“Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” (Mazmur 16:2).
“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku,…” (Mazmur 16:5)
Dalam salah satu angket yang diadakan sebuah surat kabar harian terkemuka di Surabaya beberapa bulan lampau pernah dimuat suatu hasil polling yang menarik. Angket tersebut menanyakan kepada sebagian kaum muda di Surabaya mengenai perlu tidaknya aktivitas yang disebut pacaran. Hasil akhir polling tersebut menunjukkan bahwa hampir 80-90% kaum muda di Surabaya mengatakan bahwa pacaran itu perlu. Sewaktu membaca hasil polling tersebut pertanyaan yang terus berkecambuk dipikiran saya adalah: mengapa sebagian besar kaum muda beranggapan bahwa berpacaran itu perlu? Terhadap pertanyaan ini sepertinya saya tidak perlu terlalu lama menunggu jawabannya. Dengan melihat pada sifat dasar manusia, kita akan menemukan jawaban. Jawabannya: setiap pribadi senang untuk merasa diinginkan, diterima, dan diharapkan oleh seseorang! Ya, tidak ada seorang pun yang senang untuk ditolak. Demikian pula pribadi yang teragung itu, Allah semesta alam. Ia merasa sedih jika ditolak apalagi oleh ciptaanNya sendiri yang sangat dikasihiNya. Tetapi … adakah yang sangat menginginkan Dia lebih daripada apapun di dunia ini?
Jika kita bisa memiliki apa saja, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri mengenai perkara terbaik apa yang akan kita pilih sebagai milik dan bagian kita? Ada banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Ada yang menjawab seluruh harta dunia, nama yang terkenal, ataupun gadis-gadis tercantik di dunia. Tetapi jika kita bertanya kepada Daud, apa yang akan dipilihnya sebagai milik dan bagiannya? Mazmur 16 memberitahukan kita: Daud akan memilih Allah sebagai bagiannya, sebagai warisannya, dan milik pusakanya yang paling berharga. Inilah yang membuat Allah sangat berkenan kepada Daud. Di muka bumi ini, pada zaman itu, Allah melihat tidak ada seorang pun yang sangat menginginkan Dia seperti Daud. Daud tidak mau yang lain selain Allahnya. Dibandingkan Allahnya tidak ada yang cukup berarti dan berharga baginya. Inilah hati seorang penyembah yang sejati.
Darimanakah kita dapat mengetahui kalau kita sudah menjadikan Tuhan sebagai bagian kita? Dari kehidupan Daud kita dapat melihat lebih jauh. Beberapa ciri-ciri apabila kita telah menjadikan Dia sebagai bagian dan milik kita yang paling berharga adalah:
1. MENYUKAI DAN MENGASIHI SEGALA SESUATU YANG BERASAL DARI TUHAN
“Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (Mazmur 16:3). Jika Tuhan menjadi bagian kita maka kita juga akan menerima dan mengasihi segala sesuatu yang berasal dari Dia. Dalam hubungan kita dengan Tuhan, tanda ini sangat penting. Kita dengan cepat dapat mengenali apakah seseorang sungguh-sungguh menginginkan Dia dari ciri ini. Mereka yang tidak menginginkan Dia di atas segalanya pasti tidak pernah mau peduli segala hal mengenai Tuhan. Tetapi sebaliknya, mereka yang menjadikan Dia sebagai yang terutama dan segala-galanya maka semua perkara yang berkaitan dan berasal dari Dia menjadi kesukaanya. Seperti halnya seorang penggemar atau fans seorang bintang tenar. Segala sesuatu yang berasal dan berkenaan dengan sang idola menjadi penting dan juga menjadi kesukaannya yang terdalam.
Daud pun demikian. Sejak ia menjadikan Tuhan sebagai bagiannya, orang-orang saleh menjadi kesukaannya. Dahulu mungkin ia tidak suka kepada para saleh ini, tetapi kini mereka menjadi kesukaannya (bandingkan dengan 1 Yoh 5:1). Pergaulannya berubah. Cara pandangnya berubah. Kesukaannya berubah. Apa yang dahulu menjadi kebencian kini menjadi kesukaan, dan apa yang dahulu menjadi kesukaan kini tidak berarti lagi. Dalam perjanjian Baru, hal ini diutarakan begitu indah dan gamblang oleh Rasul terkenal itu,“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Fil 3:7-8). Bagi Paulus, perkara-perkara dunia telah pudar daya tariknya dibandingkan Kristus dan pengenalan akan Dia. Ia begitu haus, begitu lapar, begitu terpesona akan segala hal yang “berbau” Kristus. Sudahkah kita begitu menginginkan Dia hingga kita rela menyisihkan segala sesuatu yang lain demi memperoleh Dia dan hanya Dia saja?
2. TUNDUK DAN MENYEMBAH HANYA KEPADA TUHAN SAJA
“Bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku” (Mazmur 16:4) . Salah satu kisah yang paling dramatis yang pernah ditulis di Alkitab adalah kisah mengenai 3 pemuda Israel yang dibuang ke Babel. Ketiga pemuda ini adalah sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sewaktu Raja Babel, Nebukadnezar, mengadakan perayaan besar, sebuah patung didirikan untuk kebesaran namanya. Lebih jauh lagi, Nebukadnezar memerintahkan seluruh pembesar dan bupatinya untuk menyembah patung itu. Tiga pemuda yang merupakan bupati-bupati di Babel ternyata sama sekali tidak mau tunduk dan menyembah. Seperti telah diduga kemudian, hukuman menanti dan mereka bertiga siap dijebloskan kedalam dapur api (yang dipanaskan 7 kali lipat). Tetapi terhadap Allah yang sejati, Yahweh , Allah Israel, mereka telah menyerahkan hidup mati mereka. Jawaban mereka dapat membuat kita sangat malu, “jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan. 3:17-18). Masih adakah komitmen dan kesetiaan seperti ini kepada Tuhan?
Jawaban 3 pemuda tadi senada dengan yang disampaikan Daud. Bagi para penyembah sejati, menyimpang dari penyembahan yang sejati dan beralih pada penyembahan yang palsu baik patung-patung berhala, agama-agama palsu, maupun benda-benda duniawi hanya berakibat kesengsaraan yang kekal. Mereka yang tidak sungguh menjadikan Tuhan sebagai bagian mereka akan mudah berganti haluan dan kembali kepada dunia dan kesenangannya yang semu. Komitmen para penyembah sejati kepada Tuhan telah mantap dan pasti. Tiada lagi ruang yang tersisa di hati mereka. Semuanya telah bulat dipenuhi oleh Tuhan saja. Hanya bagi Tuhan saja.
KEKUATIRAN DIGANTI DENGAN IMAN DAN HARAPAN
Salah satu dampak bagi mereka yang menjadikan Tuhan sebagai bagian mereka adalah bahwa mereka TIDAK LAGI KUATIR AKAN HARI ESOK. Dengarkanlah kegembiraan Daud dalam harapan yang baru: “…Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jauh bagiku di tempat-tempat yang permai;…”(Mazmur 16:5-6).
Inilah yang disebut bahwa memiliki dan mengenal Tuhan berarti juga memiliki segala-galanya. Pertemuan pribadi dengan Tuhan adalah salah satu saat yang paling berkesan dalam hidup para penyembah sejati. That is the most im pressive experience man’s ever had. Sungguh pertemuan yang tak terlupakan. Sejak detik itulah segala-galanya berubah. Penuh kedamaian. Penuh sukacita. Limpah dengan syukur. Terbit harapan baru. Paulus mengungkapkannya dengan indah, “jadi siapa yang ada di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang(2 Kor 5:17). Inilah hidup yang baru. Awal yang baru dimulai. Segala sesuatunya kini tidak lagi dilakukan sendiri. Bersama Kristus kita menatap masa depan. Bersama-sama dengan Kristus tidak ada yg perlu di kuatirkan lagi. Kekuatiran-kekuatiran hidup yang tidak pernah berhenti bermunculan dan mengganggu, perlahan-lahan mulai sirna diganti dengan iman percaya bahwa dalam Kristus ada masa depan yg indah.
Seluruh harta dunia sekali pun tidak akan bisa mengusir kekuatiran. Resah dan gelisah adalah hasil persekutuan dengan dunia. Tetapi dalam hidup bersama Kristus dan tinggal dekat Allah, kita merasa aman (Mazmur 62:1,5). Bukankah masa hidup kita di tanganNya? Bukanlah Ia berjanji memelihara kita? Bukankah Ia berjanji memberikan masa depan yang penuh harapan? Dahulu kita sesat seperti domba, tetapi kini kita telah menemukan tempat perhatian. Bertemu dengan gembala dan pemeliharaan jiwa kita (1Petrus 2:25). Apalagi yang perlu kita takutkan? Justru tanpa Dia hidup menjadi sia-sia. Dengan bangga kita dapat berdiri dan berkata kepada dunia, “Jika Allah di pihakku siapakah yang akan melawanku…?” (Roma 8:31). Percayalah, saudara-saudaraku, kita akan mengalahkan dunia. Bersama Kristus perkara besar ada di depan mata!