Oleh Didit I.
Tuhan
menunjukkan kondisi gereja-gereja di Indonesia saat ini telah terjerat dalam RASA PUAS
DIRI dan KETIDAKJUJURAN PADA DIRI SENDIRI. Inilah buah dari kesombongan
dan kemalasan yang telah
membutakan mata rohani umatNya
sehingga tidak melihat tujuan Tuhan yang terbaik dalam hidup pribadi, keluarga,
gereja, kota dan bangsa. Jerat ini telah menarik umatNya dalam berbagai dosa
seperti lumpur hisap yang menenggelamkan gereja-gerejaNya dalam berbagai krisis
hingga mempengaruhi kondisi pemerintahan di Indonesia. Tuhan menggambarkan kondisi gereja-gerejaNya
seperti:
# Petinju yang lengkap dengan sarung
tinjunya namun tidak memukul lawannya tetapi hanya senang
menikmati sorak penonton di ring pertandingan – menggambarkan orang-orang
yang membanggakan dan menunjukkan karunia-karunia rohani dan panggilan hidupnya
namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebab hatinya ingin mengejar
popularirtas.
# Peserta lari yang hanya berjalan kemudian
duduk di lintasan lari sambil melambai-lambaikan tangan
seolah-olah dia seorang pemenang, padahal belum melakukan apapun –
menggambarkan orang-orang yang memiliki standartnya sendiri (bukan standart
Tuhan) dalam mengikut Tuhan. Mereka berpikir sudah melakukan kehendak Tuhan dan
berada dalam kehendakNya namun sesungguhnya tidak.
# Seorang nelayan yang berangkat ke laut
hanya membawa kotak tempat penyimpanan ikan tetapi tidak membawa jaring atau
alat pancing – menggambarkan orang-orang yang mengetahui visi Tuhan namun
tidak tahu langkah-langkah untuk menggenapi visi tersebut.
# Murid-murid yang berangkat ke sekolah
membawa perlengkapan sekolah namun tidak belajar dan tidak menggunakan perlengkapan sekolah
yang sudah dibawanya
– Orang-orang yang mengaku murid-murid Kristus, tetapi tidak mau
sungguh-sungguh belajar, menyelidiki, merenung, menguji akan jalan-jalan Tuhan.
# Seorang guru yang mengajar anak-anak muda
namun tidak pernah membaca buku-buku untuk
belajar lebih lagi – gambaran dari orang-orang yang hanya ingin menunjukkan dan
membanggakan pengetahuannya yang terbatas untuk mempesona orang-orang.
Semua gambaran perumpamaan yang Tuhan berikan di atas menunjukkan bahwa
gereja-gerejaNya (khususnya di Indonesia) lebih fokus
mencari popularitas, penghormatan, pujian dan perhatian dari manusia daripada
mencari perkenanan Tuhan dan hidup dalam kehendak Tuhan hingga menggenapi
seluruh rencanaNya dalam kehidupan kita. Inilah jerat-jerat dari roh-roh
kesombongan dan kemalasan yang telah melumpuhkan dan mengalihkan perhatian
gereja-gerejaNya dari tujuan-tujuan sorgawi menjadi tujuan-tujuan duniawi yang
dibungkus dengan agama. Mereka adalah orang-orang yang:
- Enggan
mencari, menyelidiki dan melakukan kehendak Tuhan.
- Enggan
menyelidiki proses Tuhan dalam hidupnya.
- Enggan
mendengarkan dan menerima masukan atau nasehat dari orang lain.
- Enggan
menguji kemurnian diri sendiri
(Motif hati yang sesungguhnya) dalam menyampaikan pesan-pesan rohani dan
melakukan pelayanan.
- Enggan
mencari dan hidup sesuai dengan panggilan Tuhan.
- Enggan
mencari dan mengembangkan karunia-karunia rohani.
- Enggan
mencari dan menantikan
pasangan hidup dari Tuhan. Mereka
cenderung mencari pasangan hidup yang sesuai dengan keinginan hati mereka
sendiri.
- Enggan
melayani Tuhan sesuai dengan cara dan waktu Tuhan. Mereka cenderung menyikapi dan melakukan segala
sesuatu bagi Tuhan dari dorongan emosi dan rencana-rencana mereka sendiri.
- Enggan
mencari solusi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebenaran dalam menghadapi
setiap masalah.
- Enggan
mencari dan berdoa syafaat sesuai dengan beban hati Tuhan. Namun
mereka justru cenderung berdoa bagi pokok doa yang sesuai dengan
keinginan hatinya sendiri atau orang
lain (yang tidak lurus hatinya di hadapan Tuhan).
Berbagai
keengganan dalam hati dan pikiran akhirnya membentuk kebiasaan hidup yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan. Roh-roh jahat berusaha mengeraskan dan
menumpulkan pikiran kita. Semuanya itu
membangkitkan murka Tuhan.
TANDA-TANDA
ORANG YANG HIDUP DALAM PUAS DIRI DAN TIDAK JUJUR PADA DIRI SENDIRI:
Puas diri dan tidak jujur pada diri sendiri akan
mengembangkan kebiasaan yang bisa dilihat dari tanda-tanda
berikut:
1. BERGANTUNG SEPENUHNYA KEPADA MANUSIA
LEBIH DARI APA PUN
Puas diri seringkali menghalangi mata rohani kita sehingga tidak melihat tujuan Tuhan
yang terbaik dalam hidup pribadi, gereja, kota dan Indonesia. Saat kita merasakan adanya kemudahan dalam
beribadah, kemudahan melayani Tuhan, pemerintahan berjalan dengan baik akhirnya
kita berhenti mencari kehendak Tuhan. Kita enggan mencari kehendakNya, enggan
menguji segala sesuatu, tetapi merasa puas dan biasa-biasa saja. Bahkan kita
puas sekedar menerima perkataan pemimpin tanpa menguji kemurnian pesan
tersebut sebab berpikir bahwa
pelayanannya telah mempengaruhi banyak orang, memiliki tempat ibadah yang megah, jemaat yang banyak. Mereka hanya menunggu perintah pemimpin. Dan pada akhirnya mereka
hanya mengandalkan pemulihan gereja, kota, bangsa ini dari
tokoh-tokoh masyarakat, politik, agama, pejabat pemerintahan, pemimpin rohani,
dan lain-lain untuk membuat perubahan.
Tanda-tanda orang-orang yang bergantung pada manusia,
diantaranya:
# Memuji kelebihan manusia secara berlebihan tanpa
mau menilai dengan jujur.
# Lebih mempercayai dan memegang teguh janji-janji
dari manusia daripada Tuhan.
# Menjadi pendukung-pendukung buta yang selalu mengikuti
pesan-pesan/perkataan manusia tanpa mau menguji kebenarannya.
Mereka akan
berusaha keras untuk menentang dan menutupi kelemahan orang-orang yang
dikaguminya. Di titik inilah orang yang puas diri akan menggantikan posisi
Tuhan dengan figur-figur manusia di dalam hatinya. Sementara itu, para pemimpin
rohani yang hanya fokus pada dirinya
sendiri akan membawa jemaat mengejar kenyamanan,
kemewahan, dan keindahan duniawi.
Jemaat Tuhan yang melihat hal ini pada akhirnya akan kecewa hingga
meninggalkan iman percayanya. Hal ini juga yang akan terjadi bila mengandalkan pemimpin yang ada di pemerintahan.
Orang-orang yang mengandalkan tokoh-tokoh
masyarakat, politik, agama, pejabat pemerintahan, pemimpin rohani, dan
lain-lain untuk membuat perubahan
dalam gereja,kota dan bangsa akan mengalami KEKECEWAAN dan KEPUTUSAASAAN BESAR yang berujung dengan demontrasi, koalisi partai politik hingga gerakan
bawah tanah untuk melawan kebijakan-kebijakan pemimpin tersebut. Sikap hati seperti
inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan
oleh roh-roh jahat untuk menghancurkan bangsa ini.
2. SUKA MEMBENARKAN DAN MEMBANGGAKAN DIRI
DENGAN BERBAGAI ALASAN (BODOH) YANG TAMPAK HAMPIR BENAR
Inilah orang-orang yang lebih menyukai pujian yang
bersifat memanjakan daripada nasehat yang bersifat mendidik. Hal ini ditandai
dengan tidak mau mendengarkan orang lain, introspeksi diri sehingga sering mengabaikan
nasehat, petunjuk dan arahan yang bersifat mendidik dan membangun pola pikir,
sikap hati dan karakter yang sesuai Kristus.
Tanda-tanda
orang yang demikian adalah:
# Membuka hati dan pikiran hanya terhadap khotbah, pengajaran, nubuat,
nasehat, dan lain-lain yang bersifat menghibur, membesarkan hati dan
memotivasi.
# Menolak dan mengabaikan berbagai pesan-pesan
rohani yang bersifat menegur, mengoreksi dan menunjukkan kehendak Tuhan.
# Memiliki berbagai alasan untuk membenarkan diri
dan menyalahkan orang lain.
# Menyalahgunakan perkataan pengkhotbah, kebijakan
pemimpin, ayat-ayat firman Tuhan, pesan
nubuat, jabatan dalam pelayanan,
dan kekayaannya untuk tujuan membenarkan dirinya, mengejar kepentingan pribadi serta menunjukkan
(menurut analisis, imajinasi
serta standartnya sendiri) bahwa
dirinya berada di dalam kehendak Tuhan.
Hati yang demikian cenderung menginginkan
perhatian, pujian, penerimaan, penghormatan dari manusia sehingga membuat
mereka memilah-milah dan memilih khotbah yang bersifat menghibur, nubuat yang
berisi janji-janji Tuhan. Tak jarang mereka berkata “Jangan menghakimi”
terhadap orang-orang yang memberikan nasehat murni dan tulus. Bahkan “mengklaim
pemberontak” pada orang-orang
yang menyampaikan pesan-pesan mendidik, menguji dan menunjukkan kehendak Tuhan.
parahnya lagi mereka membela diri dengan berkata – secara langsung atau dalam
hati, “Tidak apa-apa menolak nasehat/pesan-pesan rohani yang keras sebab tiap
minggu sudah beribadah di gereja.” Inilah bentuk-bentuk kesombongan. Segala hal
yang dikerjakan bukan untuk memikul salib dan menyangkal diri, tetapi mengumbar
keinginan hatinya sendiri yang egosi dan meninggikan diri.
3. TENGGELAM DALAM KEPUTUSASAAN
Tuhan akan
terus menggoncang umatNya untuk meninggalkan puas diri dan jujur pada diri
sendiri, namun mereka yang tetap mempertahankan puas diri dan tidak mau jujur
pada diri sendiri akan disingkapkan kesesatan dan penyimpangannya (yaitu yang menggunakan
prinsip-prinsip kebenaran demi kepentingan dan tujuannya sendiri) melalui
berbagai pengajaran, khotbah renungan, nubuat, mimpi dan penglihatan yang murni
seperti menyingkapkan terang di ruangan yang gelap hingga mereka harus memilih
untuk bertobat atau justru tenggelam dalam keputusasaan sebab mereka tersandung
dalam intimidasi dan ketakutan. Keputusasaan ini diumpamakan Tuhan seperti lumpur
hisap yang menarik kedua kakinya dan orang-orang di sekitarnya. Sebab orang
yang putus asa akan mempengaruhi sekitarnya melalui perkataan, sikap, dan
perbuatannya yang menunjukkan seolah-olah tidak ada pengharapan dan masa depan
yang lebih baik. Jika mereka tidak melihat kasih karunia yang telah Tuhan
sediakan untuk bertobat maka mereka akan mengalami kematian rohani secara
perlahan-lahan sampai tidak ada lagi pengharapan, iman dan kasih kepada Tuhan.
Ciri orang-orang yang tenggelam dalam keputusasan:
# Tidak percaya dengan pimpinan dan penyertaan
Tuhan — Saat merasa gagal mencapai tujuan dalam bidang pendidikan, pekerjaan,
pelayanan, politik, rumah tangga mereka berpikir bahwa itulah akhir dunia
sehingga mereka ingin mengakhiri hidupnya.
# tidak melihat kasih Tuhan yang besar — saat
mengalami patah hati, kecewa, ditolak oleh manusia mereka berpikir seakan-akan
tidak ada yang mengasihinya sehingga berusaha mencari penerimaan dari manusia
dan hiburan-hiburan yang semu.
# tidak percaya kasih karunia dan kuasa darah Yesus
sanggup menebus dosa manusia — ketika jatuh kembali dalam dosa, mereka merasa
dosa-dosanya tidak akan diampuni sebab bagi mereka tidak ada penebusan dosa
untuk yang kesekian kalinya sehingga mereka semakin menjauh dari kasih karunia
Tuhan (terhilang) atau bahkan mengakhiri hidupnya.
Semua ketidakpercayaan
di atas berawal dari
menurunnya semangat dalam mencari kehendak Tuhan hingga akhirnya meragukan kuasa Tuhan dan tenggelam dalam keputusasaan. Keputusasaan
membuat orang-orang melakukan berbagai tindakan yang mempermalukan nama Tuhan
dan bangsa Indonesia. Keputusasaan yang terjadi di Indonesia ini
akan mempengaruhi banyak orang dan menimbulkan gelombang ketidakpercayaan
(krisis iman) hingga pemberontakan (depresi yang
berkepanjangan mendorong umat Tuhan untuk bergabung bersama
orang-orang yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah dan melakukan
perlawanan bahkan tindakan di luar akal sehat). Sebab Iblis memanfaatkan rasa putus asa ini untuk menghentikan orang-orang yang
ingin hidup dalam panggilan Tuhan dan yang ingin memperjuangkan pemulihan Indonesia. Roh-roh jahat
berkata-kata dalam pikiran mereka, “HENTIKAN SEMUA PERJUANGANMU SEBAB SEMUANYA
SIA-SIA! TERLALU KECIL JUMLAH ORANG-ORANG YANG MENGINGINKAN PERUBAHAN GEREJA
DAN BANGSA….dan sebagainya” Iblis
berusaha menipu Anda supaya Anda percaya pada iblis dan akhirnya tak berdaya
(tidak melakukan apa-apa) atau menjadi emosi yang kemudian membuat gerakan-gerakan yang
semakin memanaskan suasana perpecahan dan masalah-masalah baru baik dalam
gereja, bisnis maupun pemerintahan.
4. MENGABAIKAN DAN MENUMPUK MASALAH-MASALAH.
Setiap orang diproses dan dibentuk melalui
konflik-konflik yang terjadi di sekitarnya. Namun orang yang puas diri akan selalu menghindari konflik-konflik
tersebut bahkan menumpuk masalah. Mereka membiarkan masalah terjadi dalam
kehidupan mereka tanpa
mencari jawaban dari masalah dalam hidup mereka. Akibatnya mereka tidak mengalami pertumbuhan rohani, tidak ada perubahan dalam karakter
dan pola pikir serta cenderung
egois. Contoh yang dapat kita lihat:
orang tua yang ingin
anaknya bertumbuh dengan karakter yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga
namun tidak mendidiknya. Mereka membiarkan
anak-anaknya bersikap kurang ajar dan berkata-kata kasar terhadap orang yang lebih tua, tidak peduli – jarang bertanya terkait
pergumulan dalam batin dan masalah anak-anaknya, Gembala dan pelayan-pelayan Tuhan (sepenuh waktu) yang membiarkan para pengusaha membuat
kebijakan-kebijakan untuk gereja yang sesuai dengan maksud hatinya sendiri
(tanpa mempergumulkan dalam doa untuk mencari kehendak Tuhan). Orang-orang yang demikian (mengabaikan dan
menumpuk masalah) Tuhan
umpamakan seperti orang yang ingin naik dari lantai satu ke lantai dua namun mereka melewatkan tiga atau empat
anak tangganya supaya bisa
segera sampai ke atas. Akibatnya,
mereka akan terjatuh dengan sangat keras. Inilah orang yang lari dari proses
Tuhan.
Orang-orang yang mengabaikan dan menumpuk masalah
adalah orang yang:
# tidak belajar, merenung dan mencari solusi (dari
masalahnya) sehingga akan terus mengulang kesalahan/masalah yang sama
# mengabaikan/
tidak mau mendengar nasihat dan masukan dari orang lain terkait masalah dalam
hidupnya
# Lari
dari masalah/melupakan masalah
dengan cara sibuk bekerja, sibuk melakukan hobi-hobinya, bersenang-senang dengan teman-temannya
Mengabaikan dan menumpuk masalah membuat rohani kita tidak bertumbuh. Kita
harus menyadari betapa berbahaya mengabaikan dan menumpuk masalah. Hal ini juga yang terjadi atas Indonesia. Sebagian besar sumber masalah dari
krisis pertumbuhan iman Kristen, ekonomi, krisis kepemimpinan, perpecahan
yang terjadi di Indonesia hari ini disebabkan oleh orang-orang dan para
pemimpin sebelumnya yang mengabaikan dan menumpuk
masalah. Melalui kebiasaan yang suka
menumpuk masalah ini, iblis berusaha membuat umat Tuhan semakin terjebak dalam
berbagai kesulitan, kebingungan sehingga membuat orang-orang jauh dari kehendak Tuhan, kehilangan
arah dan tujuan hidup, tenggelam dalam kekecewaan serta kebencian yang sangat dalam terhadap orang-orang yang berkaitan
dengan masalah-masalahnya. Kebiasaan buruk ini pada akhirnya akan
membentuk orang-orang menjadi egois, pesimis dan negatif atau si tukang
mengeluh yang tidak pernah mengambil tindakan perubahan, namun ingin
solusi instan.
5. ENGGAN MERANGKUL PERUBAHAN
Banyak
keengganan dalam hati orang yang puas diri. Hatinya sering mengeluh beratnya proses dalam
mengikut Tuhan sehingga mereka tawar-menawar bahkan mencari-cari alasan untuk
membenarkan dirinya. Mereka tidak
ingin menyangkal diri dan memikul salib. Merasa sudah nyaman dengan rutinitas
ibadah, pelayanan, kegiatan sosial. Mereka enggan mencari, menyelidiki
dan melakukan kehendak Tuhan, enggan
mencari dan hidup sesuai dengan panggilan Tuhan, enggan mencari dan mengembangkan karunia-karunia rohani, enggan menyelidiki proses Tuhan
dalam kehidupannya, enggan mencari kehendak Tuhan untuk Indonesia. Pendeknya orang-orang
yang puas diri adalah orang-orang yang tidak mau merangkul perubahan. Sebab HATINYA lebih memilih untuk mempertahankan
rasa nyaman dan mencari kemudahan dalam hidup.
Dalam
prakteknya, orang yang puas diri:
# Suka
menunda dalam melakukan kehendak Tuhan. Seperti, tidak mempraktekkan
strategi Tuhan, tidak melakukan kebenaran Firman Tuhan yang diterimanya.
# Suka mengeluh
dan iri dengan kenyamanan hidup yang
diterima orang lain dan menuntut Tuhan memberikan kenyamanan hidup atau
kemudahan dalam hidupnya. Seperti, merasa Tuhan tidak adil melahirkan
dirinya di keluarga yang miskin, memberikan wajah dan tubuh yang tidak idealis
menurut pikirannya sendiri.
# Suka menyalahkan Tuhan atas segala musibah atau masalah yang terjadi
dalam hidupnya. Seperti mengeluhkan Tuhan yang maha kuasa tidak mau
melakukan mujizat, kesembuhan, mengubah suami, istri atau anak-anaknya dengan
cara instan.
Semua ini
menunjukkan kehidupannya yang
masih dikuasai oleh ego dan bukan Roh Kudus. Sebab di dalam hatinya ada KETIDAKRELAAN
dalam mengikut Tuhan. Berbagai
keluhan menunjukkan daftar alasan dirinya yang tidak rela mengikut Tuhan dengan
sepenuh hati. Ketidakrelaan inilah yang membuat
hati gereja-gerejaNya semakin
bebal dan semakin fokus pada
janji-janji Tuhan yang memberkati anak-anakNya, membangkitkan keinginan yang
makin besar untuk mengejar kenyamanan hidup di dunia dan merencanakan berbagai
siasat – pembenaran diri dengan ayat-ayat firman Tuhan – yang licik untuk
memanfaatkan dan menuntut Tuhan. Namun
Tuhan yang mengetahui isi hati
dan pikiran manusia tidak akan membiarkan Dirinya dipermainkan oleh manusia.
Tuhan akan mengijinkan
orang-orang yang kejam, otoriter dan licik menggunakan otoritas mereka untuk menindas, meneror dan menganiaya para
pengikut Kristus
Kelima tanda
orang yang puas diri di atas sesungguhnya menunjukkan SIKAP KURANG
AJAR pada Tuhan. Sebab umat
Tuhan tidak mempedulikan perkataanNya yang disampaikan melalui pesan pengajaran,
nubuat bahkan melalui berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia yang
mana semuanya itu mengingatkan supaya kita mencari kehendakNya.
Seperti anak yang mengabaikan perkataan orang tua, demikianlah gereja-gereja yang tidak
sungguh-sungguh mencari kehendak Tuhan, mengabaikan perkataan Tuhan, dan memperlakukan Tuhan dengan sembarangan. Mereka akan menerima tegoran yang sangat
keras. Tuhan akan
menunjukkan keadilanNya untuk gereja-gereja yang demikian. Namun Ia juga akan
mengampuni serta menyelamatkan umatNya yang bertobat.
PENGHAKIMAN
TUHAN UNTUK MENGHANCURKAN HATI DAN MEMURNIKAN UMATNYA
Umat Tuhan dan para pemimpin
rohani yang haus akan kekuasaan, kekayaan, tidak memperhatikan pertumbuhan
rohani umat Tuhan di Indonesia. Ini dapat kita lihat dari banyaknya orang yang dipanggil melayani
sepenuh waktu di ladang Tuhan namun mencoba bahkan beralih dari pelayanan menuju politik dengan tujuan-tujuan yang tampaknya baik namun
sebenarnya ingin mengejar kekuasaan dan kekayaan yang lebih
besar lagi serta mendapatkan kenyamanan hidup. Mereka berkampanye di
atas mimbar menyampaikan kesaksian-kesaksian palsu, menyalahgunakan
prinsip-prinsip firman, kekayaan dan jabatannya di gereja untuk membenarkan
dirinya dan golongannya serta menekan lawan politiknya. Dampaknya adalah
kematian rohani yang sangat besar!
Tuhan telah menetapkan “orang-orang Lewi” melayani
di ladang Tuhan namun mereka melawan ketetapan dan panggilan Tuhan serta berusaha
mengubah keadaan gereja-gereja dan Indonesia sesuai dengan cara dan kekuatannya
sendiri. Ini membangkitkan murka Tuhan! Dan Tuhan tidak akan membiarkan
orang-orang Lewi bekerja di pemerintahan.
Sebagaimana
orang tua memberikan penghajaran untuk mendidik anaknya, demikian Tuhan
akan menghajar gereja-gerejaNya dan orang-orang Indonesia sampai hancur hati, menyadari, bertobat dan melepaskan kebodohannya.
Dan selama gereja-gerejaNya di Indonesia
belum bertobat maka Tuhan akan mengijinkan berbagai perselisihan, penindasan,
penganiayaan, teror bahkan kerusuhan yang akan menggoncang gereja-gerejaNya. Semuanya itu akan terjadi melalui persaingan para elit politik, para
pengusaha, mantan pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh agama yang memperebutkan
kekuasaan dan kekayaan. Sebab
mereka yang bersaing akan menyebarkan berita-berita isu, fitnah,
hoax, ajaran-ajaran kebencian terhadap suku, agama, denominasi dan doktrin
gereja demi memperoleh kekuasaan dan kenyamanan sehingga perselisihan demi perselisihan terjadi di Indonesia (Perselisihan antar suku, agama, lembaga negara, tokoh dan pendukung
partai, antar doktrin gereja, antar denominasi gereja ). Seperti api rokok yang dilemparkan ke hutan
gambut sehingga menimbulkan kebakaran yang besar, demikianlah hal-hal kecil akan dibuat menjadi masalah
yang besar sehingga menimbulkan kemarahan,
kekecewaan dan keinginan untuk membalas antara golongan yang mendukung pemerintah
dengan golongan yang tidak mendukung pemerintah sehingga terjadi kerusuhan
yang besar di Indonesia. Sementara itu, saat ini para elit politik terus berusaha menempatkan dan melindungi provokator di
berbagai daerah untuk nantinya menyulut teror, kerusuhan dan pemberontakan di berbagai daerah di Indonesia. Semua rencana itu dilakukan dengan tujuan untuk membuat orang-orang
nasionalis yang menduduki pemerintahan seolah tidak mampu mengatasi masalah
yang sedang terjadi sehingga dapat mendesak presiden untuk menggantinya dengan pejabat-pejabat
baru – orang-orang kepercayaan para Elit politik tersebut – yang mau diajak kompromi, korupsi dan memainkan kekuasaannya dengan
cara-cara yang kotor serta
jahat. Sebab para elit politik akan terus berusaha mendapatkan kekuasaan dan kekayaan melalui orang-orang kepercayaannya di pemerintahan dan organisasi-organisasi
masyarakat yang dapat dimanfaatkannya.
Puncaknya, kekacauan
ini akan DIMANFAATKAN KAUM INTOLERAN DAN AGAMA GARIS KERAS untuk membatasi dan
menekan agama lain melakukan kegiatan beribadah, seperti pembubaran paksa acara
ibadah, pengerusakan tempat ibadah, penutupan tempat-tempat ibadah karena
alasan yang tidak jelas, dan lain-lain. Apa yang dilakukan oleh kaum
intoleran dan garis keras ini akan dilihat dan ditiru oleh generasi muda —
yang memiliki kebencian terhadap agama dan ras tertentu — sehingga
membangkitkan lebih banyak lagi generasi muda yang menganut agama garis keras
dan mendukung kaum intoleran. Juga, para Elit politik, tokoh-tokoh agama dan
masyarakat, dan pengusaha akan bergabung untuk mengubah generasi muda menjadi
seperti diri mereka – generasi yang egois dan para pemimpin muda yang kejam,
licik, serta otoriter yang memanfaatkan kebodohan orang-orang Indonesia demi
mewujudkan kepentingan dan tujuan mereka sendiri.
Jika kita menolak bertobat dan berubah maka semua
peristiwa yang buruk akan terjadi di Indonesia. Kuncinya terletak pada PERTOBATAN
DAN PERUBAHAN HIDUP umat Tuhan di Indonesia.