Oleh : Peter B
Setahun sekali, sekitaran April, di salah satu hari Jumatnya, umat Kristen memperingati penyaliban serta kematian Yesus Kristus. Orang Barat menyebutnya “Good Friday” sedangkan di Indonesia, kita menamainya “Jumat Agung”.
Yang menarik pemikiran saya adalah bagaimana bisa peristiwa mengerikan seperti penyaliban (beserta rentetan penyiksaan sebelum dan selama penyaliban tersebut) merupakan sesuatu yang kita sebut sebagai sesuatu yang “good” (baik dan suci) atau bahkan sesuatu yang “agung”?
Bukankah yang disalib dan dipertunjukkan di depan umum itu orang-orang pesakitan, sampah masyarakat, yang layak dipermalukan di depan publik dan dianggap pantas menanggung hukuman penuh derita hingga mati perlahan-lahan dengan cara yang begitu mengenaskan?
Mengapa kita menyebut demonstrasi keji semacam itu sebagai sesuatu yang Baik dan Agung?
Apakah kita tidak keliru memberikan sebutan?
Kita keliru memberikan sebutan seperti itu, jika kita melihat pada penjahat-penjahat yang pernah menjalani proses hukuman semacam itu.
Namun, jika kita melihat satu sosok yang pernah digantung di antara hidup dan mati di antara langit dan bumi itu bernama Yesus, yang kemudian kita sebut Kristus sebagai fokus kita maka tidak salah jika Jumat itu disebutkan demikian.
Ya, pengorbanan Yesus di atas salib itu BAIK adanya. Menunjukkan KEBAIKAN TERBESAR Tuhan bagi manusia. Apa yang dilakukan Kristus juga adalah karya AGUNG. Menyatakan KEAGUNGAN TIADA TARANYA dari hikmat dan pribadi Allah.
Allah kita yang menyatakan diri dalam Alkitab sebagai Tuhan semesta alam, pencipta dan pemilik langit dan bumi, penguasa atas segala sesuatu, telah memilih SALIB sebagai lambang kebesaran, kehebatan dan keagungan-Nya.
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
,,,untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
~ 1 Korintus 1:18, 24-25 (TB)
Sungguh sesuatu yang berbeda. Tak pernah terpikirkan dan terbayangkan yang seperti itu muncul di pikiran manusia atau penguasa-penguasa dunia ini. Bagi manusia, salib adalah lambang kehinaan dan kelemahan. Lambang kekalahan dan hukuman bagi seorang yang dinyatakan bersalah. Tapi salib itu pulalah yang dipakai Tuhan menyatakan kekuatan dan hikmat-Nya, yang jauh melampaui pemikiran dan kepandaian terhebat manusia. Yang tampak bodoh tetapi itu berasal dari Allah terbukti lebih dahsyat dan berkuasa daripada yang paling berhikmat dari manusia.
BERMEGAH DALAM SALIB
Jika dunia bermegah dengan lambang-lambang kekuatan dan kebesaran seperti pedang, perisai, tahta, mahkota atau segala harta yang gemerlap, Raja kita menampilkan salib sebagai simbol kebanggaan-Nya maupun dasar bermegah bagi umat-Nya.
Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, ….
Galatia 6:14
Berkebalikan dengan yang dipikirkan dunia, bagi Kristus dan pengikut-Nya, salib itu kemegahan. Bukan kehinaan.
Dunia melihat salib dan menjadi takut atau kebalikannya, menghina dan mengolok-oloknya.
Kita, melihat salib dan merasa bangga, merasa berharga karena dicinta lalu dipenuhi sukacita. Kayu kasar yang dibentuk seperti palang itu kengerian dan dijauhi dunia, namun kita yang melihat teladan Kristus, justru menginginkan salib kita, merangkulnya erat-erat lalu memikulnya sepanjang jalan menuju kemuliaan di sorga. Beban di pundak kita sepanjang hidup di dunia bukan lagi melelahkan dan menyulitkan tetapi menjadi suatu tanda kehormatan dan pengesahan bahwa kita adalah murid dari Guru Agung sekaligus Juruselamat manusia.
Sudahkah kita bangga menjadi pemikul-pemikul salib? Atau kita masih merasa malu dan enggan melakukannya?
Sudahkah kita bermegah di dalam salib Kristus?
Ribuan tahun sebelumnya, Daud bermazmur dalam ilham Roh :
Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.
~ Mazmur 20:8
Nama itu sekarang kita kenal dalam nama Yesus Kristus, yang atas karya-Nya kita bermegah.
Mengenai bermegah, Yeremia berkata-kata sebagai orang yang menyampaikan pesan Tuhan :
Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”
~ Yeremia 9:23-24
Dan kini kita mengenal Dia melalui Yesus Kristus dan karya-Nya di kayu salib. Dalam pengenalan akan Kristus dan salib-Nya itulah kita bermegah.
Sudahkah kita bermegah dalam salib Kristus?
Apa sesungguhnya yang dimaksud “bermegah dalam salib Kristus” itu?
Seperti sudah disampaikan di atas, bermegah dalam salib itu berbeda dengan cara orang-orang yang tidak mengenal Tuhan memegahkan diri. Dalam kenyataannya, sebagaimana begitu berbedanya simbol yang dipilih dunia dengan yang dipilih Allah, perbedaannya akan sangat menyolok.
Oleh sebab itu, bermegah dalam salib itu berarti menyatakan sesuatu yang tidak dikenal oleh dunia, sesuatu yang amat sukar (jika tidak dapat dikatakan mustahil) untuk dilakukan oleh manusia-manusia duniawi.
Bermegah di dalam salib itu berarti bermegah dalam hal-hal berikut ini :
1) MENGASIHI DAN MENGAMPUNI
Tak mungkin dipungkiri sama sekali, salib Kristus adalah pernyataan dan bukti kasih. Kasih terbesar dari Allah yang besar. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…” itulah alasan pengorbanan Kristus di atas salib.
Salib menjadi suatu kemegahan karena itulah bukti sifat Allah yang adalah kasih. Melalui salib, Tuhan berjanji bahwa setiap orang yang percaya akan ditebus dan diselamatkan jiwanya dari maut, diampuni dosanya, bahkan dibenarkan dan dikuduskan hidupnya.
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
~ Roma 8:1
Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
~ 1 Korintus 1:30
Kasih Tuhan melalui salib dicurahkan dalam hati kita sehingga kita dapat mengamalkan ajaran Kristus, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Dunia sedang berada dalam kemerosotan yang menuju pada punahnya kasih sejati. “Karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih banyak orang akan menjadi dingin”, demikian nubuat Yesus tentang kondisi akhir zaman (Matius 24:12). Berdasar itu, Paulus beroleh gambaran lebih detail tentang sifat-sifat manusia akhir zaman yang terus bertambah-tambah keegoisan dan kefasikannya dari waktu ke waktu saat ia menulis dalam surat 2 Timotius 3. Dunia mencari kasih namun makin sukar menemukannya. Yang mereka temukan lagu-lagu adalah kasih yang palsu, mengandung banyak kepura-puraan, tanpa ketulusan karena ujung-ujungnya berpamrih juga.
Tidak demikian bagi umat Tuhan yang bermegah dalam salib. Mereka bermegah karena memiliki dan membagikan kasih ketika mereka tidak lagi mengejar kepentingan diri mereka sendiri. Pengikut-pengikut Kristus sekali lagi akan membuktikan bahwa kasih mereka itu nyata, terus mengalir dari hidup mereka. Itu akan tampak dari kerelaan untuk taat pada pimpinan Tuhan maupun dalam hal menyatakan kepedulian, melepaskan pengampunan, mengucapkan kata-kata yang penuh berkat, bersedia berkorban supaya kasih Tuhan dinyatakan keada sebanyak mungkin orang.
Ketika dunia mengalami kelangkaan kasih, kita yang bermegah dalam salib Kristus memiliki stok kasih yang berlimpah-limpah sehingga kita harus membagi-bagikannya.
2) MATI BAGI DUNIA
Salib juga merupakan lambang kematian. Siapa yang disalib, sudah pasti sedang dihukum mati. Jika ada orang yang tidak segera mati sepanjang penyaliban, ia dipercepat kematiannya dengan cara dihancurkan tempurung lututnya atau dipatahkan tulangnya. Sungguh mengerikan. Namun memang itulah tujuan penyaliban : hukuman mati.
Paulus menyadari benar akan hal ini. Karena itulah ia bersaksi :
Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
~ Galatia 6:14
Salib Kristus bukan saja menyatakan kematian Kristus. Secara rohani, itu juga melambangkan kematian kita. Kematian kita terhadap dunia, terhadap hidup lama kita sebagai manusia-manusia duniawi supaya kemudian hidup sebagai manusia-manusia Allah, manusia sorgawi.
Kita bermegah dalam salib Kristus karena melaluinya kita mati bagi dunia ini – sesuatu yang mustahil dilakukan oleh mereka yang hidupnya terikat dan digantungkan pada apa yang ada di dunia ini.
Sesuatu yang tidak mungkin itu kini menjadi mungkin melalui salib Kristus. Kuasa dosa dalam diri kita dipatahkan. Belenggu-belenggu maut dan cengkeraman iblis penguasa kegelapan dihancurkan oleh kuasa salib Kristus.
Di dalam salib itu, kita dimerdekakan dari keterikatan dengan apa yang fana. Melalui salib, kita dibawa masuk ke dalam dimensi yang lebih tinggi, yang kekal dan sangat mulia. Dari perbudakan, menuju kebebasan. Dari penindasan dan kekalahan, menjadi kemenangan. Dari keterpurukan, menjadi keterpulihan dalam keadaan yang baru.
Ketika manusia berlomba-lomba mengejar apa yang ada di dunia, mengumpulkan yang mereka anggap berharga dari dunia ini, bagi pengikut Kristus semua itu sudah jadi bagian masa lalu. Mereka telah dimampukan untuk melangkah melampaui semua itu. Mereka melangkah menuju kemuliaa yang jauh melebihi keindahan terbaik dunia sekalipun.
Seperti Paulus, kita akan bermegah dalam salib Kristus dengan memperagakan kehidupan yang mati bagi dunia. Sesuatu yang sebenarnya dirindukan dari hati terdalam manusia sejak mereka mencoba memikirkan hakikat mereka. Sapanjang peradaban, telah banyak yang bwrusaha mengolah jiwanya, menyangkal diri supaya lepas dari dunia. Tapi bisakah manusia melakukannya dengan kemampuan mereka? Usaha manusia itu bagai menebang pohon beringin yang besar dengan sepucuk pisau dapur yang kecil!
Namun oleh kuasa salib Kristus, siapa saja yang mau datang dan percaya, diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, untuk mengalahkan dunia (Yohanes 1:12; 1 Yohanes 5:5)
Betapa dahsyatnya kuasa salib Kristus, yang olehnya kita dimampukan mematikan kedagingan beserta keinginan-keinginan duniawi! Oleh kuasa salib itu pula kita mulai menginginkan sorga dan Tuhan, bahkan mengasihi Dia dan berjalan bersama Dia setiap hari! Tidak dapat tidak, atas salib itulah kita harus bermegah.
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
~ Galatia 5:24
3) KERENDAHAN HATI
Menghayati salib Kristus, Paulus menggambarkan kerendahan hati Kristus :
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
~ Filipi 2:8
Salib itu kehinaan. Tanda seseorang direndahkan derajatnya. Yesus mengambil tempat yang rendah bahkan sangat rendah dengan rela hati merangkul salib itu.
Raja manakah yang bersedia merendahkan diri hingga dihinakan sedemikian rupa?
Penguasa dunia mana yang secara sukarela bersedia diinjak-injak, diejek, dan diludahi rakyatnya?
Pernahkah Anda mendapati pembesar yang bukan saja mengambil rupa pelayan tapi bersedia dihukum mati sebagai kriminal sedangkan ia tak terbukti bersalah sedikitpun?
Yesus bukan hanya lahir di kandang binatang dan dibaringkan dalam palungan bertutup lampin. Ia mengakhiri hidup-Nya dengan cara yang lebih hina lagi. Allah yang Mahatinggi memilih tempat yang paling rendah untuk menunjukkan bahwa Dia bersedia turun hingga posisi manusia yang paling hina agar dapat menjangkau mereka dari kebinasaan.
Tak satupun berhala dan dewa yang disembah manusia yang seperti itu. Tak satupun mau melakukannya. Setan-setan yang adalah malaikat yang jatuh justru ingin meninggikan diri dan minta disembah sebagai yang tertinggi. Namun Allah yang sejati melakukan yang tak mungkin dilakukan ilah-ilah dunia ini. Ia ditandai dengan kerendahan hati. Ia dikenal dalam kelembutan dan kesahajaan-Nya. Ia dimegahkan justru karena Ia tidak memegahkan diri.
“Kerendahan hati mendahului kehormatan” demikian kata Amsal.
Karena Yesus turun sampai di tingkat terendah maka :
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
~ Filipi 2:9
Dalam salib ada kemuliaan Tuhan. Dalam kerendahan hati, Tuhan dimuliakan. Itulah sebabnya kita akan bermegah dalam kerendahan hati. Kerendahan hati harus merupakan ciri dan kebanggaan kita sebagai murid-murid dan hamba-hamba Kristus.
Sekalipun bertentangan dengan pola pikir dunia, namun dalam perbedaan dengan dunia inilah kita akan menghasilkan dampak yang mengubah dunia. Dalam mengikuti jejak Kristus secara total, mengabdikan diri menjadi murid dan hamba-Nya, Injil telah diberitakan dan memberikan pengaruh atas terbentuknya dunia hingga sekarang ini. Dan akan tiba waktunya, satu kali lagi, dunia akan digoncang kembali oleh hadirnya murid-murid dan hamba-hamba sejati Kristus yang bangkit bersinar saat kegelapan pekat melanda dunia.
Sekali lagi dunia akan melihat peragaan kuasa dari kerendahan hati
4) PERSEMBAHAN DIRI KEPADA ALLAH
Bagi dunia, salib adalah lambang penghukuman. Dan benar bahwa Kristus menjadi yang terhukum untuk menggantikan kita menanggung akibat dosa.
Meskipun demikian, Kristus yang tersalib juga merupakan lambang ketaatan sempurna pada kehendak Bapa. Salib Kristus menyatakan penyerahan diri Yesus demi semata-mata menggenapkan kehendak Allah.
“Jikalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku, namun bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu yang jadi”
Itulah penyerahan diri pada sepenuh kehendak Allah. Kristus telah menyerahkan seluruh hidup-Nya bagi tunainya tujuan Bapa.
Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,
yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
~ Ibrani 7:26-27
betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.
~ Ibrani 9:14
Serupa dengan Kristus yang mempersembahkan diri-Nya, kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kita bagi tujuan-tujuan Tuhan. Bermegah dalam salib Kristus juga berarti bermegah dalam persembahan hidup kita kepada Allah.
Itulah mengapa Paulus berkata :
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
~ Roma 12:1
Melalui salib Kristus, kira bukan saja ditebus, dibenarkan dan diberikan kodrat ilahi sebagai manusia-manusia baru. Pengorbanan-Nya menjadi suatu teladan untuk kita menempuh jalan yang sama. Jalan persembahan diri. Inilah kesempatan melayani Sang Raja. Menjadi imam-imam Kerajaan Allah, imamat yang rajani. Tidakkah itu merupakan suatu kehormatan yang besar. Bahwa hidup kita ini hendak dijadikan suatu sarana yang menyalurkan kasih dan kuasa Kerajaan Sorga. Inilah makna dan tujuan hidup kita.
Salomo, setelah meneliti setiap usaha manusia di bumi, menyimpulkan “segala sesuatu sia-sia” dan memang itulah adanya hidup manusia yang rak terhubung pada Tuhan.
Hidup Kristus tidak demikian. Karya Kristus tidak pernah sia-sia. Demikian pula setiap orang yang mengikuti jejak-Nya. Kita akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari yang dikerjakan Yesus, sebagaimana Ia mengatakannya sendiri. Berapa berharganya hidup yang diserahkan bagi Tuhan! Jauh melampaui apapun yang dikerjakan dan dicapai manusia di luar Tuhan.
Dan karena itu kita akan bermegah.
Sudahkah kita bermegah dalam salib Kristus? Di bawah simbol kekuatan dan hikmat Allah itu?
Mari periksa diri.
Sudahkah kita hidup dalam kasih pada Tuhan dan sesama?
Adakah kita mati bagi dunia?
Apakah kita menempuh jalan kerendahan hati sebagai murid dan hamba-Nya?
Akankah Tuhan mendapati hidup kita dipersembahkan di atas mezbah-Nya?
Mari mengikuti teladan agung-Nya.
Memandang salib-Nya, kita angkat salib kita dan dengan tidak lagi tanya, kita berjalan di belakang Dia, mengikuti jejak-Nya. Menjemput kemuliaan.
Maukah Anda?
Pada kaki salibMu, Yesus, ‘ku berlindung;
Air hayat Golgota pancaran yang agung.
Pada kaki salibMu kasihMu kut’rima;
Sinar Bintang Fajar t’rang yang memb’ri cahaya.
Pada kaki salibMu kuingat kurbanMu,
dalam jalan hidupku kukenang selalu.
Pada kaki salibMu ‘ku tetap percaya,
hingga dalam sorga k’lak jiwaku bahagia.
SalibMu, salibMu yang kumuliakan
Hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
Selamat memperingati JUMAT AGUNG.
Salam revival.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.