Oleh: Peter B,
“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh
belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang
tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi
pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:36-38)
belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang
tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi
pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9:36-38)
Dalam menyatakan belas kasihan, terpenting dari semuanya
adalah bentuk kasih yang menjadi pendorong tindakan tersebut. Tindakan sehebat
atau semulia apapun tanpa kasih yang sempurna, kasih tak bersyarat itu,
semuanya adalah sia-sia. Kasih agape harus
menjadi motif penggerak kita untuk menyatakan belas kasihan. Hal kedua yang
terpenting setelah agape adalah
mengetahui dengan cara apa kita menyatakan belas kasihan itu, mewujudkan agape itu.
adalah bentuk kasih yang menjadi pendorong tindakan tersebut. Tindakan sehebat
atau semulia apapun tanpa kasih yang sempurna, kasih tak bersyarat itu,
semuanya adalah sia-sia. Kasih agape harus
menjadi motif penggerak kita untuk menyatakan belas kasihan. Hal kedua yang
terpenting setelah agape adalah
mengetahui dengan cara apa kita menyatakan belas kasihan itu, mewujudkan agape itu.
Bagian sebelumnya telah memberikan pengantar kepada kita
dengan mengamati bagaimana Kristus menyatakan belas kasihanNya. Dan ternyata
Kristus menyatakan belas kasihan itu dalam berbagai-bagai tindakan yang pada
dasarnya berbeda-beda. Yesus tidak menyatakan belas kasihanNya melalui cara
yang sama setiap waktu. Ia mempraktekkan kasih itu melalui memberi makan yang
lapar, mengasihi mereka yang menderita tetapi Ia juga melakukannya dalam bentuk
memberikan mereka pengajaran, mengadakan mujizat kebangkitan dan lain
sebagainya. Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari semua contoh-contoh di
atas?
dengan mengamati bagaimana Kristus menyatakan belas kasihanNya. Dan ternyata
Kristus menyatakan belas kasihan itu dalam berbagai-bagai tindakan yang pada
dasarnya berbeda-beda. Yesus tidak menyatakan belas kasihanNya melalui cara
yang sama setiap waktu. Ia mempraktekkan kasih itu melalui memberi makan yang
lapar, mengasihi mereka yang menderita tetapi Ia juga melakukannya dalam bentuk
memberikan mereka pengajaran, mengadakan mujizat kebangkitan dan lain
sebagainya. Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari semua contoh-contoh di
atas?
Rasul Paulus pernah berkata dalam ilham Roh, “Ada rupa-rupa
karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan
ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan
semuanya dalam semua orang” (1Korintus 12:4-6). Dalam hubungannya dengan apa
yang kita pelajari, kita dapat juga mengatakan bahwa ada rupa-rupa karunia,
rupa-rupa pelayanan, dan berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi semua berasal
dari satu sumber yaitu Roh Allah yang mencurahkan kasih itu dalam hidup kita.
Salah satu wujud buah Roh adalah kasih. Dalam persekutuan dengan Roh Kudus kita
akan merasakan kasih, menerima kasih, dialiri kasih, dan dipenuhi kasih itu
sehingga kemudian kita tidak tertahankan lagi untuk menyatakan kasih itu kepada
semua orang. Satu Roh yang mengerjakan kasih itu dan Roh itu pula yang
menyatakan diri dalam berbagai-bagai tindakan melalui rupa-rupa karunia dan
pelayanan.
karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan
ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan
semuanya dalam semua orang” (1Korintus 12:4-6). Dalam hubungannya dengan apa
yang kita pelajari, kita dapat juga mengatakan bahwa ada rupa-rupa karunia,
rupa-rupa pelayanan, dan berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi semua berasal
dari satu sumber yaitu Roh Allah yang mencurahkan kasih itu dalam hidup kita.
Salah satu wujud buah Roh adalah kasih. Dalam persekutuan dengan Roh Kudus kita
akan merasakan kasih, menerima kasih, dialiri kasih, dan dipenuhi kasih itu
sehingga kemudian kita tidak tertahankan lagi untuk menyatakan kasih itu kepada
semua orang. Satu Roh yang mengerjakan kasih itu dan Roh itu pula yang
menyatakan diri dalam berbagai-bagai tindakan melalui rupa-rupa karunia dan
pelayanan.
Di sini kita melihat satu prinsip yang penting yaitu bahwa
Roh Kudus yang diam dan bekerja di dalam kita tidak pernah menyatakan diri
dalam sejenis atau satu bentuk pelayanan saja. Keseragaman bukan gaya Tuhan. Ia
menyukai keberagaman, berbeda namun satu, keharmonisan dalam ketidaksamaan
bentuk. Itulah inti dari persatuan tubuh Kristus. Seperti anggota-anggota tubuh
yang berbeda-beda tetapi saling membutuhkan dan saling melengkapi, demikianlah
setiap anggota-anggota tubuh Kristus saling melengkapi, bahu membahu, bekerja
sama dalam persatuan dan keselarasan menyatakan belas kasihan kepada dunia yang
terhilang, menjangkau mereka bagi kemuliaan Tuhan. Jadi pada dasarnya, tindakan
belas kasihan tidak pernah dinyatakan dalam bentuk yang selalu sama. Dan kita
mendapatkan pokok penting kedua dalam menyatakan tindakan belas kasihan. Yang
pertama, didorong oleh agape. Yang
kedua, itu harus dinyatakan sesuai dengan karunia-karunia kita dan mengambil
wujud nyata dalam rupa-rupa pelayanan.
Roh Kudus yang diam dan bekerja di dalam kita tidak pernah menyatakan diri
dalam sejenis atau satu bentuk pelayanan saja. Keseragaman bukan gaya Tuhan. Ia
menyukai keberagaman, berbeda namun satu, keharmonisan dalam ketidaksamaan
bentuk. Itulah inti dari persatuan tubuh Kristus. Seperti anggota-anggota tubuh
yang berbeda-beda tetapi saling membutuhkan dan saling melengkapi, demikianlah
setiap anggota-anggota tubuh Kristus saling melengkapi, bahu membahu, bekerja
sama dalam persatuan dan keselarasan menyatakan belas kasihan kepada dunia yang
terhilang, menjangkau mereka bagi kemuliaan Tuhan. Jadi pada dasarnya, tindakan
belas kasihan tidak pernah dinyatakan dalam bentuk yang selalu sama. Dan kita
mendapatkan pokok penting kedua dalam menyatakan tindakan belas kasihan. Yang
pertama, didorong oleh agape. Yang
kedua, itu harus dinyatakan sesuai dengan karunia-karunia kita dan mengambil
wujud nyata dalam rupa-rupa pelayanan.
Untuk lebih memperjelas pembahasan ini, kita akan melihat
dalam Matius 9:35-38: “Demikianlah Yesus
berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Kebutuhan dunia yang
terhilang ini begitu besar. Dunia ini telah lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala. Domba yang tidak bergembala berarti domba yang amat
sangat menderita, tidak ada satu kebutuhan pokoknya terpenuhi. Domba yang tak
bergembala tidak mendapat makan atau minum yang baik, ia jauh dari
perlindungan, tidak memperoleh pimpinan, tanpa penghiburan, tak mengetahui arah
dan tujuan, dekat dengan sakit penyakit serta kematian. Kebutuhan domba itu
banyak dan domba-domba itupun banyak jumlahnya. Tidak mungkin satu orang dapat
melayani semuanya dan juga sangat tidak mungkin satu macam pelayanan melayani
bermacam-macam kebutuhan mereka yang lelah dan terlantar ini. Oleh karena itu
jelaslah bagi kita bahwa untuk menyatakan belas kasihan kepada orang lain, kita
tidak hanya harus dipenuhi dan digerakkan oleh agape tetapi
juga harus mengetahui karunia-karunia roh sehingga kita tahu pelayanan apakah
yang dapat kita lakukan sebagai pernyataan tertinggi dari belas kasihan Bapa
yang ada dalam hati kita. Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk meminta
kepada Bapa, pekerja-pekerja untuk tuaian yang sangat besar itu.
dalam Matius 9:35-38: “Demikianlah Yesus
berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Kebutuhan dunia yang
terhilang ini begitu besar. Dunia ini telah lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala. Domba yang tidak bergembala berarti domba yang amat
sangat menderita, tidak ada satu kebutuhan pokoknya terpenuhi. Domba yang tak
bergembala tidak mendapat makan atau minum yang baik, ia jauh dari
perlindungan, tidak memperoleh pimpinan, tanpa penghiburan, tak mengetahui arah
dan tujuan, dekat dengan sakit penyakit serta kematian. Kebutuhan domba itu
banyak dan domba-domba itupun banyak jumlahnya. Tidak mungkin satu orang dapat
melayani semuanya dan juga sangat tidak mungkin satu macam pelayanan melayani
bermacam-macam kebutuhan mereka yang lelah dan terlantar ini. Oleh karena itu
jelaslah bagi kita bahwa untuk menyatakan belas kasihan kepada orang lain, kita
tidak hanya harus dipenuhi dan digerakkan oleh agape tetapi
juga harus mengetahui karunia-karunia roh sehingga kita tahu pelayanan apakah
yang dapat kita lakukan sebagai pernyataan tertinggi dari belas kasihan Bapa
yang ada dalam hati kita. Itulah sebabnya kita diperintahkan untuk meminta
kepada Bapa, pekerja-pekerja untuk tuaian yang sangat besar itu.
Yesus adalah teladan manusia dalam kesempurnaan. Semua
karunia Roh ada padaNya. Maka Yesuspun menggunakan setiap karunia-karunia itu
sebagai saluran untuk menyatakan belas kasihan Bapa. Itulah yang memang
sebenarnya menjadi tujuan dari karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada
kita yaitu untuk menjadi alat bagi kita dapat menyalurkan kasih Allah kepada
dunia. Dalam kasus Ibu Theresa, karunia Roh yang ada padanya yaitu karunia
kemurahan menyatakan diri dalam perbuatan melayani mereka yang sakit kusta,
menderita, dan miskin. Karunia yang lain mungkin tidak menyatakan diri melalui
tindakan-tindakan yang demikian tetapi bukan berarti mereka yang tidak melayani
dengan cara sedemikian tidak memiliki belas kasihan, Ingatlah: belas kasihan
itu pertama-tama ada di hati. Baru kemudian melalui karunia-karunia Roh
dinyatakan dalam tindakan untuk melayani kebutuhan dunia yang hilang ini.
karunia Roh ada padaNya. Maka Yesuspun menggunakan setiap karunia-karunia itu
sebagai saluran untuk menyatakan belas kasihan Bapa. Itulah yang memang
sebenarnya menjadi tujuan dari karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada
kita yaitu untuk menjadi alat bagi kita dapat menyalurkan kasih Allah kepada
dunia. Dalam kasus Ibu Theresa, karunia Roh yang ada padanya yaitu karunia
kemurahan menyatakan diri dalam perbuatan melayani mereka yang sakit kusta,
menderita, dan miskin. Karunia yang lain mungkin tidak menyatakan diri melalui
tindakan-tindakan yang demikian tetapi bukan berarti mereka yang tidak melayani
dengan cara sedemikian tidak memiliki belas kasihan, Ingatlah: belas kasihan
itu pertama-tama ada di hati. Baru kemudian melalui karunia-karunia Roh
dinyatakan dalam tindakan untuk melayani kebutuhan dunia yang hilang ini.
Saudaraku, sekarang bagaimana dengan kita? Pada bagian
akhir dari renungan mengenai belas kasihan ini, kita akan menyatukan semua yang
telah kita pelajari selama ini. Setiap penyembah yang sejati pasti memiliki dan
menyatakan belas kasihan. Adalah dusta jika mereka mengaku pengikut Kristus dan
menjadi penyembah-penyembahNya tetapi tidak memiliki belas kasihan sama sekali.
Belas kasihan itu dari kasih yang tulus dan tanpa syarat, kasih Allah sendiri.
Perwujudannya melalui berbagai tindakan pelayanan sesuai dengan karunia-karunia
berbeda dari Roh Kudus yang telah dibagikan Tuhan kepada kita. Pertanyaannya
bagi kita sekarang adalah: Sudahkah kita memiliki kasih bagi sesama? Adakah
kepedulian kita kepada sesama manusia di dunia, khususnya mereka yang lelah dan
terlantar, mereka yang sedang meluncur ke neraka atau mereka hidupnya
diporak-porandakan oleh kuasa-kuasa kegelapan? Sudahkah kita melayani dengan
kasih tanpa syarat, tanpa mengharapkan imbalan apapun, semata-mata karena
Allah? Apakah kita telah menyatakan belas kasihan itu melalui karunia-karunia
rohani yang ada pada kita?
akhir dari renungan mengenai belas kasihan ini, kita akan menyatukan semua yang
telah kita pelajari selama ini. Setiap penyembah yang sejati pasti memiliki dan
menyatakan belas kasihan. Adalah dusta jika mereka mengaku pengikut Kristus dan
menjadi penyembah-penyembahNya tetapi tidak memiliki belas kasihan sama sekali.
Belas kasihan itu dari kasih yang tulus dan tanpa syarat, kasih Allah sendiri.
Perwujudannya melalui berbagai tindakan pelayanan sesuai dengan karunia-karunia
berbeda dari Roh Kudus yang telah dibagikan Tuhan kepada kita. Pertanyaannya
bagi kita sekarang adalah: Sudahkah kita memiliki kasih bagi sesama? Adakah
kepedulian kita kepada sesama manusia di dunia, khususnya mereka yang lelah dan
terlantar, mereka yang sedang meluncur ke neraka atau mereka hidupnya
diporak-porandakan oleh kuasa-kuasa kegelapan? Sudahkah kita melayani dengan
kasih tanpa syarat, tanpa mengharapkan imbalan apapun, semata-mata karena
Allah? Apakah kita telah menyatakan belas kasihan itu melalui karunia-karunia
rohani yang ada pada kita?
Hingga hari ini, kenyataan yang kita jumpai di lading Tuhan
sungguh jauh berbeda. Banyak kali tidak ada yang peduli kepada mereka yang
terhilang, lelah dan telantar. Orang-orang Kristen kebanyakan bersikap cuek,
tidak mau ambil pusing, hanya peduli dengan hidup pribadi mereka sendiri. Yang
lainnya berusaha menyatakan kasih tetapi kasih itu bermotif duniawi, tidak
tulus, mengharapkan keuntungan. Sisanya juga menyedihkan: giat melayani dengan
tulus namun TIDAK TEPAT SESUAI KARUNIA DAN TUJUAN HIDUP MEREKA padahal
pelayanan tanpa karunia rohani dan visi yang jelas akan menghasilkan apa saja
kecuali hasil yang benar dan dikehendaki Allah. Apabila kita melayani dengan
menurut kehendak kita sendiri, bukan saja kita tidak dapat secara penuh
menyatakan kasih Allah dalam setiap pelayanan kita, tetapi kita sendiri juga
akan mengalami perasaan frustrasi karena pengingkaran terhadap hati kita maupun
karena hasil yang tidak seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, hai
penyembah-penyembah sejati, nyatakanlah belas kasihan itu dengan cara Allah.
Amin.
sungguh jauh berbeda. Banyak kali tidak ada yang peduli kepada mereka yang
terhilang, lelah dan telantar. Orang-orang Kristen kebanyakan bersikap cuek,
tidak mau ambil pusing, hanya peduli dengan hidup pribadi mereka sendiri. Yang
lainnya berusaha menyatakan kasih tetapi kasih itu bermotif duniawi, tidak
tulus, mengharapkan keuntungan. Sisanya juga menyedihkan: giat melayani dengan
tulus namun TIDAK TEPAT SESUAI KARUNIA DAN TUJUAN HIDUP MEREKA padahal
pelayanan tanpa karunia rohani dan visi yang jelas akan menghasilkan apa saja
kecuali hasil yang benar dan dikehendaki Allah. Apabila kita melayani dengan
menurut kehendak kita sendiri, bukan saja kita tidak dapat secara penuh
menyatakan kasih Allah dalam setiap pelayanan kita, tetapi kita sendiri juga
akan mengalami perasaan frustrasi karena pengingkaran terhadap hati kita maupun
karena hasil yang tidak seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, hai
penyembah-penyembah sejati, nyatakanlah belas kasihan itu dengan cara Allah.
Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 33 – 23 Agustus
2002)
2002)