Oleh: Peter B, MA
“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhKu sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah.”
(Ayub 19:25-26)
Apakah jadinya kita apabila kita tidak ditebus oleh Tuhan? Di manakah kita sekarang ini berada apabila Tuhan tidak pernah turun dan melunasi harga kita? Bagaimanakah keadaan kita saat ini tanpa Dia? Dapatkah Anda membayangkan menjalani hidup di luar kuasa penebusanNya? Betapa mengerikan dan merananya jika kita keluar dari naungannya!
Bahkan Ayub, ribuan tahun lampau, berseru dengan keyakinan yang penuh dari dasar lubuk hatinya yang terdalam, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu”. Mengapa kata-kata Ayub ini begitu berarti? Mengapa kita perlu merenungkannya? Seandainya saja kita mengetahui benar apa yang dialami oleh Ayub pada waktu itu, mungkin kita akan belajar banyak hal dari perkataan serta sikap yang diambil oleh Ayub di atas. Mengapa? Karena Ayub mengatakan ini dengan penuh iman pada saat ia tidak memiliki apapun yan bisa ia pegang maupun percayai mengenai Tuhan ataupun keberadaanNya. Saat-saat itu merupakan salah satu ujian terberat yang pernah di jalani oleh seorang manusia. Langit seperti menjadi gelap, tanah retak dan kerontang, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bagi banyak orang itu adalah ketiadaan harapan, keputusasaan pun mulai menghampiri dengan cepat. Saat-saat demikian adalah “saat-saat terbaik” untuk “meninggalkan” Tuhan! Bukankah demikian yang dilakukan oleh banyak orang Kristen?
Tetapi dalam keadaan begitu hancur, remuk terpuruk, Ayub menegaskan kembali keyakinan imannya. Dan damai kembali bertumbuh; sukacitapun mengalirlah. Apa rahasia ketabahannya? Mengapa Ayub seperti begitu perkasa? Darimanakah kekuatannya? Kekuatannya bukan dari dirinya. Manusia itu lemah, tetapi Tuhan itu berkuasa. Tuhan Penebusnya adalah kekuatan serta penghiburannya. Betapa benar yang dikatakan oleh charles Spurgeon saat mengomentari perkataan Ayub ini: “Jika saya memiliki ketidakpastian bahwa Kristus bukan milik saya, maka ada cuka yang bercampur dengan luka yang mematikan; tetapi jika saya tahu bahwa Yesus hidup bagi saya, maka kegelapan bukanlah kegelapan: bahkan malam adalah terang di sekeliling saya.”
kekasih-kekasih di dalam Tuhan, penebus Tuhan adalah dahsyat. Kita ditebus dari dua perkara: ditebus dari hidup yang sia-sia: itulah hukum dosa (1Petrus 1:18, Roma 8:2) dan kita ditebus dari hukuman kekal: itulah hukum maut (Roma 8:1,3). ini berarti di dalam penebusan Tuhan kita akan aman. Masa lalu yang menghantui serta menyesakkan dada telah dihapuskan dan kita hidup dalam hidup yang baru. Seorang mantan napi mungkin saja telah selesai menjalani hukumannya, tetapi adakah masa depan untuk dia? Kita patut berbahagia, karena kita dibebaskan dari hukuman, hidup bebas dalam keadaan baru dan juga mendapatkan harapan masa depan yang cerah. Kuasa penebusannya menjangkau dari masa lampau hingga masa kita yang akan datang. Seluruh hidup kita terlingkupi oleh penebus yang mulia itu.
DiTEBUS DARI RASA BERSALAH
banyak orang tidak tahan menghadapi rasa bersalah atau malu. Merekapun ada yang membunuh dirinya sendiri. Yang lain menghabiskan diri dengan acara-acara sosial keagamaan, amal ibadah, berusaha keras untuk dapat berguna bagi orang lain. Tindakan ini tidak salah, tetapi rasa bersalah bukanlah motif
yang baik. Orang-orang yang lain mengatasi rasa bersalah dengan melarikan diri. Mereka mabuk, menggunakan obat-obatan, main gila, berjudi, dan melakukan semua kegilaan yang lainnya hanya karena berpikir bahwa mereka sudah begitu bersalahnya sehingga tidak ada harapan untuk mereka. Beberapa orang menghabiskan hidupnya dengan menyesali diri, menjalaninya dengan persungutan, keluh kesah, stress serta depresi yang semakin menumpuk. Bagaimana kita dapat bebas dari hati kita sendiri, yang menuntut kita? Bagaimanakah kita dapat lepas dari bayangan-bayangan dosa yang pernah kita lakukan, yang tidak pernah berhenti menghantui kita? Dimanakah kita dapat menemukan ketentraman sejati?
Rasa bersalah yang menumpuk sungguh tak tertanggungkan. Pastinya, kita semua telah terjual ke dalam kuasa dosa dan masuk dalam pusaran kesia-siaan hidup. Kita adalah mesin-mesin dosa yang hanya memproduksi satu hal: dosa. Kita tidak akan pernah berhenti karena kita adalah budak yang dipaksa oleh dosa. Kematian dalam dosa hanya membawa kepada perbudakan terburuk dalam keabadian. Kita tidak dapat melepaskan diri kita sendiri. Kita terkait sejak lahir hingga mati kita kepada kuasa dosa. Dan hanya kuasa lain yang lebih besar daripada kuasa dosa itu yang dapat membebaskan kita. Itulah kuasa penebusan.
Di dalam karya penebusan Tuhan, kita dibebaskan dan dibangkitkan menjadi manusia yang baru dan menjalani tahap baru dalam hidup (lihat Roma 6:4). Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. Masa lalu kita dihapuskan dan kita mendapat identitas baru di dalam Tuhan. Kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Tuhan sudah melakukannya untuk kita. Ya, kita memang ahli dalam dosa, tetapi Tuhan sudah mengubahkan kita. Kita pun memiliki daftar yang luar biasa panjang mengenai dosa kita tetapi Tuhan sudah menghapus dan melupakannya. Kita sekarang menjadi milik-Nya untuk selama-lamanya. Kita ditebus oleh Sang Saudagar Agung yang baik itu dan kini kita hidup dalam kasih karuniaNya. Adakah yang lebih baik daripada itu?
DIBEBASKAN DARI HUKUMAN KEKAL MENJADI WARIS SURGA
Pekerja dosa menjadi alat kebenaran. Terdaftar di neraka, kini tercatat di surga. Hidup sia-sia di masa lalu, upah kekal di masa mendatang. Demikianlah rencana Tuhan bagi orang-orang tebusannya. Melalui penebusannya kita mendapatkan jaminan “pembebasan seumur hidup” sebagai ganti “hukuman dan penderitaan kekal”. Jika kita hidup dalam kuasa penebusannya, sungguh masa depan kita terjamin. Ada pengharapan yang tidak akan pernah hilang. Ada kekuatan yang luar biasa karena pada akhirnya kita akan bahagia dan senang selama-lamanya.
Pernyataan Paulus oleh ilham Roh merupakan sauh yang kuat bagi kita yang menaruh pengharapan di dalam Dia. “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita oleh kasih karunia kamu diselamatkan dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga (Efesus 2:4-6). Bukanlah sesuatu mengherankan mengapa Ayub sepertinya memiliki kekuatan lebih menghadapi pergumulan dan kesesakan hidup, bukan?
Oleh sebab itu, mengapakah engkau berputus asa, hai orang-orang tebusannya? Pastikanlah engkau memiliki Penebus Agung itu, dan engkau tidak akan pernah sama lagi. Jika Ayub pada zaman sebelum kedatangan dan pengorbanan Kristus dapat berkata, “Aku tahu….” kita seharusnya berbicara secara positif tidak kurang dari pada itu. Di dalam kepastian bahwa Ia telah menebus kita, kita tidak akan kuatir akan masa lampau ataupun hari depan. Di dalam kepastian bahwa Ia hidup untuk selama-lamanya, kita beroleh kekuatan menghadapi segala keadaan, tidak putus harap ataupun menjadi takut tetapi cakap menanggung segala perkara. Seorang Penebus yang hidup, yang sungguh-sungguh menjadi milik kita, adalah SUKACITA YANG TAK TERKATAKAN. Dan kita akan mengalami pujian ini:
“Sebab Dia hidup, ada hari esok. Sebab Dia hidup, ku tak gentar Karena kutahu Dia pegang hari esok. Hidup jadi berarti sebab Dia hidup”
(Diambil dari warta Worship Center edisi 16 – 26 April 2002)