TIDAK SALAH MENILAI DIRI (Bagian 2)

Belajar Dari Kesalahan Jemaat Laodikia

Oleh Peter B, MA
Ayat Hari Ini : 
Wahyu 3:15-18 (TB)
15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Selain Petrus, ada satu jemaat yang disebut-sebut mempunyai masalah yang dalam hal salah menilai diri. 
Jemaat itu dicatat dalam kitab Wahyu sebagai salah satu jemaat yang mendapatkan teguran paling keras dari Yesus, Sang Kepala Jemaat. 
Gereja itu adalah gereja Laodikia (Wahyu 3:14-22).
Dalam nats yang sudah dicantumkan di atas, dikatakan bahwa mereka menyangka diri mereka itu kaya, tidak kekurangan apa-apa, semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah yang serius pada diri mereka menurut pandangan mereka (ayat 17).
Sebaliknya, Tuhan tidak melihat demikian. Tuhan melihat bahwa sejatinya mereka itu melarat, malang, miskin, buta dan telanjang!
Malahan sebelumnya, Yesus berkata bahwa mereka itu suam-suam kuku secara rohani. Tidak jelas apakah mereka di pihak Tuhan atau tidak. Mereka setengah-setengah dalam hidup rohaninya. Separuh hati bagi Tuhan. Meski begitu, mereka berharap (dan mungkin juga merasa) Tuhan pasti menerima mereka. 
Kenyataannya, Yesus menolak mereka. Ia akan memuntahkan mereka dari diri-Nya. Suatu tanda penolakan dan sikap tidak menerima keberadaan mereka yang demikian. 
Itu karena mereka salah menilai diri. Apa yang mereka lihat dan nilai tentang diri mereka TIDAK SAMA dengan yang Tuhan lihat. Mereka salah sangka. Terlalu tinggi menilai diri mereka. Mereka menipu diri, sadar atau tanpa sadar. Itulah mengapa Tuhan memberikan teguran yang keras, bahkan sangat keras, bagi mereka. 
MENGAPA BISA SALAH MENILAI DIRI?
Dalam Wahyu 3:18, Yesus secara tersirat menunjukkan mengapa mereka sampai bisa keliru menilai dirinya. 
_maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Mereka kekurangan 3 hal yang disebutkan Yesus ini :
1) emas yang telah dimurnikan dalam api;
2) pakaian putih;

3) salep untuk mata (yang diterjemahkan sebagai minyak dalam Alkitab Indonesia)
Apakah makna tiga hal ini? 
Bagaimana bisa, kekurangan akan ketiga hal ini membuat kita meleset menilai diri kita apa adanya seperti yang di hadapan Tuhan?
Ketiga hal di atas merupakan perlambang. Simbol² akan sesuatu yang sifatnya rohani. Tiga perkara itulah yang tidak ada dalam hidup orang percaya yang tak mampu menilai diri dengan tepat. 
Seperti sudah dibahas di bagian 1, kegagalan menilai diri berujung pada kesesatan rohani dan berpotensi murtad, menyangkal serta meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Berkenaan dengan jemaat Laodikia ini ditegaskan lebih lagi akan dampk yang bisa terjadi. Mereka yang salah menilai diri akan men­jadi Kristen suam-suam kuku, tidak berdampak selama di dunia ini, tak menjadi bagian dari tubuh Kristus. Ia akan dimuntahkan keluar. 
1- Emas Murni Yang Tidak Dimiliki
• Emas adalah lambang sesuatu yang sangat berharga. Lebih² emas yang murni, yang sudah dipisahkan dari segala noda dan elemen lain. Harganya adalah harga emas semata. Sangat mahal karena kemurniannya. 
• Emas yang dimurnikan dalam api adalah lambang keotentikan/keaslian dari suatu iman yang teruji dan murni (lihat Ayub 23:10). 1 Petrus 1:7 bahkan mengatakan bahwa iman yang teruji itu lebih berharga dari emas! 
• Jemaat Laodikia diperintahkan untuk memiliki (perintah sebenarnya adalah”membeli” -yang nanti akan dijelaskan belakangan) emas yang dimurnikan ini. Itu berarti mereka tidak memilikinya. Jika mereka merasa sudah kaya sebelumnya, itu bukan kaya yang sesungguhnya. Mereka merasa kaya karena terlihat kaya, tampaknya memiliki sesuatu yang berharga, yaitu memiliki emas tapi tidak murni. Emas mereka imitasi. Perhiasan mereka palsu. Itu sebabnya mereka perlu mempunyai emas yang sejati. Supaya benar² kaya. 
• Tidak memiliki emas murni tapi merasa kaya adalah lambang dari kehidupan rohani yang terlihat baik permukaannya. Tampak berharga dan bernilai tapi kenyataannya? Sebagian besarnya atau kesemuanya tak berarti.
Dari mana kita tahu kualitas sesungguhnya dari rohani kita? DARI PENGUJIAN TERHADAP KUALITAS YANG TAMPAK SEPERTI EMAS ITU. 
Itu artinya, kerohanian yang sejati dan benar di pandangan Allah harus diletakkan dalam konteks praktek sehari-hari, dalam melaksanakannya, dalam bagian dan tahap yang paling berat dan sukar : dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari, dalam menghadapi tantangan mempertahankan dan memperjuangkan iman, dalam melihat melalui persepktif Tuhan dan menggunakan cara Tuhan meresponi apa yang terjadi atas kita dan sekitar kita. 
Emas yang teruji dalam api adalah lambang dari kehidupan rohani yang sejati di hadapan Tuhan, HIDUP YANG MENJADI PELAKU FIRMAN. 
Dalamnya, firman Tuhan bukan sekedar sesuatu yang dikhotbahkan atau dicerita-ceritakan. Bukan pula sesuatu yang suka dikutip dan disebut-sebut saja dalam pembicaraan. Firman itu harus dihidupi. Harus menghasilkan dan melahirkan suatu hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan. 
Hidup yang dikenan Tuhan adalah hidup orang² yang tidak sekedar mendengarkan, menyimak dan menaruh perhatian pada pengajaran firman tapi MEMPRAKTEKKANNYA dalam hidup sehari-hari. Saat badai, banjir, atau gelombang besar menerjang, rumah yang dibangun di atas batu itu akan bertahan (Matius 7:24-25). Itulah orang yang imannya teruji karena mereka telah melatih dan membuktikan iman mereka di keseharian mereka.
Kesimpulannya, emas yang teruji adalah kerohanian yang sejati, yang bukan hanya sekedar tampak rohani dan saleh tapi benar² mendarah daging. Dari hati, pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan, cara dan gaya hidup semuanya dikerjakan seturut kehendak Tuhan.
• Tidak memiliki emas yang teruji dengan api atau emas yang murni sama dengan tidak memiliki hidup rohani yang benar di hadapan Tuhan. Hidup rohaninya palsu. Di pandngan Tuhan, itu sebennarnya merupakan kehidupan rohani yang miskin dan melarat. Hanya kelihatannya saja kaya dan hebat tapi sesungguhnya tidak memiliki sesuatupun yang berharga di hadapan Tuhan. Hidup rohani yang demikian harus diubah total. Harus disucikan dan dimurnikan. 
Setiap orang yang hidup rohaninya abal-abal harus datang kepada Tuhan untuk mengganti kepalsuan dirinya dengan yang murni dan sejati. Ia harus menetapkan dalam hatinya bahwa perkara/perkara rohani bukan sekedar menjadi aksesoris dan hiasan di depan orang. Tetapi hidup yang bermutu, dalam wujud manusia baru di daam Kristus.
• Ketiadaan emas murni membawa efek penipuan diri. Kerohanian palsu membuat jiwa manusia menjadi angkuh dan takabur. Memandang dirinya berharga dan bernilai tetapi pada saat menghadapi tantangan kehidupan, kualitasnya segera terlihat, sekedar emas imitasi saja. Kerohanian palsu harus ditinggalkan dan dilepaskan -jika kita ingin tepat melihat diri kita apa adanya seperti Tuhan melihat. 
• Kerohanian palsu adalah hidup rohani yang puas dengan tampilan luar yang rohani, yang lebih membanggakan praktek² ibadah yang kasat mata/dipandang orang DARIPADA menjalin hubungan intim dan pribadi dengan Tuhan. 
Dalam kerohanian semu, kita selalu merasa baik² saja karena telah merasa cukup berbuat ini dan itu nelalui ibadah dan pelayanan kita. Kita ada dalam suatu keadaan yang JARANG MEMERIKSA DAN MENGOREKSI DIRI. Sebab bukan Tuhan yang mendidik dan mengajar kita tapi diri kita sendirilah yang menetapkan standar dan yang juga kemudian menepuk dada karena merasa telah menjadi orang rohani sejauh ini.
Kerohanian yang benar TIDAK DEMIKIAN. Hidup rohani sejati dijalani dalam perjumpaan, hubungan, pergaulan dan keakraban dengan Tuhan. Di dalamnya kita menjadi murid²Nya, diproses, dididik, dibentuk, diarahkan, dibimbing, dan diuji serta dikoreksi Tuhan sendiri. Dalam Tuhan, kita akan dibawa untuk terus menyelaraskan hidup kita dengan standar-Nya. Sebab Tuhan rindu kita makin serupa dengan Dia (2 Korintus 3:18)
2- Pakaian Putih Yang Tidak Dikenakan
• Pakaian berbicara mengenai kelayakan atau keadaan atau status seseorang di hadapan orang lain (lihat Yohanes 21:7 yang mencatat bahwa Petrus berpakaian dulu sebelum menjumpai Tuhan, karena ia merasa tidak layak dengan hanya berpakaian dalam saja)
Pakaian putih adalah keadaan layak yang dikehendaki Tuhan di hadapan-Nya (Wahyu 4:4; 7:9). Itulah lambang kekudusan dan kesucian. Yang dimulai dari hati. Lalu tampak dalam perkataan dan perbuatan. 
• Tidak memiliki pakaian putih sama dengan telanjang di hadapan Tuhan. Tidak layak dan tidak pantas di pemandangan Tuhan. Tuhan tidak berkenan ditemui dalam keadaan telanjang rohani. Kita harus mengenakan penutup rohani yang layak. Pakaian putih. 
Pakaian putih kita adalah hati dan hidup kita yang bersih, tulus dan suci di hadapan Tuhan. Itu bukan berarti sempurna, sama sekali tak pernah berdosa. Hati yang suci itu adalah hati yang dikhususkan, dipisahkan, dikhususkan hanya bagi Tuhan. Pengaruh dosa dan dunia mungkin saja terkadang masuk. Tapi hati yang dikuduskan bagi Tuhan tidak akan membiarkan itu semua tetap tinggal di sana. Hati yang kudus adalah hati yang dijaga dengan segala kewaspadaan (Amsal 4:23). Hati demikian dijaga selalu layak di hadapan Tuhan. Tidak telanjang dan memalukan, yang bila Tuhan melihatnya, Ia berkenan. 
• Mereka yang tidak tulus hati, yang hatinya tidak bersih di hadapan Tuhan akan gagal dalam menilai diri. Ia memandang dirinya hanya dari sudut pandangnya sendiri. Ia menjadi subyektif dalam penilaiannya akan dirinya. Mereka yang tidak sepenuh hati dan jiwa tertuju pada Tuhan cenderung memantas-mantaskan dirinya sendiri, memandang dirinya sudah cukup layak dan dapat diterima Tuhan – tetapi itu hanya dari penilaian sepihak darinya. Pa­dahal, ukuran kepantasan seseorang di hadapan Tuhan adalah yang seturut ukuran Tuhan yang melihat dan menilainya
Matius 22:11-13 (TB)
11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.
12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
Menurut ukurannya sendiri, seseorang merasa telah berpakaian layak menghadap raja. Tapi, hanya penilaian sang rajalah yang menentukan mana pakaian yang layak dan pantas dikenakan di hadapannya. 
• Orang yang mengukur kelayakan hidupnya dengan ukuran²nya sendiri akan merasa berpakaian meskipun pada kenyataannya ia telanjang dn tidak layak di hadapan Tuhan. Kita harus merasa malu dengan keadaan semacam itu. Kita harus meminta pertolongan Tuhan supaya kepada kita diberi hati yang layak di hadapan-Nya
3- Salep Untuk Mata Yang Rabun
• Kota Laodikia pada masa itu memiliki semacam sekolah kedokteran yang terkenal, yang dari situ dihasilkan suatu bubuk (yang disebut “serbuk Phrygia”) yang secara luas digunakan sebagai salep mata. Itu dioleskan pada mata dalam bentuk seperti pasta yang serupa adonan roti. 
Gambaran inilah yang digunakan Yesus sebagai lambang dari sesuatu yang perlu dimiliki oleh jemaat itu supaya mereka dapat melihat dengan jelas apa adanya keadaan rohani mereka. 
• Orang yang buta tidak dapat melihat dengan jelas atau mengetahui keadaan mereka. Me­reka hanya menebak-nebak atau mengira-ngira saja bahwa mereka sudah berpakaian yang pantas, berada dalam posisi dan sikap yang benar. Intinya ia TIDAK TAHU PERSIS KEADAANNYA SEPENUHNYA. Karena kebutaan mereka, mereka hanya merasa tidak ada yang bermasalah. Hanya orang² yang dapat melihatlah TAHU PERSIS mana yang salah serta kurang tepat. 
• Buta rohani hanya menebak-nebak saja bahwa mereka telah cukup berkenan di hadapan Tuhan. Mereka tidak bisa melihat mana yang sungguh² berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang menurut mereka sendiri sudah berkenan. Itulah keadaan jemaat Laodikia. Mata mereka harus dicelikkan supaya mengetahui perkara-perkara dari Tuhan dengan tepat sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. 
• Seperti jemaat Laodikia yang memiliki salep untuk mengobati mata yang sakit, Tuhan memiliki obat bagi kebutaan rohani. Dengan kuasa-Nya, Ia bisa memberikan penglihatan bagi yang buta dan membuat telinga mendengar suara-Nya yang sesungguhnya merujuk pada hati yang penuh pengertian, tahu menimbang segala perkara, yang menerima penyingkapan dan pengertian dari Tuhan (lihat 1 Raja² 3:9).
KUNCI INTROSPEKSI DIRI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN
Tuhan Yesus menyuruh jemaat Laodikia yang meleset menilai dirinya supaya “MEMBELI” emas murni, pakaian putih dan salep mata. 
“Membeli” sesungguhnya mengacu kepada hal “MEMBAYAR HARGA”. 
Pertanyaannya, bagaimana mereka akan membayar jika mereka itu melarat, malang, miskin, buta dan telanjang?
Apa yang bisa digunakan orang dalam kondisi yang paling rendah itu untuk “membeli” dari Tuhan? 
Jawabannya ada di ayat 19. Itulah harga yang mereka harus bayar. Ada sesuatu yang masih mereka punya untuk dibayarkan. 
Itu pula yang harus dibayarkan oleh mereka yang tidak mau tersesat dan salah menilai diri. 
Apakah itu? 
Wahyu 3:19 (TB)
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Mereka yang ingin dibebaskan dari kesombongan dan kepalsuan rohani harus membayar harga KERELAAN DAN PERTOBATAN! 
“Kerelaan” dalam istilah aslinya sebenarnya berarti “kesungguhan, niat yang kuat dan antusias, tekad yang besar untuk melakukan sesuatu atau demi mendapatkan sesuatu”. 
“Pertobatan”, maknanya telah jelas. Itu adalah sikap untuk berhenti melakukan apa yang salah lalu berbalik dan berubah untuk melakukan apa yang benar sesuai kehendak Tuhan”.

Obat dari penyimpangan rohani dan pemalsuan rohani adalah NIAT YANG SERIUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH MENJADI SEJATI DAN BENAR Di hadapan Tuhan. Itu didasari dengan sikap hati yang memahami bahwa didikan, tegoran dan hajaran Tuhan (yang seringkali dalam bentuk khotbah/pesan/nasihat yang merasa maupun peristiwa² menyakitkan yang Tuhan ijinkan dalam hidup kita) sebagai tanda bahwa Tuhan mengasihi kita. Dari kerelaan untuk dididik bahkan dihajar inilah, maka tampak niat hati kita ingin menjadi pribadi yang berkenan pada Tuhan atau tidak. 

Emas murni (yaitu kerohanian sejati), pakaian putih (yaitu hati yang suci dan bersih di hadapan Tuhan) serta salep mata (pemulihan mata rohani) hanya bisa didapatkan dari HATI YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH INGIN BERUBAH DARI KEADAAN YANG SEMU, PALSU, PENUH KEBOHONGAN DAN KESESATAN INI. 
Itu harus diawali dengan permulaan yang merendah, bukan dengan merasa diri sudah baik dan cukup rohani. 
Itu harus dimulai dari hati yang miskin di hadapan Tuhan, bukan merasa sudah banyak pengalaman dan pengetahuan rohani. 
Itu harus didahului hati yang semata-mata tertuju untuk berkenan di hadapan Tuhan, bukan yang penuh dengan motif² dan keinginan² beroleh pujian dan pengakuan dari manusia.
Langkah pertama dari semua itu adalah MEMILIKI HATI SEORANG MURID. Yang menyediakan diri untuk diajari, ditegur, dididik, diproses, dilatih, dibentuk, didisiplinkan dan belajar terus menerus dari Tuhan. 
Hati kita harus tulus ikhlas belajar kepada Tuhan. Tidak pilih² cara dan jalannya. Tidak semaunya sendiri. Tidak cepat merasa puas dan merasa sudah mengerti. Harus sering periksa dan koreksi diri di hadapan Tuhan. Mintalah kemurnian. Mintalah kekudusan dan hati yang bersih. Mintalah selalu penerangan, pencerahan, pengungkapan dan pewahyuan akan keadaan diri dan rahasia² Tuhan lainnya. 
Di atas segalanya, kita harus mempersilakan Tuhan masuk sepenuhnya di hati kita supaya kita memiliki persekutuan yang intim dan murni dengan Tuhan. Dari sanalah kita akan ditunjukkan SUDUT PANDANG TUHAN APA ADANYA TENTANG KEADAAN KITA – saat kita mendengar dan belajar dari Dia. 
Itu sebabnya ada gambaran seperti ini yang disampaikan Yesus pada jemaat Laodikia itu : 
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Wahyu 3:20

Penyembuh dari segala kesesatan dan penyimpangan rohani yang palsu adalah PERSEKUTUAN YANG INTIM DAN SEJATI dengan Kristus sendiri. 

Dari-Nya kita akan belajar menjadi lemah lembut daa rendah hati (Matius 11:29). Jauh dari sikap membanggakan dan memandang diri kita terlalu tinggi. 
Saat kita terpesona dengan keindahan dan kemuliaan Kristus, adakah yang dapat melihat dirinya sendiri dan merasa luar biasa sehingga membanggakan dirinya lebih daripada Kristus?
Tidakkah ia akan tersungkur dan menyembah di hadapan takhta penuh kemulian itu, lalu dengan segala kerendahan hati meminta kasih karunia untuk mengenal Allah lebih lagi? 
Penutup
Rindukanlah suatu hidup rohani yang sejati dan benar. Yang berakar dari hubungan yang intim dan pribadi dengan Kristus sendiri, oleh pertolongn Roh Kudus. 
Jagalah hati Anda tetap tulus semata-mata tertuju pada Tuhan, sambil selalu meminta mata yang dicelikkan, yang melihat dengan jelas sebagaimana Tuhan melihat.
Berhentilah dari segala kesesatan dan penipuan² diri rohani. Periksalah diri Anda dengan apa adanya di hadapan Tuhan. 
Dia akan menunjukkan apa adanya keadaan Anda. Dan tidak hanya itu. Ia akan membawa Anda masuk dalam kehendak dan rencana-Nya yang sempurna.
Terakhir kali Yesus menjumpai Petrus di tepi danau Tiberias, Yesus mencari tahu apakah jawaban Petrus sudah jujur akan dirinya (lihat Yohanes 21). Dua kali Yesus bertanya pada Petrus apakah Petrus mengasihi Dia dengan kasih agape -kasih ilahi dengan tingkatan tertinggi. Dua kali Petrus menjawab bahwa dia hanya mengasihi Yesus dengan kasih philia – kasih manusiawi antar dua orang sahabat saja. 
Kali ketiga, Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihi Dia dengan kasih philia dan dengan apa adanya, meski bercampur kesedihan, Petrus menjawab, “Engkau tahu Tuhan, aku mengasihimu (dengan kasih philia saja). 
Apapun jawaban Petrus, itulah jawaban yang jujur. Petrus tak lagi menipu diri dan salah menilai dirinya. Yesus melihat itu dan membalas Petrus dengan sikap penuh keyakinan kepada murid-Nya itu. Ia mengajak, tiga kali banyaknya, Petrus masuk dalam panggilan-Nya yang sempurna, kehendak dan rencana-Nya sejak semula bagi Petrus, “Gembalakanlah domba²Ku.” Lalu Yesus menceritakan sekilas akan masa depan Petrus, caranya ia mati dan memuliakan Tuhan. 
Sungguh luar biasa! 
Petrus menjadi hamba pilihan Tuhan, menjadi salah satu sokoguru gereja mula dan rasul bagi banyak gereja yang ia awasi. 
Jika Anda rindu hidup Anda diubahkan menjadi hidup yang berkenan dan memuliakan Allah seperti Petrus, maukah Anda mulai hari ini memeriksa diri dan menerima penyingkapan apa adanya dari Tuhan tentang diri Anda? 
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139:1-6, 23-24 (TB)
Doa saya menyertai Anda sekalian. 
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan


TIDAK SALAH MENILAI DIRI (Bagian 1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *