THE LORD IS MY PORTION


RENUNGAN DARI MAZMUR 16
Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Aku berkata kepada TUHAN:
“Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” (Mazmur 16:2).
“Ya TUHAN, Engkaulah bagian
warisanku dan pialaku,…” (Mazmur 16:5)
Dalam salah satu angket yang
diadakan sebuah surat kabar harian terkemuka di Surabaya beberapa bulan lampau
pernah dimuat suatu hasil polling yang menarik. Angket tersebut menanyakan
kepada sebagian kaum muda di Surabaya mengenai perlu tidaknya aktivitas yang
disebut pacaran. Hasil akhir polling
tersebut  menunjukkan bahwa hampir 80-90%
kaum muda di Surabaya mengatakan bahwa pacaran itu perlu. Sewaktu membaca hasil
polling tersebut pertanyaan yang terus berkecambuk dipikiran saya adalah:
mengapa sebagian besar kaum muda beranggapan bahwa berpacaran itu perlu?
Terhadap pertanyaan ini sepertinya saya tidak perlu terlalu lama menunggu jawabannya.
Dengan melihat pada sifat dasar manusia, kita akan menemukan jawaban.
Jawabannya: setiap pribadi senang untuk merasa diinginkan, diterima, dan diharapkan
oleh seseorang! Ya, tidak ada seorang pun yang senang untuk ditolak. Demikian
pula pribadi yang teragung itu, Allah semesta alam. Ia merasa sedih jika
ditolak apalagi oleh ciptaanNya sendiri yang sangat dikasihiNya. Tetapi …
adakah yang sangat menginginkan Dia lebih daripada apapun di dunia ini?
 Jika kita bisa memiliki apa
saja, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri mengenai perkara terbaik
apa yang akan kita pilih sebagai milik dan bagian kita? Ada banyak jawaban
untuk pertanyaan ini. Ada yang menjawab seluruh harta dunia, nama yang
terkenal, ataupun gadis-gadis tercantik di dunia. Tetapi jika kita bertanya
kepada Daud, apa yang akan dipilihnya sebagai milik dan bagiannya? Mazmur 16
memberitahukan kita: Daud akan memilih
Allah sebagai bagiannya, sebagai warisannya, dan milik pusakanya yang paling
berharga
.
Inilah yang membuat Allah sangat berkenan kepada Daud.
Di muka bumi ini, pada zaman itu, Allah melihat tidak ada seorang pun yang
sangat menginginkan Dia seperti Daud. Daud tidak mau yang lain selain Allahnya.
Dibandingkan Allahnya tidak ada yang cukup berarti dan berharga baginya. Inilah
hati seorang penyembah yang sejati.
Darimanakah kita dapat
mengetahui kalau kita sudah menjadikan Tuhan sebagai  bagian kita? Dari kehidupan Daud kita dapat
melihat lebih jauh. Beberapa ciri-ciri apabila kita telah menjadikan Dia
sebagai bagian dan milik kita yang paling berharga adalah: 
1. MENYUKAI
DAN MENGASIHI SEGALA SESUATU YANG BERASAL DARI TUHAN
“Orang-orang kudus yang ada
di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (Mazmur
16:3). Jika Tuhan menjadi bagian kita maka kita juga akan menerima dan
mengasihi segala sesuatu yang berasal dari Dia. Dalam hubungan kita dengan
Tuhan, tanda ini sangat penting. Kita dengan cepat dapat mengenali apakah
seseorang sungguh-sungguh menginginkan Dia dari ciri ini. Mereka yang tidak
menginginkan Dia di atas segalanya pasti tidak pernah mau peduli segala hal
mengenai Tuhan. Tetapi sebaliknya, mereka yang menjadikan Dia sebagai yang
terutama dan segala-galanya maka semua perkara yang berkaitan dan berasal dari
Dia menjadi kesukaanya. Seperti halnya seorang penggemar atau fans seorang
bintang tenar. Segala sesuatu yang berasal dan berkenaan dengan sang idola
menjadi penting dan juga menjadi kesukaannya yang terdalam.
Daud pun demikian. Sejak ia
menjadikan Tuhan sebagai bagiannya, orang-orang saleh menjadi kesukaannya.
Dahulu mungkin ia tidak suka kepada para saleh ini, tetapi kini mereka menjadi
kesukaannya (bandingkan dengan 1 Yoh 5:1). Pergaulannya berubah. Cara
pandangnya berubah. Kesukaannya berubah. Apa yang dahulu menjadi kebencian kini
menjadi kesukaan, dan apa yang dahulu menjadi kesukaan kini tidak berarti lagi.
Dalam perjanjian Baru, hal ini diutarakan begitu indah dan gamblang oleh Rasul
terkenal itu,”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang
kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,” (Fil 3:7-8). Bagi Paulus, perkara-perkara dunia
telah pudar daya tariknya dibandingkan Kristus dan pengenalan akan Dia. Ia
begitu haus, begitu lapar, begitu terpesona akan segala hal yang “berbau”
Kristus. Sudahkah kita begitu menginginkan Dia hingga kita rela menyisihkan
segala sesuatu yang lain demi memperoleh Dia dan hanya Dia saja?
2. TUNDUK DAN
MENYEMBAH HANYA KEPADA TUHAN SAJA
“Bertambah besar kesedihan
orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan
korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama
mereka di bibirku” (Mazmur 16:4) . Salah satu kisah yang paling dramatis yang
pernah ditulis di Alkitab adalah kisah 
mengenai 3 pemuda Israel yang dibuang ke Babel. Ketiga pemuda ini adalah
sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sewaktu Raja Babel, Nebukadnezar, mengadakan
perayaan besar, sebuah patung didirikan untuk kebesaran namanya. Lebih jauh
lagi, Nebukadnezar memerintahkan seluruh pembesar dan bupatinya untuk menyembah
patung itu. Tiga pemuda yang merupakan bupati-bupati di Babel ternyata sama
sekali tidak mau tunduk dan menyembah. Seperti telah diduga kemudian, hukuman
menanti dan mereka bertiga siap dijebloskan kedalam dapur api (yang dipanaskan
7 kali lipat). Tetapi terhadap Allah yang sejati, Yahweh , Allah Israel, mereka
telah menyerahkan hidup mati mereka. Jawaban mereka dapat membuat kita sangat
malu, “jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan
melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu,
ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa
kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu.” (Dan. 3:17-18). Masih adakah komitmen dan kesetiaan
seperti ini kepada Tuhan?
Jawaban 3 pemuda tadi senada
dengan yang disampaikan Daud. Bagi para penyembah sejati, menyimpang dari
penyembahan yang sejati dan beralih pada penyembahan yang palsu baik
patung-patung berhala, agama-agama palsu, maupun benda-benda duniawi hanya
berakibat kesengsaraan yang kekal. Mereka yang tidak sungguh menjadikan Tuhan
sebagai bagian mereka akan mudah berganti haluan dan kembali kepada dunia dan
kesenangannya yang semu. Komitmen para penyembah sejati kepada Tuhan  telah mantap dan pasti. Tiada lagi  ruang yang tersisa di hati mereka. Semuanya
telah bulat dipenuhi oleh Tuhan saja. Hanya bagi Tuhan saja.
KEKUATIRAN
DIGANTI DENGAN IMAN DAN HARAPAN
Salah satu dampak bagi
mereka yang menjadikan Tuhan sebagai bagian mereka adalah bahwa mereka TIDAK LAGI KUATIR AKAN HARI ESOK. Dengarkanlah
kegembiraan Daud dalam harapan yang baru: “…Engkau sendirilah yang meneguhkan
bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jauh bagiku di tempat-tempat yang
permai;…(Mazmur 16:5-6).
Inilah yang disebut bahwa
memiliki dan mengenal Tuhan berarti juga memiliki segala-galanya. Pertemuan
pribadi dengan Tuhan adalah salah satu saat yang paling  berkesan dalam hidup para  penyembah sejati. That is the most im pressive experience man’s ever had. Sungguh
pertemuan yang tak terlupakan. Sejak detik itulah segala-galanya berubah. Penuh
kedamaian. Penuh sukacita. Limpah dengan syukur. Terbit harapan baru. Paulus
mengungkapkannya dengan indah, “jadi siapa yang ada  di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang(2 kor 5:17). Inilah
hidup yang baru. Awal yang baru dimulai. Segala sesuatunya kini tidak lagi
dilakukan sendiri. Bersama Kristus kita menatap masa depan. Bersama-sama dengan
Kristus tidak ada yg perlu di kuatirkan lagi. Kekuatiran-kekuatiran hidup yang
tidak pernah berhenti bermunculan dan mengganggu, perlahan-lahan mulai sirna
diganti dengan iman percaya bahwa dalam Kristus ada masa depan yg indah.
Seluruh harta dunia sekali
pun tidak akan bisa mengusir kekuatiran. Resah dan gelisah adalah hasil
persekutuan dengan dunia. Tetapi dalam hidup bersama Kristus dan tinggal dekat
Allah, kita merasa aman (Mazmur 62:1,5). Bukankah masa hidup kita di tanganNya?
Bukanlah Ia berjanji memelihara kita? Bukankah Ia berjanji memberikan masa
depan yang penuh harapan? Dahulu kita sesat seperti domba, tetapi kini kita
telah menemukan tempat perhatian. Bertemu dengan gembala dan pemeliharaan jiwa
kita (1 pet 2:25). Apalagi yang perlu kita takutkan? Justru tanpa Dia hidup
menjadi sia-sia. Dengan bangga kita dapat berdiri dan berkata kepada dunia,
“Jika Allah di pihakku siapakah yang akan melawanku…?” (Rm 8:31). Percayalah,
saudara-saudaraku, kita akan mengalahkan dunia. Bersama Kristus perkara besar
ada di depan mata!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *