ROH TUHAN ADA PADA-KU

Oleh: Peter B, MA


Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:….Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab ia telah mengurapi Aku… Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Lukas 4:17-18,21)
Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa ribuan tahun lampau, hingga kini, manusia hidup jauh dari ukuran-ukuran yang telah ditetapkan oleh Penciptanya. Sebagai contoh, sangatlah sedikit saat ini manusia yang mengetahui dan mengenal benar akan keberadaan dirinya. Ada begitu banyaknya pandangan dan teori tentang manusia pernah dikemukakan serta diajarkan oleh para ilmuwan maupun ahli filsafat. Tetapi jika diamati dengan seksama, semua teori itu masihlah jauh di bawah apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan melalui firman-Nya di dalam Kitab Suci. Beberapa pandangan begitu meninggikan keberadaan manusia sehingga akhirnya meniadakan Allah. Dalam hal ini, justru itulah titik kejatuhan manusia di tingkat yang terdalam: “Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.” Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mazmur 14:1). Tetapi beberapa pandangan justru sebaliknya.
Tidak terkecuali teori yang begitu terkenal sejagad mengenai manusia yang sering kita sebut sebagai teori evolusi. Charles Darwin telah membawa pengaruh dalam alam pikiran manusia sedunia ke tahap yang hampir tidak masuk akal sama sekali. Ini merupakan salah satu penyesatan terhebat di dalam sejarah manusia. Masalahnya adalah benarkah kita ini berasal dari kera? Benarkah nenek moyang kita adalah kera-kera itu? Jadi, mengapa kita tidak memiliki agama yang mengeramatkan kera? Atau, bolehkah kita bersikap seperti kera yang notabene adalah sejenis binatang? (Tidaklah mengherankan, jika banyak orang menghabiskan hidupnya dengan bertingkah laku seperti binatang bahkan lebih buruk daripada itu!). Inilah pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya kita pikirkan lebih jauh sebelum menerima begitu saja mengenai apa yang orang pikirkan mengenai keberadaan kita. Sungguh, mayoritas manusia telah hidup jauh di bawah standar sebagai manusia.
Yesus memberikan pertanyaan yang begitu tegas. Ia berkata bahwa apa yang dibacanya dari Kitab Suci hari itu adalah nubuatan Tuhan yang telah ditetapkan atas diriNya. Yesus mengklaim bahwa saat nast itu dibacakan, nast itu digenapi di dalam dirinya. Yesus begitu yakin bahwa saat orang-orang mendengarnya saat itu, mereka juga sedang melihat wujud nyata dari bunyi firman itu. Tentu saja, pernyataan Yesus amat sangat mengemparkan banyak orang yang mendengarnya. Tidak hanya itu, mereka juga menjadi sangat marah kepada Yesus sehingga sempat berniat membunuh Yesus dan melemparkanNya jatuh dari suatu tebing yang tinggi (Lukas 4:28-29). Mengapa rakyat sedemikian marahnya? Tidak lain adalah karena apa yang dinyatakan oleh Yesus itu pada saat itu bahkan hingga hari ini merupakan sesuatu yang tidak umum. Pertanyaan Kristus melawan arus dan menentang jalur. Bagi orang-orang, itu kedengaran seperti seorang yang begitu lancang serta sombong cukup berani untuk ‘menjadikan dirinya’ penggenapan dari Kitab Suci.
Sikap orang-orang yang mendengar Yesus pada waktu itu bukanlah sikap yang baru. Haruslah diakui sebagai suatu fakta yang tidak dapat ditolak bahwa sampai hari ini tidak banyak orang yang mudah bersimpati dan mendukung mereka yang mengetahui tujuan hidupnya. Sebagaian besar orang, jika mendengar orang lain menyampaikan tujuan dan visi hidupnya bukannya malah membantu atau menguatkan tetapi malah melecehkan dan menghakimi orang tersebut sebagai orang yang angkuh. Kisah Yusuf, anak kesayangan Yakub, begitu jelasnya menceritakan hal ini. Semakin ia memberitakan visi yang dari Tuhan, semakin ia diniaya. Saudara-saudaraku, itu bukan sesuatu yang mengherankan lagi.
Satu hal yang mungkin saja terlewat dari pikiran kita adalah bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus dengan berkata-kata mengenai keberadaan hidup-Nya tersebut bukanlah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Bapa. Yesus sama sekali tidak bersalah dalam hal ini. Malah saya beranggapan bahwa justru Bapa-lah yang menggerakkan Yesus untuk mengajar sedemikian pada hari itu. Ya, Bapa berkenan akan apa yang Yesus lakukan itu. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jika sesuatu kita lakukan atas perintah Bapa, itu bukanlah suatu kesombongan tetapi itu akan menyenangkan Dia. Kritik dan kesalahan yang dicari-cari oleh mereka yang kurang mengenal akan rencana dan jalan-jalan Allah pasti akan berdatangan, tetapi setiap hamba tidak memusingkan diri dengan perkara lain, selain dengan apa saja yang dapat menyenangkan hati Tuannya. Hal ini bukan berarti kita dapat melakukan segala hal atas nama Tuhan, tetapi jika hidup kita dipimpin Tuhan kita harus melakukan segala perintahNya dan perintahNya pasti tidak bertentangan dengan hukum dan karakterNya.
Lukas 4:16-22 memberikan pelajaran yang berharga bagi kita. sebagai teladan bagi para penyembah sejati, Yesus memberikan suatu contoh tindakan yang wajib untuk kita ikuti khususnya berkaitan dengan keberadaan dan tujuan hidup kita di dunia ini. Pernyataan Yesus dalam nats di atas menunjukkan beberapa hal kepada kita.
Dengan mengajar demikian, Yesus menyatakan pengetahuan dan pengakuanNya akan apa yang telah diberikan BapaNya. “Roh Tuhan ada padaKu” (Lukas 4:18). Yesus tidak hanya mengetahui serta menyadari keberadaan Roh Kudus yang berdiam dan memimpinNya. Yesus mengakui bahwa Roh itulah yang diberikan oleh Bapa dan yang menyertaiNya dengan penuh kuasa. Berapa banyakkah di antara kita yang mengetahui dan mengakui secara penuh keberadaan karunia terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada kita ini? Seringkali tanggapan kita sepi terhadap apa yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Simaklah beberapa tanggapan yang umum ini:
Ada sebagaian orang Kristen yang hingga hari ini tidak mengetahui apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Sebagian yang lain mengetahui akan Sumber Kuasa itu, tetapi dalam perbuatan mereka, mereka menyangkalnya. Cukup banyak orang yang jatuh dalam kesalahan Yunus. Mereka telah mendapat Firman Allah. Mereka telah mendapatkan kuasa itu tetapi mereka ‘melarikan diri’ dari tugas dan pekerjaan Tuhan. Mereka memilih untuk tidak menggunakan kuasa itu dalam hidup mereka. Ini merupakan tindakan yang sangat disayangkan karena sebagian orang lain yang tidak menerima Pemberian itu (Roh Kudus serta kuasaNya) begitu terpesona dengan manifestasiNya sehingga ingin menggunakannya. Dalam hal ini, kisah anak-anak Skewa (Kisah Para Rasul 19) merupakan suatu contoh yang baik. Tidakkah kita cemburu dengan semangat mereka? Tidakkah kita merindukan kuasa itu dinyatakan dalam hidup dan pelayanan kita?
Saudaraku, sesungguhnya adalah kemelaratan dan celaka yang besar jika kita tidak memiliki RohNya. Roh Kudus diberikan oleh Bapa kepada kita untuk mengubah segala-galanya. Ialah Roh Kudus itu, sebagaimana nyata dalam firman, “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam” (Zakaria 4:6). Roh Kuduslah yang mengubah murid-murid pengecut yang dikuasai ketakutan menjadi saksi-saksi Kristus yang menjungkirbalikkan dunia di zamannya. Roh Kudus itulah yang mengadakan kesembuhan, mujizat, pernyataan-pernyataan, wahyu serta pengetahuan, bahkan kebangunan rohani di antara jemaat mula-mula sampai kini. Tanpa Roh Tuhan, kita tidak berdaya. Tanpa Roh Tuhan, kita tidak berdaya tanpa kuasaNya, kita miskin dan lemah.
Mengikuti teladan Kristus, mari kita mengenal dan mengakui kuasa itu di dalam hidup kita. Sesungguhnya kita diciptakan untuk didiami oleh RohNya. Janganlah menolak akan suaraNya terlebih lagi aliran kuasaNya yang bekerja di dalam karunia-karunia Roh itu. Hal yang selayaknya kita lakukan sekarang adalah bangkit, berdiri bersama-sama seluruh orang percaya sejati dan menyatakan kepada dunia pengenalan kita akan apa yang sudah Bapa berikan: ‘Roh Tuhan Allah ada padaku’. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 13 – 5 April 2002)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *