TANGGAPAN MENGENAI BERBAGAI PERTANYAAN TENTANG ORANG KAYA, KEKAYAAN DAN MENANGANI HARTA YANG BERSIFAT MATERI

Oleh : Peter B

1) Secara apa adanya memang orang kaya sukar masuk sorga karena kekayaan dan gaya hidupnya menghambat dan menghalanginya (Yakobus 5:1-6). Kehidupan orang kaya yang dikisahkan Yesus bersama pengemis Lazarus dalam Lukas 16:19-31 menunjukkan bagaimana si kaya sama sekali tidak memiliki waktu maupun kepedulian terhadap sekitarnya. Jika kepedulian sosial saja luput dari perhatiannya, hampir pasti kepedulian rohani yang lebih rumit dan mendalam pun tak terpikirkan olehnya. 
Juga hati orang berharta sudah pasti tertuju pada hartanya sebab Yesus mengatakan kebenaran ketika Ia berkata “Dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21).
Belum lagi, oleh karena hartanya, orang-orang kaya menjadi sombong dan tak percaya pada Tuhan karena lebih percaya pada harta bedanya (Mazmur 49:7; Yeremia 9:23)


2) Bagi yang padanya dipercayakan limpah kekayaan materi oleh Tuhan, ikutilah teladan Abraham-Ishak-Yakub,  Ayub dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang meski berlimpah materi tapi hatinya hanya tertuju pada Tuhan, pekerjaan Tuhan, rencana Tuhan dan kemuliaan Tuhan.
Jangan seperti Nabal yang akhirnya dipukul Tuhan sampai mati oleh sebab keangkuhan dan kebodohannya yang menolak Daud, seorang yang berkenan di hati Tuhan, yang sedang dalam kesusahannya (1 Samuel 25:2-11)


3) Tidak semua pada kita dipercayakan harta yang besar oleh Tuhan. Khususnya orang-orang Lewi/hamba-hamba Tuhan sepenuh waktu yang hidupnya mengabdi pada Tuhan (meskipun bisa jadi jika dihitung secara total keseluruhan mungkin lebih banyak harta jasmani maupun rohani yang mereka bagikan daripada orang percaya/umat Tuhan lainnya seperti yang terbukti dalam kehidupan John Wesley). Ada pula anak-anak Tuhan yang lain yang memang kepada mereka tidak dipercayakan harta yang banyak oleh sebab tiap orang memiliki ukuran kemampuan dan karunia yang berbeda-beda sesuai kehendak Tuhan sendiri. 
Memaksakan diri untuk memiliki kekayaan yang besar tanpa memiliki kemampuan menanggungnya dapat membuat hati kita berbalik selama-lamanya dari Tuhan. 


4) Bagi yang belum atau tidak memperoleh kekayaan yang banyak, jangan menginginkan dan mengusahakan diri menjadi kaya secara materi apalagi dengan segala cara dan segenap susah payah sebab pengejaran kekayaan merupakan tipu daya yang digunakan kuasa gelap mengalihkan manusia dari pencarian dan pengejaran akan Tuhan (Matius 13:22; Markus 4:19; Amsal 28:20; Pengkhotbah 6:1-2; 1 Timotius 6:9).


5) Kekayaan merupakan suatu beban yang besar lagi berat atas manusia sehingga diperlukan kuasa atau kemampuan khusus untuk memperoleh kekayaan dimana Tuhan saja yang mampu memberikannya pada kita (Ulangan 8:18). Itulah sebabnya, sebaiknya kita tidak fokus pada perburuan materi namun pada proses yang menjadikan kita kuat dan mampu jika saatnya Tuhan mempercayakan kekayaan yang besar bagi kita. 


6) Bagi kita semua, Tuhan memberikan petunjuk supaya berhikmat dengan bersikap seperti Agur bin Yake yang hanya meminta bagian kekayaan yang menjadi hak kita selama di bumi. Tidak ingin miskin maupun kaya tapi sekehendak Tuhan saja (Amsal 30:7-9)
Kita dipanggil Tuhan bukan hidup demi mengumpulkan kekayaan sebab kekayaan diberikan sesuai kemudahan kehendak-Nya. Bagi kita, anak-anak Tuhan, jauh lebih baik memegang prinsip dan menghayati apa yang disampaikan Rasul Paulus dalam 1 Timotius 6:8 “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” dan “belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Filipi 4:11b). Yang bukan berarti pasrah menerima nasib namun memandang kehidupan sebagai kesempatan melayani Tuhan dan mengejar perkara-perkara kekal (bahkan harta kekal) ketimbang menyibukkan diri mengumpulkan kekayaan duniawi yang dapat hilang dan lenyap. 


7) Bagi yang benar-benar padanya Tuhan percayakan kekayaan yang besar, sadarilah Tuhan mempercayakan suatu karunia yang luar biasa beserta tanggung jawab atasnya, sebab jika tidak, hati kita akan segera terpikat, terikat dan terjerat kekayaan itu (1 Timotius 6:9b)


8) Kekayaan yang Tuhan percayakan — seberapapun itu, kecil maupun besar di mata manusia- kelak pasti akan dimintai dipertanggungjawaban di hadapan Tuhan (Yakobus 5:3; Matius 25:14-46) 


9) Kekayaan, sama seperti karunia Tuhan yang lainnya patut kita jaga dan kelola dengan semestinya. Tidak seharusnya kita menyia-nyiakan maupun memboroskannya. Lebih lanjut sudah seharusnya kita mengembangkannya bagi kemuliaan nama Tuhan. Itu sebabnya kita wajib mengetahui bagaimana menangani keuangan sesuai dengan cara Tuhan. Menabur, menabung dan menginvestasikannya merupakan cara-cara yang baik untuk mengelola kekayaan dengan cara yang benar dan tidak melanggar prinsip-prinsip kebenaran yaitu melalui cara-cara curang (2 Korintus 9:6-12; Mazmur 126:5-6; Kejadian 41:35; Amsal 6:6-8; 30:25)


10) Mempersembahkan kekayaan merupakan suatu cara menyembah dan memuliakan Tuhan. Bukan sebaliknya, menyembah Tuhan demi memperoleh kekayaan (Lukas 8:3; Kisah Para Rasul 4:34-37; 2 Korintus 8:1-5)


11) Setiap anak Tuhan yang kepadanya dipercayakan kekayaan yang besar sudah seharusnya mengetahui bahwa Tuhan hendak bekerja melalui kekayaan mereka itu untuk memuliakan Tuhan.
Jika yang tidak banyak harta diperintahkan Tuhan memuliakan Tuhan dengan harta mereka, terlebih lagi yang berharta banyak (Amsal 3:9-10; Maleakhi 3:10; Keluaran 22:29; 23:19; 35:20-29; Ulangan 26:2-15) yang melaluinya Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya terus menerus sehingga tidak akan ada kekurangan di antara umat-Nya


12) Kekayaan adalah anugerah Tuhan yang dipercayakan kepada umat-Nya demi tujuan supaya umat-Nya menjadi saksi-Nya melalui kemurahan hati mereka (Matius 5:7; Mazmur 37:25-26). Menurut pola itulah setiap kekayaan kita semestinya dipergunakan. Yaitu bukan demi kepentingan-kepentingan pribadi atau keluarga, untuk hidup secara nyaman dan mapan di dunia tetapi supaya melaluinya nama Tuhan ditinggikan dan dipermuliakan (Ulangan 7:6,12-15; Imamat 26:1-13; Ulangan 28:1-14)


13) Kebutuhan materi pekerjaan Tuhan ditanggung bersama seluruh umat Tuhan termasuk kebutuhan hidup mereka yang dipanggil secara penuh waktu melayani Tuhan (seperti kaum Lewi), yang tidak menggunakan sumber-sumber daya yang ada padanya untuk mencari penghidupan sehari-hari (1 Korintus 9:4,7-11,13-14; 2 Korintus 11:8-9; Filipi 4:15-18; 1 Timotius 5:17-18; Galatia 6:6). Termasuk di dalamnya ialah pelayanan diakonia maupun beban saudara-saudara seiman yang sedang mengalami kekurangan (2 Korintus 8; Kisah Para Rasul 11:28-30; 1 Timotius 5:3-16). Apabila jemaat tidak melakukan kewajiban ini, mereka akan mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan Tuhan. Apabila kepada sesama kita yang membutuhkan mekipun tidak seiman, kita wajib memberikan bantuan dan pertolongan (Lukas 10:25-37; Titus  3:8; Ibrani 13:16) , betapa lebih lagi kita memberikan dukungan dan bersama menanggung beban saudara-saudara di dalam Tuhan (Galatia  6:10; Ibrani 6:10; 1 Yohanes 3:17)


14) Mengenai Yabes yang memohon kelimpahan materi, sesungguhnya berbicara mengenai kuasa doa dan penyerahan diri pada Tuhan yang menjadi suatu pembalikan keadaan atas hidup seseorang dimana sesuai janji Tuhan dalam taurat bahwa jika seseorang hidup berkenan di hadapan Tuhan maka Tuhan akan memberkatinya berlimpah-limpah.  Perlu disadari bahwa kisah Yabes bukan merupakan cara yang dapat ditiru untuk meraih kekayaan-kekayaan jasmani dari Tuhan. Kisah Yabes merupakan suatu kesaksian yang lain bagi para pembaca riwayat leluhur-leluhur Israel bahwa TUHAN adalah Allah yang mematahkan kutuk dan mengadakan pemulihan atas hidup manusia. 

15) Bapa-bapa iman seperti Abraham-Ishak-Yakub bukan secara kebetulan merupakan orang-orang yang kaya.  TUHAN menampilkan orang-orang kaya sebagai yang pertama dalam iman supaya semua menjadi tahu bahwa mereka yang menaruh iman pada Tuhan tidak menggantungkan diri pada kenyataannya di dunia tapi rela melepaskan segala ketergantungan dan kepemilikan atas hartanya sekalipun mereka kaya raya. Bukti terkuat mengenai hal ini ialah kesediaan mereka Tinggal di dalam kemah, di negeri yang asing demi mempercayai janji Tuhan untuk memberikan suatu Tanah Perjanjian bagi anak cucu mereka bahkan lebih dari itu. Rela menjadi orang asing dan pendatang sebagai suatu lambang bahwa mereka menantikan suatu tanah air yang lebih baik yaitu tanah air sorgawi (Ibrani 11:13-16)

16) Menjadi kaya secara materi itu baik, namun terlebih baik kaya dalam kebajikan dan kaya harta sorgawi yaitu kaya dalam pandangan Tuhan (Matius 6:19-24; 1 Korintus 1:5; 2 Korintus 8:7; 9:8,11; 1 Timotius 6:17-19; Yakobus 2:5). Oleh sebab itu, dalam hal kekayaan rohanilah kita sebenarnya harus mengusahakannya dengan segenap hati serta keberadaan kita sebab jika banyak harta kita di sorga maka hati kita akan tertuju dan teramat rindu untuk berada di sana sebagaimana perkataan Yesus dalam Matius 6:20-21.

Kiranya setiap orang yang mengikuti panduan ini beroleh kasih karunia untuk berjalan seumur hidup di dalam kehendak Tuhan, dicukupi dan diberkati selalu penghidupannya, menjadi alat kemuliaan Tuhan di dunia sampai ia beroleh mahkota abadi di sorga. 

Salam revival! 
Tuhan Yesus memberkati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *