- demi mencari keong di rawa-rawa Bojonegoro?). Seluruh nyawa untuk harta padahal Tuhan jauh lebih berharga daripada seluruh harta di dunia bahkan emas dan permata di surga!
Dan jika terhadap belahan jiwa kita seperti kekasih atau istri/suami kita, kita merasa layak mendapatkan gelora cinta yang menyala-nyala dari kita, bukankah Tuhan jutaan kali lebih layak untuk dicintai daripada siapapun yang ada di alam semesta ini? Bukankah amat sanga jauh lebih layak kita mengasihi sepenuh jiwa sang pencipta itu sendiri daripada segala ciptaan-Nya yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan? Tapi, manusia berjuang penuh hasrat untuk lingkungan dan hak-hak binatang! (Adakah yang membela hak-hak Tuhan yang terlalu sering dilanggar tanpa kenal takut kepada-Nya?)
Itulah makna dari hukum utama bagi hidup manusia : ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu, dan segenap kekuatanmu’

Faedah dari pada menuntut hikmat Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
(Ams 2:1-5 TB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *