Arsip Bulanan: Januari 2018

KEKERASAN HATI FIRAUN (DAN KITA)

Oleh: Peter B. MA
Mencermati kisah Musa berhadapan dengan Firaun, kita akan menemukan
sesuatu yang mungkin belum pernah kita sadari tentang kekerasan hati
manusia di hadapan Tuhan.
Fakta Alkitab menunjukkan bahwa jauh sebelum Musa berangkat ke tanah
Mesir, Tuhan telah menyampaikan bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun
dan akan menghukum raja itu dengan membunuh anak sulungnya :
Firman Tuhan kepada Musa: “Pada waktu engkau hendak kembali
ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan
ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun.
Tetapi Aku
akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu
pergi.
Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman Tuhan:
Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;
sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi,
supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang
sulung.”
~ Keluaran 4:21-23 (TB)
Tentunya pesan Tuhan ini pun telah disampaikan oleh Musa kepada
Firaun sejak awal pertemuan mereka, namun tampaknya ini dipandang
sebelah mata saja oleh sang penguasa lalim itu.
Lalu, apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan “Tuhan
mengeraskan hati Firaun”? Benarkah Dia yang membuat manusia
tidak bisa bertobat dan kembali kepada-Nya? Benarkah Firaun
ditentukan untuk binasa?
Menjawab hal ini sebenarnya tidak terlalu sukar. Kita hanya perlu
mengamati fakta-fakta Alkitab lainnya. Dari sembilan tulah sebelum
tulah yang terakhir (yaitu matinya semua anak sulung orang Mesir),
sesungguhnya hanya tiga kali disebutkan Tuhan mengeraskan hati Firaun
(yaitu pada tulah ke-6, ke-8 dan ke-9). Sedangkan sejak pertama kali
Musa datang kepada Firaun dengan mujizat tongkat yang menjadi ular
dan saat turunnya enam tulah lainnya yang menimpa Mesir, jelas
dikatakan bahwa Firaun sendirilah yang mengeraskan hatinya pada
Tuhan.
Dari sini kita dapat menyelami apa kira-kira yang dimaksud dengan
”Tuhan mengeraskan hati Firaun” dan bagaimana sesungguhnya yang
disebut sebagai kekerasan hati manusia.
Tuhan mengeraskan hati manusia bukan dengan membuat manusia
dihalangi untuk bertobat, namun dengan tidak menghalanginya mengikuti
kehendak hatinya sendiri yang melawan Tuhan.
Apa yang sering dipikirkan orang bahwa Tuhan membuat Firaun tidak
mampu bertobat sejatinya berawal dari sikap hati Firaun sendiri.
Melihat perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan di depan matanya, tidak
membuatnya merendahkan diri lalu mengaku bahwa Allah Musa adalah
Allah yang berkuasa lebih dahsyat dari ilah-ilah Mesir yang
disembahnya. Ini berarti Firaun telah memutuskan dalam hatinya untuk
tidak mau tunduk dan taat kepada Yahweh, Allah Israel. Dan Tuhan pun
tak lagi menghalangi niat Firaun itu.
Banyak kali hati kita menjadi semakin keras di hadapan Tuhan, dengan
menolak bertobat atau memperbaiki diri sambil terus berpegang kepada
dosa, sebenarnya disebabkan oleh sikap kita sendiri yang terus
menerus menolak bisikan lembut Roh Kudus untuk mengajak kita kembali
pada Tuhan. Makin lama hati kita menebal dan mati rasa bagaikan kulit
yang mengeras dan kehilangan sensitivitasnya karena dibiasakan
bersentuhan atau berbenturan dengan benda-benda yang lebih keras.
Hal serupa terjadi pada kisah Kain dalam kejadian pasal 4.
Sebelumnya, Kain telah diperingatkan oleh Tuhan bahwa ia akan segera
jatuh ke dalam dosa di saat kemarahan dan iri hati menyelinap masuk
di hatinya (Kej. 4:5-6). Namun karena ia tidak mempedulikan perkataan
Tuhan, hatinya menjadi semakin keras. Ia tak takut lagi untuk
membunuh adiknya. Hatinya menjadi demikian keras sampai-sampai ia
tidak merasa menyesal ketika ditegur atau bahkan akhirnya diganjar
hukuman dari Tuhan.
Kita perlu berhati-hati dengan sikap hati yang suka menolak teguran
Tuhan. Juga dengan sikap hati yang tidak mau mendengar, tidak
bersedia belajar, apalagi bersikap jujur pada diri sendiri ketika
Roh-Nya menempelak kita. Begitu pula kita seharusnya waspada dengan
hati yang suka berdalih, beralasan, berbelit-belit, menghindar dari
kesalahan maupun suka melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain.
Semuanya dapat makin mengeraskan hati kita.
Akibat pertamanya ialah, begitu Tuhan telah memutuskan membiarkan
kita mengikuti hati kita sendiri, maka kepekaan rohani kita akan
semakin berkurang. Yang tersisa kemudian hanyalah sikap hati yang
semakin tidak takut kepada Allah bahkan merasa diri kita sudah berada
dalam posisi yang benar dan tidak perlu dikoreksi lagi. Pada titik
ini, kita semakin jauh tersesat dan mempersulit kesempatan kita untuk
berbalik kepada Tuhan.
Hati manusia semakin keras kala Tuhan menunjukkan dampak dari
kekerasan hatinya namun manusia memilih tetap tidak bertobat
Sesungguhnya Tuhan selalu memberikan pilihan kepada Firaun. Tulah
demi tulah yang diturunkan-Nya lalu diberhentikan-Nya walaupun Ia
tahu Firaun tidak bertobat, sesungguhnya merupakan kesempatan dan
kasih karunia supaya Firaun menyadari kesalahannya dan merendahkan
diri di hadapan Tuhan. Sayangnya, Firaun memilih untuk tetap pada
pendiriannya. Dan hatinya pun semakin bebal dan tumpul.
Banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang sesungguhnya merupakan
cara Tuhan berbicara kepada kita. Yang adalah peringatan dan
penghajaran-Nya atas langkah kita yang menyimpang dari kehendak-Nya.
Tetapi acap kali, seperti Firaun, kita memandangnya sebagai angin
lalu, meremehkannya, menganggapnya suatu kebetulan saja, merasa diri
kita tetap kuat dan masih mampu melewati segala kesukaran itu dengan
kekuatan sendiri. Tanpa disadari kita sedang menjadikan hati kita
makin tidak peka dan sensitif terhadap tarikan Tuhan di hidup kita.
Di sinilah pentingnya kebiasaan untuk merenung dan memeriksa diri.
Sebab jika kita merasa tidak melakukan sesuatu yang melawan Tuhan,
maka kita malah akan semakin kurang menyadari bahwa Tuhan sedang
berurusan dan berbicara pada kita secara serius. Begitu sesuatu yang
mengguncang terjadi dalam hidup kita, sudah seharusnya kita memeriksa
diri apakah ada jalan kita yang menyimpang di hadapan Tuhan. Jika
ada, kita perlu membereskan dan memohon pengampunan di hadapan Tuhan.
Dan bahkan apabila secara jujur kita belum mendapati atau mengetahui
apa yang salah dari hidup kita, tetap seharusnya kita mencari dan
menanti-nanti Tuhan akan apa yang hendak Ia tunjukkan kepada kita
melalui goncangan-goncangan dalam hidup kita (dimana ini pun bisa
berlaku dalam konteks nasional atau satu bangsa). Bagaimanapun,
memeriksa dan menyelidiki diri merupakan salah satu sikap utama yang
harus kita miliki jika kita ingin tetap dalam posisi dikenan Tuhan.
Dalam keangkuhannya, manusia dapat menjadi semakin keras hati
bahkan setelah mendengar dan melihat berbagai pekerjaan Tuhan yang
ajaib di depan matanya sekalipun
Yang dialami Firaun sebenarnya sesuatu yang sangat dahsyat. Ia
mengalami sendiri bukan saja tanda-tanda ajaib yang diadakan Tuhan
atas seluruh bangsanya, namun Ia pun berkali-kali mendengar
pesan-pesan ilahi dari Tuhan sendiri dan langsung melihat penggenapan
pesan-pesan profetik yang disampaikan oleh salah satu nabi paling
besar yang pernah dicatat dalam sejarah. Meski demikian, Firaun
bergeming, bersikukuh untuk tidak mau percaya dan tunduk pada Tuhan.
Mujizat dan perkataan nubuatan yang digenapi mungkin saja
mengggentarkan jiwa banyak orang, namun untuk kemudian orang
melangkah dalam pertobatan dan benar-benar kembali kepada Tuhan, itu
perkara lain.
Pertobatan lebih dari sekedar kekaguman atau ketakjuban akan kuasa
Tuhan. Sesungguhnya iblis pun gentar dan takjub melihat kebesaran
Tuhan. Pertobatan lebih daripada itu. Apabila rasa terpesona kita
tidak membawa kita kepada rasa takut sehingga kita menyembah Tuhan
dan rindu menjadi milik-Nya, hati kita justru semakin keras dan
menyimpang dari kehendak Tuhan.
Mengenal dan mengalami secara langsung pekerjaan serta peragaan kuasa
Tuhan yang ajaib adalah baik. Namun yang lebih penting dan lebih baik
daripada itu adalah mengetahui apa yang menjadi kehendak-Nya di dalam
hidup kita. Apalah artinya melihat kuasa Tuhan yang maha dahsyat
dinyatakan di hadapan kita namun hati kita tetap tidak selaras dan
sehati dengan Dia? (Matius 7: 21 – 23). Betapa tidak berartinya
berkat-berkat jasmani yang kita terima apabila ternyata hidup kita
tidak menyukakan hati-Nya!
Orang yang mengeraskan hati akan menanggung akibat yang sangat
dahsyat dan mengerikan dalam hidupnya
Membaca akhir cerita Firaun, segenap bangsanya hancur lebur. Ia
kehilangan segala-galanya. Mesir porak poranda total. Keindahannya,
kebersihannya, kesuburan nya, hasil tanahnya, iklim dan cuacanya,
ternaknya, harta bendanya, anak sulungnya hingga seluruh kekuatan
militernya. Semuanya runtuh dalam hitungan bulan saja. Semua karena
kekerasan hati sang pemimpin bangsa.
Tuhan mencari orang yang miskin hati di hadapan-Nya. Yaitu orang yang
tidak memegahkan diri dan merasa dirinya mampu berjalan tanpa Tuhan.
Tuhan suka kepada orang-orang yang menghamba dan mau menyendengkan
telinga kepada-Nya.
Sebaliknya, Ia membenci orang-orang sombong. Yaitu mereka yang tidak
memperdulikanNya dan mengabaikan uluran tangan kasih karunia-Nya.
Yang terus menerus tidak setuju serta enggan melaksanakan
perintah-perintah-Nya. Orang-orang yang merasa dirinya dapat
memanfaatkan Tuhan, mengatur-atur Tuhan atau menentang Tuhan dengan
seenaknya pada akhirnya akan menanggung akibat kekurangajarannya itu.
Banyak kejatuhan dan kehancuran dahsyat dalam berbagai sisi kehidupan
manusia sesungguhnya berawal dari sikap tidak mau menyerahkan hidup
kepada Tuhan namun lebih berpegang pada cara hidupnya sendiri yang
berdosa dan melawan Tuhan. Ketika itu diteruskan bertahun-tahun
lamanya dalam kekerasan hati, maka bagaikan benih yang sudah menjadi
pohon, ia siap dituai buahnya, perbuatan-perbuatannya yang melawan
Tuhan akan mulai terasa akibatnya. Hasil dari kejahatan akan menimpa
sang pembuatnya sendiri. Seperti halnya anak bungsu yang meninggalkan
rumah bapanya telah menabur kemalasan, pesta pora, hidup boros untuk
mengejar kesenangan hidup maka akan tiba waktunya ia menuai
kebangkrutan, kemiskinan, kekurangan dan kekosongan hati. Keadaannya
sangat jauh berbeda dibandingkan ketika ia berada di rumah bapanya.
Itu pula gambaran mereka yang telah mengeraskan hati menjauh dari
peringatan-peringatan Tuhan.
Yang lebih penting sebagai peringatan kita adalah bahwa kekerasan
hati tidak selalu terkait dengan mereka yang duniawi dan tidak
mengenal agama. Orang-orang Farisi serta pengikut pengikutnya, juga
merupakan tipe orang-orang yang tampak saleh dan hidup benar serta
melayani Tuhan namun juga merupakan kelompok orang yang disebut Yesus
sebagai yang keras hati dan yang hatinya jauh dari pada Tuhan (Yoh.
21: 32; Mat. 15: 8).
Kekerasan hati akan selalu berhadapan dengan kekerasan Tuhan dan
keadilan-Nya. Celakalah mereka yang mencoba berbantah dan berkeras
membenarkan pendapatnya sendiri di hadapan Tuhan, sebab tidak ada
seorangpun yang dapat melawan dan mempertanyakan hikmat dan
keadilan-Nya dalam memutuskan segala sesuatu. Ia mengasihi setiap
kita, dan seringkali Ia bersabar atas kekerasan hati kita. Namun jika
kita tetap memilih untuk bersimpang jalan dengan Dia, pastilah kita
akan menanggung akibat pilihan kita itu. Semakin kita mengeraskan
hati dan semakin jauh kita meninggalkan dia, semakin berat dan ngeri
konsekuensi yang harus kita tanggung. Tuhan akan membiarkan kita
menuai dan menanggung setiap buah dari kekerasan hati kita. Dan pada
saat kita menyadari hal itu (dan ingat, beberapa orang seperti Firaun
tidak pernah sampai pada kesadaran sama sekali), walaupun terkadang
masih ada kesempatan yang diberikan, namun kerugian dan kehancuran
yang sangat besar telah terjadi. Dan alangkah baiknya apabila itu
semua tidak pernah terjadi apabila kita tidak terus mengeraskan hati.
Jika Anda telah diperingatkan Tuhan namun masih tinggal di dalam dosa,
maukah Anda mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk tidak lagi
mengeraskan hati HARI INI?
“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu!”
~ Ibrani 4:7 (TB)
Salam Revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

PERCAYA AKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH

Oleh Rick Joyner
(Diterjemah oleh: Peter B. MA)
Minggu ini kita akan melanjutkan pelajaran kita dengan Wahyu 15: 1-4:

Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh
malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu
berakhirlah murka Allah.

Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di
tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan
binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada
kecapi Allah.

Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak
Domba, bunyinya: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan,
Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala
bangsa!

Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan
nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan
datang dan sujud menyembah Engkau,
sebab telah nyata kebenaran segala
penghakiman-Mu.”

Seperti yang kita lihat dalam kalimat terakhir, bangsa-bangsa akan
datang untuk menyembah Tuhan karena penghakiman-Nya telah dinyatakan.
Bukan terjadi begitu saja jika banyak doktrin palsu yang sedang
diajarkan secara luas di gereja hari ini merendahkan atau bahkan
menolak penghakiman Allah. Seperti yang kita lihat dari pola Kitab
Suci dan sejarah, adalah pertanda pasti bahwa dunia akan mengalami
penghakiman-Nya.
Kita diberitahu dalam I Petrus 4:17:

“1 Petrus 4:17 (TB) Karena sekarang
telah tiba saatnya
penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus
pertama-tama dihakimi.
Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita,
bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil
Allah?”
Sulit bagi beberapa orang untuk mengerti bagaimana Tuhan yang adalah
kasih dapat membiarkan semua kejahatan di bumi, apalagi membawa
penghakiman, penghancuran, dan kemurkaan yang dinubuatkan. Hal ini
membingungkan bagi mereka yang mencoba memahami Tuhan melalui
perspektif manusia, atau pendapat mereka sendiri. Seperti yang
difirmankan Tuhan melalui Yesaya: “Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku
dari rancanganmu (Yesaya 55: 9).
Beberapa orang cenderung berpikir bahwa emosi dan perasaan Tuhan sama
seperti yang ada pada kita, tapi sesungguhnya tidak. Meskipun mungkin
memiliki kesamaan, emosi-emosi Tuhan jauh lebih kuat dari kita.
Ketika kita diberitahu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang cemburu, kita
bisa menafsirkannya seperti cemburu manusia, yang egois dan berpusat
pada diri. Namun, kecemburuan Tuhan lebih kuat dari kita – tidak dari
lingkup hati yang sempit hati dan egois. Murka, kemarahan, dan
penghakiman-Nya juga tidak seperti milik kita -semua itu lebih kuat
lagi.
Ada peringatan alkitab tentang selubung penipuan yang akan terjadi ke
dunia pada akhir zaman. Kebenaran politik (political correctness,
yaitu kebenaran menurut orang banyak dalam satu bangsa -tambahan oleh
penyadur), mungkin merupakan faktor paling mendasar dalam keadaan
yang gelap ini, dan telah membuat jalan masuk ke dalam gereja.
Banyak yang mencoba membuat Tuhan sesuai dengan gambaran mereka,
memproyeksikan Dia sebagai orang seperti mereka dan berpikir seperti
mereka. Karena itu, mereka mencoba untuk membuat Injil lebih sesuai
dengan sudut pandang mereka agar lebih disukai dan disenangi manusia.
Ini bukan hanya salah satu hal yang paling arogan yang bisa kita
lakukan, tapi ini adalah salah satu yang paling merusak. Mereka yang
melakukan itu itu mungkin berpikir bahwa mereka berbuat baik dan
membantu orang berbalik pada Tuhan dengan membuat ” jalan lurus
dan sempit” menjadi lebih luas. Sebaliknya, mereka membuat jalan
menuju kehancuran lebih lebar dan membantu orang merasa lebih baik
tentang diri mereka dalam kondisi di mana itu membahayakan kehidupan
kekal mereka.
Jalan menuju keselamatan dimulai dengan pertobatan dari dosa kita,
dan kita tidak akan bertobat dari sesuatu yang telah kita sekian lama
kita pikir tidak apa-apa. Tuhan telah dengan jelas mendefinisikan
dosa dan kejahatan dalam Firman-Nya. Sewaktu kita membaca di akhir
Kitab Wahyu, untuk mengurangi Firman-Nya, atau menambahkan di
dalamnya, akan membawa kutukan yang mengerikan.
Jalan kehidupan adalah jalan kebenaran, dan mengetahui dan mencintai
kebenaran harus dimulai dengan percaya bahwa pendapat Tuhan lebih
tinggi dan lebih baik dari opini manusia. Inilah sebabnya kebohongan
pertama dan paling mematikan iblis adalah “Adakah Tuhan
benar-benar mengatakan itu?”
Yesus berkata dalam Yohanes 7:17, “Jika ada orang yang mau
melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui tentang ajaran itu, apakah
itu berasal dari Allah atau apakah Aku berbicara atas otoritas-Ku
sendiri” (NKJV).

Dengan ini Yesus menegaskan bahwa untuk mengetahui kebenaran dimulai
dengan tekad di hati untuk menaati Tuhan terlepas dari apapun
pendapat kita. Mereka yang ingin setuju dengan doktrin terlebih
dahulu tidak akan mengetahui kebenaran atau memahami Tuhan
sebagaimana adanya. Mereka yang dikondisikan oleh mentalitas yang
benar secara politis tidak dapat memahami hal ini dan tidak akan
menerimanya, yang merupakan selubung dalam mengetahui kebenarannya.
Ini merupakan kesombongan terbesar manusia yang meninggikan
pendapatnya di atas Tuhan, dan keangkuhan itu selalu akan membawa
kehancuran.
Inilah sebabnya mengapa dalam teks dari Wahyu di atas mereka
menyanyikan “Nyanyian Musa.” Suatu nyanyian untuk
mempercayai pekerjaan-pekerjaan Tuhan serta penghakiman-Nya, yang
selalu sejati dan benar.
Diterjemahkan secara bebas dari:

 _https://www.morningstarministries.org/resources/word-week/2018/trusting-works-lord-book-revelation_

BERSATU PANDANGAN DENGAN TUHAN

Oleh: Peter B. MA
Nats :
Lalu
murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa
ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?”
Jawab Yesus:
“Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
dan Aku berkata
kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan
memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia
akan menderita oleh mereka.”
Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis.
~ Matius 17:10-13
(TB)
Dalam kebingungan,
murid-murid menanyakan mengenai pengajaran yang mereka terima dari
ahli-ahli taurat mereka. Mereka diberitahu sebelumnya bahwa nabi Elia
akan datang kembali sebelum kedatangan Mesias. Mereka ingin tahu
apakah itu benar adanya. Dan Yesus pun membenarkan hal itu. Namun
tidak hanya itu. Yesus menyampaikan bahwa Elia sudah datang tetapi
orang tidak mengenal dia bahkan memperlakukannya sesuka mereka (yang
artinya sama sekali tidak menyambutnya sebagai seorang hamba Tuhan,
namun mengikuti hati mereka yang tidak sepakat dengannya dan menolak
dia). Baru setelah Yesus menjelaskan hal itu, murid-murid tahu bahwa
yang dimaksud Elia oleh Yesus adalah Yohanes Pembaptis.
Perhatikanlah
fakta-fakta berikut ini. Ahli-ahli taurat tahu mengenai Elia dan
kedatangannya. Itu juga yang mereka ajarkan kepada seluruh Israel.
Anehnya, ketika Elia itu datang, mereka malah tidak mengenalinya
bahkan menganiayanya. Dari sini kita bisa belajar mengenai betapa
kita perlu mengetahui maksud dan kehendak Tuhan yang sesungguhnya
serta betapa pentingnya membedakan mana hamba -hamba sejati dan yang
bukan.
Seperti sudah kita
ketahui sebelumnya, Israel adalah negara yang religius. Kehidupan
mereka didasarkan kepada keyakinan ajaran taurat yang diberikan oleh
Musa. Mereka belajar agama tiap-tiap hari. Membaca, meneliti,
menyelidiki dan berusaha mengamalkan apa yang diajarkan oleh tua-tua
dan guru-guru mereka. Meskipun demikian mereka gagal mengenali
utusan-utusan Tuhan sejati bahkan Anak Allah sendiri.
Bagaimana bisa
terjadi demikian?
1) Mereka merasa
tahu tapi sesungguhnya tidak benar-benar tahu.
Jika kehidupan
sehari-hari dan kerohanian kita didasarkan hanya kepada pengetahuan
prinsip-prinsip aturan agama semata, namun tidak ada hati untuk
mengenal Tuhan secara pribadi, maka yang kita miliki hanyalah
seperangkat pengetahuan yang sekalipun sangat detil dan lengkap,
tidak akan membawa kita pada pemahaman yang tepat akan Allah dan
kehendak-Nya.
Mengetahui sesuatu
tentang Allah tidaklah sama dengan mengenal Dia secara pribadi. Para
fans mengetahui banyak hal secara detil tentang idolanya tetapi hanya
orang-orang yang dekat di hati sang pujaan itulah yang benar benar
memahami isi hati dan pikirannya. Kehidupan seorang figur publik
seperti misalnya seorang presiden banyak diketahui oleh masyarakat
khususnya pendukung-pendukungnya, namun hanya sahabat-sahabatnya,
dimana ia berbagi isi hatinya, yang benar-benar mengetahui pergulatan
batinnya.
Demikian pula dalam
hubungan kita dengan Tuhan. Kita bisa mengetahui segala hal tentang
Dia dengan membaca kitab suci kita. Akan tetapi kita benar-benar
mengetahui dan memahami Dia ketika kita mulai menjalin hubungan
pribadi dengan Dia. Yang dimulai dari hati yang merindukan untuk
tersambung dengan Dia, lebih dari sekedar membaca dan mengumpulkan
segala informasi tentang Dia.
Ahli-ahli taurat dan
orang-orang yahudi tahu akan tampilnya Elia. Namun mereka tidak tahu
siapa yang dimaksudkan itu dan bagaimana ia akan datang. Sebab hal
itu hanya diberitahukan Tuhan pada orang-orang yang rindu untuk lebih
dalam mengenal Tuhan, dimana Ia memberitahukan hal itu secara pribadi
kepada yang mencari kehendak-Nya, yang tidak hanya puas dengan
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan saja. Kita mendapat penyingkapan
rahasia-rahasia Tuhan saat kita bercengkerama dan bertanya jawab
dengan Tuhan sendiri sebagaimana murid-murid akhirnya mengetahui
bahwa Yohanes Pembaptis memakai jubah Elia setelah diberitahukan oleh
Yesus sendiri.
2) Mereka
menguasai teori, namun gagal di dalam penerapan
Inilah sebenarnya
kegagalan mereka yang puas dengan hidup beragama. Yang sekedar aktif
untuk belajar dan mengetahui berbagai pemikiran tentang Tuhan,
padahal itu barulah separuh jalan. Yesus tidak mengatakan bahwa yang
berbahagia adalah yang mendengar dan mengetahui firman Tuhan tetapi
yang merenungkan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Itu
artinya, pengetahuan kita tidak terlalu berarti maupun berdampak jika
kita gagal menerapkannya dalam gaya hidup setiap hari.
Banyak anak Tuhan
mengetahui pengajaran firman Tuhan. Sayangnya itu hanya sebatas
pengetahuan yang mengendap dalam pikiran saja. Tidak pernah
diterapkan dalam keseharian mereka. Akibatnya, semuanya dengan cepat
menguap seolah mereka tidak tahu apapun mengenai itu.
Apapun yang kita
pelajari, tidak akan pernah berkembang dan mencapai pengetahuan yang
sesungguhnya sebelum kita menerapkannya. Pelajaran-pelajaran di
sekolah yang tidak kita dalami dan praktekkan hingga kini, tidak akan
pernah dapat kita pahami secara utuh. Sebagai contoh, meskipun kita
pernah mempelajari fisika dan kimia, namun jika kita tidak
berkecimpung didalamnya, kita sama sekali tidak mengenali peristiwa
dan proses-proses fisika maupun kimia di sekitar kita.
Demikian pula jika
kita hanya mengumpulkan pengetahuan tentang Tuhan. Bila kita tidak
mencari Dia lebih lagi, kita pun tidak akan mengenali kehendak dan
jalan-jalan-Nya. Kita bisa membuka Alkitab kita dan mengutip berbagai
ayat di dalamnya, namun jika kita tidak bergaul dengan Dia, kita
tetap akan kesulitan mengenali Tuhan dan apa yang dikerjakan-Nya.
Orang yang hanya memegang informasi tentang ciri-ciri seseorang yang
hendak ditemuinya pastilah jauh lebih sulit menemukan orang tersebut
daripada orang yang kenal dekat dan tahu secara pribadi seseorang
yang hendak ditemuinya. Itu sebabnya, selain memahami kitab suci,
kita harus membawa pengetahuan kita itu dalam hadirat-Nya dalam
penyembahan dan perenungan pribadi, hingga Tuhan membukakan
rahasia-rahasia-Nya kepada kita.
3) Mereka
berusaha mengenal Tuhan melalui rekaan pikiran sendiri yang belum
diperbarui dan dikuasai oleh roh Tuhan
Orang Israel tidak
mengenali utusan Tuhan seperti Yohanes Pembaptis karena mereka
menafsirkan pesan nabi-nabi menurut pikiran mereka sendiri, bukan
dengan mencari hikmat Tuhan. Mereka berpikir dengan kepandaiannya,
mereka dapat memahami pikiran Tuhan. Mereka pun menafsirkan firman
dari Tuhan yang tak terbatas dengan pikiran mereka yang terbatas,
lebih-lebih jika kemudian tanpa sadar didasari dengan keangkuhan dan
keyakinan diri yang besar bahwa mereka mampu menganalisis isi kitab
suci.
Taurat maupun
Alkitab memang berisi firman Tuhan. Namun itu bukan Tuhan itu
sendiri. Itu adalah kumpulan data tentang Tuhan. Dengan pikiran yang
tidak diserahkan dan tulus mencari Tuhan, data-data itu dapat
ditafsirkan secara keliru, yang seringkali disesuaikan pengetahuan
dan pemahaman kita yang sempit, yang acap kali dibumbui maksud-maksud
pribadi kita sendiri (seperti misalnya ingin membenarkan diri,
menginginkan kenyamanan dan berkat berkat jasmani, ikut Yesus tanpa bayar
harga dsb). Jika kita tidak mencari kehendak Tuhan dengan hati yang
tulus dan bersih, kita akan kesulitan mengenali apa dan siapa yang
sungguh-sungguh datang daripada-Nya, sebab kita cenderung mencari dan
menemukan apa yang kita harapkan dan inginkan sesuai bayangan kita.
Ketiga poin di atas
sebenarnya merupakan pola pikir dan cara pandang orang-orang agamawi.
Yang sering menjadi puas dan bangga dengan pengetahuan agama maupun
praktek-praktek di hadapan orang yang tampak saleh dan rohani
walaupun pada dasarnya tidak benar-benar paham intisari kehendak
Tuhan. Yang tampaknya saja memiliki hubungan dengan Tuhan padahal
mungkin saja ia sama sekali tidak mengenal pribadi maupun jalan-jalan
Tuhan.
Dengan pola pikir
yang demikian, seperti ahli-ahli taurat dan setiap orang yang
mengikuti ajaran mereka, kita pun akan merespon dengan cara yang sama
terhadap pekerjaan Tuhan maupun hamba hamba sejati-Nya. Kita tidak
akan mampu mengenali pekerjaan Tuhan yang benar, mengetahui waktu-Nya
dengan tepat atau membedakan yang manakah hamba-hamba pilihan Tuhan
yang sungguh diutus-Nya. Lebih fatal lagi, kita menjadi skeptis,
mengabaikan, bahkan menolak hingga memusuhi dan menganiaya
hamba-hamba Tuhan yang tulus dan benar-benar mengabdi kepada Tuhan.
Sedangkan di sisi lain, sebaliknya kita justru menghormati dan
meninggikan orang-orang yang tampak hebat dan luar biasa, penuh
kharisma dan menarik hati lalu mengklaimnya sebagai hamba pilihan
Tuhan.
Sesungguhnya kita
memerlukan pengetahuan DAN hubungan yang erat dengan Tuhan.
Pengetahuan saja dapat menyesatkan kita jika hati kita tak sepenuhnya
tertuju kepada nya. Mengejar keintiman dimana roh kita terhubung
dengan Roh Allah, tanpa disertai dasar pengetahuan firman Tuhan juga
rawan membawa kita pada penyimpangan ketika kita mencoba menafsirkan
sendiri yang ditangkap oleh roh kita tanpa panduan firman tertulis.
Biarlah kita
termasuk dalam bilangan orang-orang yang menyambut Tuhan dan
hamba-hamba-Nya. Bukan menolaknya apalagi menganiaya mereka. Bukan
yang merasa benar namun sebenarnya telah berada dalam jalan
kesesatan.
Biarlah kita
mendapatkan pewahyuan yang murni, tepat dan benar dari Tuhan sendiri
sehingga kita menjadi bagian di dalam rencana kegerakan-Nya, bukan
malah menjadi penghalang bagi pekerjaan-Nya.
Pastikanlah Anda
berada pada jalur kehendak Tuhan hari ini!
Salam
Revival!

Indonesia
penuh kemuliaan Tuhan

KONDISI POLITIK DAN MAKSUD TUHAN ATAS UMAT-NYA

Oleh: Peter B. MA
Nats :

Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.
Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan — jika terjadi peperangan — jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.
Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

~ Keluaran 1:8-14 (TB)
Mesir yang semula begitu menghormati Yusuf, kini telah berubah. Keturunan Yusuf beserta saudara-saudaranya yang telah bertambah demikian banyak kini dimusuhi oleh penguasa Mesir. Bahkan mereka bermaksud untuk melemahkan dan mengurangi jumlah orang-orang keturunan Yakub atau Israel di tanah Mesir. 
Bagaimana bisa suatu bangsa yang semula begitu menghargai Yusuf hingga hampir seluruh pejabat Mesir turut serta mengiring pemakaman Yakub, ayah Yusuf itu, kini berubah 180 derajat hingga ingin membinasakan keturunan dan kaum Yusuf?
Alkitab mencatat itu disebabkan karena mereka lupa akan sejarah. Mereka lupa bahwa bangsa mereka pernah diselamatkan oleh jasa Yusuf. Hati mereka merasa tidak aman, dibayangi rasa takut dan kekuatiran yang besar jika suatu kali nanti bangsa pendatang yang mendiami negeri mereka menjadi lebih kuat daripada mereka. Dengan kekuasaan di tangan mereka, mereka bermaksud mengamankan posisi mereka sekaligus memanfaatkan kaum pendatang untuk kepentingan mereka. Dan dimulailah diskriminasi bahkan penindasan terhadap orang-orang Israel keturunan Yusuf yang dahulu sangat diterima dan disambut baik oleh leluhur mereka.
Demikianlah yang terjadi di dunia hingga kini. Pemerintahan dan politik silih berganti. Ada kalanya pemerintah suatu negara memberikan kelonggaran dan kemudahan pagi umat pilihan Tuhan. Namun ada juga saatnya, situasi berbalik di mana anak-anak Tuhan dipersulit dan dianiaya. Mengapa ini semua bisa terjadi?
Jika kita mau jujur, salah satu faktor utama penyebab semuanya ini adalah sifat manusia itu sendiri. Jangankan sewaktu di Mesir di mana orang Israel merupakan pendatang di sana, menengok sejarah Israel kita tahu tidak semua pemimpin mereka berbuat baik kepada rakyatnya. Catatan Alkitab menunjukkan begitu banyak pemimpin-pemimpin Israel yang lalim, yang memerintah bangsanya dengan keji dan menyengsarakan rakyatnya, yang pada dasarnya merupakan bangsa mereka sendiri.
Pemimpin-pemimpin (politik) yang jahat akan menyebabkan banyak penderitaan kepada siapa pun yang tidak disukainya atau yang tidak diperhatikannya. Pemimpin yang fasik hanya peduli kepada kepentingannya sendiri. Ia digerakkan oleh ambisi dan hawa nafsunya untuk mendapatkan berbagai keinginan dan tujuan pribadinya. Ia bertindak dan memutuskan berdasarkan ketakutan di hatinya ataupun demi mengamankan situasi dan kepentingan-kepentingannya. Pemimpin yang seperti ini mendatangkan kesengsaraan yang besar dan tiada habisnya bagi orang-orang yang di bawah otoritasnya.
Tuhan terkadang mengijinkan pemimpin politik semacam ini naik dan berkuasa sebab Ia dapat menggunakan mereka untuk menggenapi tujuan-tujuan-Nya atas umat-Nya. Meski terlihat berdiam diri dan membiarkan, Ia tetap bekerja di balik layar mengawasi umat-Nya dan campur tangan dalam setiap situasi. Melalui ini semua, ia ingin umat-Nya mengingat akan Dia dan memahami setiap rencana-Nya. Dalam kisah di awal kitab Keluaran ini, Tuhan menggunakan Firaun untuk membuat seluruh Israel ingat akan Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Dan supaya mereka memalingkan wajah mereka pada dia, mencari pertolongan serta kelepasan daripada-Nya.
Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
~ Keluaran 2:23-25 (TB)
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kondisi perpolitikan yang sulit adalah bahwa kita tidak perlu menunggu keadaan kita menjadi sedemikian berat dan sukar untuk mencari Tuhan dan berseru-seru kepada-Nya akan keadaan kita. Ketika pemimpin yang lalim di depan mata, sudah seharusnya kita meminta Tuhan membangkitkan hamba-hamba-Nya yang akan membawa umat-Nya berkemenangan dan membalikkan keadaan. Doa dan ratapan kita menentukan masa depan kita sebagai umat Tuhan. Israel berdoa dan mengerang, dan Tuhan pun membangkitkan seorang Musa untuk mengadakan pembebasan dan melahirkan sebuah bangsa pilihan yang membawa kegentaran dan kesaksian bagi bangsa-bangsa lainnya.
Kondisi sukar yang menimpa gereja Tuhan kerap kali merupakan pertanda bahwa Tuhan hendak mengadakan terobosan untuk masuk dalam tingkatan yang baru. Ia rindu kita meninggalkan zona nyaman dan melangkah memasuki musim yang baru dan tahapan yang lebih tinggi dalam rencana-Nya. Bagian kita ialah dengar-dengaran dan terus melangkah dalam ketaatan, membayar harga untuk masuk lebih jauh dalam kegerakan-Nya.
Jadi jika kita melihat perpolitikan tidak lagi menguntungkan bagi kita, seharusnya kita tahu bahwa kita perlu menjerit dan mengerang di hadapan Tuhan untuk satu pemulihan dan kelepasan ilahi. Bukan dengan terus mempertahankan kenyamanan kita dan menunggu keadaan begitu menekan serta menimbulkan banyak korban. 
Inilah waktunya untuk berseru dan mencari wajah Tuhan. Juga untuk mengenali pimpinan dan petunjuk-Nya akan apa yang seharusnya kita lakukan demi terjadinya suatu terobosan rohani dimana nama Tuhan akhirnya ditinggikan serta dimuliakan, dan sebaliknya kuasa kegelapan dikalahkan dan dipermalukan.
Maukah Anda bersatu dalam ratap tangis dan mengambil bagian membayar harga bagi perubahan Indonesia hari ini?
Salam Revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

BAGAIMANA SESEORANG DAPAT MENGANIAYA YESUS

Oleh : Oswald Chambers
(Diterjemahkan oleh Peter B. MA)

“Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kisah Para Rasul 26:14)
Apakah Anda bertekad untuk memaksakan kemauan Anda dalam menjalani hidup bagi Tuhan? Kita takkan pernah bebas dari jerat ini sebelum kita dibawa ke dalam pengalaman baptisan “Roh Kudus dan api” (Matius 3:11). Kekerasan hati dan kehendak sendiri (self-will) akan selalu menikam Yesus Kristus. Hal itu mungkin takkan menyakiti siapa pun, tetapi melukai Roh-Nya. Bila kita keras hati dan memaksakan kehendak kita sendiri serta mengedepankan ambisi kita sendiri, kita sedang menyakiti Yesus. Setiap kali kita menggunakan hak-hak kita sendiri dan bersikeras untuk melaksanakan keinginan kita sendiri, kita sedang menganiaya Dia.
Bila kita mengandalkan harga diri, kita sesungguhnya sedang mendukakan Roh-Nya. Bila kita akhirnya memahami bahwa Yesuslah yang sedang kita aniaya selama ini, maka itu merupakan suatu penyingkapan yang paling menekan dan menghancurkan hati. Apakah firman Allah menembus dengan amat tajam ke dalam diri saya selagi saya menyampaikannya kepada Anda, atau hidup saya bertentangan dengan hal-hal yang berlagak saya ajarkan? Saya mungkin saja mengajar pengudusan, tetapi memamerkan roh iblis, yaitu roh yang menganiaya Yesus Kristus.
Roh Yesus membawa kepada satu hal saja, yaitu kesatuan yang sempurna dengan Bapa. Dan, Dia mengatakan kepada kita, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29).
Semua yang saya lakukan harus dilandaskan oleh kesatuan yang sempurna dengan Dia, bukan berdasarkan tekad dari kehendak diri untuk menjadi saleh. Ini berarti bahwa orang lain mungkin akan memanfaatkan saya, atau selalu berkumpul di sekeliling saya, atau sama sekali tidak mempedulikan saya, tetapi jika saya mau berserah dan taat pada kehendak-Nya bagi kemuliaan nama-Nya, saya tidak akan Yesus Kristus dari kemungkinan dianiaya.

PESAN TUHAN TAHUN 2018: MENJADI VISIONER DALAM KRISTUS

Oleh: Bpk. Didit


Tahun
2018 adalah masa
yang
luar biasa yang menjadi awal
dimana
Tuhan
akan
membangkitkan orang-orang
visioner yang akan melihat gelombang

awal pemulihan, yaitu pertobatan,

pertumbuhan rohani dan pertumbuhan kepemimpinan di Indonesia
.
Inilah yang dibutuhkan umat Tuhan di Indonesia. Bagaimana semua yang
Tuhan sampaikan itu dapat terjadi? Tidak ada yang mustahil bagi
Tuhan, jika kita mau mengerjakan bagian kita maka Tuhan akan
menyelesaikan yang mustahil itu bagi kita. Dan bagian kita adalah
mencari, menyelidiki dan masuk dalam gelombang kegerakan Tuhan.
Seperti peselancar yang mencari ombak yang besar dari arah angin dan
gelombang air, kita perlu memiliki pikiran yang mengerti akan
kehendak dan rencana Tuhan untuk kemudian masuk di dalamnya. Sebab
kehendak Tuhan tahun 2018 ini adalah
umat
Tuhan memiliki mata rohani yang visioner (melihat tujuan Tuhan di
masa depan)
.
Saya akan menuliskan
wahyu Tuhan
secara
bertahap
untuk menjelaskan
langkah-langkah yang perlu kita lakukan bersama Tuhan sepanjang tahun
2018
ini.

Di
kesempatan awal tahun
ini kita
akan mempelajari umat Tuhan yang visioner dalam pandangan profetik
:
Memiliki
mata yang visioner dimulai dengan memiliki visi yang tepat, yaitu
visi yang lahir dari hati dan kerinduan Tuhan yang sesuai bagi
kebutuhan pemulihan dan pertumbuhan umatNya. Ketepatan kita menangkap
isi hati, pikiran, kehendak dan rencana Tuhan memampukan kita untuk
melihat visi Tuhan.
Adalah
hal yang umum
bahwa setiap
gereja, organisasi, komunitas, persekutuan memiliki misi dan visi
yang disampaikan dan
dijadikan tujuan bagi semua yang mereka kerjakan
.
Bahkan beberapa gereja menjadikan misi dan visi sebagai dekorasi
ruangan, mimbar, LCD, warta dan berbagai multimedia sebagai daya
tarik, motivasi, petunjuk dan promosi. Saat saya membaca dan
merenungkan visi yang disampaikan oleh gereja-gereja tiap tahunnya
semuanya tampak baik tapi ada satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul
dalam pikiran saya “Apa hubungan visi mereka dengan Indonesia?”
Sebab Tuhan memanggi
l
kita menjadi garam dan terang bagi dunia termasuk pemerintahan di
Indonesia. Lalu Roh Kudus menjelaskan bahwa ada banyak visi yang bisa
dimunculkan dari hati para pemimpin tapi
visi
Tuhan lahir dari orang-orang yang menyelidiki kehendak Tuhan yang
sempurna (rahasia kehendak Tuhan)
.
Lalu Roh Kudus mendorong saya untuk membuka Kolose 1:9 yang tertulis,
“Sebab itu sejak waktu kami
mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami
meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang
benar, untuk
mengetahui
kehendak Tuhan dengan sempurna.”

Rasul Paulus menjelaskan supaya kita bukan sekedar tahu firman Tuhan
namun seluruh kehendak Tuhan dalam hidup kita, termasuk tahu tujuan
hidup dari Tuhan. Tujuan hidup berkaitan dengan panggilan Tuhan dan
visi Tuhan. Kita harus mengetahui tujuan Tuhan dimasa depan supaya
hidup kita tidak teralihkan kepada tujuan-tujuan lain yang duniawi
dan agamawi. Sebab di tahun 2018 kita akan mendapati banyak visi
disampaikan tetapi tidak semuanya berasal dari Tuhan.
Dan
inilah hal penting mengapa visi harus lahir dari hati Tuhan adalah
:

Visi
yang lahir dari
kehendak Tuhan
akan membangkitkan orang-orang visioner yang bijaksana, rendah hati,
jujur, tulus dan berani memperjuangkan kehendak Tuhan.

Visi
yang lahir dari
kehendak manusia akan
menghasilkan orang-orang visioner yang egois, sombong dan ambisius
(mengejar kenyamanan hidup dan kepentingan pribadi di dunia).

Visi
yang lahir dari
kehendak iblis
akan membangkitkan orang-orang yang sombong, jahat, bodoh, malas dan
sesat (agamawi).

Setiap
gereja, organisasi, komunitas, persekutuan doa memiliki misi, visi
dan program-program yang baik namun kita harus menguji tujuan mereka
apakah lahir dari hati dan pikiran Tuhan atau bukan. Fakta yang perlu
kita renungkan bersama-sama adalah

visi mereka
belum menimbulkan dampak
dan
terobosan
yang besar
di Indonesia seperti
pertumbuhan rohani dan membangkitan pemimpin-pemimpin baru yang
tulus, jujur, bijaksana, rendah hati dan berani membayar harga untuk
melakukan kehendak Tuhan
yang
menjadi teladan serta
mempengaruhi
pemerintahan Indonesia menjadi lebih baik.

TIGA
KEBUTUHAN BESAR DI INDONESIA
Saat
saya berdoa Tuhan membawa saya masuk dalam satu ruangan besar seperti
gudang penyimpanan barang berharga yang sangat besar. Di sekeliling
saya banyak pintu lemari besi seperti brankas yang memenuhi
sekeliling dinding gudang tersebut. Setiap pintu brankas terdapat
tulisan timbul berdasarkan nama negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia. Kemudian malaikat Tuhan melambaikan tangan dan memanggil
saya untuk mendekat dan mengikutinya. Malaikat Tuhan membuka pintu
brankas dan membawa saya masuk ke pintu yang ada tulisan timbul
“INDONESIA” ternyata di dalamnya ada rak-rak besi yang
berisi kotak-kotak kayu dan malaikat Tuhan menjelaskan bahwa dalam
kotak kayu terdapat gulungan kertas yang menjadi rahasia kehendak
Tuhan untuk bangsa-bangsa, kota-kota, gereja-gereja, keluarga dan
panggilan Tuhan untuk pribadi. Lalu malaikat Tuhan menjelaskan akan
membawa saya ke salah satu peti yang masih terkunci. Malaikat
tersebut sambil berjalan membawa saya melewati lorong-lorong rak dan
menuju pada peti kayu besar yang berdebu. Lalu datang lagi malaikat
Tuhan lainnya dan memberikan pada saya dua potongan logam yang bila
digabungkan, kedua potongan tersebut menjadi sebuah kunci emas.
Masing-masing potongan kunci terdapat sebuah tulisan, potongan
pertama (bagian atas kunci) yaitu “HIKMAT” dan potongan
kedua (bagian bawah kunci) bertuliskan “WAHYU” dalam sebuah
nampan perak
yang dilapisi kain merah. Hati saya berdebar menerima kunci dari
malaikat tersebut.
Kemudian
malaikat itu
memberikan petunjuk
supaya saya menggabungkan

kunci tersebut
dan membuka peti
kotak kayu yang berukuran besar dengan hiasan permata di depan saya.
ketika
tangan saya mengambil kunci dan membuka peti, tiba-tiba badan saya
menjadi gemetar dan tampak sinar terang menyilaukan menerangi bagian
dalam kotak seperti melihat matahari saat terik di siang hari. Saya
memejamkan mata sejenak lalu melihat bagian dalam peti. Di dalam
kotak tersebut ada banyak gulungan kertas yang bersinar lalu malaikat
Tuhan mengambil salah satu di antara begitu banyak gulungan kertas
yang tersusun rapi dalam kotak. Dan malaikat
itu
me
nyampaikan
bahwa
inilah pesan Tuhan tahun 2018.
Gulungan
kertas
yang dibuka
dihadapan saya itu
berisi
pesan Tuhan tentang langkah-langkah untuk pemulihan Indonesia dan
salah satu langkah yang Tuhan sampaikan di dalam pesan tersebut Tuhan
adalah
:

“……Hamba-hambaKu
yang visioner akan memperjuangkan: pertobatan jiwa-jiwa, pertumbuhan
rohani, pertumbuhan karakter kepemimpinan di Indonesia……”

Inilah
Poin utama yang Tuhan ingin kita
lakukan tahun
2018
dan tahun – tahun selanjutnya dalam hidup kita
,
yaitu
menjadi hamba-hamba
Tuhan yang visioner.

Pengertian
sekilas penglihatan:
Gulungan
kertas tersebut menggambarkan rahasia kehendak Tuhan. Dan jumlah
tumpukan gulungan kertas tersebut menggambarkan banyak rahasia
kehendak Tuhan yang tersembunyi. Artinya
tidak
banyak orang Indonesia yang mencari, menyelidiki, hidup dan
memperjuangkan kehendak Tuhan.

Kunci
untuk membuka rahasia kehendak Tuhan ada dua bagian, itu adalah
hikmat dan wahyu dari sorga. Memiliki hikmat saja atau wahyu saja
tidak cukup membuat kita mengerti rahasia Tuhan. Namun gabungan
hikmat dan wahyu dari sorga yang akan membuat kita mengerti rahasia
hati dan pikiran Tuhan.
Kita
membutuhkan hikmat dan wahyu Tuhan untuk mengerti rahasia kehendak
Tuhan di masa depan.

Dan
inilah jalan
yang harus kita lalui
untuk
mendatangkan pemulihan bagi Indonesia adalah
dengan
menjadi hamba-hamba Tuhan
yang visioner
.
S
eperti Musa yang
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesi
r
dan memimpin
nya
menuju tanah Kanaan
,
d
emikianlah Tuhan
mencari orang-orang yang mengabdikan hidup untuk tujuan Tuhan
yaitu
tujuan-tujuan

kekal
yang
berkaitan dengan pertobatan jiwa-jiwa, pertumbuhan rohani dan
pertumbuhan karakter kepemimpinan di Indonesia.

Tujuan
utamanya adalah membebaskan umat Tuhan dari pengaruh roh agamawi.

ORANG-ORANG
VISIONER AKAN MENGGONCANG PEMIKIRAN ORANG-ORANG AGAMAWI DAN BODOH

SERTA MENGUBAH IKLIM ROHANI DI INDONESIA
Tahun
2018 akan ditandai dengan orang-orang yang berlomba-lomba
menyampaikan pesan-pesan rohani dan visi di media sosial. Kita akan
melihat berbagai pesan-pesan rohani dan visi yang jelas dan teruji
dengan pesan-pesan rohani dan visi yang mengaburkan tujuan dan
prinsip-prinsip firman Tuhan

– visi yang
membuat kita makin
bergantung dengan hamba-hamba Tuhan
dan
bukan
pada
Tuhan bahkan pesan-pesan dan
visi
yang duniawi dan
agamawi tersebut
akan membawa
kita makin aktif dalam beberapa kegiatan rohani yang
juga
bersifat duniawi dan agamawi.
Sebaliknya, orang-orang visioner yang mengetahui kehedak Tuhan yang
baik, yang berkenan dan yang sempurna dimampukan untuk membedakan
visi yang berasal dari kehendak dan pikiran Tuhan, kehendak dan
pikiran manusia yang egois, kehendak dan pikiran iblis yang jahat.
Bahkan orang-orang yang visioner akan menerima wahyu dan hikmat untuk
menghancurkan tembok agamawi

(menyingkapkan tipu daya roh agamawi)
,
membebaskan tawanan
roh agamawi
,
memuridkan mereka
menjadi
murid-murid Kristus yang radikal dan mengutus

mereka
sesuai dengan panggilan
Tuhan untuk
melepaskan
jiwa-jiwa
dari perbudakan roh
agamawi.

Umat
Tuhan yang visioner akan menunjukkan kebenaran dan tujuan Tuhan yang
sejati
seperti menyingkapkan
pesan-pesan rohani yang murni, panggilan Tuhan, karunia-karunia
rohani, bahkan menyingkapkan takdir Tuhan untuk Indonesia
.
Kita akan melihat orang-orang visioner akan memperjuangkan pertobatan
jiwa-jiwa, pertumbuhan rohani, pertumbuhan pemimpin yang jujur,
tulus, berhikmat, berani membayar harga untuk melakukan kehendak
Tuhan.
Semuanya ini melawan sifat
roh agamawi yang tidak jujur menilai diri sendiri, namun suka
membanggakan hasil pekerjaannya.

Orang-orang
yang visioner akan mengembalikan fungsi

garam yang hambar menjadi asin, pohon
yang tidak menghasilkan buah akan berbuah lebat dan lilin yang padam
akan menyala terang
.
Demikianlah
kehidupan orang-orang
visioner akan mengembalikan umat Tuhan kembali dalam tujuan Tuhan dan
menjadi berkat bagi banyak orang.
Sebab
ORANG-ORANG YANG VISIONER selalu melatih diri mereka untuk:

1.
Mencari dan menyelidiki kehendak Tuhan yang baik, yang berkenan
dihadapan Tuhan dan yang sempurna (Roma 12:2).
2.
mencari, menyelidiki, menemukan dan hidup dalam panggilan Tuhan.
3.
Mencari, menyelidiki, menemukan dan mengembangkan karunia-karunia
rohani.
4.
Mencari, memuridkan dan mengutus orang-orang sesuai pimpinan Tuhan.


Sesungguhnya orang-orang yang visioner akan
menumbuhkan pengharapan, iman dan kasih mula-mula.
Mereka
akan
membangkitkan
tulang-tulang yang kering
hingga
bangkit

pasukan yang sangat besar. Orang yang suam-suam dan agamawi akan
diubahkan melalui kehidupan orang-orang yang visioner sebab
orang-orang visioner
memberikan sudut pandangan yang baru, tujuan yang baru serta
menikmati berkat-berkat rohani saat mereka mencari dan melakukan
kehendak Tuhan.
(Menunjukkan
kebenaran yang sejati dan tujuan yang murni dari Tuhan)

Inilah
perubahan yang terjadi bila umat Tuhan menjadi orang-orang visioner.
Kita akan melihat berbagai hal
yang mustahil akan menjadi mungkin di Indonesia termasuk bangkitnya
orang-orang nasionalis yang jujur, tulus, berani, berhikmat dan
rendah hati memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Tuhan akan membangkitkan benih-benih pemimpin yang tulus, jujur,
berani, rendah hati berhikmat di kalangan orang-orang yang visioner.
Orang-orang yang visioner akan mempengaruhi arah dan tujuan
Indonesia. Mereka akan mengubah mental bangsa ini dari bodoh menjadi
bijaksana karena hikmat Tuhan.
Dan
kerinduan Tuhan bagi kita di t
ahun
2018 Tuhan, yaitu menjadi orang-orang yang mencari,
menyelidiki,
menerima
visi
dan hidup dalam tujuan
Tuhan. Dimana fokus hidup kita bukan

lagi men
gejar kenyamanan hidup,
tetapi memperjuangkan terjadinya pertobatan jiwa-jiwa, pertumbuhan
rohani dan pertumbuhan kualitas dalam kepemimpinan di Indonesia.

KESIMPULAN
Tuhan
hendak membangkitkan umatNya yang visioner untuk mempengaruhi
pertumbuhan rohani dan pemerintahan Indonesia. Apakah kita mau
menjadi bagian orang yang melakukan kehendak Tuhan atau
hanya
menjadi
penonton yang tidak
melakukan apa pun? Apakah kita tergolong orang yang rabun rohani atau
melihat tujuan Tuhan dengan jelas
?
Apakah kita termasuk golongan budak-budak di Mesir atau orang-orang
merdeka dalam Tuhan yang membebaskan orang-orang Indonesia dari
perbudakan roh
agamawi
?
Masa depan Indonesia ditentukan oleh
umat Tuhan yang visioner.

Sesungguhnya Tuhan hendak mencari Musa-Musa
-Nya
di Indonesia
, yaitu
orang-orang
yang mau menerima
visiNya dan membawa Indonesia keluar dari perbudakan roh agamawi yang
mendatangkan kebodohan dan murka Tuhan.

Maukah Anda
meresponi panggilan
Tuhan?

Tuhan
memberkati

Salam perjuangan dalam Kristus.

MATA YANG MEMANDANG KE DEPAN

Oleh: Peter B, MA

Nats : Amsal 4:25
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka


Nasehat dari nats di atas tampaknya sederhana dan biasa saja. Sekilas terkesan tidak memberikan petunjuk apapun bagi kita. Namun jika direnungkan, oleh pertolongan Roh hikmat dan wahyu, kita akan menemukan satu pesan yang berharga dan penting di dalamnya.

Hikmat memerintahkan kita supaya mata kita memandang terus ke depan dan tatapan mata kita senantiasa terarah ke muka. Beberapa orang menafsirkan ini sebagai pesan motivasi atau sepenggal petunjuk kunci meraih kesuksesan dalam hidup. Meski tidak selalu keliru, pesan dalam Alkitab sudah seharusnya pertama-tama dihubungkan dengan perkara-perkara rohani, bukan yang lainnya. Dari situ sesungguhnya semakin jelas apa yang hendak disampaikan Tuhan, sumber segala hikmat itu, melalui pesan ini.

Jika dihubungkan dengan hal mengikut Tuhan, perintah supaya mata kita terus memandang ke depan mengandung makna antara lain:

1) Keteguhan jiwa dan ketetapan hati
Mata yang menatap ke depan, bukan ke bawah karena tertunduk, menunjukkan suatu tekad yang kuat, yang juga merupakan gambaran dari sikap hati yang ditetapkan untuk melakukan atau mencapai sesuatu.

Dalam mengikut Tuhan, pilihan kita tak boleh bimbang. Hati kita harus ditetapkan untuk mengiring Dia semata. Tidak boleh mendua, namun ikhlas dan mantap mengikuti Yesus sampai nafas terakhir kita.
Mengikuti Yesus tidak dapat dilakukan sambil “pikir-pikir dulu” atau ”dicoba-coba dulu” atau It”jika enak dan menguntungkan bagiku, aku akan teruskan, dan jika tidak aku akan tinggalkan”.
Keberhasilan hidup kristen hingga saat terakhir maupun perluasan pekerjaan Tuhan di muka bumi hanya dapat dikerjakan dan dituntaskan oleh murid-murid Tuhan yang telah menetapkan hati menjadikan hidup mereka sebagai persembahan bagi Kristus sehingga kematian tak lagi menjadi suatu kengerian namun suatu keuntungan bagi mereka.

2) Ketulusan hati
Mata yang tertuju hanya ke satu arah seringkali dibaca sebagai ekspresi kejujuran dan ketulusan hati. Kebalikannya ialah mata yang melirik ke kanan ke kiri, yang kerap dipandang sebagai ekspresi menyembunyikan sesuatu dan tidak sepenuhnya terbuka kepada lawan bicaranya.

Ketulusan juga lah yang Tuhan cari di hati kita, jika kita mengaku sebagai pengikut-pengikut-Nya. Ia mencari cinta yang tulus serta pengabdian yang ikhlas dari kita sebagaimana cinta-Nya yang tak berpamrih bagi kita itu. Ketulusan dan kejujuran hati merupakan dasar dari hubungan yang benar dan sehat, dimana kedua pihak benar-benar saling mempedulikan dan mengasihi dengan motif-motif yang bersih dan murni, bebas dari tujuan memanfaatkan satu sama lain.

Tanpa ketulusan, kita hanyalah orang-orang munafik yang mengaku mengasihi Tuhan dan menyembah Dia, namun hati kita sesungguhnya hanya ingin menjadikan Dia sebagai sarana ajaib demi kepentingan-kepentingan egois kita.

3) Menutup diri dari godaan dunia.
Mata yang menatap ke depan berarti tidak menoleh ke kanan atau kiri. Ia tidak teralihkan pandangannya. Bahkan ketika ada tawaran atau godaan untuk mengalihkan pandangan dari apa yang ada di depan.

Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa kita harus mengikut Tuhan dengan mata yang tertuju kepada Yesus saja (Ibrani 12: 1). Begitupun jika kita ingin benih firman yang ditaburkan di hati kita akhirnya berbuah, kita harus menyediakan tanah hati yang baik, yang bebas dari semak duri atau batu-batu (yang merupakan gambaran dari pengaruh -pengaruh dunia ini) yang menghalangi benih itu tumbuh dengan seharusnya.

Sesungguhnya kejatuhan Lot diawali dari membiarkan dirinya dipengaruhi pesona dunia ini. Begitu juga dengan siapa saja yang akhirnya jatuh dan tenggelam dalam dosa.

Mengingat dunia penuh tawaran untuk berbuat dosa, untuk mengikuti hawa nafsu dan keinginan kita sendiri maupun untuk mengikut ilah dan ajaran lain yang tampak baik namun bukan berasal dari Allah sendiri, sudah seharusnya kita memohon kekuatan dari Tuhan untuk menghindari dan melepaskan diri dari segala godaan dosa.

4) Meninggalkan apa yang ada di belakang
Pandangan mata yang melihat ke depan juga bermakna tak lagi melihat apa yang ada di belakang. Seluruh perhatian diarahkan kepada apa yang di hadapan, ke arah jalan yang hendak ditempuh.

Seorang bijak pernah berkata,”Jangan biarkan kenang-kenangan Anda lebih besar daripada impian Anda.” Betapa benar itu sebagai inspirasi demi pencapaian-pencapaian duniawi. Hal yang sama pun berlaku, bahkan lebih lagi, bagi perkara-perkara rohani yang kekal.

Inilah yang sebenarnya dimaksudkan oleh rasul paulus kepada jemaat di Filipi ia menulis:

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Filipi 3:13).


Memang demikianlah seharusnya mengikut Tuhan. Pikiran kita tidak seharusnya memikirkan apa yang ada di belakang. Yesus berkata barangsiapa ingin mengikut Dia, tidak boleh menoleh ke belakang lagi (Luk. 9: 61 – 62) yang mengandung arti bahwa segala sesuatu harus ditinggalkan dan dilepaskan demi menjemput hidup dan pengalaman yang baru, yang jauh lebih menggairahkan, yang berharga lagi mulia bersama-sama dengan Yesus. Menoleh ke belakang akan melemahkan kita dan menjadikan kita berpikir berulang kali untuk mengikut Yesus dengan sepenuh hati sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan sehingga kita akan kehilangan bukan hanya berkat-berkat kehidupan yang terbaik yang dapat kita peroleh di dalam Kristus namun juga dapat membatalkan kesempatan kita mendapatkan hidup kekal.

5) Terarah kepada tujuan hidup di dalam Tuhan
Pandangan yang diarahkan tetap ke depan adalah pandangan yang melihat tujuan yang hendak dicapai. Para pelari yang berlomba makin bersemangat dan menambah kesungguhan usahanya saat ia melihat garis finish sudah di depan mata.

Mata yang terarah ke depan, dalam hubungan dengan mengikut Tuhan, juga berbicara mengenai hidup yang diarahkan untuk melihat dan mengusahakan tujuan-tujuan Tuhan agar itu digenapi dalam hidup kita.
Sejatinya, Tuhan telah menetapkan tujuan yang unik bagi setiap kita, yang seharusnya kepada tujuan itulah seluruh perhatian dan usaha di dalam hidup kita kerahkan.

Mengarahkan diri pada tujuan Tuhan dan hidup di dalamnya, sesungguhnya tidak akan pernah sia-sia. Seperti hidup Yesus yang taat sepenuhnya pada Bapa dan menjalani hidup-Nya di bumi untuk menjalankan misi dan visi Bapa di hidup-Nya, kita yang mau meneladani-Nya akan menjadikan hidup kita berdampak bagi dunia, bahkan hingga generasi-generasi setelah kita. Hidup yang demikianlah yang akan diganjar oleh Tuhan dengan ucapan paling membanggakan di segala zaman, ”Baik sekali perbuatanmu hai hamba ku yang baik dan setia, masuk dan turutlah dalam kesukaan tuanmu” (Mat. 25:21). Suatu kehidupan yang beroleh upah yang sangat besar dan kekal.

Jika hari ini Anda belum menujukan pandangan ke depan dalam perjalanan Anda mengikut Yesus, buatlah keputusan hari ini. Keputusan yang tidak akan Anda sesali. Bahkan bisa jadi itu merupakan salah satu keputusan terbaik dalam hidup Anda.

Terimalah hikmat Tuhan hari ini lalu melangkahlah dalam ketaatan dalam iman kepada Tuhan. Yakinlah bahwa hidup Anda akan dibawa pada keberhasilan bukan saja di bumi sekarang ini namun hingga Anda menerima mahkota yang tidak akan layu.

Rindukah hidup yang bermakna, berharga dan mulia hingga kekekalan itu menjadi milik Anda?

Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

AWAS SAKIT HATI!

Oleh: Peter B, MA

Nats : Kejadian 37:1-11

Membaca kisah Yusuf dalam kejadian pasal 37, kita dapat menemukan sesuatu yang menarik mengenai sikap keluarga Yusuf kepada anak muda ini. Di satu sisi, Yusuf sangat disayangi dan diperhatikan oleh ayahnya, Yakub. Namun di sisi yang lain, tiga kali banyaknya disebutkan bahwa saudara-saudaranya kian hari kian benci kepada Yusuf (ayat 4,5,8). Puncaknya, pekerjaan saudara-saudara Yusuf ditambah dengan rasa dengki atau iri yang amat sangat kepadanya (ayat 11).

Bagaimana bisa Yusuf disayangi sekaligus dibenci?
Mengapa ada yang menyayangi Yusuf namun ada pula yang sangat membencinya?

Dari kisah di pasal tersebut kita tahu bahwa Yusuf bukanlah pribadi yang jahat, yang gemar berbuat yang buruk terhadal saudara-saudaranya sehingga menimbulkan sakit hati yang besar dalam diri mereka. Justru yang terjadi adalah kebalikannya. Saudara-saudara Yusuf bukan saudara-saudara yang baik maupun pribadi-pribadi yang hidup dalam kebenaran.

Setidaknya kita tahu ada tiga kemungkinan sebab mengapa Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya:

1) Karena Yusuf menceritakan kejahatan saudara-saudaranya (ayat 2)
2) Karena Yakub, ayah mereka lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, (ayat 4)
3) Karena Yusuf menceritakan mimpinya yang terkesan merendahkan saudara-saudaranya (ayat 5,8)

Dari ketiga sebab tersebut, meski terkesan Yusuf sebagai pribadi yang mencari muka pada ayahnya dan suka meninggikan diri di antara saudara-saudaranya (yang semuanya masih dapat dimaklumi karena usia Yusuf yang muda), ketiga sebab tersebut bukanlah karena Yusuf melakukan kesalahan yang fatal dan dengan sengaja menyakiti hati saudara-saudaranya.

Jadi dapatlah dikatakan bahwa saudara-saudara Yusuflah yang menjadi sakit hati karena mereka tidak hidup dalam kasih dan kebenaran.

Pelajaran apakah yang dapat kita tarik mengenai rasa sakit hati dan benci di hati kita saudara Yusuf ini?

1 – Kita dapat sakit hati dan menuding orang lain yang menjadi kepahitan hati kita padahal sesungguhnya kitalah yang tidak dapat menguasai diri atau tidak mau memilih untuk mengampuni atau mengasihi orang lain

2 – Sakit hati juga dapat masuk dalam hati kita dan melahirkan kebencian di dalamnya oleh karena kita merasa dirugikan dan diganggu kepentingannya oleh orang lain sekalipun orang itu tidak bermaksud melakukannya dengan sengaja kepada kita. Inilah sakit hati yang lahir dari sifat egois, dari perasaan tidak terima karena merasa tidak mendapat yang kita inginkan lalu mencari kambing hitam dari kondisi kita itu.
Ini merupakan sikap yang buruk oleh karena pada dasarnya kita menolak bertanggung jawab atas kegagalan dan kesalahan kita, lalu mengalihkan rasa sakit kita dengan menyalahkan dan menuduh orang lain hingga berkembang suatu rasa benci yang sebenarnya tidak berdasar kepada orang-orang tertentu

3 – Kebencian dapat menguasai hati kita ketika kita gagal melihat kebaikan dan sisi positif dari orang lain tetapi memilih untuk mengasihani diri dan merangkul iri hati dan dengki sebagai respon utama kita. Kita harus menjaga hati dari sikap ”senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang” sebab jika kita memelihara sikap demikian sesungguhnya takkan lama sebelum kita kemudian jatuh dalam kebencian demi kebencian pada seseorang atau suatu hal.

4 – Kepahitan dapat merasuk di dalam jiwa kita jika kita terus-menerus membiasakan diri kita memiliki pola pikir dan sudut pandang yang negatif di dalam segala sesuatu. Sesungguhnya, tidak sedikit di antara kita yang terlatih untuk berpikir, bahwa orang lain lebih beruntung dari kita dan bahwa Tuhan telah bersikap tidak adil terhadap kita.
Rasa benci dan dendam tidak perlu menunggu adanya orang yang menyakiti kita secara terang-terangan sebab dengan hanya kerap berpikir secara negatif beserta absennya kasih di dalam hati kita, sudah cukup untuk kuasa kegelapan menaburkan benih-benih yang jahat atas kita yang kemudian tak memerlukan waktu lama untuk menuai tumbuh-tumbuhan kebencian, sakit hati, kemarahan, kegeraman dan kepahitan dari hidup kita.

5 – Dan jika tanpa perlakuan buruk, kita dapat menjadi pahit di dalam hati, betapa kita harus lebih lagi berjaga-jaga apabila ada sikap, perkataan atau perbuatan yang buruk yang kita alami dari siapapun juga. Kita harus benar-benar menjaga hati kita supaya akar pahit tidak tumbuh di dalamnya. dan kita untuk ini kita perlu bergantung kepada Tuhan dan kasih karunia-Nya yang memampukan kita hidup di dalam kasih sepanjang hari-hari Kita di dunia sekarang ini.

Tanpa kita sadari, dalam kelicikannya, iblis menggunakan kelemahan dan kelengahan kita menjaga hati, dengan menanamkan pikiran negatif di benak kita. Juga jika hidup kita tidak dipenuhi dan digerakkan oleh kasih Tuhan, cepat atau lambat, saat menghadapi berbagai situasi dalam hidup sehari-hari maupun sikap-sikap orang yang berhubungan dengan kita, pastilah kita akan dengan cepat dan mudah bahkan seringkali tanpa kita sadari benar, kita telah tersandung oleh rasa kecewa, marah dan tidak terima dengan apa yang kita alami. Ini belum ditambah dengan pengaruh-pengaruh hasutan dari ajaran-ajaran sesat (meskipun kelihatannya baik dan berdasarkan agama) serta kabar-kabar hoax yang membangkitkan emosi dan kemarahan, yang dapat mempengaruhi pikiran kita sehingga menanamkan dan membenarkan rasa sakit di hati kita.

KESIMPULAN
Mengetahui betapa rentan dan rapuhnya kita, sesungguhnya kita perlu terus terhubung dengan Tuhan untuk tinggal di dalam kasih, menerima aliran kasih-Nya terus menerus dan hidup senantiasa menikmati kasih-Nya di hati kita setiap hari. Setiap jam seharusnya kita lalui di dalam kasih-Nya yang tak pernah habis dan berkesudahan itu. Pikiran kita harus selalu dipenuhi dengan kebenaran bahwa kita ini dikasihi tuhan dan bahwa dia senantiasa berlaku adil kepada kita. Apapun yang kita terima dalam hidup kita, jika kita percaya dan telah menyerahkan diri kepada-Nya, semuanya harus diyakini sebagai bagian kita yang terbaik dalam kehidupan yang disediakan dan diberikan Tuhan kepada kita.

Jangan biarkan hari-hari kita dijalani dalam kebencian dan kebencian yang semakin dalam. Bersama Yesus Kristus, kita dapat menjalani hidup kita dalam kasih yang semakin besar setiap hari.

Seperti Yusuf yang mengembangkan kasih sepanjang hidupnya, ia terbukti baik menjadi berkat, bagi saudara-saudara dan keluarganya bahkan dimampukan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

Tidakkah Anda rindu hidup Anda dijadikan Tuhan seperti demikian?

Salam Revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.