Arsip Bulanan: November 2017

HAL-HAL YANG MENGALIHKAN PIKIRAN KITA DARI TUHAN

Oleh Oswald Chambers



Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan. — Maz 123:3

Hal yang harus kita waspadai bukanlah mengenai rusaknya iman kita pada Allah, tetapi rusaknya kondisi rohani atau cara berpikir kita. “Jagalah rohmu dan janganlah menipu (atau mengkhianati) dirimu sendiri!” (Maleakhi 2:16, KJV).

Cara berpikir kita mempunyai pengaruh yang luar biasa yang bisa menjadi musuh dan menyerang jiwa kita sendiri sehingga mengalihkan pikiran kita dari Allah. 

Ada beberapa sikap tertentu yang sekali-kali tidak boleh kita turuti. Jika kita menurutinya, hal-hal itu akan mengalihkan kita dari iman kepada Allah. Hingga kita kembali pada suasana hati yang tenang di hadapan Tuhan, iman kita tak akan mempunyai arti, dan keyakinan diri pada daging dan kepandaian menusiawi kitalah yang akan mengendalikan kita.

Berhati-hatilah terhadap “kekuatiran dari dunia ini …” (Markus 4:19). Kekuatiran-kekuatiran inilah yang menimbulkan sikap-sikap yang salah dalam jiwa kita. Sungguh luar biasa kekuatan yang ada pada hal-hal yang kecil dan sederhana untuk mengalihkan perhatian kita dari Allah. Tolaklah diri Anda ditenggelamkan oleh “kekuatiran dunia ini”.

Hal lain yang mengalihkan perhatian kita (dari Tuhan) adalah hasrat untuk membenarkan diri. St. Augustinus pernah berdoa, “O Tuhan, lepaskanlah aku dari hasrat untuk selalu membenarkan diri.” Keinginan untuk selalu membenarkan diri akan merusak iman kita kepada Tuhan.
Jangan membiasakan berkata, “Aku harus menjelaskannya sendiri,” atau “Orang harus mengerti aku.” Allah kita tidak pernah menjelaskan apa-apa tentang diri-Nya — Ia membiarkan orang-orang meluruskan sendiri kesalahpahaman dan miskonsepsi tentang diri-Nya.

Apabila kita mendapati orang lain tidak bertumbuh secara rohani dan kita justru mengkritik untuk menghakimi mereka, kita telah menghalangi hubungan kita dengan Tuhan. Allah tidak pernah memberikan kepada kita ketajaman pengertian untuk membedakan (discernment) agar kita dapat menghakiminya dalam kritik, tetapi supaya kita dapat mendoakannya.

RENUNGAN MARKUS 11:24

Oleh Peter B, MA
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
~ Markus 11:24 (TB)  

Ayat ini disampaikan Yesus bukan bagi semua orang di dunia tapi TERBATAS kepada murid-murid-Nya sebagai janji bahwa jika mereka – murid-murid-Nya itu – meminta sesuatu kepada Bapa, jika ia tidak bimbang hati, mereka pasti akan menerima sesuai permintaan mereka itu.

Jadi, perlu diperhatikan di sini beberapa poin penting:

Ini tidak berlaku bagi mereka yang hanya ingin jawaban / jalan keluar mudah tapi tidak mau menjadi murid Kristus 

Murid Kristus diberikan ijin meminta apapun karena Tuhan percaya murid-murid-Nya akan meminta yang baik dalam ketulusan dan kerinduan memuliakan Tuhan saja 

•Permintaan/doa-doa kita akan dinilai dan dijawab berdasarkan keyakinan iman yang teguh dan tidak bergeser oleh apapun juga. Ini berarti bahwa doa bukan sesuatu yang main-main dan sembarangan, yang dilakukan dengan pikiran “dijawab bagus, tidak dijawab tidak apa. Toh nanti aku bisa cari pertolongan lain”. Tuhan menginginkan dan menghargai keseriusan dan pengharapan kita semata-mata hanya pada-Nya. Berdoalah dengan sepenuh hati dan terus mendesak dengan tekun jika kita sungguh-sungguh merindukan jawaban dari Tuhan (Yak. 5:17-18)

Iman kecil sebesar biji sesawi saja cukup memindahkan gunung, betapa lebihnya iman yang besar akan mengadakan perkara-perkara besar bersama Tuhan di muka bumi. Masalahnya memang iman kita seringkali lebih kecil lagi bahkan tidak didapati sehingga doa-doa kita semuanya seolah tak terjawab dan gagal.

Semoga menjadi berkat…
Tuhan Yesus memberkati…

CARA EFEKTIF BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA

Oleh Peter B, MA

Ada seorang yang bertanya pada saya “Apakah boleh kita menegor orang tua yang bersikap dan merendahkan saya sebagai anak? Bolehkah kita menasehatinya? Bagaimana caranya supaya saat memberikan masukan orang tua tidak tersinggung?”

Saya merasa ini merupakan problem dari banyak sekali orang yang berada dalam posisi sebagai anak.
Berada di bawah otoritas bukan sesuatu yang mudah dijalani, mengingat ego manusia yang kuat dan selalu ingin dihargai. Apalagi otoritas yang keras dan tidak peduli dengan orang-orang di bawahnya. Salah satu otoritas yang paling membatasi dan mengekang kita sehingga kita selalu merasa serba salah dalam bertindak adalah otoritas orang tua. Dan selalu ada orang tua-orang tua yang pada dasarnya tidak memahami kebenaran atau suka berbicara atau berbuat seenaknya tanpa memiliki kepekaan sikap bahkan terhadap keluarganya sendiri.

Dihubungkan dengan firman Tuhan, diperintahkan pada kita :

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
~ Efesus 6:1-3

Pertama-tama kita harus belajar taat pada orang tua. Kedua, kita wajib menghormati mereka. Taat berarti mau mendengarkan dan mengikuti instruksi mereka. Menghormati berarti menjunjung tinggi mereka dalam hidup kita. 

Ini ditetapkan demikian sebab orang tua, sedikit atau banyak dan biasanya banyak, telah melakukan banyak pengorbanan untuk kita sejak kita berada dalam kandungan, melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, dan menjadi pelindung dan pembela kita selama di bumi. Kita harus tahu berterima kasih pada mereka. Merekalah orang-orang pertama di dunia yang layak mendapatkan penghormatan kita. Belum lagi kenyataan bahwa mereka lebih tua dan merupakan otoritas di atas kita. Ini berlaku TERUTAMA saat kita berada dalam naungan orang tua.

Sedikit berbeda apabila kita telah mandiri dan membentuk keluarga sendiri. Namun sikap hati yang siap untuk taat harus selalu ada. Terlebih lagi menghormati orang tua beribacara lebih jauh daripada itu. Sikap hormat terhadap orang tua jasmani atau rohani kita wajib terus ada di hati dan hidup kita bahkan setelah mereka tiada di dunia ini.

Bagaimana dengan orang tua yang buruk?
Wajibkah kita tetap taat dan menghormati? Ini pembahasan dalam lingkup yang berbeda. Tapi intinya, perintah menghormati orang tua tidak dilakukan dengan syarat dan ketentuan tertentu. Sama seperti istri tunduk kepada suaminya, bagaimanapun suaminya, begitu pula anak-anak wajib menghormati orang tuanya tanpa syarat-syarat yang harus dipenuhi orang tuanya.

Yang dimaksud “menghormati” berarti menempatkan dirinya di posisi yang tinggi, memandangnya berharga dan tidak pernah merendahkan mereka baik di hati atau dalam tingkah laku nyata. Ini bukan saja sudut pandang yang akan menumbuhkan sikap positif tapi juga membuka pintu-pintu berkat bagi kita yang mau untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan mereka yang lebih senior dari kita.

Dalam sikap seperti itu pulalah kita membangun komunikasi dengan orang tua kita. Berkomunikasilah dengan segala sikap yang patut dan hormat pada orang tua kita. 

Untuk itu kita perlu memperhatikan:

1) Kendalikan emosi kita. 
Emosi² negatif hanya berdampak buruk bagi kita. Emosi melumpuhkan pikiran dan membutakan mata hati. Jika emosi meluap lebih baik menenangkan diri hingga emosi mereda dan pikiran kembali aktif. Pada saat itulah kita akan lebih mampu berkomunikasi dengan baik dan jernih.

2) Kenali karakter orang tua kita. 
Komunikasi terbaik dibangun berdasarkan karakter orang yang kita ajak komunikasi. Jika ia seorang yang terus terang, berbicara apa adanya akan lebih baik. Tapi jika orang tua kita lebih tertutup dan sering berbicara secara tidak lenaguang melalui simbol, contoh², kisah² atau sindiran² ada baiknya kita pun menggunakan cara yang sama, tetapi dengan penuh hormat juga. Begitulah cara rakyat biasa berbicara dan memberikan masukan pada raja² (lihat 2 Samuel 12:1-22; 17:1-14).
Satu tips lagi, mengingat orang tua selalu dalam posisi yang ingin menasihati dan bukan dinasihati, mintalah saran dan pendapat melalui pertanyaan, sebagaimana nabi Nathan menyampaikan kisah pada Daud dan secara tanpa disadari Daud akhirnya menghakimi dirinya sendiri.

3) Sampaikan maksud dan isi hati kita dalam ketulusan dan tentunya, kasih.
Perlu suatu level kasih tertentu dimana kita mengasihi orang tua kita dengan kasih Tuhan untuk dapat mengkomunikasikan maksud baik kita. Itupun tetap masih berisiko disalahmengerti. Tapi jauh lebih baik menyampaikannya daripada menyimpan dalam hati saja dan mengeluh pada orang lain.

4) Jika ada yang terasa memberatkan kita, komunikasikan kondisi kita itu.
Bagaimanapun kita adalah manusia yang memiliki keterbatasan, tidak semua pekerjaan dapat kita lakukan. Pada saat kita tidak mampu melakukan apa yang diminta oleh orang tua, terlebih baik kita menyampaikannya dengan sejujurnya dan apa adanya. Orang tua yang pada dasarnya masih peduli pada anak-anaknya akan memahami kondisi mereka dan mempertimbangkan hal tersebut di waktu-waktu mendatang.

5) Cari dan mintalah selalu hikmat Tuhan dalam setiap situasi sulit kita hadapi. 
Tuhan menjanjikanuntuk memberikan hikmat pada kita yang meminta kepada-Nya. Hikmat -Nya adalah bukti Ia tidak pernah meninggalkan kita. Bahwa Ia mengerti dan tahu situasi kita, bahkan Ia siap memberikan solusi bagi kita.
Salah satu contoh misalnya, jika memang sangat sulit memberikan masukan kepada orang tua, mintalah bantuan anggota keluarga yang lain, yang mungkin lebih dapat berkomunikasi dengan baik pada orang tua kita. Tentunya semua harus didahului dengan menyampaikan maksud dan tujuan percakapan tersebut. tersebut.

6) Di atas semuanya, selagi kita telah melakukan bagian kita, kita perlu terus menerus memohon campur tangan Tuhan untuk menolong kita melembutkan dan menyadarkan kelemahan-kelemahan mereka yang telah berdampak buruk bagi anak-anak mereka. 
Bagaimanapun kita tidak pernah berjuang dan berusaha sendiri apabila kita melangkah bersama Tuhan.  Saat Tuhan menjadi pengharapan kita, Dia tidak akan pernah mengecewakan.  Ia pasti akan turun tangan dan campur tangan menolong kita.

Jalan-jalan dunia ini mengajarkan pada kita bagaimana bersikap kepada orang tua yang pada dasarnya menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Jika tidak membuat orang sangat mengagungkan dan memuja orang tuanya selayaknya seperti kepada Tuhan, dunia mengajarkan bahwa orang tua itu sejajar dengan kita dan hanya pantas diperlakukan sebagai individu yang lain.
Namun firman Tuhan mengajarkan bahwa menghormati orang tua adalah memperlakukan mereka sebagaimana otoritas patut dihormati dan dikasihi. Menghormati berarti tidak boleh memandang kecil, rendah apalagi hina terhadap orang tua kita sehingga kita berbuat kasar, kejam dan tidak adil kepada mereka. Tetapi menghormati juga bukan berarti kita harus menuruti setiap permintaan dan keinginan mereka seolah-olah mereka penguasa satu-satunya di dalam hidup kita.

Untuk mentaati perintah Tuhan, kita memerlukan kuasa dan kasih yang berasal dari Tuhan sendiri. Oleh kekuatan kasih karunia-Nyalah, kita akan menjadi pelaku-pelaku firman yang berhasil.

Semoga menjadi berkat ketika kita merenungkan dan menghubungkannya dengan keadaan kita selalu memohon Hikmat Tuhan untuk melangkah melaksanakannya. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

TIDAK JUJUR PADA DIRI SENDIRI DAN DI HADAPAN TUHAN ITU…

Oleh Peter B, MA

Saat Roh Kudus berbisik di hati kita atas dosa-dosa kita, namun kita mengatakan bahwa itu dakwaan dan tuduhan dari iblis…

Tatkala kita berdoa dan mengambil waktu bersaat teduh lalu sebuah ayat menyentak batin serta menggoncang pikiran kita tapi kita berkata dalam hati, “Itu bukan aku. Aku baik-baik saja”

Kala seseorang memberikan masukan, kritik dan teguran pada kita namun kita membela diri, membantah, mendebatnya bahkan menyerang balik si penegur kita itu tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin saja kita telah bertindak keliru selama ini…

Di saat bukti-bukti kesalahan kita dibeberkan di depan mata, namun kita tetap tidak mengakui sambil berdalih-dalih sambil melemparkan kesalahan kepada orang lain, situasi atau keadaan-keadaan di luar kita sebagai penyebabnya…

Sewaktu pesan demi pesan kebenaran datang pada kita namun kita enggan menyambutnya, menunda-nunda untuk melakukannya; tidak menguji dan mencari peneguhan kebenarannya, tapi berlambat-lambat untuk menaatinya…

Sewaktu seorang anak diberi nasihat oleh orang tuanya namun ia menutup hati dan pikirannya dan tidak mau mempedulikan dan memperhatikannya…

Di saat seorang suami diingatkan dengan cara yang penuh hormat oleh istrinya akan sikap dan tingkah lakunya yang melawan firman Tuhan namun sang suami menjadi tersinggung bahkan bangkit kemarahannya sehingga merendahkan istrinya itu…

Pada saat seorang istri diingatkan dan ditegur oleh suaminya akan sesuatu hal yang tidak tepat dari kelakuannya namun sang istri justru menolak dan melawan suaminya dengan bersikap keras kepadanya…

Ketika suatu khotbah di mimbar gereja menyampaikan pesan yang jelas menyinggung perbuatan kita yang telah jatuh dalam dosa tapi kita berkata, “Itu pesan untuk orang lain, bukan aku”…

Bila suatu pesan profetik (yang bersifat nubuatan) menyingkapkan pikiran, sikap hati dan perbuatan-perbuatan kita yang telah menyimpang dari kehendak Tuhan tetapi kita menanggapinya dengan sepi serta menganggapnya sebagai pandangan dari seorang manusia semata…

Pada saat suatu nubuatan terbukti mengandung kebenaran karena terjadi sesuai dengan yang disampaikan sebelumnya tetapi kita memilih menutup mata dan berkata bahwa itu bisa jadi suatu kebetulan saja, tanpa menyediakan hati untuk mendalaminya lebih lagi….

Apabila kita mendengar suatu pesan profetik yang penuh janji yang muluk-muluk atau dengan berani menetapkan waktu kedatangan Kristus kedua kalinya, yang kemudian semuanya tidak terbukti tetapi kita tetap mempercayai sang penyampainya dan menerima berbagai alasan-alasan yang dibuat untuk menutupi kegagalan dan kesalahan nubuatan mereka…

Pada waktu suatu pesan pengajaran dibukakan dalam pikiran kita sebagai suatu kebenaran sejati oleh Roh Kudus namun kita mengatakan bahwa karena itu tidak sesuai dengan yang kita yakini dan tidak seperti yang diajarkan di gereja kita, maka kita menolaknya dan memilih membuangnya jauh-jauh…

Ketika keadaan diri, keluarga, kota atau bangsa kita yang rusak dan bobrok disingkapkan Tuhan kepada kita namun kita mengatakan segala sesuatu masih tetap baik-baik saja dan tidak ada masalah yang berarti…

Tatkala kita digerakkan untuk melangkah dan taat akan suatu perintah Tuhan dimana kita yakin bahwa memang itulah yang terbaik tapi kita memikirkan yang lain dan melakukannya dengan cara kita sendiri…

Di kala kita mengetahui ada yang menyimpang dari pemimpin rohani kita  namun kita tetap mengikutinya dan membelanya habis-habisan…

Sewaktu kita menyangka bahwa kita telah melakukan banyak hal untuk Tuhan, pekerjaan dan kegerakan-Nya padahal kita hanya tahu sedikit saja atau tidak tahu apa-apa tentang bagaimana Tuhan bekerja…

Pada waktu kita merasa bahwa kita telah cukup rohani dan mengetahui banyak hal padahal masih sangat banyak yang belum kita pahami mengenai Tuhan dan rancangannya di hidup kita -dan kita lebih memilih berdiam diri tanpa berusaha mencari tahu dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terkait hal itu…

Saat kita berpikir bahwa kita cukup taat dan sudah mencapai suatu posisi rohani yang melampaui kebanyakan orang padahal kita tidak benar-benar mengetahui ukuran-ukuran kerohanian sejati itu sendiri…

Di waktu kita berpikir bahwa kita telah mengikut Tuhan dan menjadi murid-Nya padahal kita tidak memiliki hubungan yang hidup dengan Dia…

Dan daftar ini terus bertambah apabila masih ada ketidaktulusan, ketidaklurusan dan penolakan melakukan introspeksi hati kita di hadapan Tuhan.

“Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,”
~ Wahyu 3:17

KITA MENOLAK JUJUR PADA DIRI KITA SENDIRI KARENA… 

Kita ini keras hati. Menolak untuk bertobat. Lebih memilih memegang erat kebiasaan lama kita meskipun itu merugikan kita daripada merangkul disiplin yang baru.

Kesombongan telah menyusup dan menguasai hati kita. Merasa tidak perlu menguji dan memeriksa diri. Memandang diri tidak ada kesalahan dan tidak perlu dikoreksi. Menolak merendahkan diri untuk belajar atau diajar jalan-jalan kebenaran san pengenalan akan Tuhan.

Kita malas menguji diri dan segala sesuatu. Mudah dipengaruhi oleh perkataan-perkataan manis dan kosong tapi melenakan hati dan menyesatkan pikiran. Kerap menjadi silau oleh karisma dan kebesaran nama seorang tokoh atau figur pemimpin. Tidak mencari dan menyelidiki dengan jelas lalu memutuskan mana yang benar dan teruji yang harus kita ikuti. Suka ikut-ikutan dan terpengaruh arus massa yang banyak itu.

Kita ini lebih suka mempercayai pikiran kita sendiri, walau terbukti keliru. Kita menolak hasil pengujian, fakta dan data yang terbentang di depan mata. Lebih percaya pendapat sendiri ketimbang menerima koreksi dan teguran.

Kita terbiasa berjalan mengikuti cara-cara kita sendiri. Menempuh jalan, yang sebenarnya jauh dalam lubuk hati kita ketahui tidak tepat, namun kita meneruskannya. Kita menawar-nawar perintah Tuhan dan melakukannya dengan sekehendak hati sendiri.

Sering tanpa sadar, kita gampang membuka hati terhadap kebohongan yang disampaikan pada kita, oleh sebab itu sesuai dengan keinginan dan kehendak kita. Lebih mudah menyuntikkan bius kebohongan pada pikiran kita daripada menerima kenyataan diri kita apa adanya.

TERHADAP SEMUANYA ITU KITA HARUS DATANG DALAM PERTOBATAN.
DENGAN mengaku di hadapan Tuhan bahwa kita telah berdosa, jatuh, gagal, hancur, kalah dan tidak mampu memulihkan dan memperbaiki hidup kita.
DENGAN kemudian disertai ketulusan dan kejujuran di hadapan Tuhan kita melangkah dalam ketaatan. Membayar seberapapun harganya untuk mengikut Kristus, melakukan yang diminta-Nya dari hidup kita.

Bersediakah Anda?

“maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.


~ Wahyu 3:18-20

SUKA UNTUK BERKORBAN

Oleh Peter B, MA

“Kemudian
berkatalah Daud kepada segenap jemaah itu: “Pujilah kiranya TUHAN, Allahmu!”
Maka segenap jemaah itu memuji TUHAN, Allah nenek moyang mereka, kemudian
mereka berlutut dan sujud kepada TUHAN dan kepada raja. Keesokan harinya mereka
mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran kepada TUHAN, yakni 1000
ekor lembu, 1000 ekor domba jantan dan 1000 ekor domba muda, dengan
korban-korban curahannya dan sangat banyak korban sembelihan demi seluruh
Israel.”
~(1 Tawarikh
29:20-21)~
Nast di atas adalah
bagian terakhir dari acara pertemuan Daud dengan para bawahannya dalam
persiapan untuk mendirikan Bait Suci. Perhatikanlah sesuatu yang menarik di
sini: Permulaan dari pertemuan tersebut dibuka oleh Daud, ia mengorbankan
yang terbaik dari harta miliknya untuk pembangunan Bait Suci.
Pertengahan acara, giliran dari para perwira dan bawahan Daud yang mengorbankan
milik mereka yang terbaik bagi Tuhan. Menjelang akhir acara, bersama-sama
mereka menaikkan korban syukur bagi Tuhan. Tahukah Anda apa yang menjadi acara
penutup? Mungkin Anda sudah menebaknya. Ya, mereka memberikan korban
persembahan sekali lagi. Mereka mengorbankan ribuan korban bakaran
dan korban sembelihan. Ayat 21 mengambarkan pada kita bahwa korban-korban itu
SANGAT BANYAK!
Setelah membaca
urutan peristiwa di atas, saya tertegun dan berpikir: mengapa sepertinya mereka
begitu mudahnya untuk berkorban? Apa
yang membuat mereka itu mau datang dan berkumpul pada suatu acara yang mengajak
dan membuat mereka berkorban sebanyak-banyaknya dari awal hingga akhir?
Saudaraku, kita mencari-cari
rahasia lawatan dan manifestasi hadiratNya yang dahsyat di Bait Suci Salomo,
tetapi apakah kita tahu apa sebenarnya yang membuat semuanya itu terjadi? Hari
ini kita belajar bahwa mereka membawa Tuhan selangkah lebih dekat lagi dengan korban-korban mereka. Bagaimana
Tuhan dapat bertahan duduk di tahtaNya di Surga ketika Ia melihat bagaimana
umatNya begitu mengasihi dan merindukan Dia? Bagi Daud dan para pengikutnya,
tidak ada yang terlalu berharga untuk dikorbankan dan dipersembahkan kepada
Tuhan. Mereka menghormati dan mengasihi Tuhan mengatasi segala-galanya, lebih
berharga dari segala yang di dunia maupun segala yang mereka punya. Memberi dan
berkorban bagi Tuhan. Membawa suatu kepuasan tersendiri dalam hati mereka.
Mereka senang untuk berkorban.
Itulah rahasia kebangunan rohani sejati.
Begitu banyak orang
mencari kunci-kunci untuk mengalami kebangunan rohani. Tetapi banyak di antara
mereka tidak tahu bahwa Tuhan hanya berkenan serta hadir ditengah-tengah
korban-korban yang benar. “Maka Engkau akan
berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar
seluruhnya;….”
(Mazmur 51:21). Kebangunan rohani berarti Tuhan berkenan dan
mendekat (bahkan menjadi begitu nyata) dalam hidup kita. Apa yang menyukakan
hatiNya, itulah yang membuat Ia mendekat dan berkenan. Tetapi apa yang
dibenciNya, menghalangi bahkan menjauhkan kita dari Dia (Yesaya 59:1-2). Jika
kita tidak tahu apa yang dapat membuat Dia mendekat, kita masih jauh dari revival.
Tuhan menyukai
mereka yang rela dan gemar untuk mempersembahkan korban-korban yang benar di
hadapanNya. Mereka yang melakukannya pastilah mendapat perkenan dari Dia.
Abraham adalah contoh yang baik dalam hal ini. Setelah menerima panggilan
Tuhan, Abraham menjadi pribadi yang suka membangun mezbah dan mempersembahkan
korban di hadapan Tuhan (lihat Kejadian 12:7-8; Kejadian 13:18). Puncaknya,
Abraham menerima ujian terbesar dalam hidupnya: mempersembahkan Ishak, anak
tunggalnya sendiri sebagai korban bagi Tuhan. Apakah Abraham merasa berat dan
kesal kepada Tuhan? Adakah ia protes dan kecewa kepada Tuhan? Alkitab tidak
pernah menyebutkan hal itu. Malah sebaliknya, Abraham berangkat dengan iman
yang besar: “Karena iman maka Abraham,
tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak….”
(Ibrani 11:17). Tidak hanya itu,
di ayat yang sama, Alkitab menegaskan pada kita bahwa Abraham sama sekali tidak
berkeberatan ia suka untuk melakukannya: “Ia,
yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,….”.

Korban-korban Abraham menyukakan hati Tuhan. Itu membuat Tuhan bergaul karib
dengan Abraham. Bahkan Tuhan bersumpah itu suatu perjanjian yang tidak akan
bisa dibatalkan siapapun: “Aku bersumpah
demi diriKu sendiri demikianlah firma TUHAN…: Karena engkau telah berbuat
demikian, dan engkau segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal
kepadaKu, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu
sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua
bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman Ku.”

(Kejadian 22:16-18)

Janji berkat bagi
kota-kota dan bangsa-bangsa di bumi diberikan kepada Abraham, orang yang suka untuk
berkorban bagi Tuhan. Jadi, bagaimanakah kita dapat melihat kota-kota dan
bangsa kita mendapat lawatan dan berkat Tuhan? 

JanjiNya akan revival akan diberikan kepada kita
apabila kita rajin dan suka untuk berkorban yaitu rela, tidak berat, namun penuh
sukacita untuk mempersembahkan segala yang terbaik dari hidup kita bagi Tuhan. 


Seperti pada Abraham, melalui kita yang tidak berhenti tetapi terus menerus
hidup dalam penyembahan dan pengorbanan bagi Tuhan melalui kitalah kota-kota
dan bangsa-bangsa dapat beroleh berkat. Inilah harga untuk lawatanNya.

Betapa lebih mudah,
kerinduan akan kebangunan itu diucapkan dan dinyanyikan saja! Betapa sulitnya
hal itu untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan nyata! Adakah Anda rindu
menjadi berkat bagi banyak orang? Menjadi alatNya yang berguna di tanganNya?
Adakah kita sedang merindukan lawatanNya lebih lagi? Tidak ada cara lain. Mari
kita belajar dari Daud dan para perwiranya. Mari kita belajar dari Abraham.
Mereka menerima perkenan dan janji Tuhan yang besar bagi kota-kota dan bangsa
karena mereka tidak segan-segan untuk berkorban dan terus berkorban bagi Tuhan.
Pengorbanan dan persembahan harus menjadi gaya hidup kita… jika kita merindukan
lawatanNya! AMIN.


(Diambil dari warta Worship Center edisi 45 — 7 September 2001)

KORBAN SYUKUR BAGI TUHAN

Oleh Peter B, MA


“Lalu Daud
memuji TUHAN di depan mata segenap jemaah itu. Berkatalah Daud: “Terpujilah
Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya. Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan,
kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi!
Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya
sebagai kepala”
(1 Tawarikh
29:10-11)
Salah satu lagu
pujian mengatakan, “Kubawa korban syukur, ke tempat kudusMu Tuhan. Hatiku
limpah dengan syukur, sebab Tuhan baik”. Sebuah lagu pujian yang baik dan
semangat menyentuh. Pujian yang menggambarkan bahwa ada suatu korban syukur
kita bawa saat kita datang ke hadiratNya. Tetapi apakah artinya “korban
syukur”? Benarkah setiap korban yang kita naikkan selalu disertai syukur? Atau
apakah selalu syukur yang kita naikkan disertai korban? Jadi apa sebenarnya
“korban syukur” itu?
Satu hal yang saya
tahu pasti adalah bahwa tidak selalu ucapan syukur kita disertai
pengorbanan/korban. Ya, saya tahu itu karena saya sering melakukan dan
menjalaninya. Saya bisa jadi bersyukur kepada Tuhan dengan segala bentuk
ekspresinya. Dengan mengangkat mengangkat tangan, dengan menangis haru, dan
dengan mengangkat suara sekuat-kuatnya kita dapat menaikan syukur… dan itu
tetap bukan merupakan korban syukur. Mengapa? Karena kita bersyukur atas segala
pemeliharaan dan berkat Tuhan yang melimpah atas kita dan kita berterima kasih
sepenuhnya padaNya.
Kita menaikkan
syukur karena mendapatkan sesuatu bukan karena mengorbankan sesuatu. Kita
menaikkan syukur tanpa mengorbankan apapun. Kita hanya sedang berterima kasih
atas kemurahan Tuhan.
Menaikkan syukur
dengan korban adalah berbeda. Itu berarti kita menaikkan syukur dengan
mengorbankan sesuatu. Ini lebih sukar. Ini lebih sulit. Tetapi ini menyenangkan
hati Tuhan. Masih ingatkah Anda dengan kata-kata Daud sewaktu ia hendak membeli
tanah Ornan untuk dijadikan lokasi pembangunan mezbah korban bakaran. Memang
begitulah hati Daud: “Aku tiak mau mempersembahkan korban bakaran
untuk Tuhan tanpa membayar apa-apa”
(1 Tawarikh 21:24). Daud selalu
rindu untuk berkorban bagi Tuhan. Setiap penyembahan dan syukurnya senantiasa
diserta dengan pembayaran suatu harga. Itulah hati yang rindu untuk berkorban. A Heart of Worship. Hati yang penuh
dengan penyembahan dan kepada hati seperti itulah Tuhan berkenan.
Coba pikirkan
baik-baik: Jika seseorang menerima sesuatu pemberian dan ia tidak berterima
kasih, ia akan disebut orang tak tahu diri dan tak tahu berterima kasih. Jika
seseorang menerima suatu pemberian dan ia berterima kasih, itu sudah selayaknya
dan memang demikianlah seharusnya. Tetapi, jika seseorang memberikan sesuatu
dan ia pula yang berterima kasih, ini sesuatu yang aneh dan kurang wajar.
Bagaimana mungkin kita yang memberi kita juga yang berterima kasih? Dapatkah
itu diterima sebagai sesuatu yang wajar? Bisa saja, bahkan mungkin kita sendiri
pernah melakukannya kepada orang lain. Bagaimana itu? Ya, saat memberikan
sesuatu kepada orang lain, saya juga yang berterima kasih karena pemberian saya
itu sebenarnya untuk membalas
kebaikannya yang sudah pernah saya rasakan dalam hidup saya. Masuk akal, bukan?
Kita memberi dan juga berterima kasih kepada seseorang  karena orang itu telah begitu baik pada kita.
Setelah
mempersembahkan segala harta benda, emas, perak dan permata bagi pembangunan
Bait Suci, Daud dan seluruh pengikutnya menaikkan ucapan syukur. Suatu ucapan
syukur yang murni. Suatu pengucapan syukur dengan pengorbanan dan persembahan
yang terbaik dari hidup mereka. Inti dari pengucapan syukur mereka adalah:
(1) Mereka
mengembalikan segala kemuliaan dan kebesaran bagi Tuhan
(1 Tawarikh
29:10-11). Apa yang mereka berikan mungkin saja harta benda yang dengan susah
payah mereka kumpulkan dan simpan seumur hidup mereka. Mereka bisa saja
mengatakan itu  hasil usaha dan kerja
keras mereka. Tetapi Daud dan pengikutnya memilih untuk memandang segala apa
yang mereka punya dalam hidup mereka sebagai kebaikan dan berkat Tuhan semata.
Bersama-sama mereka mengaku, “Kekayaan
dan kemuliaan berasal daripadaMu… dalam tanganMulah kuasa membesarkan dan
mengokohkan segala-galanya.”
Semuanya bagi kemuliaan Tuhan. Itulah korban
syukur.
(2) Mereka
memandang kesanggupan mereka untuk memberi adalah berasal dari Tuhan.

Dengarlah pengakuan Daud, “sebab siapakah
aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan
sukarela seperti ini?……Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan
yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus
adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya”
(1 Tawarikh
29:14,16). Mereka memberi karena Tuhan telah memberi dengan limpah pada mereka.
Tidak ada kekuatan dan kebanggaan manusia di sini. Itulah korban syukur.
Daud dan para
bawahannya telah merasakan kebaikan dan kemurahan Tuhan sepanjang hidup mereka
dan karena itu mereka berkorban sambil mengucap syukur. Mereka rindu membalas
kasih serta kebaikan Tuhan dengan cara merendahkan diri dan mengendalikan
kemuliaan bagi Tuhan.
Jika dahulu hanya
Daud yang terbiasa menaikkan korban syukur, kini hampir seluruh pemimpin Israel
ikhlas rela berkorban bagi Tuhan. Intensitas penyembahan telah meningkat: dari
satu orang menjadi sekelompok orang. Kemuliaan Tuhan semakin besar dan nyata.
Tahta Tuhan sedang dibangun dengan korban-korban yang terbaik. Allah pun segera
bersiap diri. Ia tidak tahan lagi untuk tidak beranjak dari tahta surgawi-Nya
dan berdiam di tengah-tengah umatNya.

Saudaraku,
ketahuilah ini: saat Allah ditinggikan di atas segalanya, itu sama dengan
membangun tahta yang layak bagiNya. Saat Ia ditinggikan di atas segalanya dan
segala kemuliaan diberikan bagi Dia, kita mengundang Allah untuk datang dan
memerintah. Di atas puji-pujian dan kerinduan umatNya akan Dia, Ia akan hadir
dan memanifestasikan diriNya. Inilah kunci lawatan Tuhan. Inilah rahasia
kebangunan rohani. Sebelum semua kemuliaan serta kerinduan diberikan bagi Dia,
hadiratNya terhalang. Hanya hati yang merindukan Dia saja yang akan mendapat
perhatianNya. Seberapa besar kerinduan kita akan Dia, sejauh itulah Ia akan
menyatakan diriNya kepada kita. Seberapa haus kita akan pribadiNya, sedemikianlah
Ia akan melawat kita.

Jadi apa yang
menjadi batasan lawatanNya? Kerinduan kita. Kerinduan yang sedikit, lawatan sedikit.
Kerinduan besar, lawatan besar. Kerinduan Daud seorang menjadikannya hamba
Tuhan yang tiada taranya. Tetapi kerinduan Daud, Salomo, seluruh pengikut dan
rakyatnya mendatangkan manifestasi hadirat Tuhan yang begitu nyata.
Sekarang apa yang
menjadi penghalang kehadiranNya? Sesuatu, entah itu benda atau seseorang, yang
dikagumi dan diingini lebih dari Dia! Bait
Suci dimana Tuhan hadir dibangun dengan hati, pandangan, harapan, kekaguman,
kerinduan, dan kebanggaan yang sepenuhnya diarahkan pada Dia.
Itulah
rahasia lawatan yang dahsyat. Itulah rahasia revival. Mari satukan kerinduan dan hasrat. Kepada Dia dan hanya
Dia saja. Oh, betapa Dia rindu melawat
kota-kota dan bangsa kita.
Jadikan
kami serindu Engkau, ya Tuhan! Amin.


(Diambil dari warta Worship Center edisi 44– 31 Agustus 2001)

PERSPEKTIF KEADAAN INDONESIA TERKINI DARI PROFETIK (BAGIAN 3): KEHENDAK TUHAN YANG TERBAIK ATAS INDONESIA

Oleh Didit
I.


Di tengah-tengah kondisi Indonesia yang menyesakkan di hati dan
mengancam kesatuan bangsa ini, kita perlu merendahkan diri, bertobat dan meminta
pemulihan dari Tuhan. Kita perlu bangkit, mencari, menyelidiki, menguji, berdoa
serta melakukan kehendak Tuhan. Tanpa semuanya itu tindakan apapun yang kita
kerjakan seperti menembak sasaran tanpa peluru. Artinya tidak ada hasil yang
besar dan berarti atas bangsa ini.
Tuhan mencari orang-orang yang berseru, “Pulihkanlah keadaan kami, ya
TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!” (Mazmur 126:4).
Inilah kekasih-kekasih Tuhan yang percaya akan kasih dan kuasa Tuhan bahwa jika
sekarang mereka menabur sambil mencucurkan air mata maka suatu kali akan menuai
dengan sukacita. Seruan doa yang paling keras dan sampai di sorga adalah seruan
hati, pikiran dan hidup Anda yang menginginkan Tuhan dan sepenuhnya bagi Tuhan.
Anda tidak lagi berdoa untuk memenuhi kehendak Anda, tetapi berdoa bagi
kehendak Tuhan untuk kesejahteraan kota dan bangsa Anda, Indonesia.
Kerinduan untuk pemulihan bangsa
haruslah lebih besar daripada keinginan supaya Tuhan memberkati pekerjaan atau
pelayanan Anda. Kita harus menginginkan Tuhan lebih dari apa pun di dunia ini.

Kerinduan seperti inilah yang akan mendorong Anda untuk terus mencari,
menyelidiki, menguji, berdoa dan melakukan kehendak Tuhan seperti bahan bakar
yang terus membuat Anda terbakar di dalam Tuhan.
Dengan kerinduan yang besar, Tuhan rindu Anda dan saya menjadi sarana
pemulihan bagi Indonesia, dengan cara:
  
1.      MEREKA
YANG DIPANGGIL SEBAGAI PEMIMPIN JADILAH PEMIMPIN YANG VISIONER, BERANI, JUJUR,
TULUS DAN BERHIKMAT SERTA MEMPERJUANGKAN KEHENDAK TUHAN DAN KEPENTINGAN
MASYARAKAT INDONESIA
.
Tuhan
mengumpamakan berharganya pemimpin yang demikian seperti pilar rumah yang
terbuat dari kayu gaharu (jenis kayu ini banyak digunakan untuk industri
wangi-wangian. Alkitab mencatat kayu ini digunakan sebagai minyak wangi (Maz.
45:8), ditaburkan di atas kain pembungkus jenazah (Yoh. 19:39) supaya
menghilangkan bau tak sedap), warna kayu asli hitam, aroma harum kuat dan seni
ukir yang sangat indah. Yang menarik kayu ini menopang seluruh atap dan bangunan
rumah dengan kokoh. Pilar-pilar ini besar dan kokoh , tidak ada retakan,
permukaannya yang halus, bentuknya keras dan kuat sehingga mampu menopang
seluruh bangunan rumah. Inilah pemimpin
yang mau melewati waktu untuk belajar di dalam proses Tuhan dan mengubah diri
menjadi pemimpin yang rendah hati, visioner, berani, jujur, tulus dan
berhikmat.
Setiap perkataan dan tindakan mereka akan membuat terobosan dan
kemajuan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
·       
Tuhan akan mengurapi para pemimpin rohani yang
mau mengembangkan diri sesuai kehendakNya sehingga pelayanannya mendatangkan pertobatan
massal. Para pemimpin rohani ini juga akan melatih dan mengutus jiwa-jiwa
sesuai dengan tujuan Tuhan. Semuanya ini akan berdampak di kepemimpinan sekuler
dimana umat Tuhan yang dipanggil menjadi pemimpin di dunia sekuler akan menjadi
contoh dan teladan bagi pemimpin yang lain sehingga lahir sistem baru yang
bebas dari korupsi, yang memajukan ekonomi Indonesia, menegakkan keadilan dan
menolong orang-orang yang tertindas.
·       
Perubahan kepemimpinan di Indonesia akan
ditandai dengan munculnya lebih banyak pemimpin rohani yang tahu dengan jelas
maksud dan tujuan Tuhan. Serta bangkitnya – lebih banyak lagi — pemimpin
sekuler yang bersifat nasionalis, toleransi kepada pemeluk agama lain dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat.   
2.     
BERTUMBUH DALAM KARAKTER KEHAMBAAN (RENDAH
HATI DAN MENGABDI SEPENUHNYA KEPADA KEHENDAK TUHAN). INILAH YANG AKAN MENJADI
CIRI KHAS KARAKTER BANGSA INDONESIA.
·       
Tuhan mengumpamakan simbol kehambaan di Indonesia
bagaikan rumah yang terbuat dari kayu gaharu. Bahkan di bagian kusen pintu,
ventilasi udara, atap rumah dan dindingnya terdapat ukiran yang detail, berseni
dan simbol-simbol yang rumit. Kayu menggambarkan pengabdian. Rumah yang terbuat
dari kayu menggambarkan bangsa yang dibangun atas dasar pengabdian bukan hanya
kepada pemimpin manusia, tetapi terutama kepada Tuhan. Pengabdian ini ditujukan
dengan sikap mengikuti perintah orang-orang yang dipandang lebih berpengaruh.
·       
Dan beberapa kali juga Tuhan menyampaikan, “Inilah bangsa yang Kupilih untuk masuk
dalam daerah-daerah gelap. Mereka mau mengabdikan hidupnya untuk melakukan
kehendakKu.”
Karakter kehambaan yang
sangat kuat di Indonesia akan membuat umat Tuhan di Indonesia tidak lagi
memikirkan kenyamanan, kenikmatan bagi dirinya sendiri. Sebaliknya mereka akan
mengikuti perintah Tuhan yang tampak mustahil dan berbahaya. Inilah bentuk dari
kerendahan hati dan mengabdi kepada Tuhan.
·       
Kerendahan hati dinyatakan dalam bentuk tidak mencari pujian, perhatian, pengakuan
dan penghormatan dari manusia tetapi hanya mencari perkenanan Tuhan.
Bahkan
fokus hidupnya adalah mencari dan
menggenapi kehendak Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidupnya.
·       
Tuhan akan mengurapi orang-orang yang hidup
dalam prinsip kehambaan dengan berbagai HIKMAT dan WAHYU yang membuat dirinya
mengerti akan jalan-jalan Tuhan yang sejati serta dimampukan membedakan antara
yang benar dan hampir benar.
  
3.     
MEMILIKI SIKAP HATI YANG MAU BELAJAR DAN
DIAJAR MENJADI MURID KRISTUS YANG SEJATI.
·       
Melihat kondisi Indonesia yang semakin hari makin
tenggelam dalam kebodohan maka kita perlu memeranginya dengan cara menyediakan
hati untuk menyelidiki lebih mendalam apa yang menjadi kehendak Tuhan dan
menguji segala sesuatu. Sebab sikap hati mau belajar dan diajar ini membuat
kita tidak mudah diombang-ambingkan, ditipu, disesatkan oleh ajaran-ajaran
palsu, berbagai nubuat, mimpi dan penglihatan yang bersumber dari imajinasi
manusia. Orang-orang yang mau belajar
dan diajar akan melihat jalan-jalan Tuhan dan tipu daya iblis dengan jelas
dalam kehidupannya
, sehingga terhindar dari orang-orang yang suka
memanfaatkan orang lain.
·       
Ketika kita berpikir sudah mengetahui kehendak
Tuhan maka sesungguhnya kita belum benar-benar mengetahuinya. Pengertian akan
kehendak Tuhan itu akan benar-benar sempurna saat Anda pulang ke surga dan
melihat sebagaimana Tuhan melihat di sorga.
·       
Daftarkan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup Anda
dan hubungkan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Carilah lebih mendalam maksud
Tuhan dalam hidup Anda. Tak terkecuali apa maksud Tuhan dibalik peristiwa yang
terjadi di sekitar Anda dan Indonesia. Bawalah semua pertanyaan-pertanyaan
tersebut kepada Tuhan dan ketua kelompok sel, ketua persekutuan dan para
pemimpin yang ada di atas Anda. Melalui diskusi tersebut, Tuhan akan pakai
untuk mendorong orang-orang lainnya untuk mencari, menyelidiki kehendak Tuhan
dan menguji segala sesuatu.
·       
Tuhan mengumpamakan pertanyaan-pertanyaan yang
lahir dari hati yang rindu berjalan dalam kehendak Tuhan seperti sumbu-sumbu
dinamit. Ketika Anda menyampaikan pertanyaan dalam komunitas atau group media
sosial maka Anda sedang menghubungkan sumbu-sumbu tersebut kepada orang-orang
di sekitar Anda. Dan jawaban-jawaban yang murni dari Tuhan bagaikan dinamit yang
dapat meruntuhkan pemikiran-pemikiran yang keliru sehingga ada perubahan pola
pikir. Pertanyaan yang dapat kita tanyakan antara lain, “apa maksud Tuhan
dibalik kemenangan Anies dan Sandi di pilkada Jakarta? Bagaimana sikap
gereja-gereja menghadapi gerakan-gerakan ormas dan tokoh-tokoh yang intoleran? Apa
peran gereja-gereja menghadapi teror yang menekan kelompok minoritas?”
·       
Tuhan tidak ingin kita melakukan pemberontakan,
tetapi mempersiapkan jemaat yang makin berakar dan bertumbuh dalam Tuhan serta berfungsi
sepenuhnya dalam tubuh Kristus. Para
pemimpin rohani harus mencari dan menyampaikan jawaban yang murni berasal dari
hati Tuhan sebab melalui jawaban tersebut benteng-benteng roh kemalasan dalam
pikiran diruntuhkan dan membangkitkan gairah yang besar dari jiwa-jiwa untuk mencari
kehendak Tuhan.
4.     
MENCARI, MENEMUKAN, MENGGUNAKAN DAN MENGOBARKAN
KARUNIA-KARUNIA ROHANI.
·       
Berkomitmen untuk terus mencari dan mengobarkan
karunia-karunia rohani sampai Anda mengetahui dengan jelas apa saja
karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan kepada Anda.
·       
Carilah bahan-bahan dan berdiskusi dengan
hamba-hamba Tuhan yang sudah menemukan karunia-karunia rohaninya supaya Anda
dapat belajar dan menemukan karunia-karunia rohani pribadi sehingga Anda dapat
berfungsi sepenuhnya dalam tubuh Kristus serta dapat mengambil bagian dalam
memperjuangkan pemulihan Indonesia bersama gereja-gerejaNya.
·       
Tuhan mengumpamakan orang yang tahu dan mengembangkan karunia-karunia rohaninya seperti
nuklir-nuklir yang ditembakkan tepat di pondasi-pondasi benteng kuasa gelap.
Artinya pelayanan Anda akan menjadi tepat sasaran dan mendatangkan kemenangan
besar di pihak Tuhan.
Kekalahan yang sangat besar di pihak penguasa
kegelapan jika Anda HIDUP dalam kebenaran dan menggunakan karunia-karunia
rohani.
5.     
MENGETAHUI DAN HIDUP SESUAI PANGGILAN ATAU
TUJUAN HIDUP DARI TUHAN.
·       
Inilah tahap selanjutnya setelah menemukan
karunia-karunia rohani, Anda perlu menyelidiki tujuan hidup yang telah Tuhan
sediakan dalam kehidupan Anda. Apakah Tuhan memanggil Anda untuk pelayanan
sepenuh waktu atau bekerja sekuler? Jika Anda dipanggil Tuhan untuk pelayanan
sepenuh waktu, ‘Apa visi Anda dalam pelayanan?’, begitu pun jika Anda dipanggil
dalam bidang sekuler, ‘Apa visi Anda dalam bekerja sekuler?’ Cari dan temukan
sampai Anda sungguh-sungguh memahami tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam
hidup Anda sehingga Anda dapat menjalani suatu hidup yang sesuai dengan tujuan
Tuhan. Sebab otoritas dari Tuhan
dicurahkan bagi mereka yang hidup di dalam karunia dan panggilan yang Tuhan
berikan.
Otoritas yang Tuhan berikan digunakan untuk membawa jiwa-jiwa
mengenal kasih dan kuasa Tuhan melalui apa yang kita kerjakan sesuai dengan
panggilan yang Tuhan tetapkan.
·       
Selidikilah dan pergumulkan dalam doa seluruh
hidup Anda, proses Tuhan, karunia-karunia rohani, beban dalam hati. Kemudian bawalah
semuanya itu untuk berdiskusi dan meminta bimbingan kepada hamba-hamba Tuhan
yang teruji telah menemukan tujuan hidupnya. Bawa dalam doa kembali setiap
hasil dari diskusi dan bimbingan untuk Tuhan menyatakan lebih lagi kehendakNya.
·       
Orang-orang
yang mengetahui visi Tuhan dalam hidupnya seperti pelari yang mengetahui garis
akhir.
Rasul Paulus mengetahui garis akhir hidupnya karena Rasul Paulus
mengetahui panggilan dan tujuan hidupnya dengan TEPAT. Mengetahui panggilan
hidupnya tepat seperti yang Tuhan kehendaki adalah seperti memiliki peta yang dapat
mempercepat langkah-langkah Anda menuju tujuan yang telah Tuhan tentukan. Orang-orang yang sudah mengetahui tujuan
hidup/panggilan Tuhan seharusnya tidak mudah tersesat atau terbawa arus dunia
karena sudah tahu kemana tujuan Tuhan dalam hidupnya.
Mereka dapat dengan
cepat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan kehendakNya. Anda hanya perlu terus
mengerjakannya dengan hati yang murni dan tulus dihadapan Tuhan.

Orang-orang
yang mau merendahkan diri, bertobat, mencari dan hidup dalam kehendak Tuhan
hidupnya makin limpah dengan kasih dan kuasa Tuhan.
hatinya bukan hanya
mengasihi Tuhan, tetapi setiap perkataan
(lisan atau tertulis) dan tindakannya akan membangkitkan jiwa-jiwa yang rindu
mengenal Tuhan.
Dan Tuhan menyampaikan  “Aku
bersukacita melihat hamba-hambaKu yang saat ini terus melakukan kehendakKu
meskipun ada banyak tantangan dan rintangan yang menghimpitnya. Ketika mereka
berseru maka Aku akan menolong mereka seperti gembala yang menyelamatkan
domba-dombanya dari singa-singa yang lapar. Ya Aku akan menolong umatKu dan menghardik
penguasa-penguasa kegelapan.”
Tidakkah ini luar biasa?! Tuhan semesta alam
memberikan janjiNya dan menjamin orang yang mau mencari dan hidup dalam
kehendakNya.

BERKAT TUHAN
TERHADAP ORANG-ORANG YANG HANCUR HATI DAN MURNI HATINYA
Bagi setiap orang-orang yang hancur hati dan murni
hatinya akan dibentuk karakternya menjadi prajurit-prajurit rohani yang
tangguh. Tuhan mengumpamakannya seperti pasukan-pasukan yang tidak berwajah dan
setiap langkahnya — di padang gurun — akan menumbuhkan tanaman sehingga
mengubah padang gurun menjadi taman yang sangat indah dan menyejukkan. Sebab setiap
JEJAK LANGKAHNYA AKAN MEMBANGKITKAN
PENGHARAPAN DAN MEMBAWA KUASA TUHAN.
Inilah orang-orang yang mengasihi
Tuhan, mereka melepaskan impian-impiannya yang duniawi dan mengejar
tujuan-tujuan Tuhan dalam hidupnya. Mereka tiada henti mencari kehendak Tuhan
dan melakukan kehendak Tuhan. Mereka akan Tuhan pakai untuk:
# Mengubah karakter dan visi kepemimpinan dalam
gereja dan pemerintahan.
# Mempersatukan gereja-gereja Tuhan dan orang-orang
Indonesia.
# Menyelesaikan berbagai masalah-masalah yang
menghambat pertumbuhan rohani dan pembangunan di Indonesia.
# Mengubah moral, kebiasaan hidup, pola pikir, dari
sikap yang mengasihani diri diri dan egois menjadi orang-orang yang paling suka
berkorban dan peduli kepada kepentingan banyak orang.
# Memilih, melatih dan membangkitkan para pemimpin
yang visioner, rendah hati, jujur, tulus, berhikmat dan berani memperjuangkan
kehendak Tuhan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Seperti pasukan-pasukan khusus yang akan menyerang
dan mengagalkan rencana penguasa kegelapan serta membuka pintu selebar-lebarnya
bagi pekerjaan Roh Kudus, demikianlah Tuhan akan memakai orang-orang yang
hancur hati dan murni hatinya. Merekalah orang-orang yang diurapi Tuhan untuk membangkitkan
generasi baru yang membangun kemah Daud. Mereka juga membangkitkan kerinduan
umat Tuhan untuk membangun hubungan yang akrab dengan Tuhan dan berpegang teguh
pada prinsip-prinsip kebenaran. Ya, mereka adalah kekasih-kekasih Tuhan yang
selalu ingin mendekat dan menyembah Tuhan.
KESIMPULAN
Indonesia membutuhkan orang-orang yang mau
mengasihi Tuhan dan menerobos batas-batas kelemahannya yang dibangun oleh
lingkungan dan pikirannya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang bertumbuh
menjadi dewasa rohani, yang menyampaikan pengertian dan kehendak Tuhan,
orang-orang yang mau melepaskan semua kehendakNya dan mendengarkan Tuhan.
Orang-orang demikian akan menjadi prajurit-prajurit Tuhan yang mengubah keadaan
Indonesia dan menghentikan murka Tuhan. Sebaliknya pilihan kita untuk tetap
menjadi bayi-bayi dan anak-anak remaja rohani akan membangkitkan murka Tuhan. Tuhan
tidak akan membiarkan umatNya terus menjadi bayi-bayi rohani. Sebab Tuhan
menyampaikan bahwa bayi-bayi rohani di Indonesia yang menerima ajaran-ajaran
mujizat, kesembuhan tanpa memperkuat dasar-dasar dalam mengikut Tuhan akan
menjadi Yudas-Yudas rohani yang dapat mengkhianati/meninggalkan Tuhan bila ada
tawaran-tawaran dunia yang memikat hatinya. Mereka akan menyediakan diri dibaptis,
beribadah dan melayani Tuhan untuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi, bukan
persembahan yang tulus kepada Tuhan. Tindakan dan perkataan Yudas-Yudas rohani
ini akan membuat anak-anak remaja rohani menjadi lemah rohani, tersandung, putus
asa, dan jatuh dalam berbagai dosa. Bahkan beberapa orang dari anak-anak remaja
rohani – juga generasi muda lainnya – akan mengikuti cara-cara pelayanan dari Yudas-Yudas
rohani tersebut  yang melayani Tuhan
dengan cara dan tujuannya sendiri serta sistem yang dibuat sesuai dengan
pikirannya sendiri. Inilah yang membangkitkan murka Tuhan.
  
Jadi, rindukah Anda menghentikan kecemburuan dan
murkaNya yang meluap-luap di Indonesia? Bersediakah Anda memperjuangkan
pemulihan Indonesia yang saat ini berada di ujung tanduk kehancuran? Akankah
Anda membiarkan Yudas-Yudas rohani menyerahkan Yesus, menghancurkan masa depan
umat Tuhan demi mendapatkan kekayaan dan kenyaman hidup di dunia? Kiranya Tuhan
membangkitkan lebih umat Tuhan seperti Pinehas yang meredakan murka Tuhan
(Bilangan 25:11).

Salam perjuangan
dalam Kristus







PERSPEKTIF KEADAAN INDONESIA TERKINI DARI PROFETIK (BAGIAN 1): PERTUMBUHAN ROHANI UMAT TUHAN DI INDONESIA

PERSPEKTIF KEADAAN INDONESIA TERKINI DARI PROFETIK (BAGIAN 2): UMAT TUHAN TELAH KEHILANGAN FUNGSI DAN TUJUAN MULA-MULA

PERSPEKTIF KEADAAN INDONESIA TERKINI DARI PROFETIK (BAGIAN 2): UMAT TUHAN TELAH KEHILANGAN FUNGSI DAN TUJUAN MULA-MULA

Oleh Didit I.


Tuhan
menunjukkan kondisi g
ereja-gereja di Indonesia saat ini telah terjerat dalam RASA PUAS
DIRI dan KETIDAKJUJURAN PADA DIRI SENDIRI
. Inilah buah dari kesombongan
dan kemalasan
yang telah
membutakan mata rohani umatNya
sehingga tidak melihat tujuan Tuhan yang terbaik dalam hidup pribadi, keluarga,
gereja, kota dan bangsa. Jerat ini telah menarik umatNya dalam berbagai dosa
seperti lumpur hisap yang menenggelamkan gereja-gerejaNya dalam berbagai krisis
hingga mempengaruhi kondisi pemerintahan di Indonesia. Tuhan menggambarkan kondisi gereja-gerejaNya
seperti
:
# Petinju yang lengkap dengan sarung
tinjunya namun
tidak memukul
lawannya tetapi hanya senang
menikmati sorak penonton di ring pertandingan
– menggambarkan orang-orang
yang membanggakan dan menunjukkan karunia-karunia rohani dan panggilan hidupnya
namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebab hatinya ingin mengejar
popularirtas.

# Peserta lari yang hanya berjalan kemudian
duduk di lintasan lari sambil melambai
-lambaikan tangan
seolah-olah dia seorang pemenang, padahal belum melakukan apapun –
menggambarkan orang-orang yang memiliki standartnya sendiri (bukan standart
Tuhan) dalam mengikut Tuhan. Mereka berpikir sudah melakukan kehendak Tuhan dan
berada dalam kehendakNya namun sesungguhnya tidak.

# Seorang nelayan yang berangkat ke laut
hanya membawa kotak tempat penyimpanan ikan tetapi tidak membawa jaring atau
alat pancing
– menggambarkan orang-orang yang mengetahui visi Tuhan namun
tidak tahu langkah-langkah untuk menggenapi visi tersebut.

# Murid-murid yang berangkat ke sekolah
membawa perlengkapan sekolah namun tidak belajar  dan tidak menggunakan perlengkapan sekolah
yang  sudah dibawanya

– Orang-orang yang mengaku murid-murid Kristus, tetapi tidak mau
sungguh-sungguh belajar, menyelidiki, merenung, menguji akan jalan-jalan Tuhan.

# Seorang guru yang mengajar anak-anak muda
namun tidak pernah membaca buku-buku
untuk
belajar lebih lagi – gambaran dari orang-orang yang hanya ingin menunjukkan dan
membanggakan pengetahuannya yang terbatas untuk mempesona orang-orang.
Semua gambaran perumpamaan yang Tuhan berikan di atas menunjukkan bahwa
gereja-gereja
Nya (khususnya di Indonesia) lebih fokus
mencari popularitas, penghormatan, pujian dan perhatian dari manusia daripada
mencari perkenanan Tuhan dan hidup dalam kehendak Tuhan hingga menggenapi
seluruh rencanaNya dalam kehidupan kita.
Inilah jerat-jerat dari roh-roh
kesombongan dan kemalasan yang telah melumpuhkan dan mengalihkan perhatian
gereja-gerejaNya dari tujuan-tujuan sorgawi menjadi tujuan-tujuan duniawi yang
dibungkus dengan agama. Mereka adalah orang-orang yang:
  1. Enggan
    mencari, menyelidiki dan melakukan kehendak Tuhan.
  2. Enggan
    menyelidiki proses Tuhan dalam hidupnya.
  3. Enggan
    mendengarkan dan menerima masukan atau nasehat dari orang lain.
  4. Enggan
    menguji kemurnian diri sendiri
    (Motif hati yang sesungguhnya) dalam menyampaikan
    pesan-pesan rohani dan
    melakukan pelayanan.
  5. Enggan
    mencari dan hidup sesuai dengan panggilan Tuhan.
  6. Enggan
    mencari dan mengembangkan karunia-karunia rohani.
  7. Enggan
    mencari dan menantikan
    pasangan hidup dari Tuhan. Mereka
    cenderung mencari pasangan hidup yang sesuai dengan keinginan hati mereka
    sendiri.
  8. Enggan
    melayani Tuhan sesuai dengan cara dan waktu Tuhan. Mereka cenderung menyikapi dan melakukan segala
    sesuatu bagi Tuhan dari dorongan emosi dan rencana-rencana mereka sendiri.
  9. Enggan
    mencari solusi yang sesuai dengan
    prinsip-prinsip kebenaran dalam menghadapi
    setiap masalah.
  10. Enggan
    mencari dan berdoa syafaat sesuai dengan beban hati Tuhan. Namun
    mereka justru cenderung berdoa bagi pokok doa yang
    sesuai dengan
    keinginan hatinya sendiri atau orang
    lain (yang tidak lurus
    hatinya di hadapan Tuhan).

Berbagai
keengganan dalam hati dan pikiran akhirnya membentuk kebiasaan hidup yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan
. Roh-roh jahat berusaha mengeraskan dan
menumpulkan pikiran kita. Semuanya itu
membangkitkan murka Tuhan.
TANDA-TANDA
ORANG YANG HIDUP DALAM PUAS DIRI DAN TIDAK JUJUR PADA DIRI SENDIRI:
Puas diri dan tidak jujur pada diri sendiri akan
mengembangkan kebiasaan yang bisa dilihat dari tanda-tanda
berikut
:
1. BERGANTUNG SEPENUHNYA KEPADA MANUSIA
LEBIH DARI APA PUN
Puas diri seringkali menghalangi mata rohani kita sehingga tidak melihat tujuan Tuhan
yang terbaik dalam hidup pribadi, gereja, kota dan Indonesia. Saat kita merasakan adanya kemudahan dalam
beribadah, kemudahan melayani Tuhan, pemerintahan berjalan dengan baik akhirnya
kita berhenti mencari kehendak Tuhan. Kita enggan mencari kehendakNya, enggan
menguji segala sesuatu, tetapi merasa puas dan biasa-biasa saja. Bahkan kita

puas sekedar menerima perkataan pemimpin tanpa menguji kemurnian pesan
tersebut
sebab berpikir bahwa
pelayanannya telah mempengaruhi banyak orang, memiliki tempat ibadah yang megah, jemaat yang banyak. Mereka hanya menunggu perintah pemimpin. Dan pada akhirnya mereka
hanya mengandalkan pemulihan gereja, kota, bangsa ini dari

tokoh-tokoh masyarakat, politik, agama, pejabat pemerintahan, pemimpin rohani,
d
an lain-lain untuk membuat perubahan.
Tanda-tanda orang-orang yang bergantung pada manusia,
diantaranya
:
# Memuji kelebihan manusia secara berlebihan tanpa
mau menilai dengan jujur.
# Lebih mempercayai dan memegang teguh janji-janji
dari manusia daripada Tuhan.
# Menjadi pendukung-pendukung buta yang selalu mengikuti
pesan-pesan/perkataan manusia tanpa mau menguji kebenarannya.
Mereka akan
berusaha keras untuk menentang dan menutupi kelemahan orang-orang yang
dikaguminya. Di titik inilah orang yang puas diri akan menggantikan posisi
Tuhan dengan figur-figur manusia di dalam hatinya.
Sementara itu, para pemimpin
rohani yang
hanya fokus pada dirinya
sendiri
akan membawa
jemaat mengejar kenyamanan,
kemewahan,
dan keindahan duniawi.
Jemaat Tuhan yang melihat hal ini pada akhirnya akan kecewa hingga

meninggalkan iman percayanya.
Hal ini juga yang akan terjadi bila mengandalkan pemimpin yang ada di pemerintahan.
O
rang-orang yang mengandalkan tokoh-tokoh
masyarakat, politik, agama, pejabat pemerintahan, pemimpin rohani, dan
lain-lain
untuk membuat perubahan
dalam gereja,kota dan bangsa
akan mengalami KEKECEWAAN dan KEPUTUSAASAAN BESAR yang berujung dengan demontrasi, koalisi partai politik hingga gerakan
bawah tanah untuk melawan kebijakan-kebijakan pemimpin tersebut
. Sikap hati seperti
inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan
oleh roh-roh jahat untuk menghancurkan bangsa ini.
2. SUKA MEMBENARKAN DAN MEMBANGGAKAN DIRI
DENGAN BERBAGAI ALASAN (BODOH) YANG TAMPAK HAMPIR BENAR
Inilah orang-orang yang lebih menyukai pujian yang
bersifat memanjakan daripada nasehat yang bersifat mendidik. Hal ini ditandai
dengan tidak mau mendengarkan orang lain, introspeksi diri sehingga sering mengabaikan
nasehat, petunjuk dan arahan yang bersifat mendidik dan membangun pola pikir,
sikap hati dan karakter yang sesuai Kristus.
Tanda-tanda
orang yang demikian adalah
:
# Membuka hati dan pikiran hanya terhadap khotbah, pengajaran, nubuat,
nasehat, dan lain-lain yang bersifat menghibur, membesarkan hati dan
memotivasi.
# Menolak dan mengabaikan berbagai pesan-pesan
rohani yang bersifat menegur, mengoreksi dan menunjukkan kehendak Tuhan.
# Memiliki berbagai alasan untuk membenarkan diri
dan menyalahkan orang lain.
# Menyalahgunakan perkataan pengkhotbah, kebijakan
pemimpin, ayat-ayat firman Tuhan, pesan
nubuat, jabatan dalam pelayanan,
dan kekayaannya untuk tujuan membenarkan dirinya, mengejar kepentingan pribadi serta menunjukkan
(menurut
analisis, imajinasi
serta standartnya sendiri) bahwa
dirinya berada di dalam kehendak Tuhan.
Hati yang demikian cenderung menginginkan
perhatian, pujian, penerimaan, penghormatan dari manusia sehingga membuat
mereka memilah-milah dan memilih khotbah yang bersifat menghibur, nubuat yang
berisi janji-janji Tuhan. Tak jarang mereka berkata “Jangan menghakimi”
terhadap orang-orang yang memberikan nasehat murni dan tulus. Bahkan “mengklaim
pemberontak” pada orang-orang
yang menyampaikan pesan-pesan mendidik, menguji dan menunjukkan kehendak Tuhan.
parahnya lagi mereka membela diri dengan berkata – secara langsung atau dalam
hati, “Tidak apa-apa menolak nasehat/pesan-pesan rohani yang keras sebab tiap
minggu sudah beribadah di gereja.” Inilah bentuk-bentuk kesombongan. Segala hal
yang dikerjakan bukan untuk memikul salib dan menyangkal diri, tetapi mengumbar
keinginan hatinya sendiri yang egosi dan meninggikan diri.
3. TENGGELAM DALAM KEPUTUSASAAN
Tuhan akan
terus menggoncang umatNya untuk meninggalkan puas diri dan jujur pada diri
sendiri, namun mereka yang tetap mempertahankan puas diri dan tidak mau jujur
pada diri sendiri akan disingkapkan kesesatan dan penyimpangannya (yaitu yang menggunakan
prinsip-prinsip kebenaran demi kepentingan dan tujuannya sendiri) melalui
berbagai pengajaran, khotbah renungan, nubuat, mimpi dan penglihatan yang murni
seperti menyingkapkan terang di ruangan yang gelap hingga mereka harus memilih
untuk bertobat atau justru tenggelam dalam keputusasaan sebab mereka tersandung
dalam intimidasi dan ketakutan.
Keputusasaan ini diumpamakan Tuhan seperti lumpur
hisap yang menarik kedua kakinya dan orang-orang di sekitarnya. Sebab orang
yang putus asa akan mempengaruhi sekitarnya melalui perkataan, sikap, dan
perbuatannya yang menunjukkan seolah-olah tidak ada pengharapan dan masa depan
yang lebih baik. Jika mereka tidak melihat kasih karunia yang telah Tuhan
sediakan untuk bertobat maka mereka akan mengalami kematian rohani secara
perlahan-lahan sampai tidak ada lagi pengharapan, iman dan kasih kepada Tuhan.
Ciri orang-orang yang tenggelam dalam keputusasan:
# Tidak percaya dengan pimpinan dan penyertaan
Tuhan — Saat merasa gagal mencapai tujuan dalam bidang pendidikan, pekerjaan,
pelayanan, politik, rumah tangga mereka berpikir bahwa itulah akhir dunia
sehingga mereka ingin mengakhiri hidupnya.
# tidak melihat kasih Tuhan yang besar — saat
mengalami patah hati, kecewa, ditolak oleh manusia mereka berpikir seakan-akan
tidak ada yang mengasihinya sehingga berusaha mencari penerimaan dari manusia
dan hiburan-hiburan yang semu.
# tidak percaya kasih karunia dan kuasa darah Yesus
sanggup menebus dosa manusia — ketika jatuh kembali dalam dosa, mereka merasa
dosa-dosanya tidak akan diampuni sebab bagi mereka tidak ada penebusan dosa
untuk yang kesekian kalinya sehingga mereka semakin menjauh dari kasih karunia
Tuhan (terhilang) atau bahkan mengakhiri hidupnya.
Semua ketidakpercayaan
di atas berawal dari
menurunnya semangat dalam mencari kehendak Tuhan hingga akhirnya meragukan kuasa Tuhan dan tenggelam dalam keputusasaan. Keputusasaan
membuat orang-orang melakukan berbagai tindakan yang mempermalukan nama Tuhan
dan bangsa Indonesia. Keputusasaan yang terjadi di Indonesia ini
akan mempengaruhi banyak orang dan menimbulkan gelombang ketidakpercayaan
(krisis iman)
hingga pemberontakan (depresi yang
berkepanjangan
mendorong umat Tuhan untuk bergabung bersama
orang-orang yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah dan melakukan
perlawanan bahkan tindakan di luar akal sehat
).
Sebab Iblis memanfaatkan rasa putus asa ini untuk menghentikan orang-orang yang
ingin hidup dalam panggilan Tuhan dan yang ingin memperjuangkan pemulihan Indonesia. Roh-roh jahat
berkata-kata dalam pikiran mereka, “HENTIKAN SEMUA PERJUANGANMU SEBAB SEMUANYA
SIA-SIA! TERLALU KECIL JUMLAH ORANG-ORANG YANG MENGINGINKAN PERUBAHAN GEREJA
DAN BANGSA….dan sebagainya” Iblis
berusaha menipu Anda supaya Anda percaya pada iblis dan akhirnya tak berdaya
(tidak melakukan apa-apa)
atau menjadi emosi yang kemudian membuat gerakan-gerakan yang
semakin memanaskan suasana perpecahan dan masalah-masalah baru baik dalam
gereja, bisnis maupun pemerintahan.
4. MENGABAIKAN DAN MENUMPUK MASALAH-MASALAH.
Setiap orang diproses dan dibentuk melalui
konflik-konflik yang terjadi di sekitarnya. Namun orang yang puas diri akan selalu menghindari konflik-konflik
tersebut bahkan menumpuk masalah.
Mereka membiarkan masalah terjadi dalam
kehidupan mereka tanpa
mencari jawaban dari masalah dalam hidup mereka. Akibatnya mereka tidak mengalami pertumbuhan rohani, tidak ada perubahan dalam karakter
dan pola pikir serta cenderung
egois. Contoh yang dapat kita lihat:
orang tua yang ingin
anaknya bertumbuh dengan karakter yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga
namun tidak mendidiknya. Mereka membiarkan
anak-anaknya bersikap kurang ajar dan berkata-kata kasar terhadap orang yang lebih tua, tidak peduli – jarang bertanya terkait
pergumulan dalam batin dan masalah anak-anaknya, Gembala dan pelayan-pelayan Tuhan (sepenuh waktu) yang membiarkan para pengusaha membuat
kebijakan-kebijakan untuk gereja yang sesuai dengan maksud hatinya sendiri
(tanpa mempergumulkan dalam doa untuk mencari kehendak Tuhan). Orang-orang yang demikian (mengabaikan dan
menumpuk masalah)
Tuhan
umpamakan
seperti orang yang ingin naik dari lantai satu ke lantai dua namun mereka melewatkan tiga atau empat
anak tangganya supaya bisa
segera sampai ke atas. Akibatnya,
mereka akan terjatuh dengan sangat keras. Inilah orang yang lari dari proses
Tuhan.
Orang-orang yang mengabaikan dan menumpuk masalah
adalah orang yang:
# tidak belajar, merenung dan mencari solusi (dari
masalahnya) sehingga akan terus mengulang kesalahan/masalah yang sama
# mengabaikan/
tidak mau mendengar nasihat dan masukan dari orang lain terkait masalah dalam
hidupnya
# Lari
dari masalah/melupakan masalah
dengan cara sibuk bekerja, sibuk melakukan hobi-hobinya, bersenang-senang dengan teman-temannya
Mengabaikan dan menumpuk masalah membuat rohani kita tidak bertumbuh. Kita
harus menyadari betapa berbahaya mengabaikan dan menumpuk masalah. Hal ini juga yang terjadi atas Indonesia. Sebagian besar sumber masalah dari
krisis pertumbuhan iman Kristen, ekonomi, krisis kepemimpinan, perpecahan
yang terjadi di Indonesia hari ini disebabkan oleh orang-orang dan para
pemimpin sebelumnya yang
mengabaikan dan menumpuk
masalah.
Melalui kebiasaan yang suka
menumpuk masalah ini, iblis berusaha membuat umat Tuhan semakin terjebak dalam
berbagai kesulitan
, kebingungan sehingga membuat orang-orang jauh dari kehendak Tuhan, kehilangan
arah dan tujuan hidup,
tenggelam dalam kekecewaan serta kebencian yang sangat dalam terhadap orang-orang yang berkaitan
dengan masalah-masalahnya.
Kebiasaan buruk ini pada akhirnya akan
membentuk orang-orang menjadi egois, pesimis dan negatif atau si tukang
mengeluh yang tidak pernah mengambil tindakan perubahan
, namun ingin
solusi instan.
5. ENGGAN MERANGKUL PERUBAHAN
Banyak
keengganan dalam hati orang yang puas diri.
Hatinya sering mengeluh beratnya proses dalam
mengikut Tuhan sehingga
mereka tawar-menawar bahkan mencari-cari alasan untuk
membenarkan dirinya. Mereka tidak
ingin menyangkal diri dan memikul salib. Merasa sudah nyaman dengan rutinitas
ibadah, pelayanan, kegiatan sosial. Mereka e
nggan mencari, menyelidiki
dan melakukan kehendak Tuhan, enggan
mencari dan hidup sesuai dengan panggilan Tuhan, enggan mencari dan mengembangkan karunia-karunia rohani, enggan menyelidiki proses Tuhan
dalam kehidupannya, enggan mencari kehendak Tuhan untuk Indonesia. Pendeknya orang-orang
yang puas diri adalah orang-orang
yang tidak mau merangkul perubahan. Sebab HATINYA lebih memilih untuk mempertahankan
rasa nyaman
dan mencari kemudahan dalam hidup.
Dalam
prakteknya, orang yang puas diri:
# Suka
menunda dalam melakukan kehendak Tuhan
. Seperti, tidak mempraktekkan
strategi Tuhan, tidak melakukan kebenaran Firman Tuhan yang diterimanya.
# Suka mengeluh
dan iri dengan kenyamanan hidup yang
diterima orang lain dan menuntut Tuhan memberikan kenyamanan hidup atau
kemudahan dalam hidupnya.
Seperti, merasa Tuhan tidak adil melahirkan
dirinya di keluarga yang miskin, memberikan wajah dan tubuh yang tidak idealis
menurut pikirannya sendiri.
# Suka menyalahkan Tuhan atas segala musibah atau masalah yang terjadi
dalam hidupnya.
Seperti mengeluhkan Tuhan yang maha kuasa tidak mau
melakukan mujizat, kesembuhan, mengubah suami, istri atau anak-anaknya dengan
cara instan.
Semua ini
menunjukkan kehidupannya yang
masih dikuasai oleh ego dan bukan Roh Kudus. Sebab di dalam hatinya ada KETIDAKRELAAN
dalam mengikut Tuhan. Berbagai
keluhan menunjukkan daftar alasan dirinya yang tidak rela mengikut Tuhan dengan
sepenuh hati. Ketidakrelaan inilah yang membuat
hati gereja-gerejaNya semakin
bebal dan semakin fokus pada
janji-janji Tuhan yang memberkati anak-anakNya, membangkitkan keinginan yang
makin besar untuk mengejar kenyamanan hidup di dunia dan merencanakan berbagai
siasat – pembenaran diri dengan ayat-ayat firman Tuhan – yang licik untuk
memanfaatkan dan menuntut Tuhan. Namun
Tuhan yang mengetahui isi hati
dan pikiran manusia tidak akan membiarkan Dirinya dipermainkan oleh manusia
.
Tuhan akan mengijinkan
orang-orang yang kejam, otoriter dan licik menggunakan otoritas mereka untuk menindas, meneror dan menganiaya para
pengikut Kristus
Kelima tanda
orang yang puas diri di atas
sesungguhnya menunjukkan SIKAP KURANG
AJAR
pada Tuhan. Sebab umat
Tuhan tidak mempedulikan perkataanNya
yang disampaikan melalui pesan pengajaran,
nubuat bahkan melalui
berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia
yang
mana semuanya itu
mengingatkan supaya kita mencari kehendakNya.

Seperti anak yang mengabaikan perkataan orang tua, demikianlah gereja-gereja yang tidak
sungguh-sungguh mencari kehendak Tuhan, mengabaikan perkataan Tuhan, dan memperlakukan Tuhan dengan sembarangan. Mereka akan menerima tegoran yang sangat
keras
. Tuhan akan
menunjukkan keadilanNya untuk gereja-gereja yang demikian. Namun Ia juga akan
mengampuni serta menyelamatkan umatNya
yang bertobat.
PENGHAKIMAN
TUHAN UNTUK MENGHANCURKAN HATI DAN MEMURNIKAN UMATNYA
Umat Tuhan dan para pemimpin
rohani yang haus akan kekuasaan, kekayaan, tidak memperhatikan pertumbuhan
rohani umat Tuhan di Indonesia. Ini dapat kita lihat dari banyaknya orang yang dipanggil melayani
sepenuh waktu di ladang Tuhan namun mencoba bahkan beralih dari pelayanan menuju politik dengan tujuan-tujuan yang tampaknya baik namun
sebenarnya
ingin mengejar kekuasaan dan kekayaan yang lebih
besar lagi
serta mendapatkan kenyamanan hidup
. Mereka berkampanye di
atas mimbar menyampaikan kesaksian-kesaksian palsu, menyalahgunakan
prinsip-prinsip firman, kekayaan dan jabatannya di gereja untuk membenarkan
dirinya dan golongannya serta menekan lawan politiknya. Dampaknya adalah
kematian rohani yang sangat besar!
Tuhan telah menetapkan “orang-orang Lewi” melayani
di ladang Tuhan namun mereka melawan ketetapan dan panggilan Tuhan serta berusaha
mengubah keadaan gereja-gereja dan Indonesia sesuai dengan cara dan kekuatannya
sendiri. Ini membangkitkan murka Tuhan! Dan Tuhan tidak akan membiarkan
orang-orang Lewi bekerja di pemerintahan.
Sebagaimana
orang tua memberikan penghajaran untuk
mendidik anaknya, demikian Tuhan
akan menghajar gereja-gerejaNya dan orang-orang Indonesia sampai
hancur hati, menyadari, bertobat dan melepaskan kebodohannya.
Dan selama gereja-gerejaNya di Indonesia
belum bertobat maka Tuhan akan mengijinkan berbagai perselisihan, penindasan,
penganiayaan, teror bahkan kerusuhan yang akan menggoncang gereja-gerejaNya
. Semuanya itu akan terjadi melalui persaingan para elit politik, para
pengusaha, mantan pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh agama yang memperebutkan
kekuasaan dan kekayaan
. Sebab
mereka yang bersaing akan menyebarkan berita-berita isu, fitnah,
hoax, ajaran-ajaran kebencian terhadap suku, agama, denominasi dan doktrin
gereja
demi memperoleh kekuasaan dan kenyamanan sehingga perselisihan demi perselisihan terjadi di Indonesia (Perselisihan antar suku, agama, lembaga negara, tokoh dan pendukung
partai
, antar doktrin gereja, antar denominasi gereja ). Seperti api rokok yang dilemparkan ke hutan
gambut sehingga menimbulkan kebakaran yang besar
, demikianlah hal-hal kecil akan dibuat menjadi masalah
yang besar sehingga
menimbulkan kemarahan,
kekecewaan dan keinginan untuk membalas antara golongan yang mendukung pemerintah
dengan golongan yang tidak mendukung pemerintah
sehingga terjadi kerusuhan
yang besar di
Indonesia. Sementara itu, saat ini para elit politik terus berusaha menempatkan dan melindungi provokator di
berbagai daerah untuk nantinya menyulut teror, kerusuhan dan pemberontakan
di berbagai daerah di Indonesia. Semua rencana itu dilakukan dengan tujuan untuk membuat orang-orang
nasionalis yang menduduki pemerintahan seolah tidak mampu mengatasi masalah
yang sedang terjadi sehingga dapat mendesak presiden untuk menggantinya dengan pejabat-pejabat
baru – orang-orang kepercayaan para Elit politik tersebut – yang mau diajak kompromi, korupsi dan memainkan kekuasaannya dengan
cara-cara yang kotor serta
jahat. Sebab para elit politik akan terus berusaha mendapatkan kekuasaan dan kekayaan melalui orang-orang kepercayaannya di pemerintahan dan organisasi-organisasi
masyarakat
yang dapat dimanfaatkannya.
Puncaknya, kekacauan
ini akan DIMANFAATKAN KAUM INTOLERAN DAN AGAMA GARIS KERAS untuk membatasi dan
menekan agama lain melakukan kegiatan beribadah, seperti pembubaran paksa acara
ibadah, pengerusakan tempat ibadah, penutupan tempat-tempat ibadah karena
alasan yang tidak jelas, dan lain-lain
. Apa yang dilakukan oleh kaum
intoleran dan garis keras ini akan dilihat dan ditiru oleh generasi muda —
yang memiliki kebencian terhadap agama dan ras tertentu — sehingga
membangkitkan lebih banyak lagi generasi muda yang menganut agama garis keras
dan mendukung kaum intoleran. Juga, para Elit politik, tokoh-tokoh agama dan
masyarakat, dan pengusaha akan bergabung untuk mengubah generasi muda menjadi
seperti diri mereka – generasi yang egois dan para pemimpin muda yang kejam,
licik, serta otoriter yang memanfaatkan kebodohan orang-orang Indonesia demi
mewujudkan kepentingan dan tujuan mereka sendiri.

Jika kita menolak bertobat dan berubah maka semua
peristiwa yang buruk akan terjadi di Indonesia. Kuncinya terletak pada PERTOBATAN
DAN PERUBAHAN HIDUP umat Tuhan di Indonesia.

PERSPEKTIF KEADAAN INDONESIA TERKINI DARI PROFETIK (BAGIAN 1): PERTUMBUHAN ROHANI UMAT TUHAN DI INDONESIA

Oleh Didit I.


Membaca, melihat dan mengamati berita-berita, serta diskusi di televisi swasta,
menunjukkan betapa banyak orang yang bangga dengan hasil kinerja presiden
seperti membangun infrastruktur jalan tol, menjaga stabilitas ekonomi di dalam
negeri, menjaga hubungan baik dengan negara-negara lain. Tak hanya itu kerendahan
hatinya juga menjadi perhatian banyak orang. Meskipun demikian tetap ada pihak lainnya
yang mencari-cari kesalahan presiden dan kelemahan Presiden. Saya pribadi bersyukur memiliki seorang pemimpin
bangsa seperti beliau, namun Tuhan tidak ingin saya dan Anda menjadi terlena,
merasa nyaman dan akhirnya puas diri. Sebab masih banyak yang perlu diperbaiki
dan dikerjakan  untuk pemulihan
Indonesia. Pada
Pertengahan Juli 2017 saat saya berdoa Tuhan sampaikan, “Gereja-gerejaKu telah tertidur kembali karena merasa nyaman dengan
keadaan Indonesia saat ini!”
. Tuhan
mengumpamakan gereja-gereja seperti orang yang bangun dari tidur karena
terkejut dengan suara tikus yang membuat keributan di atap rumahnya. Tanpa memeriksa keadaan ia yakin tampak aman kemudian kembali tidur. Padahal di saat yang sama pencuri juga
mencuri dan hendak membinasakan pemilik rumah tersebut.  Maksud perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa tidur secara rohani menggambarkan tidak berjaga-berjaga (kurang menguji
segala sesuatu)
sehingga iblis berhasil masuk dalam kehidupan umat Tuhan. Sedangkan keributan yang terjadi
di atap rumah
nya menggambarkan peringatan yang
Tuhan
berikan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi
di Indonesia
. Tuhan menunjukkan betapa sedikit umat Tuhan yang mengerti peringatanNya terlebih lagi bertobat dan berubah. Akibatnya, iblis berhasil mengalihkan gereja-gereja
dari tujuan/panggilan utamanya, mengeroposi komitmen kita dan menyusup melalui pesan-pesan
pengajaran, nubuat, mimpi dan penglihatan yang menurunkan standart prinsip-prinsip kebenaran yang sejati. Sehingga
pesan-pesan pengajaran, nubuat, mimpi dan penglihatan tidak lagi murni namun
tercampur dengan kehendak iblis, imajinasi manusia dan ajaran-ajaran dunia
.
Mengetahui semua ini, apakah
kita dapat berdiam diri
melihat penyimpangan yang membinasakan umat Tuhan? Dapatkah kita mengaku sebagai umat Tuhan namun
tidak
mengetahui kehendak Tuhan? Dan bukankah sebagai murid-murid Kristus kita harus melakukan kehendakNya? Bukankah
perselisihan, perpecahan yang terjadi di bangsa ini menjadi tanda profetik
bahwa gereja-gereja belum berfungsi sepenuhnya sebagai garam dan terang bagi
dunia?  
Banyak gereja mendukung kinerja presiden, tetapi lupa
mencari dan mendukung program/rencana Tuhan. Kita hanya terfokus pada
kebijakan-kebijakan presiden namun tidak mencari kehendak Tuhan dalam hidup
kita, gereja, kota dan bangsa kita
Indonesia
.
KEADAAN
ROHANI UMAT TUHAN DI INDONESIA
Bayangkanlah suatu ruang kelas playgroup
dengan para balita di dalamnya, mungkin tampak lucu bagi kita melihat anak-anak
balita yang bermain namun bagaimana jika itu kondisi rohani umat Tuhan yang
tidak mengalami pertumbuhan? Akankah Tuhan bersuka melihat kondisi umatNya yang
tiada bertumbuh dan tetap seperti kanak-kanak rohani bahkan balita-balita
rohani? Namun itulah keadaan umatNya di Indonesia yang Tuhan tunjukkan. K
eadaan
umat
Tuhan di Indonesia seperti kumpulan anak-anak balita yang
ingin maju berperang
d
engan remaja sebagai pemimpinnya. Mereka
mengenakan perlengkapan perang mini mainan dari plastik (berwarna-warni).
Sebagian besar dari perlengkapan perang plastik itu juga tidak dikenakan
sebagaimana mestinya seperti ketopong dijadikan alas kaki atau penutup pantat
atau diikat di perut,
dan sebagainya. Beberapa anak bergabung
dalam barisan dan beberapa anak lagi yang berada di luar barisan. Mereka yang
be
rgabung dalam barisan, berdiri, mendengarkan intruksi
dari anak-anak remaja di depannya sambil menangis karena takut kabar-kabar
bahwa akan ada peperangan rohani yang besar
. Balita-balita
dalam barisan itu
panik, kuatir, takut, putus asa bahkan ada yang
melamun (tidak tahu apa maksud pemimpinnya),
namun juga ada yang
menyambut dengan berani. Mereka yang menyambut dengan berani akhirnya keluar
dari barisan
nya, membuat kelompok sendiri lalu maju
tanpa adanya persiapan yang matang.
Sedangkan mereka yang tidak
ingin ikut berperang
berada di luar barisan berkelahi dengan sesama
remaja dan balita,
bahkan ada yang tidur-tiduran dan ada yang
asyik bermain koin emas, album foto, tanah, d
an lain-lain.
ARTI SEKILAS DARI PENGLIHATAN:
# Anak-anak
remaja yang memimpin menggambarkan tingkat pertumbuhan kepemimpinan rohani di
Indonesia yang belum matang dalam pengalaman, karakter, pikiran dan sikap hati
sehingga tindakan dan perkataannya sering menimbulkan masalah-masalah yang
fatal secara rohani.
Contoh yang Tuhan tunjukkan adalah: para pemimpin yang
mendesak jemaat meminta mujizat Tuhan tanpa ingin mengetahui maksud hatiNya,
mendesak jemaat menjadi kreatif dalam berpikir dan berkarya tanpa mencari tahu
cara Tuhan bekerja, mendesak jemaat melayani Tuhan tanpa membimbing mereka
supaya memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Akibatnya salah menafsirkan dan
memahami kehendak/maksud/tujuan Tuhan, sehingga menurunkan standart kebenaran
Tuhan yang sejati yang pada akhirnya menghambat kegerakan Tuhan.
# Anak-anak
balita menggambarkan tingkat pertumbuhan rohani umat Tuhan yang pikiran dan
hatinya masih terfokus pada berkat-berkat materi, mujizat, kesembuhan.
Mereka
belum mengetahui dasar-dasar dalam mengikuti Tuhan dan belum memiliki hubungan
pribadi yang kuat dengan Tuhan sehingga rentan
ditipu, dimanfaatkan, disesatkan oleh nabi-nabi palsu, pengajar-pengajar palsu,
penginjil-penginjil palsu, gembala-gembala palsu. Contoh balita-balita rohani:
Sering mengeluh saat menghadapi penderitaan, tidak mau menerima nasehat atau
masukan dari orang lain, antusias mengejar berkat-berkat Tuhan tapi lambat
dalam mencari dan memahami kehendak Tuhan.
#
Perlengkapan perang yang dikenakan tidak
sesuai dengan yang
seharusnya, ini
menggambarkan bahwa mereka
hanya mengetahui
prinsip-prinsip dasar dalam Alkitab namun
tidak tahu cara mempraktekkan prinsip-prinsip tersebut dalam hidup sehari-harinya.
Hal ini dikarenakan
kurang merenung, menyelidiki dan mendalami maksud Tuhan. Contohnya: Orang yang
sering mengikuti acara-acara seminar, pengajaran, pendalaman alkitab namun hidupnya
tidak mengalami perubahan sebab ia tidak tahu bagaimana mempraktekkan semua pengetahuan rohani yang diterimanya.
# Anak-anak
yang berada dalam barisan menggambarkan orang-orang yang SEKEDAR BERIBADAH DAN
MELAYANI Tuhan karena dorongan keluarga, teman, pasangan, perusahaan, d
an
lain-lain. Namun
hatinya
BELUM SUNGGUH-SUNGGUH MAU BERKOMITMEN MENGIKUTI KEHENDAK TUHAN. Contohnya:
Mendengarkan khotbah namun tidak mau tahu maksud dan tujuan Tuhan dalam
hidupnya. Mau melayani Tuhan namun tidak mau mengetahui lebih mendalam terkait
tujuan hidup dari Tuhan. Menerima berbagai pesan profetik namun tidak ingin
menguji kemurniannya.   
# Anak-anak
balita dan remaja yang berada di dalam barisan lalu keluar dari barisan dan
maju berperang tanpa persiapan yang matang menggambarkan orang-orang yang
BERIBADAH, MELAYANI DAN MENGIKUTI KEHENDAK TUHAN
DENGAN DORONGAN
EMOSI. Oleh karena kurang pengetahuan maka ibadah dan pelayanannya berdasarkan
PIKIRANNYA SENDIRI. Mereka berusaha mencari berbagai penafsiran
Alkitab,
nubuat, ajaran-ajaran dan berbagai data yang mendukung pemikiran mereka
sendiri. Orang seperti ini tampaknya sibuk melakukan berbagai pelayanan namun
pelayanannya
tidak berdampak
besar
bagi kekalahan iblis di alam
rohani. Contohnya:
Mengadakan acara-acara dengan mencontoh
program-program
rohani di negara-negara lain yang bertujuan
menarik perhatian banyak orang supaya banyak jiwa
datang
ke dalam gereja-gereja. Mereka membuat berbagai gerakan namun tidak
mengetahui kehendak Tuhan.
# Anak-anak
balita dan remaja yang berada di luar barisan menggambarkan umat Tuhan yang
TIDAK PEDULI terhadap kehendak Tuhan. Sebab mereka hanya fokus pada keinginan
dan tujuannya sendiri seperti ingin dihormati, dipuji, diterima, menjadi pusat
perhatian,
dan lain-lain. Mereka hanya fokus untuk
mengejar kekayaan, jabatan, pendidikan, pasangan, karir, karya yang
menyenangkan hati manusia. Semuanya dilakukan hanya untuk memuaskan keinginan
hatinya sendiri atau orang lain.
Sikap
anak-anak balita ini menunjukkan  3 tipe
umat Tuhan di Indonesia: Pertama, orang-orang yang ikut Tuhan dan mengejar
kenyamanan hidup di dunia (suam-suam kuku), kedua, orang-orang yang
sungguh-sungguh ingin mengikuti Tuhan karena dorongan emosi sesaat (aktif
melakukan berbagai pelayanan tanpa tahu harga mengikut Yesus dan kehendak
Tuhan), orang-orang yang
tidak peduli dengan kehendak Tuhan
sebab hatinya hanya peduli dengan kehendaknya sendiri.
Dari
semua ini hal utama yang Tuhan soroti dan tunjukkan adalah kondisi
pertumbuhan rohani umat Tuhan di Indonesia
yang TIDAK WAJAR
. Mereka yang Tuhan
panggil sebagai nabi
seharusnya sudah menjadi nabi

dan
menyampaikan pesan nubuat
– sesuai dengan hati Tuhan – namun karena belum bertumbuh dalam karakter
,
pesan-pesan profetik
yang diterimanya bercampur dengan
imajinasi dan motif-motif yang tersembunyi dalam hati
. Demikian
juga dengan mereka yang dipanggil sebagai pengajar seharusnya menyampaikan
pandangan-pandangan yang tajam untuk membuat
umat Tuhan

melihat dan memahami sudut pandang prinsip-prinsip kebenaran dalam menanggapi
peristiwa yang terjadi di gereja serta keadaan Indonesia, yang dipanggil
sebagai penginjil seharusnya menyampaikan
tidak hanya
kasih
karunia Tuhan
namun juga
pesan-pesan pertobatan yang
mendatangkan kegentaran Ilahi. Serta mereka yang dipanggil sebagai gembala seharusnya
sudah membantu jemaat bukan hanya untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar
mengikut Tuhan, tetapi juga mengetahui karunia-karunia rohani, tujuan hidup dan
berkemenangan dalam menghadapi berbagai masalah.
Seharusnya
gereja-gereja membangkitkan para pemimpin serta pendoa militan yang menggagalkan
rencana besar iblis di Indonesia dan menangkap gelombang pemulihan dari Tuhan.
Namun semua itu belum tampak, sebab umat Tuhan bertumbuh sebagai balita-balita rohani
yang manja
, yang puas hanya dengan mendengarkan
pesan-pesan rohani yang menyenangkan hati sendiri daripada menyenangkan hati
Tuhan.
Para pengkhotbah puas menyampaikan khotbah-khotbah yang menyenangkan
jemaat, tetapi kurang memperhatikan kerinduan Tuhan melihat pertumbuhan rohani
jemaatNya. Beberapa kali Tuhan menyampaikan bahwa kondisi rohani umat Tuhan di
Indonesia rata-rata masih balita-balita rohani. Oh bagaimana mungkin kita
bertahun-tahun beribadah di gereja, mendengarkan khotbah-khotbah, aktif dalam
pelayanan, kegiatan sosial, dan
lain-lain
tetapi masih dalam keadaan balita-balita rohani? Tuhan menegaskan
karena kita telah PUAS DIRI sehingga tidak lagi menyelami
maksud hati dan pikiran Tuhan dalam hidup Anda, keluarga, kota juga atas Indonesia. Bahkan seorang anak balita merasa telah dewasa ketika mereka menggunakan
sepatu, make up, topi, baju dan berbagai asesoris orang-orang dewasa.

Akibat ketiadaan pertumbuhan rohani adalah keinginan hati yang
liar dan tidak terkendali
seperti
halnya seorang anak manja yang
menginginkan sesuatu (memaksa orang tuanya dengan cara berteriak, menangis
histeris, hingga melakukan tindakan-tindakan di luar akal sehat) – semua itu
dilakukan untuk mempermalukan orang tuanya agar keinginannya dipenuhi.  Mereka
belum bertumbuh dalam karakter
dan belum memiliki hubungan dengan Tuhan namun ingin memikul tanggung jawab
pelayanan yang besar. Hal ini seperti memberikan bayi-bayi ke mulut singa yang lapar. Sehingga anak-anak
Tuhan dengan mudah dijerat, dilumpuhkan dan kehilangan fungsinya untuk menjadi
garam dan terang bagi dunia. Tuhan ingin gereja-garejaNya bertumbuh menjadi semakin
dewasa rohani supaya menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan dan
memberikan dampak bagi pemerintahan.