RENUNGAN DARI MAZMUR 17
Oleh: Bpk. Peter B, MA
“Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tangan-Mu, dan orang-orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan,……” (Mazmur 17:14)
“Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu” (Mazmur 17:15)
Di dunia ini adalah perkara yang sulit menemukan seseorang yang berpendirian teguh. Mereka yang semula memperjuangkan perbaikan, pembenahan, pemulihan dan reformasi dengan gigih dan tidak kenal menyerah, dapat saja beberapa waktu kemudian menyimpang dan tidak lagi memperjuangkan kepentingan “banyak orang” sebagaimana digembar-gemborkan sebelumnya, tetapi kemudian berbalik mencari keuntungan-keuntungan pribadi. Tekad yang bulat untuk tidak kompromi sangatlah sulit ditemukan khususnya di dunia sekarang ini. Segala yang berasal dari dunia ini banyak kali berhasil menawarkan dan membujuk banyak orang untuk menyerah dan meninggalkan komitmen yang di buatnya semula. Dalam segala bidang kehidupan sulit amat sulit ditemukan seorang yang begitu mencintai kebenaran dengan tulus. Prinsip-prinsip kebenaran di pakai sebagai kedok yang kemudian dijadikan dasar atau alat untuk mencapai keinginan dan ambisi pribadi. Betapa keji dan tidak bermoral!
Semakin saya mempelajari kehidupan dari Daud, semakin saya mengetahui mengapa Tuhan menyebut Daud sebagai seorang yang berkenan di hatiNya. Salah satu sebab itu terlihat jelas sekali dalam Doa Daud, yang kemudian dibukukan menjadi Mazmur 17. Dalam doanya, terlihat jelas sekali kerinduan Daud untuk hidup semata-mata dalam kebenaran yang sejati. Meskipun kita tahu hidup Daud tidak sempurna dan banyak mengalami kejatuhan tetapi inilah hati Daud, HATI SEORANG PENYEMBAH SEJATI… dan Tuhan melihat hati. Masihkah Tuhan menemukan hati yang seperti ini di masa kini? Jika ada, Ia pasti berkenan.
Untuk menjadikannya lebih jelas, mari kita amati dan perhatikan satu persatu Mazmur 17 ini. Ada tanda-tanda yang menunjukkan yang dari sana kita dapat belajar bagaimana sesungguhnya hati dan kehidupan orang yang rindu untuk hidup dalam kebenaran. Dari satu pasal ini saja paling tidak kita dapat belajar mengenai 4 tanda seorang yang sungguh-sungguh rindu hidup dalam kebenaran sejati:
1. HANYA MENCARI PENGAKUAN DAN PEMBENARAN DARI TUHAN SAJA.
“Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib …. yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu.” (Maz 17:1,2). Bagi mereka yang rindu kebenaran sejati, pengakuan dari manusia tidaklah berarti apa-apa. Yang terpenting adalah pengakuan dan pembenaran dari sumber kebenaran itu sendiri: TUHAN, Allah yang sejati. Pengakuan, pujian, dan penerimaan dari manusia tidaklah mutlak; tergantung pada tingkat hubungan, status sosial, pandangan pribadi, dan masih banyak lagi yang semuanya itu masih dapat berubah sewaktu-waktu. Berbeda dengan prinsip-prinsip illahi yang kekal, semuanya mutlak dan tidak dapat diubah lagi. Inilah yang dikejar oleh Daud. Apabila Tuhan telah memberikan pembenarannya, siapakah yang dapat menggugatnya?
Hal ini sangatlah dimengerti oleh Rasul Paulus. Dalam pelayanannya, ia mengejar pengakuan dan upah yang dari Allah sehingga penilaian dan penghakiman yang dari manusia tidaklah ada artinya, “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi.” (1kor 4:3). Pertanyaan yang penting bagi kita adalah: seberapa pentingkah pendapat dan penilaian manusia dalam hidupmu? Manakah yang kita cari terlebih dahulu: pengakuan manusia atau pengakuan Allah? Ketahuilah satu hal, saudaraku, mengejar pengakuan manusia tidak pernah cukup; tetapi di dalam pengakuanNya kita merasa aman.
2. HIDUP DI DALAM HATI YANG TULUS DAN MURNI
“Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur” (Mazmur 17:3). Pada waktu membaca doa Daud ini, terbersit satu pikiran, “Beranikah saya berdoa seperti ini? Apa yang akan ditemui Tuhan dalam hati saya jika Ia memeriksa dan menyelidikinya?” Ya, apa. Apakah yang akan ditemukan Tuhan apabila Ia membongkar hatimu dan mengeluarkan isinya?
“Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur” (Mazmur 17:3). Pada waktu membaca doa Daud ini, terbersit satu pikiran, “Beranikah saya berdoa seperti ini? Apa yang akan ditemui Tuhan dalam hati saya jika Ia memeriksa dan menyelidikinya?” Ya, apa. Apakah yang akan ditemukan Tuhan apabila Ia membongkar hatimu dan mengeluarkan isinya?
Banyak ilmuwan berkata bagian paling kotor dalam diri kita adalah mulut karena di situ ada begitu banyak kuman dan bermacam jenis bakteri penyakit. Tetapi ketahuilah, bagian yang paling kotor dari manusia adalah hati-Nya! (Mark. 7:21-22). Di hatilah orang menyimpan segala perkara-perkara yang jahat dan busuk karena di situlah semuanya pikir mereka dapat disembunyikan. Perbuatan seringkali hanya topeng dan dapat sangat menipu, oleh karena itu Tuhan pertama-tama melihat hati. Hanya Dialah yang sanggup melihat sampai ke dasar hati yang terdalam (Yer 17:10). Mereka yang sungguh mau hidup dalam kebenaran akan ditemukan hatinya bersih dari segala kejahatan; yang tampak di luar sama dengan apa yang di dalam. Tidak ada perkara yang tercela disimpan dalam hati mereka tetapi tulus dan murni di hadapan Tuhan. Tanda yang kedua ini memang hanya kita dan Tuhan yang tahu, tetapi justru itulah yang membuat pertanggungjawaban kita semakin berat.
3. HIDUP SEBAGAI PENURUT-PENURUT FIRMAN TUHAN
“Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan; Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang (Mzmr 17:4,5). Ini tanda yang dapat kita kenali dengan jelas. Mereka yang sungguh-sungguh rindu untuk hidup dalam kebenaran pastilah menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan. Mengapa? Karena memang Firman Tuhan itulah kebenaran (2 Sam 7:28; Yoh 17:17) dan mereka yang rindu akan kebenaran pasti hidup di dalam kebenaran itu sendiri. Daud berkenan di hati Allah karena ia menjunjung tinggi Firman Tuhan dalam hidupnya, memperlakukan Firman Tuhan sebagai perkara yang sangat berharga dalam hdupnya (Maz 19:9b-11). Banyak orang Kristen memiliki level kekristenan hanya sampai tingkat pendengar Firman saja dimana Firman Tuhan dianggap sebagai suatu pidato atau ceramah yang menarik untuk disimak, dinikmati dan kemudian dilupakan. Hidup didalam kebenaran adalah menghargai firmanNya seperti hidup itu sendiri. Saudaraku, perhatikanlah FirmanNya!
4. SELALU INGIN MENJAUH DARI KEHIDUPAN YANG FASIK
“Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayapMu terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tanganMu, dari orang-orang dunia ini…” (Mazmur 17:9-14). Merenungkan doa Daud ini, saya teringat akan sebagian isi Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus. Salah satu kalimat berkata, “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat..”. Ya, mereka yang sungguh-sungguh rindu untuk hidup dalam kebenaran tidak pernah ingin berkompromi dan bersahabat dengan dunia yang fasik ini. Prinsip-prinsip dasar duniawi dan prinsip-prinsip dari Allah sangat bertentangan dan sulit dicari persamaannya. Sayangnya, seringkali kehidupan orang percaya lebih diwarnai oleh prinsip dunia daripada kebenaran FirmanNya. Seharusnya, lambat laun setiap prinsip-prinsip dunia harus tersingkir dari hidup kita diganti dengan kehidupan selayaknya manusia baru di dalam Tuhan, hidup di dalam kebenaran sejati dari FirmanNya. Dengan siapakah kita ingin dekat dan akrab: mereka yang fasik atau saleh-saleh Allah sejati? (bandingkan dengan Maz 16:3)
PUAS MELIHAT WAJAH TUHAN
Akhir dari doa Daud adalah harapan dari setiap mereka yang terus hidup dalam kebenaran: satu kali nanti boleh memandang wajahNya dan disitulah terbit kepuasan yang sejati. Mereka yang fasik dan hidup tidak sejalur dengan Allah akan dikenyangkan dengan apa yang disimpan oleh Allah: penderitaan hingga ke anak cucu. Sebaliknya mereka yang sungguh hidup dalam kebenaran tidak cukup puas hanya dengan berkat-berkat Allah meskipun itu yang pasti mereka terima tetapi kepuasan dan kebahagiaan sejati adalah saat mereka dapat memandang Tuhan dalam keabadian. Segala jerih payah dan penderitaan karena hidup dalam kebenaran akan sama dan menjadi tak berarti di ganti kesukaan kekal. Itulah upah bagi mereka yang setia hidup dalam kebenaran.
Akhir dari doa Daud adalah harapan dari setiap mereka yang terus hidup dalam kebenaran: satu kali nanti boleh memandang wajahNya dan disitulah terbit kepuasan yang sejati. Mereka yang fasik dan hidup tidak sejalur dengan Allah akan dikenyangkan dengan apa yang disimpan oleh Allah: penderitaan hingga ke anak cucu. Sebaliknya mereka yang sungguh hidup dalam kebenaran tidak cukup puas hanya dengan berkat-berkat Allah meskipun itu yang pasti mereka terima tetapi kepuasan dan kebahagiaan sejati adalah saat mereka dapat memandang Tuhan dalam keabadian. Segala jerih payah dan penderitaan karena hidup dalam kebenaran akan sama dan menjadi tak berarti di ganti kesukaan kekal. Itulah upah bagi mereka yang setia hidup dalam kebenaran.