WASPADA DAN BERJAGA-JAGA AKAN DAMPAK NEGATIF LIMPAHNYA INFORMASI ROHANI

Oleh: Peter B, MA
Tidak ada masa yang
seperti ini sepanjang sejarah peradaban manusia.
Inilah masa dimana
informasi dibuka seluas-luasnya. Seolah dihubungkan sebuah pipa
raksasa dengan keran super besar pada ujungnya, maka derasnya
pengetahuan dialirkan sehingga bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit
diperoleh. Begitu era internet dimulai sekitar lima belas tahun yang
lalu derasnya laju berbagai informasi seolah tak lagi terbendung.

Di masa sekarang
ini, kita dapat membaca tulisan-tulisan para filsuf yang ditulis
ribuan tahun yang lalu, atau mempelajari kembali tafsiran bapa-bapa
gereja hingga khotbah pendeta ternama di abad 19, hingga trend
terkini atau kejadian di belahan dunia yang jauh dan terpencil, yang
belum pernah sekalipun kita dengar nama dan keberadaannya.

Dalam hal rohani,
kita pun gelagapan ketika gelombang besar informasi, pengajaran,
pesan profetik, artikel, tulisan, ulasan, renungan, sampai
berita-berita penginjilan di berbagai belahan dunia membanjiri
keberadaan kita. Kapan saja kita memasuki dunia maya, kita menemukan
berbagai sumber pengetahuan melalui berbagai media. Dalam format
tertulis, audio, video, bahkan siaran-siaran live yang bisa kita
tonton langsung pada saat itu maupun hingga beberapa jam atau
beberapa hari setelah itu. Kita ini seperti Benyamin, anak terakhir
Yakub, yang sedang makan beserta saudara-saudaranya bersama Yusuf
yang menjadi raja muda di Mesir waktu itu (Kejadian 43:34; 45:22).
Kita mendapatkan berkali-kali lipat porsi makanan rohani daripada
orang Kristen manapun yang pernah ada sebelum kita. Kita kelimpahan
hal-hal rohani. Kita kebanjiran informasi rohani. Kita kekenyangan
memakannya. Kita kesulitan mencernanya.

Oleh karena itulah,
kita seharusnya waspada dan berhati-hati akan hal-hal ini sementara
di hadapan kita disuguhkan beraneka ragam makanan rohani yang dapat
kita konsumsi setiap hari.
Jangan sampai
makanan rohani yang berlimpah ruah ini berdampak negatif apalagi
fatal bagi manusia rohani kita.

Itu sebabnya, ketika
di hadapan kita disajikan begitu banyak makanan maka kita harus
memiliki hikmat bagaimana menyikapinya secara benar:

1)Jangan sampai
salah memilih makanan

Tidak semua makanan
itu bergizi dan baik untuk tubuh kita. Berbagai penelitian dan riset
membuktikan bahwa makanan-makanan tertentu berbahaya bagi tubuh. Ada
yang tidak boleh dicampur sekaligus saat memakannya. Ada juga yang
tidak baik dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang. Demikian
pula dengan porsi makannya yang tidak seimbang. Semuanya dapat
berdampak pada tubuh kita.

Begitu pula dengan
makanan rohani yang dibagikan dan kita konsumsi tiap hari, yang
dengan mudah sekarang kita peroleh di dunia maya. Sudah seharusnya
kita tidak menelan mentah-mentah dan asal menerimanya sebagai
konsumsi rohani. Kita harus memperhatikan apa dampak makanan tersebut
bagi manusia rohani kita. Kita semestinya tahu memilih dan memilah
makanan rohani kita.

Apakah nantinya saat
kita menerimanya kita akan semakin sehat, makin kuat, makin intim
dengan Tuhan atau hanya terasa mengenyangkan sesaat tapi tidak
menampakkan pertumbuhan rohani, pengenalan akan Tuhan apalagi
kedekatan pergaulan dengan Tuhan?

2) Jangan sampai
kebingungan sehingga tidak makan

Bermacam-macamnya
jenis makanan di hadapan kita dapat membingungkan. Kita kesulitan
memilih yang mana yang hendak kita makan, mana yang hendak kita
nikmati lebih dulu dan mana yang kira-kira yang lezat dan baik bagi
tubuh kita.
Jika sebagian orang
berpikir lebih dulu sebelum mengkonsumsi suatu makanan (seperti
misalnya ia memperhatikan apakah kandungan makanan tsb mengandung
banyak lemak, terlalu banyak gula dsb) maka yang demikian pula
seharusnya lebih lagi kita perhatikan bagi manusia rohani kita.

Kita seharusnya
tidak menjadi bingung melihat beraneka ragam makanan rohani yang bisa
kita dapatkan. Ada Roh Kudus dalam diri kita yang dapat kita andalkan
untuk menuntun dan memimpin kita menunjukkan akan seharusnya makanan
rohani yang bergizi dan baik bagi roh kita. Kita dapat bertanya,
berkonsultasi, berdiskusi dan menantikan petunjuk-Nya bagi kita.
Dengan mengambil waktu untuk merenungkan pesan-pesan yang kita terima
bersama Roh Kudus, maka kita akan diperjelas mana yang merupakan
pesan yang murni dari sorga dan mana yang bukan. Ada pentingnya juga
kita selalu belajar untuk menguji segala sesuatulun sehingganya kita
tidak mudah dibingungkan dengan berbagai hal yang berdesakan untuk
menjejali pikiran kita.

Orang-orang dewasa
tahu memilih mana yang baik untuk dikonsumsi setiap hari, sebab
melalui pengalaman dan waktu mereka belajar mengetahui mana yang baik
bagi diri mereka. Kebingungan kita seringkali hanya merupakan tanda
bahwa kita masih kanak-kanak rohani :
sehingga kita bukan
lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan,
~ Efesus 4:14

Beberapa orang
karena kebingungan memutuskan menolak semua hal yang berbau rohani.
Inipun kesalahan fatal sebab dengan tidak makan sama sekali, kita
membawa manusia rohani kita makin lemah dan mati.

Meskipun arus
informasi bisa menyesatkan, tapi Tuhatika akan meninggalkan
anak-anak-Nya yang mengharapkan tuntunan dan arahan dari pada-Nya

3) Jangan hanya
mencicipi di sana sini

Melihat begitu
banyaknya jenis makanan di depan mata yang menarik hati, sedangkan
kemampuan kita menghabiskan semuanya itu terbatas maka tak pelak akan
ada suatu dorongan di hati untuk menikmati semuanya dengan hanya
memakannya sedikit-sedikit saja. Dengan kata lain, karena ingin
merasakan semuanya, kita memilih untuk mencicipi masing-masing
makanan sedikit saja.

Tentu saja itu
merupakan salah satu cara menyiasati kondisi dimana makanan yang
tersedia begitu banyak. Namun demikian, itu mungkin berlaku dalam
suatu situasi pesta atau even tertentu. Dalam keseharian, kita harus
makan sampai cukup kenyang untuk kebutuhan energi bagi aktivitas
sehari-hari. Karena itu tak mungkin kita hanya mencicipi makanan saja
setiap hari. Kita harus makan dengan porsi yang tepat.

Dalam hal makanan
rohani, kita tidak bisa hanya membaca sedikit di sini, merenung
sedikit pembahasan rohani tertentu di sana, lalu mencoba melakukan
sedikit di sana sini. Kita perlu makan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan dan kesehatan kita setiap harinya. Itulah sebabnya kita
harus tahu bagaimana makan dengan porsi yang pas, yaitu dengan
menangkap satu dua pesan yang kita yakin dimana Tuhan berbicara
kepada kita, mendalaminya dengan merenungkannya, lalu mendisiplin
diri melakukannya. Seandainya itu belum benar-benar kita pahami, ada
baiknya kita fokus pada bagian itu hingga kita cukup jelas dan mantap
untuk menghidupinya. Mengetahui hal-hal rohani sedikit-sedikit saja
tidak akan banyak membawa pertumbuhan yang berarti bagi kita. Itu
serupa anak yang sehari-hari jajan di mana-mana, menikmati makanan²
ringan tetapi menolak makan berat yang semestinya. Kerohanian yang
kita miliki pun kurang nutrisi yang baik sehingga manusia rohani kita
lemah dan seringkali bermasalah karena gizi yang kurang lengkap.

Sudah waktunya kita
tidak coba-coba makanan ringan setiap hari atau merasa sudah tahu
rasa makanan rohani tertentu sehingga merasa tidak perlu lagi
memakannya (padahal yang kita rasakan dan ketahui hanya sebagian
kecil saja tentang hal itu) tetapi kita perlu mendalami pokok-pokok
rohani yang penting bagi kita, yang akan terus memperkuat otot-otot
manusia roh kita.

4) Jangan makan
dengan buru-buru dan tidak mengunyahnya

Limpahnya makanan
dapat membuat seseorang menjadi tidak sabaran. Apalagi jika hatinya
ingin menikmati semua makanan yang ada di hadapannya itu. Ia akan
makan terburu-buru untuk segera mengambil lagi makanan lainnya,
sesuai yang diinginkannya. Dan seperti sudah kita ketahui, makan
dengan terburu-buru tidak baik bagi kita.

Dengan makan
terburu-buru, maka kita kesulitan mencerna dengan semestinya. Itu
akan mempersulit bagian-bagian tubuh yang lain untuk mengolah dan
mengubahnya menjadi zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh kita. Lebih
lanjut, itu dapat berakibat melukai atau merusak organ tubuh yang
lain, yang seharusnya tidak terjadi jika kita mengkonsumsi makanan
dengan cara yang benar.

Makanan rohani yang
diterima secara tergesa-gesa juga tidak akan membawa manfaat bagi
tubuh kita. Efeknya justru akan merusak dimana jika kita tidak
mencernanya dengan semestinya, itu akan membuat kita salah paham,
kebingungan, menjadi tertekan, salah tafsir dan sebagainya, yang
semuanya cenderung membawa kerusakan dan hambatan daripada mendorong
pertumbuhan rohani kita.

Kita sering
terburu-buru menerima firman karena merasa kekurangan waktu atau
berpikir bahwa firman itu tidak terlalu penting atau tidak bersangkut
paut dengan kondisi kita sehingga merasa itu bukan untuk kita. Ini
bentuk kebodohan rohani. Sebab setiap kali firman Tuhan yang murni
masuk di hati kita, jika kita mau merenungkannya, Roh Kudus yang
adalah roh hikmat dan wahyu akan membuat kita mengerti jalan-jalan
Tuhan. Firman itu akan menerangi hati kita pada saatnya, ketika kita
tidak cepat-cepat berhenti merenungkannya karena merasa sudah tahu
dan mengerti (meskipun sebenarnya tidak demikian adanya).

Tuhan, di waktu
pagi Engkau akan mendengarkan aku; di pagi hari aku akan membawa
perkarku kepada-Mu, lalu menunggu engan penuh harap akan jawaban
(daripada-Mu) 
Mazmur 5:4 (NET)

5) Jangan sampai
terlalu kenyang dengan berbagai menu hingga menjadi lelah dan muak
untuk makan

Sejumlah besar
makanan di depan mata, jika dinikmati hampir tanpa batas dapat
menyebabkan perut terasa penuh dan terlalu kenyang dalam pengertian
yang tidak sehat. Tidak jarang yang mengalaminya menjadi mual bahkan
memuntahkan kembali makanan yang semula telah masuk dalam tubuhnya
itu. Membuatnya tak ingin mengkonsumsi apapun lagi untuk beberapa
waktu lamanya.

Kita harus makan
secara cukup kenyang sehingga rasa lapar dan haus kita hilang namun
tidak boleh terlalu kenyang sehingga kita kehilangan rasa lapar dan
haus yang semestinya.

Hal yang sama dapat
terjadi saat kita terlalu banyak makan makanan rohani yang tidak
semestinya. Kita dapat kebanjiran informasi yang seharusnya tak
terlalu kita perlukan, belum lagi dengan munculnya berbagai
pengajaran yang berbeda-beda satu sama lain dengan beragam topik si
dalamnya.

Beberapa orang,
tanpa sadar, telah mengembangkan suatu rasa muak dengan firman Tuhan
sehingga rasa lapar dan haus itu hilang secara perlahan hingga
akhirnya lenyap sama sekali. Mereka menjadi bosan dengan pesan-pesan
rohani yang banyak itu, yang berputar di sekitar hal-hal yang sama
tetapi tanpa mendapatkan makanan rohani yang menyegarkan dan
menguatkan jiwanya. Sesuatu yang sangat mungkin terjadi di
media-media sosial maupun mimbar-mimbar gereja yang menyampaikan
pesan-pesan monoton hari ke hari hingga tahun ke tahun sampai-sampai
pendengarnya bosan dan tak ingin lagi mendengarnya. Tidak heran jika
kemudian jemaat mengalihkan perhatian pada acara atau program yang
lain di gereja, dimana firman perlahan-lahan tak lagi menjadi fokus
dalam pertemuan-pertemuan ibadah.

Gembala yang baik
menyediakan rumput yang hijau (Mazmur 23:2), setiap hari. Bukan
rumput kering, rumput sisa, atau rumput yang didapat secara
sembarangan. Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik pasti menyediakan
rumput hijau yang segar bagi kita domba-domba-Nya. Sudah selayaknya
jika kita atau pelayan-pelayan-Nya memiliki hubungan yang hidup
dengan Dia, kita akan menikmati asupan makanan terbaik dari Tuhan
yang telah menyatakan diri sebagai gembala yang baik.

6) Jangan sampai
keracunan atau menjadi sakit

Mengkonsumsi
berbagai makanan sekaligus dapat sangat berbahaya. Berbagai elemen
bahan makanan dapat tercampur menjadi satu begitu rupa sehingga
membentuk suatu zat yang tidak baik untuk tubuh. Tidak jarang orang
bisa keracunan makanan. Apalagi jika yang dimakan merupakan
makanan-makanan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebersihan
dan kesegarannya.

Asupan rohani pun
bisa membawa dampak buruk bagi kesehatam rohani kita. Yang sekilas
tampaknya seperti pesan rohani yang bermutu tapi jika kita tidak
menyadari ada masalah di dalamnya, dalam jangka panjang itu akan
membawa kita kepada kondisi sakit rohani yang parah. Ada pesan-pesan
melalui artikel, khotbah atau nubuatan yang sifatnya meracuni pikiran
dan hati, yang tidak membawa kepada pengenalan yang benar akan Tuhan.
Yang tampaknya menekankan kemakmuran, kesuksesan dan pencapaian mimpi
selama di dunia, tetapi jika diteliti lebih lanjut sebenarnya bukan
demikian yang Tuhan tetapkan dan janjikan.

Sebagai contoh,
pesan-pesan yang bersifat mengarahkan kita kepada pancapaian materi
dan besar di mata dunia beserta segala pesan motivasi-motivasi untuk
mencapainya, sekalipun disampaikan dengan dasar ayat-ayat firman
Tuhan, sangat berbahaya untuk kemajuan rohani yang betul, yang sesuai
dengan rancangan Tuhan semula atas anak-anak-Nya.
Secara sederhana,
kita wajib bertanya mengenai standar kesuksesan duniawi sebab jika
dengan ukuran itu kita dipandang meraih keberhasilan, tidakkah
Juruselamat kita, Allah yang turun sebagai manusia, sebenarnya
menjalani kehidupan yang gagal dengan cara kematian yang demikian?
Tidakkah Dia tidak pernah mencapai segala kesuksesan yang banyak
dijanjikan para motivator bahwa semua orang bisa mencapainya?

Di sinilah kita
harus berjaga-jaga dan waspada supaya roh kita tidak teracuni dan
dipengaruhi dunia ini.

7) Ambillah
makanan-makanan yang bergizi, yang memberikan kesehatan dan kekuatan
rohani yang sesungguhnya

Di zaman Musa, orang
Israel di padang gurun diberi makan manna. Mereka harus mengambilnya
tiap-tiap hari sesuai kebutuhan mereka.

Ketika embun itu
telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang
halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.
Ketika orang Israel
melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: “Apakah
ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata
kepada mereka: “Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu
menjadi makananmu.
Beginilah perintah
TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya;
masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer
seorang, menurut jumlah jiwa.”
Demikianlah
diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada
yang sedikit.
Ketika mereka
menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak
kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.
Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.
Manna untuk masing²
sehari

~ Keluaran 16:14-18

Dikatakan, setiap
orang mengumpulkan dan memakannya menurut keperluannya. Inilah
takaran yang baik. Ada yang makan banyak, ada yang makan sedikit.
Tetapi semua sesuai dengan kebutuhannya.

Demikianlah
seharusnya kita makan secara rohani. Kita makan seperlunya sesuai
kadar yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kita. Tidak terlalu banyak.
Tidak terlalu sedikit. Tetapi roti sorgawi yang menjadi bagian kita
hari itu kita terima dan nikmati dengan segala ucapan syukur dan
sukacita dari Tuhan. Dengan cara seperti itulah kita akan hidup. Baik
dari roti jasmani, lebih-lebih dari manna -suatu rhema,
perkataan-perkataan yang hidup dari Tuhan bagi kita. Kita bisa
memperolehnya dari membaca Alkitab dan perenungan secara pribadi,
aturlah menemukan sumber-sumber makanan rohani yang kita rasakan
menjadi sarana Tuhan berbicara jauh ke dalam hati kita, atau dengan
belajar bersama dan berdiskusi dengan rekan² seiman atau hamba-hamba
Tuhan tentang hal-hal yang dapat membawa kita masuk dalam pengenalan
lebih dalam akan rencana Tuhan di hidup kita.

Membiasakan menerima
porsi makanan rohani yang tepat setiap hari membawa pada suatu gaya
hidup seorang murid yang belajar setiap hari di ruang kelasnya. Sikap
seperti ini akan menjadikan kita berakar kuat di dalam Tuhan.
Menembus jauh ke bawah supaya dapat tumbuh ke atas. Kita akan tumbuh
subur menjadi tanam-tanaman Tuhan yang membawa kemanfaatan yang besar
bagi sesama. Yang batangnya kuat, akarnya berguna, daunnya menjadi
obat, bunganya memperindah dan buahnya menjadi makanan dan kekuatan.

Sama seperti
tumbuh-tumbuhan yang memasak makanan dan mencukupkan dirinya dari
lingkungan sekitarnya, demikian di taman Tuhan kita ditanam supaya
makan dengan sewajarnya sehingga berbuah-buah bagi kemuliaan-Nya.

8) Jangan
tergesa-gesa membagikan atau merekomendasikan suatu makanan

Makanan yang kita
nikmati bisa jadi terasa lezat bagi kita. Meski demikian, alangkah
baiknya jika itu diteliti lebih dulu. Ada banyak makanan rohani yang
disediakan secara hampir tak terbatas secara online hari-hari ini,
dimana kitapun turut membagikannya.

Pertanyaannya, sudah
termasuk makanan sehatkah itu? Apakah kita sedang benar-benar berbagi
berkat rohani atau racun rohani?
Apa kira-kira kata
orang ketika suatu kali Anda merekomendasikan sebuah tempat makan
atau suatu menu tertentu yang ternyata kemudian terbukti tidak
membawa dampak yang baik bagi yang memakannya?

Rekomendasi kita
seharusnya pada makanan-makanan bergizi dan bermutu yang membawa
kebaikan bagi semua. Makanan rohani yang kita bagikan pun seharusnya
telah terbukti menjadi pesan-pesan yang membawa orang pada keintiman
dan persekutuan lebih dalam dengan Tuhan. Bukan sebaliknya, dimana
banyak orang dibingungkan, disesatkan, dijerumuskan atau dibawa
kepada jerat-jerat kerohanian yang palsu.

Berhati-hatilah
selalu saat membagikan suatu pesan rohani. Jika itu tak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, kita malah akan menjadi alat
kerusakan dan kutuk daripada berkat.

9) Jangan tergoda
untuk menjadi sombong dengan mengklaim makanan-makanan yang Anda
bagikan adalah buatan Anda sendiri

Salah satu jebakan
terbesar terkait era online hari ini ialah bahwa informasi yang
berputar seringkali tak dapat diketahui mana yang benar dan salah
atau darimana sumber asalnya. Orang menggunakan segala cara untuk
menarik perhatian bagi dirinya. Termasuk dengan menampilkan
kesan-kesan yang menunjukkan dirinya tampak lebih luar biasa daripada
kenyataannya.

Dalam hubungan
dengan berkat-berkat rohani, limpahnya makanan rohani tak jarang
membuat kita tergoda ketika kita menemukan suatu pesan yang penting
dan menawan hati lalu ingin membagikannya kepada yang lain.
Membagikan makanan rohani adalah satu hal sedangkan membagikannya
sedemikian rupa untuk mencari perhatian, pengakuan dan penghormatan
manusia adalah hal lain. Inilah ekses (efek negatif) dari media
sosial era informasi sekarang ini. Orang mendapat saluran dan wadah
untuk menunjukkan dirinya pada dunia. Sekalipun itu tak selalu dalam
kejujuran dan keaslian.

Makanan rohani dari
Tuhan yang diterima dan disiapkan dengan tulus lalu dibagikan tanpa
biaya di media sosial sudah selayaknya dihargai dengan memberikan
pengakuan yang selayaknya pada para penulisnya dan yang tentu tidak
boleh kita lupakan: supaya nama Tuhan saja yang dimuliakan.

Biar hati kita
senantiasa tulus dan fokus pada kemuliaan nama Tuhan saja, maka
berkat-berkat rohani terbaik akan menjadi alat yang penuh kuasa untuk
meninggikan nama Tuhan atas muka bumi.

10) Makanlah dengan
cara yang diajarkan Tuhan

Pesan-pesan yang
mengandung kebenaran firman harus kita erlakukan sebagaimana Tuhan
perintahkan.

Ia tidak
memerintahkan kita sekedar membacanya, mengumpulkannya,
mengkhotbahkannya, atau membagi-bagikannya.

Pertama-tama, Ia
memerintahkan kita merenungkannya. Siang dan malam (Mazmur 1:3; Yosua
1:8) Lalu menjadikannya bahan pembicaraan dan mengajarkannya kepada
keluarga kita dan murid-murid Tuhan lainnya (Ulangan 4:6-9). Untuk
kemudian hidup di dalamnya. Menjadi pelaku-pelaku firman, bukan hanya
pendengar saja (Yakobus 1:22).

Untuk mendapatkan
manfaat terbaik dan terbesar dari firman Tuhan, kita seharusnya tak
sekedar membaca atau meresponnya dengan tanda “Like” atau
perkataan “Amin” saja. Kita perlu merenungkannya lebih
lanjut. Mencari dan menyelami untuk menemukan apa yang tersimpan di
hati Tuhan. Tanpa merenungkan dan melakukannya, kita akan terjebak
dalam kondisi-kondisi rohani yang agamawi, yang menyangka hidup kita
telah berkenan di hadapan Tuhan HANYA dengan berkecimpung dan
bersinggungan dengan hal-hal rohani setiap hari, padahal hati dan
hidup kita masih jauh dari yang Tuhan rindukan. Sekedar membaca dan
mengumpulkan pengetahuan rohani, tidak akan membawa kita lebih rohani
sebab kerohanian sejati dimana manusia rohani kita dibaharui hari ke
sehari lahir dari persekutuan dan pergaulan kita dengan Tuhan, bukan
dari rajinnya kita membaca atau mendengar hal-hal rohani.

Proses merenungkan
juga bukan proses cepat-cepat dan sekedarnya. Merenungkan berarti
mencernanya sampai lembut (bagaikan sapi yang memakan rumput atau
memamahbiak) supaya akhirnya makanan itu dapat dicerna (yaitu
dipahami dengan tepat) dan menjadi kekuatan rohani yang sesungguhnya.

Proses merenungkan
firman, menyelaminya hingga melakukannya merupakan tanggapan yang
harus menjadi kebiasaan kita setiap hari. Dengan cara demikianlah,
setiap asupan rohani yang Tuhan berikan pada kita mencapai tujuannya:
kesehatan dan kebugaran rohani kita di dalam Dia (Efesus 6:10)

PENUTUP
Bagaimana kita makan
setiap hari menentukan kesehatan, kondisi tubuh bahkan rentang usia
kita.
Demikian pula cara
kita menerima makanan rohani. Seseorang akan menjadi sehat, kuat dan
mampu melakukan perkara-perkara besar bersama Tuhan jika manusia
rohaninya segar, kuat dan terlatih -yang kesemuanya hanya dapat
dimungkinkan dengan mengkonsumsi makanan rohani yang sehat dan dengan
cara yang tepat.

Biarlah kita
didapati Tuhan sebagai anak-anak-Nya yang bijak yang tahu bagaimana
memilah makanan yang sesuai dengan kehendak Bapa.

Biarlah hati-Nya
disukakan oleh sebab anak-anak-Nya tumbuh secara sehat dan siap ambil
bagian dalam pekerjaan Bapa, demi kepentingan dan kemuliaan nama-Nya.

Adakah Anda termasuk
salah satu dari anak-anak-Nya itu?

Salam revival
Indonesia penuh
kemuliaan-Nya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *