TELADAN PAULUS DALAM MEMBERITAKAN INJIL

Oleh: Peter B, MA
NATS : Kisah Para Rasul 17:16-34 (TB):
16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17 Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ.
18 Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: “Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?” Tetapi yang lain berkata: “Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.
19 Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: “Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini?
20 Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu.”
21 Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru.
22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
24 Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia,
25 dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.
26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,
27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
29 Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
30 Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.
31 Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
32 Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.”
33 Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka.
34 Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.
Dalam Kisah para rasul 17: 16-34 diceritakan mengenai Rasul Paulus yang untuk sementara tinggal di kota Athena dan menginjil di sana. Banyak yang dapat kita pelajari dari bagian Alkitab ini, khususnya mengenai terkait pemberitaan Injil.
Namun kita kali ini hanya akan fokus kepada bagaimana atau cara Paulus memberitakan Injil.
Sebagai pembuka, perhatikanlah fakta-fakta Alkitab berikut ini:
1) Pertama-tama, sebelum menyampaikan Injil kepada orang-orang di kota itu, Paulus merasakan suatu beban (yang muncul karena kasih Tuhan yang ada) di dalam hatinya akan jiwa-jiwa yang terhilang, yang tidak mengenal Allah yang sejati (ayat 16)
2) Ia memulai dengan bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi orang yang takut akan Allah (ayat 17)
3) Juga ia mengunjungi pusat-pusat keramaian dan berbicara dengan orang-orang di sana (ayat 17b)
4) Paulus juga mendatangi para ahli pikir Yunani di berbagai golongan untuk bersoal jawab dengan mereka (ayat 18)
5) Argumentasi Paulus membawanya kepada kesempatan yang lebih besar yaitu untuk berbicara di depan sidang mereka yang adalah kesempatan untuk didengarkan lebih banyak orang lagi (ayat 19)
6) Paulus menjelaskan imannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran yang telah ada pada mereka, tanpa merendahkan dan menjelekkan apa yang mereka percayai (ayat 23 – 31)
7) Dari reaksi para pendengarnya, kebanyakan dari mereka belum mau menerima pesan Paulus tetapi mereka tidak membenci Paulus (ayat 32)
8) Catatan ini juga memberitahukan kita bahwa Paulus tidak memaksa mereka untuk percaya tapi segera meninggalkan mereka ketika mereka menolak dia (ayat 33)
9) Di tengah medan penginjilan yang sulit, tetap ada orang-orang yang menjadi percaya, yang merupakan peneguhan dari Tuhan akan pelayanan Paulus yang seturut dengan kehendak Tuhan (ayat 34)
Merenungkan pengalaman Paulus yang dicatat dalam Kisah para rasul tersebut, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting mengenai penginjilan.
Ketika kita hendak membawa orang untuk datang mengenal Tuhan, hati kita seharusnya dipenuhi dengan kasih. Bukan dengan kekecewaan, sakit hati, kebencian atau kesombongan karena telah merasa menemukan kebenaran. Setiap penginjil digerakkan oleh kasih bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Oleh karena itulah, mereka pun menunjukkan kasih kepada jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan itu. Perkataan dan tingkah laku mereka dari hati mereka yang penuh dengan kasih agape itu. Tanpa kasih, mereka yang mendengar Injil tidak akan pernah sampai pada pengenalan akan Tuhan yang maha kasih itu, yang sudah menebus mereka dari dosa dan kematian melalui korbanNya di kayu salib.
Pada bagian lain, Paulus memberikan teladan bahwa dalam memberitakan Injil, diperlukan suatu strategi cara-cara cara yang kreatif, yang lahir dari hikmat Allah, yang juga dihubungkan dengan pengetahuan yang dikumpulkan sebelumnya mengenai orang-orang yang menjadi obyek penginjilan itu. Rekaman pengalaman Paulus di atas memberitahukan kita bahwa sebelum Paulus menyampaikan pesan-pesan Injil kepada orang-orang di Athena, ia terlebih dahulu telah mengadakan penelitian dan pengamatan yang diperlukan untuk mendapatkan pintu masuk untuk menyampaikan kabar baik dari sorga itu.
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
~ Kisah Para Rasul 17:22-23
Perhatikanlah bagaimana Paulus mengamati kehidupan orang-orang di sana lalu ia menemukan sesuatu yang dapat dijadikannya penghubung atau penyambung pembicaraan mengenai Allah yang tidak mereka kenal.
Jelas di sini Paulus sangat memperdulikan kondisi dan situasi sosial di sekitarnya sebelum menginjil serta cukup menghormati -atau setidaknya- menghindari untuk menyerang kepercayaan orang-orang yang ia injili. Semuanya menunjukkan betapa Paulus dipimpin oleh hikmat Tuhan dan tidak hanya bermodalkan semangat atau keberanian di dalam memberitakan Injil kebenaran.
Terbukti melalui cara itu, Paulus justru mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan imannya di depan lebih banyak orang lagi. Di suatu tempat yang bernama Areopagus. Suatu ruang pertemuan di dekat pasar Athena yang disediakan orang-orang Yunani waktu itu dimana pemerintah kota bersidang dan mengadili rakyatnya. Meskipun ia kemudian dilecehkan dan tetap dihina, dimana pada dasarnya memang itulah orang-orang duniawi terhadap Injil- tetapi ereka menolak pesan yang disampaikan Paulus, bukan Paulus secara pribadi.
Mengenai penjara, catatan Alkitab dalam Kisah Para Rasul maupun surat-surat Paulus menunjukkan bahwa Paulus dipenjara tanpa kesalahan yang jelas. Ia dituduh melakukan kejahatan yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan hukum pemerintahan yang berlaku pada saat itu. Sama seperti Kristus, ia dijatuhi hukuman dan harus menjalani kehidupan penjara karena fitnah, bukan karena ia melakukan sesuatu yang dipandang jahat secara sosial kemasyarakatan.
Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia,
sambil berteriak: “Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!”
Sebab mereka telah melihat Trofimus dari Efesus sebelumnya bersama-sama dengan Paulus di kota, dan mereka menyangka, bahwa Paulus telah membawa dia ke dalam Bait Allah.
Maka gemparlah seluruh kota, dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Paulus dan menyeretnya keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Allah itu ditutup.
Sementara mereka merencanakan untuk membunuh dia, sampailah kabar kepada kepala pasukan, bahwa seluruh Yerusalem gempar.
Tetapi dari antara orang banyak itu ada yang meneriakkan kepadanya ini, ada pula yang meneriakkan itu. Dan oleh karena keributan itu ia tidak dapat mengetahui apakah yang sebenarnya terjadi. Sebab itu ia menyuruh membawa Paulus ke markas.
Ketika sampai ke tangga Paulus terpaksa didukung prajurit-prajurit karena berdesak-desaknya orang banyak,
yang berbondong-bondong mengikuti dia, sambil berteriak: “Enyahkanlah dia!”
~ Kisah Para Rasul 21:27-31, 34-36
Dari nats diatas kita tahu bahwa Paulus tidak bersalah sedikitpun pada waktu ditangkap. Kegemparan yang terjadi adalah hasil dari hasutan, provokasi dan fitnah yang terjadi diantara orang-orang Yahudi. Bahkan ketika Paulus oleh para prajurit Romawi, tetap tidak ditemukan suatu kesalahan yang membuatnya pantas untuk di penjara atau dihukum mati. Itu pula yang disampaikan kepala pasukan yang kemudian hendak membawa Paulus kepada Wali negeri di kaisarea, oleh sebab orang-orang Yahudi telah berkomplot untuk membunuh Paulus:
“Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia.
Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma.
Untuk mengetahui apa alasannya mereka mendakwa dia, aku menghadapkannya ke Mahkamah Agama mereka.
Ternyatalah bagiku, bahwa ia didakwa karena soal-soal hukum Taurat mereka, tetapi tidak ada tuduhan, atas mana ia patut dihukum mati atau dipenjarakan.
~ Kisah Para Rasul 23:26-29
Sesungguhnya Paulus memiliki pedoman berdasarkan petunjuk Tuhan dalam hal memberitakan Injil. Apa yang dilakukannya di Athena, sebenarnya selaras dengan apa yang disampaikannya kepada Jemaat Korintus mengenai memberitakan Injil.
Ia menuliskan:
Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
~1 Korintus 9:19-23
Paulus mengatakan bahwa ia akan dan terus melakukan segala sesuatu yang perlu dan berguna supaya pesan Injil dapat sampai kepada semua orang dan berharap supaya sedapat mungkin ia memenangkan beberapa orang dari mereka yang belum percaya. Sesungguhnya, yang dimaksudkannya dalam kalimat “bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka” merupakan pernyataan yang menunjukkan bagaimana Paulus bukan saja berusaha menyesuaikan diri supaya dapat diterima orang-orang yang menjadi target pemberitaannya, tetapi ia pun rela merendahkan diri hingga serupa orang yang lemah atau bagaimanapun supaya ia sedapat mungkin menjadi sarana menjangkau mereka. Ia bersedia, untuk sementara waktu lamanya tidak mengikuti prinsip serta pengertiannya sendiri, sebagai orang yang merdeka dan bebas di dalam Kristus, supaya ia dapat melayani dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang hendak dibawanya kepada Tuhan.
Inilah hati dan hidup seorang penginjil sejati. Yang keseluruhannya mencerminkan cinta Tuhan dan pengorbanannya untuk menjangkau yang terhilang.
Bacalah Lukas 15.
Di sana kita dapat belajar tentang hati Tuhan yang rindu mereka yang terhilang kembali Nya.
Bukankah gembala yang baik itu rela pergi ke tempat yang jauh, naik ke bukit yang tinggi atau turun hingga ke jurang yang dalam demi menyelamatkan seekor dombanya yang hilang?
Tidakkah perempuan yang kehilangan satu dirhamnya akan mencarinya hingga ke sudut-sudut rumah, hingga ke bawah kolong perabotannya, mencarinya dengan seksama supaya dirham itu ditemukan?
Dan kita telah tahu kisah tentang Bapa yang baik, yang melihat anaknya yang hilang telah kembali, tanpa ragu atau memikirkan harga dirinya, berlari menyambut sang anak yang berniat kembali namun masih belum yakin dirinya akan diterima kembali sebagai seorang anak.
Betapa sabarnya hati Tuhan itu.
Betapa Ia rela berkorban, bersusah payah, hingga merendahkan diri agar kita dapat mengenal kasih-Nya yang tak berujung itu.
Betapa terasa dan nyata kasih-Nya bagi orang-orang yang terhilang. Ia tidak menghakimi mereka tetapi dengan hikmat-Nya, Ia menuntun mereka yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Itulah yang dilakukan oleh Yesus ketika Ia duduk dan makan bersama-sama pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal. Ia tidak menyombongkan diri dan menghujat mereka sebagai orang-orang bejat dan berdosa yang layak dihakimi dan dihukum, tetapi Ia menunjukkan penerimaan dan kasih sayang tanpa syarat, jika mereka mau meninggalkan dosa-dosa mereka untuk hidup dalam hidup yang baru. Suatu kebalikan total dari para ahli agama taurat yang menjauhi mereka, mengatai-ngatai mereka bahkan mengutuk mereka atas dosa-dosa mereka seolah tiada lagi pintu kesempatan bagi mereka.
Biarlah kita yang mengetahui ini, minta supaya kepada kita diberikan hati yang penuh kasih. Yang rela merendahkan diri dan melayani jiwa-jiwa yang terhilang sampai mereka merasakan sentuhan kasih Tuhan di dalam hidup mereka.
Jika ada aniaya atau penderitaan yang harus kita terima, biarlah itu bukan karena perkataan dan perbuatan kita yang buruk, yang menjadi batu sandungan, atau yang merendahkan dan melecehkan orang lain, lebih-lebih mereka yang belum percaya, tetapi semata-mata karena kita harus menanggungnya sebagai saksi-saksi yang hidup secara murni di hadapan Tuhan dan manusia. Di sanalah nyata bahwa roh kemuliaan ada atas kita.
Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,
maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
~ 1 Petrus 2:12-17 (TB)
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.
~ 1 Petrus 3:15-17
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.
Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.
1 Petrus 4:14-15,19
Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *