WASPADA PERKATAAN DAN PERMAINAN PALSU MANUSIA

Oleh Peter B, MA
Dalam suatu peristiwa yang dicatat di Injil
yang menggambarkan Yesus diurapi oleh seorang wanita dengan minyak yang mahal,
ada satu adegan ketika murid-murid memarahi perempuan itu sebab menganggap yang
dilakukannya sebagai suatu -tindakan pemborosan.
Matius menuliskannya seperti ini :
Melihat itu murid-murid gusar dan berkata:
“Untuk apa pemborosan ini?
Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal
dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.”
~ Matius 26:8-9
Perhatikanlah, disebutkan oleh Matius bahwa
murid-murid (artinya banyak di antara murid-murid itu) yang menjadi gusar atau
tidak senang.
Namun, membaca dari yang dicatat oleh Matius
sebenarnya belumlah lengkap. Gambaran utuh peristiwa gusarnya murid-murid itu
menjadi jelas ketika kita menyatukan catatan dua penulis Injil lainnya, yang
juga mendokumentasikan peristiwa yang sama.
Dari catatan Markus kita membaca keterangan
yang lebih banyak :
Ada orang yang menjadi gusar dan berkata
seorang kepada yang lain:
 “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?
Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus
dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu
mereka memarahi perempuan itu.
~ Markus 14:4-5
Disebutkan oleh Markus, awalnya ada satu
orang murid
 yang menjadi gusar. Lalu murid itu berkata seorang kepada yang
lain. Artinya pada awalnya, tidak semua atau tidak banyak murid-murid yang
menjadi gusar. Hanya satu orang saja tetapi karena dia menyatakan pandangannya
kepada murid-murid yang lain, maka yang lain turut merasa terganggu pikirannya.
Adegan ini menjadi semakin jelas dan membentuk
gambaran lengkap sewaktu kita membaca catatan Yohanes:
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari
murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
“Mengapa minyak narwastu ini tidak
dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”
Hal itu dikatakannya bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri;
ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
~ Yohanes 12:4-6
Tanpa ragu, Yohanes menyebutkan siapa
identitas satu orang murid yang mula-mula menjadi gusar. Ternyata dia Yudas
Iskariot. Dan tidak hanya itu. Yohanes menambahkan beberapa fakta untuk
memperjelas siapa Yudas Iskariot ini. Dikatakan dalam nats, ia adalah murid
yang “akan segera menyerahkan Yesus”. Masih ada lagi. Motif Yudas pun
disingkapkan. Yudas gusar dan menyuarakan protes “bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin” tapi justru karena ia seorang
“pencuri, yang sering mengambil uang yang disimpan di dalam kas yang
dipegangnya”. Dapat diduga, motif utama Yudas tidak lain adalah supaya
minyak yang mahal itu bisa disumbangkan dalam bentuk uang untuk Yesus dan
murid-murid-Nya, dengan tujuan oleh karena dirinya sebagai bendahara, ia dapat mengambil
uang itu sebagian untuk kepentingan dirinya.
Yang dilakukan Yudas sebenarnya sangat keji.
Ia menutupi kejahatan dan kecurangannya dengan sikap seorang yang seolah-olah
peduli orang miskin.
 Bahkan dia berani menghakimi perempuan yang mengurapi
Yesus itu dengan menyebut tindakannya sebagai pemborosan, padahal dia sendiri
sebenarnya seorang pencuri dan koruptor.
Mengetahui karakter Yudas Iskariot ini,
tidaklah sukar menemukan padanannya di zaman sekarang. Banyak contoh yang
seperti itu di Indonesia. Malah mungkin terlalu banyak. Betapa tidak, ada orang
yang katanya mengumpulkan bantuan sosial untuk bencana alam tetapi dari
sumbangan yang masuk diambil untuk dipakai sendiri. Ada pula yang melakukan
sedekah atas nama agama di hari besar agamanya namun pemimpin muda ini akhirnya
ketahuan bahwa sumbangannya itu berasal dari uang suap dan kong kalikong. Belum
lagi ada permohonan dana untuk membangun monumen anti korupsi, tetapi uang yang
masuk pun dipotong sana sini untuk dinikmati pejabat-pejabat terkait. Dan
bukankah sudah sangat lumrah terjadi di masa-masa menjelang pemilu seperti
sekarang apa yang disebut sebagai “money politics” saat banyak yang
mengatasnamakan bantuan sosial dan keberpihakan untuk rakyat tetapi sebenarnya
semuanya dilakukan untuk menyelubungi tujuan-tujuan egois pribadi atau kelompok
mereka, sedangkan uang yang digunakan acapkali juga tidak jelas berasal
darimana? Dan bukankah santer terdengar bahwa gerakan-gerakan massa atas nama
agama atau kelompok tertentu atas nama rakyat, buruh atau petani pada dasarnya
ditunggangi oleh permainan uang demi kepentingan-kepentingan orang-orang kuat
yang ingin mencari jalan untuk berkuasa?
Itu tentang Yudas. Tetapi yang ingin saya
sampaikan bukan tentang Yudas. Yang saya soroti adalah pengaruh omongan
Yudas.
Dari tiga penggambaran dalam Injil, jelaslah
bahwa perkataan Yudas dengan cepat mempengaruhi murid-murid yang lain. Banyak
yang terprovokasi. Protes kepada Yesus pun akhirnya tidak terhindarkan. PADAHAL
MEREKA KELIRU!
Yesus justru membenarkan perbuatan sang
perempuan yang mengurapi Dia itu. Yesus bahkan menjelaskan mengapa Ia disukakan
dengan tindakan wanita itu. Murid-murid merasa benar pada mulanya TAPI TERBUKTI
SALAH DI HADAPAN SANG GURU.
Mereka salah karena termakan hasutan. Termakan
omongan dari seorang yang tampak baik, adil, berjiwa sosial, bermotif emas dan
sangat penuh belas kasihan. Faktanya… mereka termakan celotehan seorang maling,
hanyut dalam perkataan seorang koruptor, tertipu oleh permainan seorang
penjahat!
Dari sini kita seharusnya bisa belajar suatu
hal yang penting. Belajar supaya kita TIDAK TERBURU-BURU PERCAYA BEGITU SAJA
DAN DENGAN MUDAH MENERIMA PERKATAAN-PERKATAAN MANUSIA. Apabila ada yang mengaku
membawa perkataan Tuhan saja perlu kita uji, maka lebih lagi apa yang diujarkan
manusia.
Hari ini berbagai komentar dan ocehan orang
banyak sekali bentuknya, khususnya di media sosial. Semua bebas berbicara dan
berpendapat. Ribuan pikiran membuahkan ratusan ribu omongan. Setiap orang
tampaknya berbicara dengan maksud dan tujuan yang baik. Namun kita harus
berhati-hati untuk menilainya. Benarkah memang motif mereka murni? Adakah
mereka tulus hendak mendatangkan kebaikan bagi negeri ini? Benarkah seseorang
yang mencalonkan diri sebagai pemimpin nomor satu atas bangsa ini benar-benar
memperjuangkan warganya? Tidakkah semuanya tampak manis dan penuh perhatian
saat menjanjikan masa depan penuh harapan bagi seluruh rakyat? Tetapi apakah
benar mereka sungguh-sungguh memperhatikan orang-orang yang tertindas dan
menderita?
Ketika hasutan disebarkan, fitnah disebar,
perkataan penuh tipuan ditularkan maka akibatnya BANYAK YANG MENJADI GUSAR.
Tidak heran kemudian mereka menjadi kumpulan-kumpulan orang marah, saling hina
serang bahkan baku pukul hingga tega membunuh saudara sebangsanya sendiri
karena perbedaan pandangan politik. Mereka saling olok dengan sebutan-sebutan
nama hewan yang merendahkan. Mereka membutakan diri dari fakta dan kenyataan
yang harus dilihat dengan jernih.
Yang lebih parah dari semua hal itu, MEREKA
MENUTUP DIRI DARI PENCARIAN AKAN KEHENDAK TUHAN! Mereka lebih peduli dengan
pendapat figur-figur pengaruh di media sosial. Mengaminkan perkataan para
pengulas dan pengamat politik yang jika direnungkan seolah seperti orang yang
tahu mana yang paling benar. Mereka lupa bahwa ada Tuhan, Tuhan mereka yang
mengaruniakan Roh Kudus dan berjanji untuk menuntun anak-anak-Nya dalam seluruh
kebenaran.
Sama seperti peristiwa Yesus diurapi seorang
wanita di atas, hanya Tuhan yang tahu mana tindakan yang SUNGGUH-SUNGGUH benar,
dan bukan yang kelihatan benar saja. Kita harus mencari Dia, menenangkan diri
kita supaya kita bisa mendengarkan pendapat-Nya dan menangkap isi hati-Nya.
Dari sana kita dimampukan memahami mana yang benar dan apa sikap yang tepat
untuk kita ambil. Dari Dia saja kita akan melihat dalam perspektif terbaik
sehingga dapat mengambil pilihan sikap terbaik terhadap segala sesuatu.
BETAPA PENTINGNYA PIMPINAN TUHAN ITU BAGI
KITA!
Di era dimana informasi tersedia sedemikian
luasnya, kita harus semakin berhati-hati dengan berbagai perkataan yang beredar
di tengah-tengah kita. Kita tidak boleh mudah percaya, gampang terpancing atau
segera menyetujui akan apa saja yang disampaikan kepada kita -lebih-lebih yang
sifatnya memprovokasi. Kita harus terus menerus melatih diri untuk menilai dan
menguji segala sesuatu baik terhadap kabar-kabar di alam nyata maupun yang
berasal dari wilayah roh.
Janganlah menjadi orang bodoh yang tidak tahu
menimbang segala sesuatu. Anak-anak Tuhan dijanjikan hikmat bagi yang mau
memintanya pada Tuhan (Yakobus 1:5).
Di atas semuanya, kita perlu memiliki dan
menjaga hubungan erat dan karib dengan Tuhan, sumber segala petunjuk, panduan
dan informasi yang benar dan sejati. Dialah Gembala Agung yang pasti akan
menuntun kita di jalan kebenaran. Roh Kudus-Nya dijanjikan untuk membawa kita
senantiasa dalam kehendak-Nya. Kita harus selalu mengarahkan diri dan membuka
hati kita selebar-lebarnya untuk suara dan pesan-Nya.
Biarlah hati kita diberikan kelembutan dan
kepekaan untuk mendengar tuntunan dari tempat yang mahatinggi. Dan biarlah
satu-satunya provokasi bagi kita ialah provokasi ilahi. Untuk menyelesaikan
tugas dan panggilan kita bagi generasi kita DENGAN ROH YANG MENYALA-NYALA!
Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi
siapa menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta. Saksi dusta tidak
akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan
binasa.
~ Amsal 14:5; 19:9
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan
orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.
~ Amsal 29:22
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada
setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
~ Amsal 14:15
Dalam terang firman-Nya
Salam revival!
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *