Oleh: Peter B,
“….Lalu ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan
berkata kepada-nya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga
lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.” (Markus 1:41-42)
berkata kepada-nya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga
lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.” (Markus 1:41-42)
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk dengan kehendak
bebas. Manusia dapat memilih dan menetapkan sendiri segala yang berkaitan
dengan hidup mereka. Namun seringkali kenyataan ini disalahtafsirkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia yang telah jauh ke dalam kuasa dosa malah semakin
jauh dari tujuan diberikannya kehendak bebas itu. Kebebasan yang diberikan
Tuhan kepada manusia hampir selalu disalahgunakan untuk melawan Tuhan dan
rencanaNya. Mereka yang telah tertipu oleh permainan licik penguasa kegelapan
tidak menggunakan kehendak bebas sebagai sarana pembuktian tertinggi akan
pengabdian mereka kepada Allah tetapi justru dengan kehendak bebas itu manusia
memilih posisi yang berlawanan dengan Tuhan. Dengan penuh kesombongan kata-kata
itu seringkali terdengar: “Kami sudah punya
kepercayaan sendiri, jangan paksa kami menerima kepercayaanmu”; “lho kita ini
kan diciptakan dengan kehendak yang bebas, jadi terserah kita dong mau apa”; atau
“ini jalan yang
sudah kupilih, Tuhan pun tidak bisa melarang aku.”
bebas. Manusia dapat memilih dan menetapkan sendiri segala yang berkaitan
dengan hidup mereka. Namun seringkali kenyataan ini disalahtafsirkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia yang telah jauh ke dalam kuasa dosa malah semakin
jauh dari tujuan diberikannya kehendak bebas itu. Kebebasan yang diberikan
Tuhan kepada manusia hampir selalu disalahgunakan untuk melawan Tuhan dan
rencanaNya. Mereka yang telah tertipu oleh permainan licik penguasa kegelapan
tidak menggunakan kehendak bebas sebagai sarana pembuktian tertinggi akan
pengabdian mereka kepada Allah tetapi justru dengan kehendak bebas itu manusia
memilih posisi yang berlawanan dengan Tuhan. Dengan penuh kesombongan kata-kata
itu seringkali terdengar: “Kami sudah punya
kepercayaan sendiri, jangan paksa kami menerima kepercayaanmu”; “lho kita ini
kan diciptakan dengan kehendak yang bebas, jadi terserah kita dong mau apa”; atau
“ini jalan yang
sudah kupilih, Tuhan pun tidak bisa melarang aku.”
Betapa sedih Tuhan mendengar pernyataan-pernyataan demikian
dari mulut ciptaan yang seharusnya memuliakan Dia! Untuk itu, ketahuilah apakah
tujuan dari kehendak bebas itu. Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas
adalah supaya manusia secara sadar, tanpa paksaan, didasari kasih kepada Tuhan
mengambil pilihan-pilihan yang terbaik dalam hidupnya yaitu mengasihi Tuhan,
taat kepada perintahNya, hidup di dalam rencanaNya yang pasti terbaik
dibandingkan segala yang lain. Kehendak bebas dimaksudkan supaya manusia dapat
menilai dengan jujur, menimbang dengan seksama, mengamati dengan leluasa untuk
kemudian dapat mengambil keputusan dengan sadar bahwa tidak ada saya katakan
sekali lagi tidak ada, ya tidak ada, pilihan atau hal yang lebih baik bagi
kehidupannya selain dari semua yang telah disediakan dan ditetapkan Tuhan dalam
hidupNya. Kasih dan ketaatan sejati kepada Tuhan hanya dapat dinyatakan apabila
ada pilihan. Pilihan itulah yang menjadikan kehendak bebas manusia menjadi
sangat penting: sebagai suatu alat untuk menyatakan komitmen yang sempurna
kepada Tuhan, Sang pencipta manusia.
dari mulut ciptaan yang seharusnya memuliakan Dia! Untuk itu, ketahuilah apakah
tujuan dari kehendak bebas itu. Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas
adalah supaya manusia secara sadar, tanpa paksaan, didasari kasih kepada Tuhan
mengambil pilihan-pilihan yang terbaik dalam hidupnya yaitu mengasihi Tuhan,
taat kepada perintahNya, hidup di dalam rencanaNya yang pasti terbaik
dibandingkan segala yang lain. Kehendak bebas dimaksudkan supaya manusia dapat
menilai dengan jujur, menimbang dengan seksama, mengamati dengan leluasa untuk
kemudian dapat mengambil keputusan dengan sadar bahwa tidak ada saya katakan
sekali lagi tidak ada, ya tidak ada, pilihan atau hal yang lebih baik bagi
kehidupannya selain dari semua yang telah disediakan dan ditetapkan Tuhan dalam
hidupNya. Kasih dan ketaatan sejati kepada Tuhan hanya dapat dinyatakan apabila
ada pilihan. Pilihan itulah yang menjadikan kehendak bebas manusia menjadi
sangat penting: sebagai suatu alat untuk menyatakan komitmen yang sempurna
kepada Tuhan, Sang pencipta manusia.
Pada dasarnya, Tuhan rindu supaya manusia hidup dan
melalukan setiap kehendakNya, karena itulah yang terbaik dari segala kehendak
yang lain yang pernah ada di jagad raya ini. Tuhan bisa saja menciptakan
manusia sebagai suatu makhluk yang selalu dan pasti taat akan perintahNya (dan
jika makhluk itu ada maka kita sering memanggilnya dengan sebutan robot).
Tetapi Tuhan tidak pernah menciptakan robot untuk menguasai bumi dan isinya.
Tuhan merindukan suatu hubungan hidup, bukan ciptaan seperti benda mati. Tuhan
menginginkan persekutuan yang keluar dari hati, bukan yang dikendalikan remote
control. Oleh karena itu, manusia sangat dirindukan supaya mereka menyelaraskan
kehendak mereka dengan kehendak Tuhan. Apakah Tuhan adalah pribadi yang sangat
egois dan gila kehormatan sehingga setiap kehendakNya harus diikuti? Tentu
tidak. Ia adalah Pribadi yang sempurna, tidak ada noda kejahatan sekecil apapun
di dalam Dia. Yang dikehendaki dan dirindukanNya adalah sempurna, penuh kasih,
bagi kebaikan segala makhluk, Sebab itu, kehendakNya yang sempurna seharusnya
menjadi prioritas dari hidup setiap manusia karena di luar Dia tidak ada
kehidupan yang sesungguhnya.
melalukan setiap kehendakNya, karena itulah yang terbaik dari segala kehendak
yang lain yang pernah ada di jagad raya ini. Tuhan bisa saja menciptakan
manusia sebagai suatu makhluk yang selalu dan pasti taat akan perintahNya (dan
jika makhluk itu ada maka kita sering memanggilnya dengan sebutan robot).
Tetapi Tuhan tidak pernah menciptakan robot untuk menguasai bumi dan isinya.
Tuhan merindukan suatu hubungan hidup, bukan ciptaan seperti benda mati. Tuhan
menginginkan persekutuan yang keluar dari hati, bukan yang dikendalikan remote
control. Oleh karena itu, manusia sangat dirindukan supaya mereka menyelaraskan
kehendak mereka dengan kehendak Tuhan. Apakah Tuhan adalah pribadi yang sangat
egois dan gila kehormatan sehingga setiap kehendakNya harus diikuti? Tentu
tidak. Ia adalah Pribadi yang sempurna, tidak ada noda kejahatan sekecil apapun
di dalam Dia. Yang dikehendaki dan dirindukanNya adalah sempurna, penuh kasih,
bagi kebaikan segala makhluk, Sebab itu, kehendakNya yang sempurna seharusnya
menjadi prioritas dari hidup setiap manusia karena di luar Dia tidak ada
kehidupan yang sesungguhnya.
Bagian terakhir dari renungan kita mengenai keinginan atau
kehendak penyembah yang sejati, membawa kita pada satu kesimpulan yang sama
dengan tujuan dari kehendak bebas manusia. Kita telah belajar dari Yesus,
sebagai teladan penyembah sejati, mengenai keinginan para penyembah sejati
yaitu keinginan
yang baik, keinginan yang kudus dan tulus, juga keinginan yang menyatakan kasih
bagi orang lain. Ketiga sifat dari keinginan para penyembah sejati itu
jika disatukan akan memuncak pada satu sifat kunci dari keinginan para pengikut
Tuhan: keinginan penyembah sejati selalu sejajar dengan keinginan Allah.
Artinya apa yang diinginkan oleh Allah pasti dirindukan oleh para penyembahNya.
kehendak penyembah yang sejati, membawa kita pada satu kesimpulan yang sama
dengan tujuan dari kehendak bebas manusia. Kita telah belajar dari Yesus,
sebagai teladan penyembah sejati, mengenai keinginan para penyembah sejati
yaitu keinginan
yang baik, keinginan yang kudus dan tulus, juga keinginan yang menyatakan kasih
bagi orang lain. Ketiga sifat dari keinginan para penyembah sejati itu
jika disatukan akan memuncak pada satu sifat kunci dari keinginan para pengikut
Tuhan: keinginan penyembah sejati selalu sejajar dengan keinginan Allah.
Artinya apa yang diinginkan oleh Allah pasti dirindukan oleh para penyembahNya.
Mari kita lihat sekali lagi kisah penyembuhan orang kusta
itu. Pada saat Yesus mengulurkan tanganNya menjamah orang itu, seketika itu
pula lenyaplah penyakit kusta itu dan orang itu menjadi tahir. Saat Yesus
berkata, “Aku mau kamu tahir” saat itu juga si kusta itu sembuh. Kesembuhan
orang kusta itu menjadi bukti nyata bahwa Bapa berkenan dengan keinginan Yesus
untuk menjadikan orang itu tahir, sehingga surga melepaskan kuasanya dan orang
kusta itupun sembuhlah. Di masa sekarang, mujizat memang tidak dapat menjadi
ukuran ketaatan atau keselarasan seorang hamba Tuhan dengan Bapa sendiri (lihat
Matius 7:21-23) tetapi haruskah kita meragukan ketaatan Kristus? Beranikah kita
mempertanyakan motivasiNya? Dengan dasar apakah kita tidak percaya akan
komitmenNya pada kehendak Bapa? Kesembuhan seketika orang yang sakit kusta itu
menunjukkan penyertaan surga secara penuh akan pelayanan Kristus sebagaimana
dinyatakan dalam nats ini: “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah
mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling
sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab
Allah menyertai Dia” (Kisah Para Rasul 10:38)
itu. Pada saat Yesus mengulurkan tanganNya menjamah orang itu, seketika itu
pula lenyaplah penyakit kusta itu dan orang itu menjadi tahir. Saat Yesus
berkata, “Aku mau kamu tahir” saat itu juga si kusta itu sembuh. Kesembuhan
orang kusta itu menjadi bukti nyata bahwa Bapa berkenan dengan keinginan Yesus
untuk menjadikan orang itu tahir, sehingga surga melepaskan kuasanya dan orang
kusta itupun sembuhlah. Di masa sekarang, mujizat memang tidak dapat menjadi
ukuran ketaatan atau keselarasan seorang hamba Tuhan dengan Bapa sendiri (lihat
Matius 7:21-23) tetapi haruskah kita meragukan ketaatan Kristus? Beranikah kita
mempertanyakan motivasiNya? Dengan dasar apakah kita tidak percaya akan
komitmenNya pada kehendak Bapa? Kesembuhan seketika orang yang sakit kusta itu
menunjukkan penyertaan surga secara penuh akan pelayanan Kristus sebagaimana
dinyatakan dalam nats ini: “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah
mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling
sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab
Allah menyertai Dia” (Kisah Para Rasul 10:38)
Sekarang ambillah waktu untuk menyendiri sejenak. Carilah
satu ruang yang sepi sehingga Anda dapat membaca sisa artikel ini sambil berdoa
di sana. Saya mengajak Anda melihat ke dalam, ya ke dalam hati Anda dan cobalah
untuk menemukan di sana satu bagian dari hati Anda yang bernama keinginan.
Tariklah itu ke luar dan periksalah. Amatilah dengan seksama, lebih teliti dan
dengan penuh kerendahan hati. Setelah itu, daftarkanlah keinginan siapa saja
yang termasuk di dalam arsip keinginan Anda. Sebelum menyimpulkan lebih jauh,
berikan perhatian kepada beberapa pendapat dari pengalaman saya ini: kebanyakan
orang hidup tidak hanya dalam keinginan satu pribadi saja. Tidak jarang di dapati
dalam keinginan setiap manusia tercampur baur antara keinginan diri sendiri
(pribadi), keinginan teman, keinginan orang tua, keinginan guru, keinginan
adik/kakak, keinginan suami/istri, sampai keinginan masyarakat atau keinginan
Tuhan. Nah, kembali kepada pemeriksaan arsip. Izinkan saya bertanya sekarang:
keinginan siapa sajakah yang ada dan mewarnai setiap keinginan Anda? Adakah di
sana keinginan-keinginan pribadi? Atau keinginan-keinginan orang tua atau
pendeta Anda? Apakah didapati di sana keinginan Tuhan? Keinginan siapakah yang
paling dominan, yang menguasai hampir seluruh keinginan Anda? Mungkinkah ada
keinginan orang-orang lain yang begitu menguasai kita sehingga kita serasa
tidak dapat hidup sebagaimana diri kita sendiri atau bahkan hidup sebagaimana
yang dikehendaki Tuhan?
satu ruang yang sepi sehingga Anda dapat membaca sisa artikel ini sambil berdoa
di sana. Saya mengajak Anda melihat ke dalam, ya ke dalam hati Anda dan cobalah
untuk menemukan di sana satu bagian dari hati Anda yang bernama keinginan.
Tariklah itu ke luar dan periksalah. Amatilah dengan seksama, lebih teliti dan
dengan penuh kerendahan hati. Setelah itu, daftarkanlah keinginan siapa saja
yang termasuk di dalam arsip keinginan Anda. Sebelum menyimpulkan lebih jauh,
berikan perhatian kepada beberapa pendapat dari pengalaman saya ini: kebanyakan
orang hidup tidak hanya dalam keinginan satu pribadi saja. Tidak jarang di dapati
dalam keinginan setiap manusia tercampur baur antara keinginan diri sendiri
(pribadi), keinginan teman, keinginan orang tua, keinginan guru, keinginan
adik/kakak, keinginan suami/istri, sampai keinginan masyarakat atau keinginan
Tuhan. Nah, kembali kepada pemeriksaan arsip. Izinkan saya bertanya sekarang:
keinginan siapa sajakah yang ada dan mewarnai setiap keinginan Anda? Adakah di
sana keinginan-keinginan pribadi? Atau keinginan-keinginan orang tua atau
pendeta Anda? Apakah didapati di sana keinginan Tuhan? Keinginan siapakah yang
paling dominan, yang menguasai hampir seluruh keinginan Anda? Mungkinkah ada
keinginan orang-orang lain yang begitu menguasai kita sehingga kita serasa
tidak dapat hidup sebagaimana diri kita sendiri atau bahkan hidup sebagaimana
yang dikehendaki Tuhan?
Salah satu hamba Tuhan terbesar yang pernah ada di dunia
selain Yesus Kristus, yang bernama Yohanes Pembaptis pernah berkata, “Ia (Yesus
Tuhan) harus semakin besar, aku harus semakin kecil.” Betapa tepatnya kata-kata
itu! Itulah pola yang harus kita miliki dalam hati dan hidup kita. Biarlah
dalam hati kita keinginan-keinginanNya yang semakin besar, semakin nyata,
semakin banyak, semakin kuat, dan semakin menguasai hidup kita. Dan sebaliknya,
keinginan-keinginan lain berasal dari kehendak pribadi atau ketakutan atau
hormat yang tidak selayaknya kepada manusia, harus menjadi semakin kecil.
Demikianlah seharusnya hidup para penyembah sejati. Tujuan akhir dari semuanya
ini adalah keserupaan dengan Kristus dimana Dia menjadi nyata dalam dan melalui
hidup kita seperti Rasul Paulus pernah berkata, “namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…”
(Galatia 2:20). Pada akhirnya, Kristus harus menjadi segalanya di atas
segalanya. Biarlah hanya Dia yang dimuliakan sampai selama-lamanya…dan betapa
luar biasa jika hidup kita dapat mengambil bagian dalam memuliakan Dia! Amin.
selain Yesus Kristus, yang bernama Yohanes Pembaptis pernah berkata, “Ia (Yesus
Tuhan) harus semakin besar, aku harus semakin kecil.” Betapa tepatnya kata-kata
itu! Itulah pola yang harus kita miliki dalam hati dan hidup kita. Biarlah
dalam hati kita keinginan-keinginanNya yang semakin besar, semakin nyata,
semakin banyak, semakin kuat, dan semakin menguasai hidup kita. Dan sebaliknya,
keinginan-keinginan lain berasal dari kehendak pribadi atau ketakutan atau
hormat yang tidak selayaknya kepada manusia, harus menjadi semakin kecil.
Demikianlah seharusnya hidup para penyembah sejati. Tujuan akhir dari semuanya
ini adalah keserupaan dengan Kristus dimana Dia menjadi nyata dalam dan melalui
hidup kita seperti Rasul Paulus pernah berkata, “namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…”
(Galatia 2:20). Pada akhirnya, Kristus harus menjadi segalanya di atas
segalanya. Biarlah hanya Dia yang dimuliakan sampai selama-lamanya…dan betapa
luar biasa jika hidup kita dapat mengambil bagian dalam memuliakan Dia! Amin.
(Diambil dari warta Worship center edisi 37 – 20 September
2002)
2002)