Selagi kita belajar
bahwa kekayaan bendawi tidak pernah dapat menjadi jaminan bagi kita,
kita perlu berhati-hati dan waspada supaya jangan sampai kita
mengadopsi pemikiran yang ekstrim akibat salah menafsirkan maksud
Tuhan dalam firman-Nya.
Menjadikan Tuhan sebagai rasa aman
BUKAN BERARTI melakukan hal-hal seperti yang disebutkan berikut ini
:
– Tidak lagi bekerja keras dan mencari nafkah untuk hidup
sehari-hari lalu mengisi keseharian mayoritas dengan menghadiri
acara-acara rohani, mengisi waktu sepanjang hari hanya dengan
menaikkan doa-doa dan bernyanyi-nyanyi memuji Tuhan maupun menjari
sibuk dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dalam sebagian besar waktu
yang ada. Jika memang Tuhan menghendaki demikian yaitu supaya kita
fokus melayani Tuhan, itu baik dan tepat namun tidak berarti cara
hidup yang demikian yang harus dijalani oleh semua orang percaya
–
Menolak setiap dukungan atau pemikiran mengenai keuangan sebagai
sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Tuhan tidak ingin
kita fokus pada kekayaan materi, tetapi bukan mengabaikan dan
menolaknya sama sekali untuk lalu menjalani hidup sebagai orang-orang
miskin dan pertapa-pertapa
– Melarang penarikan persembahan
keuangan dari jemaat atau bersikap menolak pemberian materi yang
tulus dari jemaat untuk kepentingan pelayanan. Justru sebaliknya,
karena tidak fokus kepada pencarian akan harta benda, hamba-hamba
Tuhan harus hidup sewajarnya (bukan bermewah-mewahan) karena mereka
hidup dari dukungan jemaat yang tentunya telah berkorban merelakan
sebagian nafkahnya untuk memberkati pekerjaan Tuhan
Pada
sisi lain, tidak fokus pada pencarian kekayaan demi memperoleh rasa
aman darinya itu ditunjukkan dalam sikap
dan perilaku :
1) Tidak menjadi serakah atau tamak,
sehingga mengerahkan seluruh yang ada padanya demi memperoleh
keuntungan materi sebanyak-banyaknya, apalagi dengan menghalalkan
segala cara
2) Menjadikan pencarian akam perkenan dan
kehendak Tuhan sebagai hal yang paling utama dalam hidup,
termasuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari sewaktu berkecimpung
di dunia bisnis sekluer yang berkaitan dengan keuntungan-keuntungan
materi. Di setiap langkah dan keputusan bisnis, yang tidak fokus pada
kekayaan materi akan selalu mengarahkan dan membuka hatinya terhadap
pimpinan Tuhan yang pasti menuntun pada jalan yang terbaik
3)
Dalam gereja dan pelayanan pekerjaan Tuhan, tidak berulang kali
menggemakan pesan-pesan yang berkesan meminta dukungan keuangan dari
jemaat sebagai salah satu pesan utama, yang kerapkali disampaikan
dengan berbagai cara. Pesan-pesan tersebut tampak rohani namun
kemudian terbukti manipulatif seperti misalnya menyampaikan
pengajaran berulang kali dengan penekanan pada pesan-pesan perpuluhan
dan persembahan, mengulas dan mendoakan berkali-kali janji-janji
Tuhan khususnya berkat-berkat jasmani dan ganjaran bagi yang suka
memberi, mengajarkan supaya memberikan dukungan materi secara
besar-besaran dengan alasan memberikan yang terbaik bagi Tuhan, yang
nyatanya tidak seimbang dengan pesan-pesan mengenai membayar harga
ketaatan dan persembahan hidup kepada Tuhan.
4) Tidak
terikat pada kekayaan materi namun hatinya tertambat serta tertuju
pada Tuhan dan kehendak-Nya dalam hidup. Ini sedikit banyak
digambarkan dalam ayat berikut ini :
Peringatkanlah agar
mereka itu (yaitu orang-orang kaya sebagaimana disebutkan di ayat
sebelumnya:)
berbuat baik
menjadi kaya dalam kebajikan,
suka
memberi dan membagi
dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta
sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk
mencapai hidup yang sebenarnya.
Orang-orang kaya
seharusnya menggunakan kelimpahan harta duniawinya untuk
mempersiapkan dan mengumpulkan harta yang kekal di sorga alih-alih
menghabiskan tahun-tahun hidupnya menimbun kekayaan yang bisa jadi ia
sendiri tidak pernah menggunakannya.
5) Tidak berpikir dan
bertindak seolah-olah pekerjaan Tuhan hanya dapat diadakan dengan
biaya yang besar. Benar bahwa pekerjaan Tuhan membutuhkan dana
namun penekanan bahwa hanya oleh karena ada dana yang disediakan dan
ada yang menyandang dana saja maka pekerjaan Tuhan dapat
dilangsungkan merupakan pikiran yang lebih fokus pada harta ketimbang
pada kuasa Tuhan.
Saya ingin menutup semua ini dengan kisah
Naaman, seorang panglima kerajaan Aram yang terkena kusta. Dalam 2
Raja-raja 5 disebutkan bahwa ia seorang yang terpandang, kesayangan
dan kepercayaan rajanya. Tentang kekayaan tidaklah diragukan lagi.
Singkat cerita, demi menyembuhkan sakitnya Naaman datang kepada Nabi
Elisa dan sama seperti kebanyakan orang kaya atau orang-orang yang
status sosialnya tinggi, ia merasa terhina saat sang nabi tidak mau
menemuinya secara langsung dan hanya memberikan perintah melalui
seorang suruhan untuk mandi di sungai Yordan tujuh kali. Atas nasihat
pegawai-pegawainya (yang ternyata lebih bijak daripada sang tuan
karena hati mereka tidak seangkuh Naaman) maka Naaman pun bersedia
mandi di sungai Yordan. Ia pun mengalami mujizat dan sembuh sama
sekali.
Selanjutnya adalah bagian yang berkaitan dengan
pembahasan kita. Naaman sebelumnya sudah menyediakan suatu upah yaitu
sejumlah harta benda yang besar bagi Elisa. Tidak main-main. Sepuluh
talenta perak, 6000 syikal emas, dan 10 potong pakaian. Semuanya
hendak diberikan pada Elisa. Namun Elisa tidak mau menerimanya
sedikitpun. Bukan karena Elisa selalu bersikap demikian tetapi, saya
sangat yakin, ini karena Tuhan yang memerintahkan demikian demi
tujuan menguji motif bujang Elisa (lebih-lebih setelah belakangan
diketahui bahwa bujang Elisa, Gehazi ternyata tergiur dengan harta
pemberian itu sehingga memilih Naaman).
Di sini kita
melihat :1- Harta yang banyak tidak mampu menolong
ketika seseorang sampai pada suatu situasi kehidupan dimana harta
seberapapun banyaknya tak mampu berbuat apa-apa. Naaman dengan
segala jabatan, kehormatan, kedudukan dan kekayaannya harus mencari
Tuhan sebagai solusi bagi problem hidupnya yang tak mampu diatasi
oleh kelimpahan kekayaannya.
2- Orang yang celik mata
rohaninya akan memuliakan Tuhan lebih daripada harta. Baginya
memiliki Tuhan jauh lebih berharga daripada memiliki segala harta.
Yang terbuka mata hatinya akan menyadari bahwa tidak ada yang lebih
berharga selain dimiliki Tuhan, mengenal Dia dan menyembah Dia seumur
hidupnya.
3- Hamba Tuhan sejati (seperti Elisa) dapat
dikenali dari sikapnya terhadap harta benda. Ia tidak silau oleh
harta, tidak mencari dukungan materi, namun mengutamakan mencari
tahu kehendak Tuhan lebih daripada apapun juga. Bahkan ketika
kehendak Tuhan itu tidak memberikannya keuntungan secara materi. Ini
berbeda dengan hamba Tuhan palsu dengan motif-motif tidak murni
seperti yang ditunjukkan oleh Gehazi. Mengatasnamakan Elisa, para
nabi, dan pekerjaan Tuhan bujang Elisa itu menipu Naaman demi
memperoleh sebagian harta yang dibawa Naaman dan yang sebelumnya
ditolak Elisa itu (lihat 2 Raja-raja 5:22-23).
4) Rasa aman
sejati ialah dengan tinggal di dalam Tuhan dan kehendak-Nya.
Bukan di dalam keadaan limpah keuangan dan harta benda. Hidup Elisa
yang semula kaya raya namun kemudian dijalani dengan sederhana
sebagai hamba Tuhan (bukan sebaliknya yang semula sederhana lalu
menjadi mewah setelah menjadi hamba Tuhan!) menggambarkan betapa
hidup Elisa meskipun tidak berlimpah harta namun Tuhan senantiasa
menjadi pertolongan, perlindungan, dan solusi secara ajaib bagi orang
yang mau hidup mengabdi dengan tulus kepada-Nya.
Akhir kata
dari semuanya, biarlah fokus kita bukan pada apa yang kelihatan namun
yang tidak terlihat. Bukan pada yang di bumi tapi yang di sorga.
Bukan pada yang sementara namun yang kekal. Bukan pada yang dapat
hilang dan rusak tetapi pada yang tak dapat dirusakkan atau
berkurang.
Biarlah fokus kita tertuju pada harta yang rohani
dan sorgawi jauh melebihi keterikatan dan cinta pada yang duniawi.
Oh betapa rindunya kita berjumpa Tuhan dan diam di rumah
Tuhan sepanjang masa jika seluruh harta kita tersimpan di sana.
Tapi,
betapa celakanya orang yang terikat pada hartanya di bumi
sampai-sampai ia terjerat pada perkara-perkara di dunia, tak berminat
akan sorga dan Tuhan. Seperti istri Lot, ia menjadi tiang garam dan
binasa.
Biarlah harta kita berlimpah ruah di sorga.
Sebab
dimana harta kita berada, di sana pula hati kita berada!
Dalam
terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di Ladang Tuhan
Ini bukan kebetulan saya baca,tapi memang rencana tuhan kepada saya..amin God bless you