Arsip Bulanan: Mei 2018

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 3) LANGKAH PENGUJIAN 2 : KESAKSIAN ROH KUDUS DALAM KITA

Oleh Peter B, MA
ROH KUDUS PENOLONG KITA
 – Kepada kita dikaruniakan Roh Kudus untuk memimpin kita dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13)
– Sebutan-Nya adalah Penolong dan Roh Kebenaran (Yohanes 14:16; 16:13) , yang menyiratkan bahwa Roh Allah sendiri yang akan menuntun kita langkah demi langkah sepanjang jalan menuju ke sorga, menyertai dan menolong kita menjadi saksi-saksi Kristus selama hidup di dunia (Kisah Para Rasul 1:8)
– Ia juga disebut Roh hikmat dan wahyu, yang menuntun kita pada pengenalan yang benar akan Allah dan menyingkapkan rahasia-rahasia ilahi yang belum kita ketahui pada kita (Efesus 1:17-20)
– Roh Kudus menolong kita menyampaikan doa dan permohonan dengan tepat sesuai apa yang ada di hati kita. Intinya, ketika kita berdoa dengan pertolongan-Nya, maka kita pasti akan menaikkan doa secara tepat dan benar di hadapan Tuhan (Roma 6:26)
– Roh Kudus juga yang bersaksi dan meyakinkan kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ketika kita percaya, kita mendapat kedamaian, ketenangan dan keteguhan oleh karena Roh Kudus ditaruh berdiam dalam kita, meyakinkan roh kita bahwa kita telah dilahirkan kembali, menjadi manusia baru dan kini menjadi waris kerajaan sorga, menjadi anak-anak Bapa di sorga (Roma 8:16-17).
– Lebih dari segala guru/pengajar lain dalam hidup kita, Roh Kudus lah yang terutama sebenarnya mengajar kita untuk mengenali suara Tuhan dan membedakan mana ajaran yang dari Tuhan dan yang berasal dari sumber-sumber lainnya. Dialah yang dimaksud oleh rasul Yohanes dalam surat 1 Yohanes 2:20 dan 27 sebagai “pengurapan dari Yang Kudus” yang akan mengajar kita dan menolong kita membedakan mana sejati dari Tuhan dan mana yang bukan. 
PEKERJAAN ROH KUDUS YANG MENOLONG KITA MENGUJI DAN MEMBEDAKAN SUARA TUHAN 
1) Roh Kudus selalu membawa pengenalan akan Yesus. Dimana ada pekerjaan Roh, pastilah nama Yesus diakui dan ditinggikan sebagai Tuhan (1 Yohanes 4:2-3; 5:6; Yohanes 15:26, 1 Petrus 1:11; Wahyu 19:10). Setiap pesan yang mengaku dari Tuhan tidak dapat diterima secara langsung begitu saja. Roh Kudus dalam kita akan menunjukkan kepada kita apakah pesan tersebut memuliakan pribadi Kristus ataukah figur manusia, suatu pelayanan atau organisasi tertentu, golongan atau pengajaran tertentu, menyarankan kebaikan dan kehebatan manusia atau hal-hal lain di luar Kristus. 
2) Roh Kudus berbicara mengenai hal-hal yang sorgawi dan bukan hal-hal duniawi;  akan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kolose 1:1-2).  Itu sebabnya pendengar dan peminat-Nya hanyalah orang-orang rohani, yang mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, yang sepenuh hati mengikut Yesus. Mereka yang tidak gemar akan perkara rohani, yaitu pengenalan akan Allah, tidak mungkin akan mendengar dari Roh Kudus. Dengan demikian untuk dengar-dengaran akan suara Roh Kudus, pertama-tama kita harus rindu dan haus akan hal-hal yang dari Tuhan khususnya yang terkait pertumbuhan rohani dan hubungan kita dengan Tuhan, bukan justru bergairah akan perkara-perkara yang dari dunia ini (1 Korintus 2:14; 1 Yohanes 4:5-6). Pesan-pesan nubuatan sejati akan membawa pesan-pesan dari Kerajaan Allah. Yang pertama-tama bersifat rohani dan kemudian berdampak pada alam jasmaniah. Bukan kebalikannya. Pesan-pesan yang menekankan semata-mata pada hal-hal yang berkenaan dengan materi, keduniawian dan kemegahannya, hampir dapat dipastikan bukan berasal dari Roh Tuhan sendiri. 
3)  Roh Kudus juga meneguhkan pesan-pesan pengajaran maupun nubuatan yang menyatakan kemerdekaan dan melepaskan secara rohani (Roma 8:14-15; 2 Korintus 3:17) ketimbang pesan-pesan yang membelenggu atau mengikat seseorang, kuat terkesan menakut-nakuti, atau yang menolak, merendahkan sesama maupun yang mengandung kebencian terhadap orang atau kelompok tertentu lebih daripada atas kesalahan atau dosa mereka.  Ia adalah Roh yang membangkitkan kuasa, kasih dan penguasaan diri (2 Timotius 1:7) dan itu pula sebabnya Ia akan meneguhkan dan meyakinkan pesan-pesan yang menyampaikan akan kasih dan kuasa Tuhan, dengan pernyataan-pernyataan yang tegas tetapi tidak lepas kendali. Intinya pesan Tuhan merupakan suatu pernyataan yang penuh wibawa, terasa kasih di dalamnya,  dan meskipun ada emosi-emosi Tuhan di dalamnya, tidak akan didapati pernyataan yang sembrono, terburu-buru atau bernada kecemasan, kepanikan apalagi ketakutan. 
4) Roh Kudus, sesuai dengan namanya, akan mengkonfirmasi pesan-pesan yang membawa umat Tuhan kepada kekudusan, bukan kepada pembolehan akan hal-hal yang melawan Tuhan dan kompromi dengan dosa. Pesan-pesan nubuat yang bersifat menghibur kedagingan sekaligus membiarkan dosa bisa dipastikan bukan berasal dari Tuhan, yang akan ditolak melalui hati nurani yang terganggu karena pekerjaan Roh Kudus
5) Roh Kudus juga akan memberikan penerangan secara jelas melalui damai sejahtera yang kita rasakan di hati ketika mendengar suatu pesan yang diklaim atas nama Tuhan. Sebab pikiran yang berasal dari Tuhan menghasilkan hidup dan damai sejahtera (Roma 8:6) sedangkan pikiran kedagingan akan berakibat kematian. Yang dimaksud hidup dan kematian di sini adalah kehidupan dan kematian rohani. 
Pesan sejati dari Tuhan membawa kehidupan dan ditandai dengan adanya ketenteraman yang besar di hati kita, yang lahir bukan karena disandarkan pada rasa aman akan hal-hal di dunia ini tetapi dari kesan yang kuat dan meyakinkan di hati, yang dikenali sebagai suara Roh Kudus, yang kian lama kian jelas ketika kita sudah terbiasa mengikuti pimpinan-Nya waktu demi waktu.
Jika kita benar-benar dipimpin Roh, kita tidak akan terlalu lama untuk mengetahui dan membedakan mana pesan Tuhan yang sejati dan yang bukan. Inilah yang dimaksud domba-domba Tuhan mengenal suara Sang Gembala Agung karena Roh Kuduslah yang memberitahukan dan meneguhkannya dalam rupa suatu kesaksian di dalam hati. 
HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN DAN DIUSAHAKAN SUPAYA DAPAT MENGENALI KESAKSIAN ROH KUDUS DI HATI KITA 
1) Membiasakan diri mengambil waktu untuk mencari Tuhan serta bertanya kepada-Nya sebelum memutuskan suatu tindakan atau menyimpulkan suatu pandangan tertentu. Juga setelah merasa ada suatu kesan di hati, kita seharusnya mengambil waktu untuk merenung dan menguji yang kita rasakan di roh kita itu. 
2) Sikap hati dan hidup kita kepada Roh Kudus menentukan seberapa kuat Roh Kudus berbicara dan dikenali suara-Nya oleh kita. Itu sebabnya dikatakan bahwa jika kita ingin mengetahui kehendak Tuhan, sudah seharusnya dipenuhi Roh Kudus (Efesus 5:17-:8). Juga, dalam menguji nubuatan, kita tidak seharusnya memadamkan Roh, yang berarti menutup dan menghalangi pekerjaan atau pengaruh Roh Kudus dalam kita (1 Tesalonika 5:19-21). Tidak selayaknya kita menduakan Roh Kudus yang menuntun kita dalam kebenaran (Efesus 4:30). Yang dengan melakukan itu, kita akan kehilangan kepekaan akan suara-Nya karena kita terbiasa mengabaikan-Nya. 
3) Jika kita rindu akan kesaksian Roh Kudus secara kuat di hati, sudah seharusnya kita belajar berjalan dalam pimpinan-Nya setiap hari di waktu demi waktu (Galatia 5:16,18). Dengan belajar taat saat ada gerakan yang menuntun kita mendekat dan makin mengenal Tuhan, kita akan terbiasa mengenali desakan atau dorongan tersebut sebagai Roh Kudus yang berbicara kepada kita. Sesungguhnya, inilah masalah terbesar banyak anak Tuhan yang kesulitan membedakan mana pimpinan Tuhan dan mana yang bukan. Banyak yang ingin tahu mana pesan nubuatan yang benar dan mana yang palsu tetapi dalam hidup sehari-hari bahkan mereka tidak mau bersusah payah membedakan tuntunan Tuhan secara pribadi dalam hidup mereka. Jika kita hidup semau kita sendiri, kita akan lebih banyak mendengar pikiran, perasaan dan kehendak sendiri alih-alih mendengar suara Tuhan. Fatalnya, jika kita merasa banyak tahu hal-hal rohani dan menjadi semakin agamawi daripada rohani, kita akan sering ditipu oleh hati kita sendiri yang memberikan peneguhan ayat-ayat Alkitab atas pikiran, perasaan dan kehendak sendiri dan menyangkanya atau menyebutnya sebagai suara dan pimpinan Tuhan. Proses yang sama dapat terjadi atas orang yang menyampaikan pesan nubuat atau yang mendengar suatu nubuatan. Ayat-ayat Alkitab yang dihafalkan seolah meneguhkan suatu nubuatan tetapi kesaksian Roh tidak dapat ditipu atau dipalsukan. Suara yang terdengar mirip tidak selalu suara dari sang pemilik aslinya. Itu sebabnya hubungan dan keintiman pribadi dengan Tuhan juga menjadi dasar penting untuk menguji sebuah pesan nubuatan. 
Contoh terbaik akan kesaksian Roh ini ialah penglihatan Petrus di atap rumah Simon. Penglihatan itu berupa berbagai jenis binatang  yang tampak di atas sebuah kain yang melayang turun ke hadapan Petrus (baca Kisah Para Rasul 10:9-16). Setelah itu, terdengar suara supaya Petrus menyembelih dan memakan binatang-binatang itu. Dari firman Tuhan dalam taurat yang ia ketahui, binatang-binatang tersebut tidak boleh dimakan karena termasuk binatang haram, maka tentu saja Petrus menolaknya. Tetapi suara itu kemudian menjawab bahwa apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan tidak boleh dinyatakan haram. Itu terjadi hingga tiga kali banyaknya.
Dari sudut pengujian melalui firman tertulis (setidaknya yang dipahami Petrus), tentu penglihatan tersebut seharusnya tidak lulus uji karena bertentangan dengan bunyi taurat Tuhan. Namun Petrus tidak terburu-buru menolaknya KARENA IA TAHU ITU SUARA YANG SERING DIDENGARNYA. Itulah suara Roh Kudus yang bermaksud menyampaikan sesuatu pewahyuan baru, yang berhubungan dengan Injil yang hendak disampaikan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ujung dari penglihatan Petrus itu adalah pemberitaan Injil kepada seluruh keluarga Kornelius, seorang perwira Romawi yang kemudian menjadi buah sulung dari orang percaya yang bukan Yahudi. 
Contoh lain dapat kita temui dalam Kisah Para Rasul 16:6-7 dimana Paulus dan tim pelayanannya tidak memasuki daerah-daerah pelayanan tertentu karena dicegah oleh Roh Kudus. 
KESIMPULAN
– Roh Kudus diutus dan dikaruniakan kepada kita untuk menjadi penuntun dan pembimbing kita mengenal seluruh kebenaran sejati. Sangatlah penting dan mutlak untuk kita dapat membedakan mana yang berasal dari Tuhan dan yang bukan melalui dengar-dengaran akan suara-Nya
– Hanya mereka yang membayar harga berjalan bersama Roh Kudus waktu demi waktu yang akan mengenali suara dan kesaksian Roh di dalam hatinya sehingga karenanya semakin mudah mengenali mana pesan-pesan apapun yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan
– Kesaksian Roh Kudus di hati kita meneguhkan ketuhanan dan kedaulatan Tuhan Yesus Kristus, bermuatan kasih, suatu pesan yang penuh kuasa dan dengan bahasa yang jelas dan terkendali, dengan inti pesan untuk hidup kudus, benar dan berkenan di hadapan Tuhan. Itu juga membawa kemajuan dan pertumbuhan rohani. Senantiasa membawa damai sejahtera, bukan kegelisahan, di hati kita.
– Kesaksian Roh ini penting bagi kita khususnya ketika tidak ada ayat-ayat Alkitab yang secara langsung menunjukkan langkah atau jalan yang harus kita ambil dalam situasi-situasi kehidupan yang sangat pribadi. Di sisi lain, melalui Roh Kudus yang memberikan konfirmasi bagi kita, kita dapat mengenali apakah pesan-pesan yang seolah dari Tuhan dan tampaknya cocok dengan ayat-ayat Alkitab yang kita ketahui itu sungguh-sungguh berasal dari Tuhan, atau tercampur pikiran manusia atau dipalsukan oleh si jahat.
Kiranya Roh Kudus menjadi prioritas pergaulan kita. 
Jadikan Ia sahabat terbaik Anda. Anda akan dituntun-Nya di jalan kebenaran dan di jalur yang dikehendaki Allah. 
Salam revival!
Dari hamba sahaya di ladang Tuhan. 

SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT:

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 2) LANGKAH PENGUJIAN 1 : KESELARASAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP DALAM FIRMAN TERTULIS YANG MURNI DAN TERUJI

Oleh Peter B, MA
(Apa yang saya sampaikan di sini adalah pokok-pokok pikiran dan poin-poin penting mengenai menguji pesan-pesan nubuatan sesuai petunjuk dalam Alkitab. Pembahasan mendetail mengenai hal ini akan ditulis dalam sebuah tulisan terpisah yang dibagikan secara eksklusif di waktu-waktu ke depannya)
1) Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya secara tertulis sebagai panduan dan petunjuk untuk mengenal Dia lebih lanjut (Yeremia 6:16; Mazmur 1:2-3; 119:14,27; Amsal 1:1-5)
2) Hukum-hukum tertulis diberikan sejak zaman Musa tetapi sebelumnya suara Tuhan dikenali secara turun temurun melalui pengenalan akan Tuhan yang diajarkan bapa leluhur pada generasi-generasi selanjutnya. Itulah sebabnya Nuh maupun Abraham tidak keliru mengenali suara Tuhan yang berbicara secara pribadi oleh sebab mereka telah belajar mengenali suara Tuhan dari bapa-bapa leluhur mereka (Kejadian 5:22,24; 6:9)
3) Hukum tertulis selanjutnya ditambahkan oleh para nabi dan hamba-hamba Tuhan lainnya yang menulis kitab demi kitab sesuai ilham Roh (Yohanes 21:24; Lukas 1:1-4; Kisah Para Rasul 1:1; 2 Timotius 3:16a)
4) Kitab-kitab yang diyakini sebagai pesan dan petunjuk dari Tuhan sendiri menjadi pedoman bagi umat Tuhan segala zaman untuk mengenali pimpinan dan petunjuk-Nya (2 Timotius 3:16-17)
5) Kita yang hidup dalam Perjanjian Baru memperoleh kasih karunia yang besar karena memiliki kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai petunjuk untuk menguji pesan-pesan profetik yang diklaim tuntunan langsung dari Tuhan atas situasi riil yang dihadapi umat Tuhan secara korporat, yang disampaikan melalui anggota-anggota tubuh Kristus yang dipercayai menyampaikan pesan-pesan nubuatan (2 Petrus 1:20)
6) Intinya, suara Tuhan dapat dinilai dari keselarasan akan prinsip-prinsip yang tersurat atau tersirat dalam firman-Nya yang telah dituliskan dan yang telah teruji sehingga digolongkan sebagai pedoman yang menuntun kita pada pengenalan akan Tuhan secara benar.
NUBUATAN TIDAK AKAN BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP FIRMAN TUHAN YANG TERTULIS
– Tutur kata seseorang menyiratkan karakter dan sifatnya. Demikian pula perkataan Tuhan mengandung sifat dan karakter-Nya
– Karakter Tuhan dapat kita pelajari dan selami sewaktu kita membaca, merenungkan, meneliti dan menyelidiki firman tertulis (Alkitab) dengan hati yang tulus, murni dan dipimpin oleh Roh hikmat dan wahyu itu sendiri
– Kita akan mengenali apakah itu pesan atau suara dari seseorang yang kita kenal dari : (1) gaya bahasa yang dipakainya; (2) isi pesannya, yang mencerminkan pikiran, prinsip dan karakternya (3) jika kita mendengarnya secara langsung, itu akan juga dapat dikenali dari timbre (warna) suara, intonasi atau nada suara dan, gaya berbicaranya. Demikian pula ketika kita hendak mengenal suara atau pesan dari Tuhan, kita harus mengenali gaya bahasa-Nya, isi pesan-Nya yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya lalu gaya berbicara yang seringkali dipakai oleh Tuhan dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada para nabi di masa lalu sebagaimana terekam dan terdokumentasikan dalam Alkitab.
– Oleh karena itu, SANGAT PENTING supaya dapat melakukan pengujian dengan tepat, kita perlu terus menerus belajar akan jalan-jalan Tuhan, akan isi hati dan pikiran-Nya, akan sifat-sifat-Nya, akan apa yang disukai dan tidak disukai-Nya yang tersimpan dalam berbagai ayat-ayat Alkitab yang terdiri dari beraneka ragam tipe tulisan dari narasi, deskripsi, syair, amsal, catatan dan surat rasuli. Dan itu harus dilakukan dengan sikap rajin belajar, suka merenungkan dan menyelidiki ayat-ayat Alkitab dalam pimpinan Roh Kudus yang pasti akan menuntun kita pada jalan yang benar dan pada seluruh kebenaran
– Sebagai contoh, sebuah pesan nubuatan sejati akan selalu membawa pesan-pesan yang sama yang akan ditemukan dalam penafsiran yang sehat dan murni (bukan ditafsir sesuai keinginan hati atau selera sendiri, apalagi demi maksud dan tujuan yang mementingkan diri sendiri, lihat 2 Petrus 1:20) misalnya : mengenai iman, pengharapan dan kasih (sebagai kebalikan pesan yang berisi rasa takut, keputusasaan dan kebencian); mengenai kekudusan dan ketaatan (kebalikan dari pesan yang dosa, kecermatan dan pemberontakan); mengenai solusi atau jalan keluar (kebalikan dari pesan yang bersifat merendahkan, menjatuhkan atau membiarkan kita dalam kondisi sendirian tanpa pertolongan) dan seterusnya.
Dan yang lebih penting dan terutama dari semua, pesan-pesan nubuatan menuntun pada intisari pesan dari seluruh kitab suci kita yaitu Yesus Kristus. Dialah yang merupakan pusat dari segala sesuatu dan pusat dari kehidupan kita sebagai umat-Nya. Dialah yang selalu ada dalam setiap pesan dari pelayanan nubuatan yang merupakan karunia dari Roh Kudus dan Roh Kudus sendiri senantiasa memuliakan Yesus Kristus. Pesan nubuatan yang secara terang-terangan atau terkesan kuat meninggikan hal yang lain, seperti figur manusia, organisasi, hikmat manusia, kesalehan pribadi atau berfokus pada kekuatan harta, pengaruh duniawi atau pada kehebatan alam maupun ciptaan yang lain wajib diragukan sebagai pesan yang berasal dari Tuhan.
– Jadi, dalam menilai suatu pesan nubuatan, kita perlu selalu merujuk pada kitab suci: apakah ada pesan serupa itu tercantum di sana atau setidaknya tersirat di dalamnya. Itu sebabnya, ADALAH SANGAT MENDASAR DAN PENTING kita mengenali dan memegang penafsiran yang sehat, seimbang, murni dan yang berasal dari hikmat Tuhan (sebagaimana yang disebutkan ciri-cirinya dalam Yakobus 3:13-:8) sebab apabila itu hendak digunakan menilai sebuah nubuatan maka ia akan menjadi sarana yang seharusnya untuk hasil yang tepat pula, sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan.
Sebagai contoh ekstrem: jika kita menerima tafsiran bahwa nubuatan sudah tidak ada lagi karena sudah berakhir di zaman para rasul, maka semua pesan nubuatan pada hari ini akan ditolak, dianggap fiksi atau dusta bahkan dipandang berasal dari kuasa gelap.
Contoh lain. Jika tafsiran yang kita percayai adalah tentang Tuhan yang hanya berbuat apa yang menyenangkan dan menjadikan manusia nyaman, menolak segala bentuk kekerasan dan keadilan Tuhan serta bahwa Ia dapat murka dan menghajar bahkan menghukum umat-Nya yang telah menyimpang dari jalan-Nya, maka nubuatan-nubuatan yang bersifat memperingatkan, menegur, bahkan menghakimi dosa-dosa umat Tuhan dengan keras akan ditolak sebagai pesan yang bukan berasal dari Tuhan, tetap dari hati yang penuh kebencian, suka menghakimi dan tidak memiliki iman.
SEKALI LAGI, TENTANG PENTINGNYA HATI SEORANG MURID
– Oleh karena diperlukan suatu pemahaman akan prinsip-prinsip Alkitab yang sehat dalam menguji sebuah nubuatan, sudah seharusnya kita mengusahakan diri tanpa lelah untuk belajar akan jalan-jalan Tuhan. Dan untuk melakukannya, hati seorang murid adalah syarat utama, jika bukan satu-satunya.
– Seorang murid tidak pernah merasa telah tahu atau sudah sampai pada pengetahuan yang sempurna. Lebih-lebih apabila yang menjadi Guru Agung kita ialah Tuhan sendiri, yang mengajar kita melalui Roh-Nya. Kita perlu terus memiliki hati yang lembut, rela belajar dan diajar, mau mendengar dan secara tulus menerima pengertian demi pengertian serta penyingkapan demi penyingkapan yang Tuhan berikan, yang bisa jadi belum pernah kita tangkap dan pahami sebelumnya. Tentunya setiap pengajaran yang sampai pada kita, juga akan diuji keselarasannya dengan ayat-ayat firman lainnya, yang jika ditambah dengan peran Roh Kudus atas hati kita yang telah dijaga dalam ketulusan dan dibersihkan dari segala kepentingan pribadi, akan kita rasakan apakah itu merupakan prinsip pengajaran yang murni atau bukan. Kesombongan mengumpulkan kepekaan kita akan suara Tuhan karena kita membatasi pengertian kita dengan pemahaman-pemahaman yang sempit, yang mungkin saja keliru atau jika mungkin benar, tidak memadai sebagai alat untuk menilai dan menilai.
– Ini menjelaskan mengapa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat di zaman Yesus tidak memahami nubuatan mengenai Mesias yang sebenarnya telah hadir di hadapan mereka. Mereka telah merasa cukup mampu menentukan menurut pengetahuan dan penafsiran mereka akan siapa Mesias itu. Ironisnya, Mesias, Anak Allah yang hidup itu, kemudian hanya bisa dikenali oleh mereka yang adalah MURID-MURID-NYA (Matius 16:16). Itu sebabnya kita tidak akan pernah memperoleh pemahaman dan tafsiran yang tepat jika hati kita masih tertuju pada penafsiran manusiawi yang belum teruji dan bukan pada pencarian dalam keterbukaan akan pimpinan dan pengaruh ilahi (Matius 16:17).
– Sebagai salah satu contoh saja. Terkait pelayanan profetik, yaitu pelayanan yang terkait dengan karunia-karunia profetik seperti karunia bernubuat, karunia pengetahuan atau ma’rifat, karunia membedakan bermacam-macam roh, karunia mimpi dan menafsirkan mimpi atau karunia berbahasa roh yang ditafsirkan (yang setara dengan nubuatan) maka untuk memahaminya diperlukan suatu penyelidikan dan pendalaman baru tentang bagaimana karunia-karunia tersebut bekerja beserta seluk beluknya. Hal ini membutuhkan suatu rangkaian pengajaran khusus di bidang-bidang pelayanan semacam ini. Tanpa memahami bagaimana pelayanan profetik ini sesungguhnya, kita masih akan selalu rawan menangkap pesan-pesan profetik yang tidak murni berasal dari Tuhan.
– Dengan hati seorang murid pula, setiap anak Tuhan yang mendengar atau membaca pesan profetik atau menerima pesan secara profetik secara pribadi dari Tuhan wajib mencari kesejajaran dan keselarasan apa yang diterima dan didengarnya itu dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Ini bukan mencari-cari atau memaksakan suatu ayat tertentu untuk meneguhkan suatu pesan profetik tetapi memastikan bahwa yang diterimanya itu memang sesuai dengan apa yang terdapat dalam kitab suci.
Perbedaannya: yang mencari peneguhan dari ayat menunjukkan suatu posisi yang bahwa pesan profetik yang diterimanya telah tepat sehingga mencari pembenaran dari Alkitab tetapi mereka yang melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap pesan yang diterimanya, itu berawal dari asumsi bahwa yang diterimanya masih perlu diuji dan diperiksa kembali apakah itu benar-benar pesan dari Tuhan atau dari sumber lain (seperti misalnya dari pikiran dan hati sendiri atau bisikan roh-roh lain). Yang satu merasa telah tahu dan benar, yang lain merasa harus belajar dan mencari tahu lebih lagi di hadapan Tuhan. Yang satu angkuh dan puas diri rohani, yang lain merendahkan diri dan rindu penyingkapan lebih lagi
KESIMPULAN
– Suatu pesan nubuatan akan selalu selaras, sejiwa dan mempunyai benang merah dengan prinsip-prinsip dalam Alkitab yang sudah teruji (yaitu yang telah ditafsirkan secara sehat) sebelumnya. Ketidakcocokan suatu nubuatan dengan apa yang tersurat dan tersirat di Alkitab patut membuatnya diragukan sebagai pesan yang benar-benar dari Tuhan
– Beberapa sebab utama mengapa orang gagal mengenali suatu pesan nubuatan berasal dari Tuhan adalah karena terbatasnya pengetahuannya akan prinsip-prinsip firman yang seringkali diperparah oleh ketidaksediaannya untuk belajar dan memiliki hati seorang murid.
Ini serupa dengan seorang anak TK yang memberikan komentar dan penilaian atas pemikiran dan pandangan kakaknya yang seorang mahasiswa. Hasilnya sudah jelas tidak akurat, hanya sebagian kecil saja yang benar, serta terasa menggelikan bagi orang-orang dewasa
– Menguji nubuatan dimulai dengan mempelajari nubuatan tersebut untuk menemukan adakah yang sesuai atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Jika ada yang tidak sesuai, selayaknya itu dapat dikomunikasikan dengan sang penyampai nubuatan. Jika itu tidak dimungkinkan, ada baiknya kita boleh mengabaikan nubuatan tersebut sebagai pesan yang tidak murni berasal dari Tuhan, yang tidak perlu ditanggapi lebih lanjut sampai semuanya menjadi lebih jelas.
Kiranya kepada kita diberikan hati seorang murid dan dimampukan menguji segala sesuatu sesuai perintah Tuhan!
Salam revival!
Hamba sahaya di Ladang Tuhan

MENINGGALKAN KENYAMANAN UNTUK BERSEKUTU DENGAN TUHAN


Oleh: Peter B, MA
“PAGI-PAGI BENAR, WAKTU HARI MASIH GELAP, IA BANGUN DAN PERGI KE LUAR. IA PERGI KE TEMPAT YANG SUNYI DAN BERDOA DI SANA.” (MARKUS 1:35)
Apabila setiap orang Kristen ditanya mengenai doa dan seberapa penting arti doa, hampir tidak ada orang Kristen yang merasa bahwa berdoa adalah tidak penting. Semua orang percaya biasanya mengamini perlunya doa dan setuju bahwa “doa adalah nafas hidup (rohani) orang Kristen”. Tetapi sesungguhnya ada suatu hal yang sangat kontras, yang sifatnya tidak seiringan sejalan dengan pertanyaan banyak orang Kristen yang lainnya. Apakah itu? Yaitu bahwa jika mulut mereka menyakini akan kuasa doa, maka perbuatan banyak orang Kristen tidaklah demikian. Kenyataannya, sedikit sekali orang Kristen yang suka berdoa apalagi yang hidup dalam doa. Mau tidak mau kita harus mengakui hal ini.
Doa memang unik. Bagi banyak dari kita, doa merupakan hal paling mudah sekaligus paling sulit yang kita lakukan. Paling mudah karena kita hanya perlu memejamkan mata dan mulia berkata-kata tidak perlu mengeluarkan biaya ataupun menyiapkan perlengkapan serta busana khusus. Tetapi itu juga paling sulit kita lakukan karena kedagingan kita menghendaki hal-hal yang nyaman dan telah terbiasa dengan hal-hal yang nyata daripada yang rohani. Lebih dari itu, kita juga telah terbiasa terahlikan dari perkara-perkara yang terutama. Hal ini terbukti dari pengakuan kita akan pentingnya doa tetapi sekaligus kita sangat menunjukkan pengabaian terhadap doa. Ya, doa seharusnya menjadi hal yang paling penting dalam hidup kita sebagai anak-anak Tuhan tetapi seringkali juga kita paling mudah mengabaikannya.
Mungkin tidak ada penghalang yang lebih besar dalam pengalaman persekutuan rohani kita dengan Tuhan lebih dari apa yang disebut sebagai kenyamanan. Seperti telah disebutkan di atas, kenyamanan yang merupakan dambaan bagi kedagingan kita lebih sering menjadi pilihan akhir kita saat itu diperhadapkan kepada kita bersama-sama dengan doa. Kita lebih memilih kenyamanan daripada mengambil waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Kita tidak memiliki waktu luang sedikitpun untuk berdoa, tetapi selalu ada waktu bagi perkara-perkara yang enak bagi diri manusia kita: menonton tv, pertandingan, berlibur, berkumpul dengan teman-teman, berbelanja, berkutat dengan hobby kita, bekerja lembur, bahkan aktif dalam pelayanan demi memuaskan sifat kita yang gila aktivitas! Dan akhirnya kita pun bertanya-tanya, mengapa api Tuhan tidak lagi berkobar bagi Tuhan. Kita menjadi heran mengapa roh kita tidak menyala-nyala. Kita kebingungan bagaimana mungkin rasanya Tuhan kemudian menjadi begitu jauh. Dan tidak lama dari saat itu, kita kehilangan lapar dan haus rohani…kita sama sekali tidak menaruh minat akan kehendak Tuhan…kita menjadi orang-orang Kristen yang sama sekali tidak peka, mementingkan diri kita sendiri, sangat egois bahkan saat-saat di mana sepertinya kita sedang memberikan sesuatu kepada Tuhan atau sesama. Seluruh drama penghancuran kehidupan rohani kita yang berharga itu dimulai oleh kita sendiri… disebabkan karena hilangnya satu hal kecil…karena lalainya kita melakukan sesuatu yang kita anggap sangat sepele : kita tidak lagi menjalin persekutuan dengan Tuhan.
Jika harga hilangnya persekutuan dengan Tuhan begitu besar dan mengerikan, maka kita tidak memiliki pilihan selain dengan sungguh-sungguh menghentikan segala kenyamanan hidup kita yang menjadi penghalang waktu-waktu kebersamaan kita dengan Tuhan. Seperti anak Manusia, teladan kita yang sempurna itu, Yesus meninggalkan kenyamanan diri, memaksa seluruh keberadaanNya untuk tunduk pada kehendak hatiNya yang dahaga akan persekutuan dengan Bapa. Alkitab berkata, Ia bangun “pada waktu pagi-pagi benar, pada waktu hari masih gelap”. Para penafsir Alkitab menerangkan lebih dalam kepada kita bahwa Yesus bangun kira-kira pada “waktu jaga pagi” dari seorang penjaga malam. Di Israel, waktu jaga malam dibagi menjadi tiga: permulaan giliran jaga malam (sekitar pukul 6-10 malam). Giliran jaga tengah malam (pukul 10 malam – 2 pagi) dan giliran jaga pagi (mulai pukul 2-6 pagi). Jika Yesus mengambil waktu pribadiNya dengan Bapa pada waktu giliran jaga pagi tersebut maka Yesus berdoa di antara pukul 2 pagi sampai dengan 6 pagi. Tidaklah mengherankan jika saat itu dikatakan bahwa “hari masih gelap”. Dan pada waktu hari masih gelap pasti setiap orang sedang menikmati nyenyaknya tidur kecuali para penjaga pagi tersebut tentunya. Tetapi… tunggu dulu. Di balik pekatnya malam, Seseorang keluar dari peraduannya. Ia berjalan dan berjalan. Di tempat yang sepi ia berlutut dan berdoa. Itulah Yesus.
Seperti Yesus, kita mesti memaksa tubuh kita dan menguasai seluruhnya. Kita tidak dapat tinggal dalam keadaan dimana kerohanian kita dihancurkan oleh keengganan kita. Kita harus merindukan Dia lebih daripada segala kenyamanan yang dapat kita nikmati di sepanjang hari kehidupan kita. Mungkin saja, kita harus meninggalkan kenyamanan tempat tidur di waktu pagi, kenikmatan bekerja di waktu siang, atau keasyikan hiburan di malam hari. Kita harus menyisihkan semuanya itu dan masuk dalam persekutuan pribadi bersama Tuhan. Jangan menghiraukan tubuh kita yang mengeluh capek; jangan peduli dengan pikiran yang berkata istirahat jauh lebih baik dari hal yang lain; jangan turuti perasaan kita yang naik turun; dan jangan biarkan kehendak kita menyimpang dari perkara lain selain perkara yang paling utama ini.”
Teladan yang baik mengenai menyisihkan segalanya untuk bersekutu adalah dari kehidupan seorang tokoh besar Perjanjian Lama yang disebut sebagai “orang yang dikasihi Tuhan”. Tahukan Anda siapa dia? Dia adalah Daniel. Setiap hari selama ia berada di pembuangan Babel, di sela-sela segala kesibukannya sebagai satu dari perdana menteri Babel, Daniel tidak pernah tidak meluangkan waktunya tiga kali sehari bersekutu dengan Allahnya. Ia naik ke suatu kamar di atas rumahnya, membuka jendelanya yang mengarahkan ke Yerusalem dan mulai berdoa. Tiga kali sehari. Setiap hari. Tidak pernah lalai. Dan tahukah Anda apa yang terjadi kemudian karena ia berdoa? Ia dijebak oleh lawan-lawan politiknya yang membuat undangan-undangan bermeterai raja Darius untuk melarang setiap orang di Babel berdoa kepada pribadi yang lain selain kepada raja. Apakah Daniel surut? Ia menjadi takut dan berhenti berdoa? Ia mengurangi waktu doanya dan berdoa dalam hari, secara sembunyi-sembunyi? Ketahuilah satu hal: tidak ada satu hal pun yang dapat mengganggu jam-jam bersekutu Daniel dengan Tuhannya. Sekalipun itu berarti kehilangan jabatan. Sekalipun itu berarti melanggar perintah raja. Sekalipun itu berarti mati. Saya menjadi bertanya-tanya: Jika ujian seperti yang dialami Daniel itu dihadapkan pada kita, adakah yang lulus seperti Daniel? Adakah yang memilih untuk menghargai persekutuan dengan Tuhan melebihi segala bentuk fasilitas dan kenyamanan hidup?
Tetapi adalah perlu menjadi perhatian kita bahwa bersekutu dengan Tuhan bukanlah semacam kegiatan paksaan. Kita meninggalkan setiap kenyamanan tubuh kita bukan untuk melakukan sesuatu yang sama sekali tidak menyenangkan tetapi tidak dapat kita tolak. Motivasi kita pun perlu diluruskan dalam hal ini. Di satu sisi, kita memang harus beralih dengan kemauan yang keras dari segala urusan-urusan manusiawi kita untuk kemudian meluangkan waktu bersama Tuhan. Tetapi di sisi lain, kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa dorongan untuk bersekutu dengan Tuhan itu bukan murni karena dorongan kewajiban atau bahkan ketakutan karena risiko jika kita tidak melakukannya. Dorongan yang benar lagi persekutuan dengan Tuhan adalah kasih. Karena kita mengasihi Dialah, kita rela memberikan waktu kita untuk berdua bersama Dia. Kita melakukannya karena kita senang melakukannya. Kita rela ‘membuang’ waktu kita demi mendapatkan perhatian, kebersamaan, suasana penuh kasih mesra, komunikasi hangat, bahkan mungkin hanya sekedar memandang keindahan wajahNya. Bukankah demikian jika seseorang sedang jatuh cinta? Kasihlah yang seharusnya menarik kita, menggerakkan kita, membuat kita mampu mempersembahkan suatu mezbah yang baik serta berkenan di hadapanNya.
Jika kita melakukannya karena kasih, persekutuan itu akan menjadi suatu pertemuan yang indah. Bahkan semakin indah dan semakin indah. Pengorbanan kita terasa semakin lama semakin kecil, tidak berarti lagi dibandingkan saat-saat indah bersama Kekasih jiwa kita. Di situlah kenyamanan yang lama digantikan oleh kenyamanan yang baru. Kita menemukan sumber yang lebih besar. Kita semua akan disegarkan dalam sungai kehidupan Tuhan. Inilah yang sebenarnya akan memuaskan segenap rasa dahaga dan juga usaha pencarian kita akan kepuasan.

 Di dalam hadiratNya, di dalam persekutuan dengan Tritunggal yang kudus kita akan disegarkan. Dan sekali kita disegarkan di dalam Tuhan, kenyamanan yang lain terasa biasa bahkan tidak nampak lagi seperti suatu kenyamanan sedikitpun. Tetapi jika kita terbiasa dengan kenyamanan semu dunia, kita terjerat dalam tipu daya iblis untuk terus haus akan penghiburan murahan ramuan Bapa pendusta itu. 



Sebelum menutup ruangan ini izinkan saya menanyakan dua hal ini kepada Anda: Pertama, Pernahkah Anda merasakan seperti Daud yang hanya dapat tenang jika dekat Allah saja? (Jika belum, Anda belum merasakan kenyamanan bersama Allah). Kedua, maukah Anda berjanji untuk meninggalkan segala bentuk kenyamanan daging dan mulai bersekutu dengan Allah? Jika Anda bersedia, luangkan waktu barang beberapa menit untuk berkomitmen kepada Allah. Adakanlah perjanjian untuk bersekutu denganNya dan tepatilah janji itu. Saya percaya Tuhan akan menolong kita semua. Amin.

(Di ambil dari warta Worship Center edisi 24 – 21 Juni 2002)

INTIM DENGAN ALLAH

Oleh: Peter B, MA
PAGI-PAGI BENAR, WAKTU HARI MASIH GELAP, IA BANGUN DAN PERGI KE LUAR. IA PERGI KE TEMPAT YANG SUNYI DAN BERDOA DI SANA.” (MARKUS 1:35)
KETIKA HARI SIANG, YESUS BERANGKAT DAN PERGI KE SUATU TEMPAT YANG SUNYI.” (LUKAS 4:42)
Di dalam begitu banyaknya aktivitas yang kita lakukan dalam sehari, manakah kira-kira yang kita pilih untuk kita lakukan dengan prioritas yang tinggi? Maksudnya, pekerjaan manakah yang akan kita pilih dengan pasti untuk kita lakukan dan kita lakukan lebih dahulu dari perkara-perkara yang lain? Jawaban akan hal ini bisa sangat bervariasi. Tetapi satu hal yang dapat kita duga secara logika adalah bahwa jawaban terhadap pertanyaan itu sangat bergantung pada apa yang paling seseorang rindukan dalam hidup. Apa yang paling kita inginkan, itu pula yang akan kita usahakan – lebih dari segala perkara – untuk kita peroleh dalam hidup kita. Dan apa yang kita rindukan menentukan siapakah diri kita yang sebenarnya.
Ambillah satu contoh. Di waktu pagi hari. Saat kita membuka mata pertama kali. Apakah yang pertama-tama kita pikirkan? Apakah yang sebenarnya pada waktu itu sangat ingin kita lakukan? Jika kita ingin makan, berarti kita adalah orang yang hidup demi makanan, sangat mementingkannya di atas segalanya. Jika kita segera buru-buru ingin bekerja, mungkin saja kita merupakan seorang pekerja keras, yang mengagungkan pekerjaan di atas segalanya. Atau kita ingin berolah raga, kemungkinan besar kita adalah seorang yang sangat memandang penting olah raga bahkan bercita-cita menjadi atlet. Bagaimana jika tidur lagi? Bukannya menghina, namun jika demikian bisa jadi orang itu adalah orang-orang yang malas, kurang motivasi serta mengejar kenyamanan hidup saja.
Mari sekarang kita merenungkan lebih lanjut. Apa jawaban kita yang mengaku sebagai para penyembah Allah jika pertanyaan itu diajukan kepada kita: apa yang kita lakukan pertama-tama, lebih dahulu dari segala perkara yang bisa kita lakukan dalam satu hari? Lihatlah ke dalam hati dan jujurlah. Jawaban kita menentukan status kita. Saya hanya mengetahui hati saya. Hati Anda? Hanya Anda sendiri dan juga Tuhan yang tahu tetapi kita dapat membohongi diri sendiri, apalagi Tuhan bukan? Satu hal yang jelas, kita tahu apa yang kita lakukan oleh Yesus Kristus jika Ia ditanya dengan pertanyaan yang sedemikian. Di antara segala pekerjaan pelayanan yang begitu padat, Yesus tidak pernah melupakan hal ini. Ini akan selalu Ia lakukan karena itulah prioritas utama hidupNya. Di waktu pagi. Pada siang hari. Tidak terkecuali di waktu malam. Ia senantiasa melakukannya dan rindu untuk selalu mengerjakannya dan rindu untuk selalu mengerjakannya. Apakah itu? Bersekutu pribadi dengan BapaNya di dalam doa.
Sebagai teladan penyembah sejati, kita dapat belajar banyak hal dari Yesus. Salah satunya adalah kehidupan doa atau persekutuan pribadiNya dengan Bapa yang tidak pernah putus. Kita mendapati persekutuan itu terputus satu kali saja (itupun bukan karena Yesus yang keluar dari persekutuan itu dengan sengaja) yaitu pada waktu Yesus berseru di atas kayu salib dengan penuh penderitaan yang sangat, “Eloi, Eloi, Lama Sabakhtani” (Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Yesus terpisah dari Bapa seketika lamanya. Karena dosa-dosa dan pelanggaran kita, Dan seringkali sama seperti itu, dosa-dosa kita pulalah yang membuat kita terpisah dari persekutuan dengan Allah setiap hari.
Keteladanan Kristus dalam hal bersekutu dengan Bapa yang sebenarnya harus membuat kita malu. Sebagai orang-orang yang mengaku sebagai penyembah sejati, sudahkah kita mencontoh aspek kehidupan Kristus ini? Adakah kita memiliki waktu-waktu persekutuan pribadi dengan Dia setiap hari? Tidak pernah putuskah hubungan kita dengan Bapa? Acapkali, alasan kita adalah kita terlalu sibuk. Tetapi bukankah tidak ada manusia saat itu yang lebih sibuk daripada Yesus? Ia tidak sempat makan atau tidur melakukan sesuatu yang lain. Tetapi sungguh, Yesus tidak pernah tidak memiliki waktu bersekutu dengan Bapa. Sebaliknya dengan kita, kita mungkin saja begitu sibuk dalam sehari tetapi waktu untuk berekreasi, menonton tayangan hiburan atau bermain-main masih sempat kita nikmati. Jika begitu, benarkah kita terlalu sibuk? Seberapapun sibuknya kita, tidak akan pernah dapat mengalahkan kesibukan Kristus. Bahkan pada saat Ia berdoa pun, Ia dicari oleh banyak orang! Seberapapun sibuknya kita, tidak akan pernah dapat mengalahkan kesibukan Kristus. Bahkan pada saat Ia berdoa pun, Ia dicari oleh banyak orang! Yesus yang demikian saleh, kudus, mulia, penuh keagungan masih menyempatkan diri untuk bersekutu dengan BapaNya di dalam doa, mengapakah kita seolah-olah tidak memerlukan itu sama sekali? Bukankah kita ini lemah, bodoh, mudah terpikat oleh dosa maupun tipu daya musuh iman itu? Betapa kita lebih memerlukan persekutuan pribadi dengan Tuhan! Para pembaca, ketahuilah satu hal ini: sebelum kita memiliki persekutuan pribadi dengan Bapa secara benar dan berkesinambungan, kita belum layak disebut seorang penyembah sejati.
Perhatikanlah ayat di dalam Injil Markus di atas. Yesus bangun dan mengambil waktu persekutuanNya dengan Bapa pada waktu “pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap.” Sedikit berbeda dengan Injil Lukas karena di sana disebutkan bahwa “ketika hari siang” Yesus berangkat untuk bersekutu dengan Bapa. Di bagian lain, tidak jarang Yesus digambarkan masuk dalam persekutuan pribadi dengan Bapa itu pada waktu malam (Lukas 6:12; Matius 14:23). Apakah ada pertentangan di sini? Tentu saja tidak. Justru hal itu memberikan penegasan yang luar biasa pada kita bahwa Yesus hidup dalam persekutuan secara terus menerus. Pagi, siang dan malam. Bukan saja persekutuan di dalam batin dimana Roh Kudus diam di dalam kita dan kita dapat berkomunikasi denganNya setiap waktu melainkan juga dalam persekutuan pribadi hanya kita dan Tuhan saja. Kehidupan yang diperagakan Kristus ini seharusnya menyadarkan kita akan kekurangan-kekurangan kita. Lihatlah kepada Yesus, Tuhan kita. Ia mengawal hari dengan doa dan hubungan pribadi yang intim dengan Bapa. Bukan hanya mengawali, tetapi mengawal. Ia membuka hari dengan persekutuan, mengisinya dengan persekutuan dan menutup hari juga dengan persekutuan. Sepanjang hari penuh persekutuan akrab dengan Bapa. Tetapi dimanakah kita pada waktu pagi? Sedang apakah kita pada siang hari? Dan apa yang kita kerjakan pada waktu hendak menutup hari? Apakah kita mencantumkan dalam jadwal harian kita waktu-waktu bersekutu dengan Tuhan? Atau kita justru menempatkannya dalam kolom jadwal pekerjaan yang bisa ditunda atau pada bagian pekerjaan pelengkap dimana kalau bisa itu akan kita lakukan tetapi jika tidak itu dapat ditinggalkan?
Di atas segala pekerjaan yang dapat kita lakukan, kita harus menempatkan persekutuan intim dengan Bapa dalam prioritas yang tertinggi. Seperti Yesus kita harus hidup dalam aktivitas paling penting di muka bumi ini. Kita menganggap penting untuk berbicara dengan orang-orang terkenal, para pemimpin negara dunia, tokoh-tokoh penting dunia, atau mungkin saja orang-orang kaya, rekan bisnis hingga pada teman-teman kita. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa sesungguhnya tidak ada satu Pribadi yang lebih penting yang untuknya kita dapat memperoleh kesempatan berbicara dan menjalin persahabatan erat dengannya selain dari pribadi Tuhan sendiri. Kita menganggap adalah sesuatu kehormatan jika kita dapat bertemu sekali saja dengan orang-orang paling terkenal di dunia ini. Tetapi bukankan jauh melampaui segala bentuk kehormatan yang dapat diberikan dunia ini jika kita dapat bertemu dengan penguasa Alam Semesta, Raja di atas segala raja itu, setiap hari bahkan setiap waktu? Pernahkah terbayang dalam pikiran Anda, bagaimana jika Tuhan itu sangat sulit ditemui? Bayangkanlah jika kita harus antre dan mendaftar dulu untuk bertemu dengan Dia! Kita akan frustasi dan menjadi stress menunggu giliran… Tuhan mempermudah jalan menuju ke tahtaNya bukan supaya kita menganggap remeh serta mengecilkan arti hubungan persekutuan dengan Dia, namun itu adalah bukti bahwa Ia merindukan persekutuan pribadi dengan kita di atas segalanya. Ia memberikan kasih karunia pada kita sehingga kita dapat menghampiri Dia kapan saja bukan supaya kita mengambil sikap menggampangkan akan hal ini melainkan supaya kita mengetahui bahwa di atas segala aktivitas yang lain bahkan aktivitas yang dinamakan pelayanan pekerjaan Tuhan sekalipun Tuhan menginginkan waktu-waktu pribadi kita dihabiskan bersama-sama dengan Dia.

Bersekutu pribadi dalam keintiman dengan Tuhan. Inilah aktivitas terpenting di muka bumi. Tidak ada waktu lain yang lebih berharga selain dipersembahkan di hadapan Tuhan dengan hati yang melekat padaNya. Tidak ada pekerjaan lain yang lebih mulia untuk kita kerjakan selain masuk dalam hadiratNya, merenungkan Dia, menyelami hatiNya untuk kemudian mengalami Dia. Dan tidak ada yang patut didahulukan melebihi sinar wajahNya yang menerangi hati dan hidup kita pada waktu pagi, siang, dan malam. 

Pembaca terkasih, kita akan belajar lebih banyak lagi akan persekutuan dengan Bapa ini minggu-minggu selanjutnya, namun sebelum menutup renungan ini, marilah kita renungkan dengan penuh kesungguhan akan hal ini. Seperti Yesus, kita harus mendahulukan persekutuan dengan Tuhan lebih daripada segala aktivitas lainnya. Bukan karena perhitungan untuk rugi, tetapi karena itu sewajarnya bagi para penyembah. Itu merupakan kehormatan bagi kita. Itu adalah kesempatan paling mulia bagi manusia. Itu kemuliaan dan rahasia hidup para penyembah sejati. Amin

(Diambil dari warta Worship Center edisi 23 – 14 Juni 2002)

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 1) 3 TIGA PRINSIP DASAR SEBELUM MULAI MENGUJI

Oleh Peter B, MA
(Apa yang saya sampaikan di sini adalah pokok-pokok pikiran dan poin-poin penting mengenai menguji pesan-pesan nubuatan sesuai petunjuk dalam Alkitab. Pembahasan mendetail mengenai hal ini akan ditulis dalam sebuah tulisan terpisah yang dibagikan secara eksklusif di waktu-waktu ke depannya)
MENGUJI NUBUATAN ADALAH PERINTAH TUHAN DAN TANGGUNG JAWAB KITA
1) Kita diperintahkan untuk menguji segala sesuatu (1 Yohanes 4:1; Efesus 5:9-10)
2) Kita diperintahkan bukan untuk menolak atau memandang nubuatan tidak berlaku, tetapi dipanggil untuk menguji nubuatan-nubuatan itu (1 Tesalonika 5:19-21)
3) Tuhan ingin supaya kita mengusahakan mencari kehendak-Nya (Efesus 5:17) dan Tuhan menyatakan kehendak-Nya, salah satunya, melalui karunia dan pelayanan bernubuat (1 Timotius 1:18; 4:14)
4) Nubuatan yang tidak teruji berpotensi menyesatkan dalam level pribadi maupun secara korporat bahkan hingga seluruh bangsa (1 Raja-raja 22:1-40; Yeremia 23:30-40)
5) Nubuatan yang teruji akan membawa pribadi atau korporat masuk dalam kehendak dan rencana Tuhan yang sempurna sehingga terjadi terobosan di alam rohani yang berdampak pada alam jasmani (Kisah Para Rasul 11:27-30; 13:1-3)
3 PRINSIP DASAR SEBAGAI LANGKAH AWAL YANG SANGAT KRUSIAL DALAM MENGENALI KEOTENTIKAN SEBUAH NUBUATAN
1) PRINSIP PERTOBATAN, HIDUP BAGI TUHAN DAN MENGASIHI TUHAN
Hidup yang lebih dahulu diserahkan dan dipersembahkan kepada Allah, meninggalkan pola pikir duniawi, mengalami pertobatan dan pembaharuan pola pikir dari waktu ke waktu menjadikan diri kita terbuka akan pengaruh dan pimpinan ilahi karena kita jauh lebih sedikit dipengaruhi keinginan duniawi atau semakin tidak terbiasa dengan pola pikir duniawi (Roma 12:1-3)
– Pikiran dan logika kita harus diubahkan supaya bisa memahami logika ilahi (1 Korintus 1:18-25)
– Pikiran duniawi mengenali jalan-jalan dunia ini. Pikiran Kristus mengenali pikiran Kristus dan jalan-jalan Tuhan (1 Korintus 2:16; Filipi 2:5)
– Mengenali suara Tuhan dan mengetahui kehendak Tuhan yang disampaikan melalui nubuatan sebenarnya sama dengan belajar mendengar suara dan kehendak Tuhan secara pribadi. Sebab keduanya sama-sama mengenali dan memastikan bahwa yang berbicara kepada kita secara pribadi atau melalui orang lain yang bernubuat adalah Tuhan sendiri (Roma 12:3)
– Merelakan dan merendahkan diri untuk belajar, memiliki hati seorang murid merupakan sesuatu yang vital dan mendasar (Matius 11:28-30; Mazmur 119:71,73; Yesaya 50:4). Demikian pula untuk hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan (Matius 22:37; Markus 12:30). Tanpa itu semua, kita selalu akan memprioritaskan dan memilih pesan-pesan rohani yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi, keamanan dan kenyamanan kita, yang dengan demikian menutup pintu dan segera menolak pesan-pesan yang tidak cocok dengan pikiran dan pandangan kita yang masih fokus pada diri kita sendiri.
– Mencari dan memikirkan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya adalah prioritas utama kita (Matius 6:33, Kolose 3:1-3). Dengan cara demikianlah kita dapat mengetahui lebih jelas mana yang merupakan jalan-jalan Tuhan yang adalah kebenaran sejati dan mana yang bukan.
– Sebelum kita benar-benar rela dan memberikan diri kita setiap hari menjadi seorang murid DAN MENYEDIAKAN DIRI HIDUP DALAM JALAN-JALAN-NYA SERTA MELAKUKAN KEHENDAK-NYA, kita akan selalu mudah jatuh dalam sikap maupun dosa kesombongan, yaitu merasa tahu seluruh kebenaran dan menolak ketika Tuhan berbicara mengenai suatu kebenaran sejati yang belum pernah kita ketahui sebelumnya (Kisah Para Rasul 10:1-24). Itu jualah yang akan menghalangi kita memahami apakah suatu pesan berasal dari Tuhan atau bukan.
– Hati yang tertuju pada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya menjadikan kita siap menerima apapun yang Tuhan hendak sampaikan dan perintahkan kepada kita. Sebaliknya, hati yang tidak tertuju pada Tuhan dan kehendak-Nya untuk hidup dalam jalan-jalan-Nya, akan terus meragukan pesan-pesan murni dari Tuhan yang menghendaki kita menaatinya.
2) PRINSIP HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN
Hubungan pribadi dengan Tuhan yang dilanjutkan dengan suatu gaya hidup yang bergaul dengan Tuhan menjadikan kita semakin jelas, peka dan terbiasa dengan suara dan cara Tuhan berbicara
– Bertujuan belajar mengenal suara Tuhan sebab hanya dengan orang yang bergaul karib atau memiliki hubungan dekat, kita dapat mengenali warna suaranya dan gaya bahasanya (Mazmur 25:9,12,14)
– Domba-domba belajar mengenal suara gembalanya sehingga tidak keliru mengikuti pimpinan sang gembala (Yohanes 10:14,27)
– Tuhan masih berbicara kepada kita secara pribadi hingga kini. Melalui berbagai cara dan media. Bahkan sebenarnya lebih dahsyat daripada masa sebelumnya. Jika Ia tidak lagi berbicara, maka tidak perlu kita mengadakan dan menjalin hubungan dengan Dia. Sebagai contoh, kita dapat melihat di akhir masa para rasul, Tuhan masih berpesan kepada gereja-Nya (Wahyu 2-3). Roh Kudus diutus untuk memimpin kita dalam seluruh kebenaran dan hal-hal yang akan datang sesuai rencana Allah (Yohanes 16:13)
– Bukankah mengherankan jika orang-orang Perjanjian Lama mendengar Tuhan berbicara dan tidak keliru, mengapa kita yang ada dalam Perjanjian Baru yang telah menerima pencurahan dan didiami Roh Kudus, tak lagi merasakan dan mendengar Tuhan berbicara? Mengapa pula kita menjadi takut untuk keliru sedangkan kita punya panduan Kitab Suci yang memberikan petunjuk yang sangat limpah pada kita mengenai Tuhan kita?
– 1 Samuel 23:1-5; 2 Samuel 2:1-4; 2 Samuel 5:17-25 menunjukkan bahwa Tuhan berbicara secara pribadi terkait hal-hal yang praktis yang memerlukan pimpinan Tuhan secara langsung, bukan hanya melalui taurat atau firman tertulis pada waktu itu yang hanya petunjuk-petunjuk tentang hal rohani secara umum yang diperuntukkan bagi seluruh umat Tuhan
– Di sisi lain, Daud menerima pesan kehendak Tuhan yang disampaikan oleh nabi Natan (1 Samuel 7:1-17) yang menunjukkan bahwa selain mendengar secara pribadi, kita dapat mengetahui kehendak Tuhan melalui pesan-pesan nubuatan dari mereka yang Tuhan urapi menyampaikan pesan dari-Nya
– Seharusnya kita telah cukup berpengalaman mendengar suara Tuhan secara pribadi dan menguji serta memastikannya berasal dari Dia, sebelum kita bermaksud menguji suara Tuhan yang disampaikan oleh orang lain. Pengenalan kita akan bunyi dan bahasa yang digunakan Tuhan akan menolong kita mengenali lebih mudah dan lebih cepat suara Tuhan yang sejati.
3) PRINSIP HATI YANG BERSIH
Hati yang bersih dari segala ego, kepentingan,tujuan dan maksud-maksud demi kepentingan pribadi membuat hati dan pikiran kita jernih dan mudah menerima pesan Tuhan secara apa adanya
– Hati yang motifnya tidak murni cenderung mendengarkan apa yang ingin didengarkannya daripada mendengarkan apa yang didasari fakta dan yang merupakan kebenaran. Hati seringkali begitu licik dan dapat menipu kita (Yeremia 17:9). Lebih-lebih jika diliputi pengaruh kuasa-kuasa kegelapan (Yohanes 13:2; Kisah Para Rasul 8:18-24)
– Hati yang mengasihi dan mengabdi pada Tuhan saja yang dapat mendengar dengan jelas mana yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan (lihat Yohanes 7:14-18)
– Hati yang menginginkan hal-hal dan tertuju bukan kepada kehendak Allah dapat menjadi saluran bagi sumber yang lain, yaitu emosi, pikiran, kehendak pribadi maupun kehendak roh-roh jahat
– Karena sifat manusia yang kerap merasa dirinya benar, maka kita dapat salah menangkap apa yang ada di pikiran dan di hati kita sebagai sesuatu yang keliru atau tidak tepat. Dan karena manusia seringkali mencari keuntungan dan kepentingan pribadinya, maka apabila ia tidak sungguh-sungguh bebas dari kepentingan dirinya, Tuhan dan firman-Nya dapat dijadikan dasar alasan sebagai pembenar dan bahwa yang dirasakannya dalam hati itu sebagai suara dan kehendak Tuhan.
– Seperti menggunakan kaca mata dengan warna tertentu, dimana hasil dari penglihatan kita akan diwarnai oleh warna lensa kaca mata kita yang berwarna itu, begitu pula ketika kita mendengar suatu pesan firman atau nubuatan dengan sudut pandang kepentingan kita sendiri. Kita tidak bisa memperoleh kejelasan dan kejernihan dari pesan Tuhan itu.
– Singkatnya, jika hati kita tidak benar-benar bersih dari kepentingan dan keinginan sendiri, pada saatnya, kita dapat disesatkan atau menyesatkan orang lain dengan menerima atau menyampaikan pesan nubuatan yang benar di pandangan kita sendiri dan yang bersesuaian dengan tujuan-tujuan kita sendiri. Yeremia 6:13-14; 14:13-14 menunjukkan betapa banyak umat Tuhan yang mudah dikelabui oleh nabi-nabi palsu dengan pesan nubuatan, penglihatan dan rekaan mereka. Oleh karena apa? Karena banyak orang lebih suka prediksi dan nubuatan yang menyampaikan hal-hal yang baik, yang menyenangkan hati dan telinga pendengarnya.
– Jika kita bermaksud menguji suatu nubuatan, introspeksi diri menjadi suatu dasar persiapan yang merupakan keharusan dan keniscayaan agar kita tidak tertipu oleh hati kita sendiri. Hanya dengan kejujuran diri sendiri menilai apakah kita netral, bening, transparan dan tidak dicemari kepentingan-kepentingan kita pribadi sehingga kita berhenti dari fokus dan mendengar apa yang ingin kita dengar saja, maka kita dimampukan mengenali secara jelas itu merupakan suara dan pesan dari Tuhan.
KESIMPULAN
– Menguji pesan-pesan nubuatan yang pada umumnya selalu diklaim berasal dan diterima dari Tuhan sendiri membutuhkan suatu kondisi yang tepat dan siap untuk mengenali dan memastikannya.
– Tanpa kondisi awal yang tepat dan tanpa dasar-dasar yang benar, maka kemungkinan besar pengujian hanya merupakan sesuatu yang membuang-buang waktu saja bahkan bisa berpotensi semakin menyesatkan diri kita sendiri oleh sebab meleset dalam menafsir suatu pesan profetik. Yang bukan berasal dari Tuhan akan kita terima sebagai pesan dari Tuhan tetapi yang sesungguhnya merupakan isi hati Tuhan kita tolak sebagai sesuatu yang salah dan sesat.
– Faktor kerohanian kita (penyerahan hidup, hubungan pribadi dengan Tuhan dan kejujuran pada diri kita sendiri di hadapan Tuhan) menentukan sejauh mana kita akan melangkah ke tahap selanjutnya : tahap-tahap menguji dan memastikan suatu pesan nubuatan dari Tuhan atau bukan.
Salam revival!

BERPERANG SECARA ROHANI

Oleh: Peter B, MA
KARENA PERJUANGAN KITA BUKANLAH MELAWAN DARAH DAN DAGING, TETAPI MELAWAN PEMERINTAH-PEMERINTAH, MELAWAN PENGUASA-PENGUASA, MELAWAN PENGHULU-PENGHULU DUNIA YANG GELAP INI, MELAWAN ROH-ROH JAHAT DI UDARA.” (EFESUS 6:12)
Dalam edisi sebelumnya (edisi 21), kita telah sama-sama memperhatikan bahwa kuasa kegelapan tunduk dengan ketakutan yang besar terhadap Tuhan kita, Yesus Kristus. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa dan menjadi penghiburan bagi kita karena tidak ada pemimpin rohani di dunia ini yang ada sebelum dan sesudah Kristus yang begitu perkasa sehingga menaklukkan keberadaan penguasa di udara tersebut. Sekarang pertanyaannya adalah: mengapa makhluk-makhluk kotor itu begitu tidak berdaya di hadapan Yesus? Oh ya tentu saja, Jawaban itu tidak salah. Bisa jadi mereka takut karena Yesus adalah Allah yang Mahakuasa itu sendiri. Tetapi itu masih belum lengkap. Jika jawaban dari pertanyaan tersebut adalah karena Yesus adalah Allah, itu berarti apa yang dilakukan oleh Yesus adalah sesuatu yang wajar yang untuk itu kita tidak perlu membahas lebih dalam lagi, hanya Dia saja yang bisa melakukanNya. Itu menjadikan Yesus sebagai Superman. Dan karena kini Ia tidak ada lagi, pastilah kita dijadikan bulan-bulanan oleh iblis, benar begitu? Sama sekali tidak benar!
Yesus hidup di dunia untuk memperagakan suatu kehidupan sejati yang semestinya diikuti oleh setiap generasi manusia yang pernah hidup di muka bumi ini.

Ia tidak hanya memiliki misi menyelamatkan umat manusia dari kehancuran namun Ia memberikan teladan kehidupan kepada setiap orang yang mau berjalan bersama Allah dan menjalani kehidupan dalam tingkatan yang tertinggi. 

Rahasia Yesus membuat takluk segala kuasa kegelapan adalah seperti ayat yang telah kita baca sekilas dalam artikel minggu lalu:

yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia” (Kisah para rasul 10:38).
Dalam keadaanNya sebagai seorang manusia, kuasa yang diperoleh dan kemudian digunakan olehNya bersumber dari apa yang dinamakan urapan Allah. Istilah “diurapi Tuhan” merupakan suatu istilah dimana seseorang dipilih untuk melakukan suatu tugas khusus serta dilengkapi dengan suatu kuasa Roh Kudus untuk melakukan tugas tersebut. Nats dalam Kisah Rasul tersebut menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa keberhasilan Yesus adalah karena urapan dan penyertaan Allah. Dengan demikian, Yesus dalam wujud pelayananNya yang mengambil rupa manusia- tidak memiliki kuasa itu sendiri : Ia bergantung dan menerima kuasa dari Bapa dan Roh Kudus. Jadi kuasa yang luar biasa yang membuat segala pekerjaan iblis dihancurkan adalah berasal dari persekutuanNya dengan Bapa dan Roh Kudus. Inilah yang seharusnya dapat kita teladani.
Setiap penyembah sejati yaitu mereka yang meneladani Kristus dalam hidupnya menerima kuasa untuk melakukan Amanat Agung yaitu kuasa Roh yang sama yang menyertai Yesus (Kisah para rasul 1:8). Mereka juga mendapatkan janji yang seteguh karang melalui perkataan Yesus sebelum naik ke surga: Dan ketahuilah Aku menyertai kamu sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20). Hal ini menunjukkan bahwa penyertaan Tuhan dalam hidup para penyembah sejati adalah pasti. Oleh karena itulah kemudian salah satu tanda yang menunjukkan identitas orang-orang percaya adalah : “mereka akan mengusir setan dalam namaKu” (Markus 16:17). Perhatikanlah dengan baik : bukan saja tidak gentar menghadapi roh-roh jahat namun mengusir setan-setan! Pekerjaan yang sama yang dilakukan oleh Yesus akan kita lakukan, bahkan pekerjaan yang lebih besar lagi.
Dari kebenaran di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting bagi kita dalam hubungannya dengan keberadaan kuasa-kuasa kegelapan tersebut:
1. Apabila kita berjalan dengan sepenuh hati mengiring Tuhan, sikap kita pertama-tama adalah TIDAK TAKUT akan keberadaan kuasa gelap tersebut. Rasul Paulus mereka sebagai “roh-roh dunia yang lemah dan miskin” (Galatia 4:9). Ini bukan berarti memandang remeh kekuatan iblis, namun jika mereka dibandingkan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Tuhan yang kita sembah di dalam Kristus, pada dasarnya mereka tidak memiliki kekuatan atau pengaruh sedikitpun. Itu pula sebabnya senjata iblis sebenarnya adalah tipu daya. Hanya mereka yang telah begitu tertipu, dibutakan dan kemudian tanpa sadar memberikan ruang kepada iblislah yang kemudian dapat dikuasai oleh roh yang pada dasarnya dapat kita kalahkan dengan mudah di dalam nama Yesus yang penuh kuasa itu. Di dalam Tuhan, kita yang lemah akan kuat. Disanggupkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa bersama Dia. Karena Dialah yang menginjak-injak musuh kita.
2. Setiap penyembah sejati yang dikenal, dibenci bahkan kemudian mulai berkonfrontasi dengan kuasa kegelapan, pada akhirnya akan dipanggil untuk menggenapi panggilan tertinggi dalam mengiring Tuhan : Berperang bagi Tuhan. Bukan dalam peperangan jasmani melainkan dalam peperangan rohani. Dalam hal ini, Daud adalah contoh terbaik. Pada mulanya, ia adalah seorang anak gembala yang sehari-hari mengurusi domba. Tetapi dalam kehidupannya, ia sesungguhnya adalah seorang penyembah. Dengan kecapinya, ia bermazmur bagi Tuhan setiap hari. Perjalanan hidup mempertemukannya dengan prajurit pilih tanding Filistin, raksasa Goliat itu. Tidak sama sekali sebelumnya bahwa Daud akan kemudian menjadi seorang prajurit perang, namun tindakannya yang tidak tahan mendengar cemoohan Goliat terhadap Allahnya (yang adalah ciri khas penyembah sejati yang selalu rindu mendengar nama Tuhan ditinggikan) menjadikannya seorang prajurit sejati seumur hidup berperang bagi kemuliaan Tuhan. Dari penyembah menjadi prajurit. Itu adalah sesuatu yang wajar karena hanya penyembah sejati sajalah yang akan memperjuangkan kemuliaan Tuhan. Hal ini masih berlaku dalam zaman kita, semua penyembah sejatiNya akan dipanggil masuk dalam peperangan terbesar yang pernah ada sejak permulaan zaman.
3. Peperangan rohani dalam intensitas yang makin meningkat akan menandai akhir dari zaman ini. Selagi para penyembah sejati Tuhan dipersiapkan untuk melakukan perkara-perkara besar di akhir zaman yaitu mengundang datangnya kebangunan rohani terbesar di antara kota-kota dan bangsa-bangsa , maka kuasa gelap pun meningkatkan aktivitasnya hingga tarif tertinggi. Peperangan ini jelas bukan melawan darah dan daging (manusia biasa). Dan bukan hanya melawan roh-roh jahat di udara (dalam tingkat pelayanan pelepasan atas seseorang yang kerasukan). Tetapi ini adalah peperangan melawan penghulu-penghulu, penguasa-penguasa, serta pemerintah-pemerintah di udara yang mendiami wilayah-wilayah teritorial kota-kota serta bangsa-bangsa di dunia (Efesus 6:12). Peperangan rohani adalah aktivitas yang usianya hampir sama dengan dunia ini. Ini sudah tersimpan dalam hati Allah sejak Perjanjian Lama yaitu mengadakan pembebasan dan penduduk atas kota-kota musuh (Kejadian 22:17; 24:60; Yosea 9:1). Medan Perang yang lebih besar telah dibuka kini. Adakah kita memasukinya? Setiap penyembah yang sejati memasukinya demi perayaan kemenangan mutlak Tuhan. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 22 – 07 Juni 2002)

PERSPEKTIF PROFETIK TERKAIT PILKADA 2018

Oleh Didit I.

Sebentar lagi, tepatnya tanggal 27 Juni 2018 Indonesia akan mengadakan Pilkada serentak dan sebanyak 171 daerah akan memilih gubernurnya. Karena itu beberapa hari ini Tuhan menggerakkan saya untuk mengamati calon-calon gubernur di seluruh wilayah Indonesia. Secara penampilan mereka tampak sebagai orang-orang yang cerdas, memiliki komunikasi yang baik, pendidikan tinggi, punya pengalaman dalam beroganisasi. Namun ketika saya membawa nama-nama calon gubernur di seluruh Indonesia ini, Tuhan menyampaikan satu hal penting kepada saya untuk kita menguji segala sesuatu sehingga tidak mudah mempercayai seseorang dari penampilannya tetapi dari kualitas karakter dan kepemimpinannya. Dengan tegas Tuhan menyampaikan, “Pilihlah pemimpin kalian dengan sikap hati dan pikiran yang murni. Selidiki dan ujilah karakter kepemimpinannya maka Aku akan menunjukkan kualitas kepemimpinan mereka dengan jelas.” Ya, Tuhan ingin kita menguji kualitas kepemimpinan calon-calon pemimpin daerah dan bangsa ini seperti kita memeriksa barang-barang mahal dan mewah yang akan kita beli. Hal ini mengingatkan saya akan nasehat dari mertua Musa untuk mencari para pemimpin. Dalam Keluaran 18:21 menyatakan, “…(Musa) kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.” Nasehat dari mertua Musa akhirnya memudahkan pekerjaan Musa. Poin yang hendak saya sampaikan adalah Tuhan mengijinkan Musa untuk mencari pemimpin-pemimpin dengan standar tertentu. Demikian pula kita perlu  menyelidiki dan menguji calon-calon pemimpin daerah sesuai standar yang Tuhan berikan, yaitu kualitas karakter dan kepemimpinannya.

Saat saya berdoa untuk pilkada 2018 Tuhan memberikan beberapa pertanyaan yang dapat membantu kita menguji kualitas kepemimpinan yang berkenan di hati Tuhan. Poin-poin di bawah ini merupakan standar umum yang dibutuhkan di bangsa ini. Kita perlu mencari pemimpin-pemimpin yang berkenan di hatiNya dan kemudian mendukung mereka sesuai yang Tuhan kehendaki. Berikut ini poin-poin yang Tuhan berikan kepada saya untuk calon pemimpin yang berkenan di hatiNya:

# Apakah mereka BERJIWA nasionalis?
# Apakah mereka memiliki SIKAP yang jujur dalam bekerja?
# Apakah mereka BERLAKU adil terhadap semua golongan, suku, agama dan ras?
# Apakah mereka selalu BERUSAHA MENGAYOMI seluruh elemen masyrakat tanpa memandang suku, agama, golongan dan ras?
# Apakah visi dan program mereka akan MENJADI SOLUSI yang tepat di daerahnya?
# Apakah mereka memiliki INTEGRITAS dan KOMITMEN yang teguh untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat?

Keenam poin ini menyingkapkan bahwa sedikit pemimpin sungguh-sungguh mau BEKERJA DAN BERKORBAN untuk kepentingan bangsanya, tetapi banyak pemimpin yang ingin MEMANFAATKAN DAN MENGORBANKAN sumber daya alam dan potensi sumber manusia bangsa ini demi mendapatkan keuntungan pribadi.

Oleh karena itu marilah kita menyelidiki kehendak Tuhan dan menguji segala sesuatu. Tuhan berjanji bahwa saat kita menyelediki pertanyaan-pertanyaan di atas dalam hadirat Tuhan, berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pandangan netral (tidak memihak golongan tertentu), dan membaca dari berbagai berita yang terpercaya maka Tuhan akan MENYINGKAPKAN KUALITAS KARAKTER DAN KEPEMIMPINAN dari calon-calon pemimpin daerah. Di titik inilah Tuhan akan menunjukkan kepada kita akan pemimpin yang berkenan di hatiNya.

Tuhan ingin kita mulai aktif bergerak untuk mencari kehendak Tuhan dan bukan berdasarkan penilaian dari pikiran kita yang terbatas ini. Kita membutuhkan pimpinan Tuhan dan hati yang merindukan bangkitnya para pemimpin sejati di berbagai daerah untuk membawa Indonesia keluar dari multikrisis  yang sudah terjadi di bangsa ini.

Mari kita doakan bersama-sama supaya pilkada 2018 tidak menggunakan isu SARA yang memecah belah namun mengutamakan kualitas dari karakter dan kepemimpinannya. Sebab Tuhan menyampaikan bahwa demo dan kerusuhan yang disebabkan pilkada akan terjadi di beberapa daerah seperti teror, rusuh dan demo yang terjadi di pilkada di Jakarta. Tetapi semuanya ini dapat dicegah jika umat Tuhan di Indonesia mau merendahkan diri, bertobat, mencari dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan (termasuk memilih pemimpin sesuai dengan poin-poin yang sudah Tuhan tunjukkan di atas).

Doa saya kiranya kita tidak menjadi orang-orang dari golongan pendukung buta yang selalu mengandalkan manusia, melupakan Tuhan sehingga tidak dapat menilai dengan jujur kualitas karakter dan kepemimpinan seorang pemimpin — yang diwujudkan dalam bentuk enggan mencari, menyelidiki, menguji dan melakukan kehendak Tuhan. Sebaliknya, kiranya Tuhan menjadikan kita orang-orang yang selalu mengandalkan serta mencari pimpinan Tuhan sehingga dimampukan untuk melihat pemimpin sejati yang Tuhan rindukan.

Tuhan memberkati kota-kota di seluruh Indonesia.
Salam perjuangan dalam Kristus.

POKOK DOA MENJELANG PILKADA 2018

MENANG ATAS KUASA KEGELAPAN

Oleh: Peter B, MA
TETAPI YESUS MENGHARDIKNYA, KATA-NYA: “DIAM, KELUARLAH DARI PADANYA!” DAN SETAN ITU PUN MENGHEMPASKAN ORANG ITU KE TENGAH-TENGAH ORANG BANYAK, LALU KELUAR DARI PADANYA DAN SAMA SEKALI TIDAK MENYAKITINYA. DAN SEMUA ORANG TAKJUB, LALU BERKATA SEORANG KEPADA YANG LAIN, KATANYA: “ALANGKAH HEBATNYA PERKATAAN INI! SEBAB DENGAN PENUH WIBAWA DAN KUASA IA MEMBERI PERINTAH KEPADA ROH-ROH JAHAT DAN MEREKA PUN KELUAR.” (LUKAS 4:35-36)
Setelah melewati satu zaman yang mengagungkan rasionalitas, dunia nampaknya mulai berubah. Banyak orang yang dahulu sangat menentang hal-hal supranatural berbalik bahkan menjadi sangat keranjingan akan perkara-perkara demikian. Paranormal, dukun, ilmu-ilmu parapsikologi mulai digali dan dipelajari lebih dalam. Hal ini semakin menjadi-jadi ditambah dengan maraknya aktivitas gereja setan yang berkantor pusat di Amerika tersebut. Hiburan-hiburan bertema horor dan kengerian yang sangat bagaikan jamur di musim penghujan yang menariknya juga sangat digemari oleh khalayak ramai pada umumnya. Sebagai contoh saja, film Indonesia bangkit kembali dengan mengusung tema ocultisme. Sungguh bukan satu hal yang dapat dipandang sebelah mata!
Maraknya ketertarikan banyak orang akan dunia roh menunjukkan kenyataan bahwa iblis itu ada. Ia masih eksis dan masih begitu kuat menancapkan kukunya dalam kehidupan manusia di dunia. Kebanyakan orang mengambil sikap aman yang seringkali dipraktekkan dalam budaya Indonesia itu sendiri. Ketakutan mereka akan kegiatan-kegiatan di alam roh membuat banyak orang di dalam budaya kita memilih untuk menghormati keberadaan makhluk-makhluk roh yang jahat tersebut. Hingga hari ini acara selamatan, sesajen, upacara-upacara ngalap berkah tetap merupakan tradisi yang tabu untuk ditinggalkan oleh kebanyakan orang Indonesia semodern apapun mereka. Sesungguhnya hati mereka takut apabila roh-roh jahat itu mencelakai mereka.
Demikian yang masih terjadi di dunia ini. Pada umumnya, manusia tidak takut atau paling tidak tergentar mengetahui adanya aktivitas-aktivitas alam roh ini. Dan keingintahuan atau ketakutan manusia ini merupakan sarana yang empuk bagi setan untuk semakin mencengkeram kehidupan manusia-manusia tak bertuhan yang mudah diombang-ambingkan takhyul itu. Hal ini kelihatan kontras apabila dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Selama pelayananNya di muka bumi, Ia tidak pernah takut apalagi gentar menghadapi roh-roh jahat. Justru sebaliknya yang terjadi: roh-roh jahat itu takluk disertai ketakutan yang sangat akan kehadiratNya. Dan ini terjadi tidak hanya sekali namun berkali-kali. Simaklah keterangan Alkitab berikut ini:
Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.” Markus 1:25-26
Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.” Markus 1:34
Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya…” Markus 9:25-26
Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” Lukas 4:35-36
Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.” Lukas 4:41
Bahkan roh-roh jahat yang ribuan jumlahNya begitu ketakutan melihat Yesus. Permintaan mereka untuk supaya Yesus tidak menyiksa mereka merupakan petunjuk bagi kita bahwa Yesus bahkan memiliki otoritas untuk menyiksa atau menghukum mereka:
Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yesus Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.” Markus 5:6-10
Kesimpulan dari semua pekerjaan Yesus sepak terjangNya sangat ditakuti oleh penguasa kegelapan tercantum dalam kalimat ini:
yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” Kisah Para Rasul 10:38
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila begitu banyak orang yang tercengang dengan apa yang dilakukan Yesus, tidak sedikit yang menganggap itu suatu ajaran baru (Markus 1:27). Kehidupan banyak orang yang pada umumnya sangat berhati-hati terhadap keberadaan roh-roh jahat (sehingga mereka memilih untuk menghormati keberadaan roh-roh tersebut) pada hari Yesus mengusir setan pertama kalinya mengalami kegoncangan. Pada waktu itu mata banyak orang melihat bahwa ada orang tidak takut kepada kuasa gelap namun justru ditakuti. Dia tunduk kepada kuasa-kuasa supranatural itu tetapi justru menaklukkannya. Orang ini memilih konfrontasi dengan roh jahat daripada bersekutu dengan makhluk-makhluk jahat yang tidak terlihat itu. Ya, hari itu jagad Israel tergoncang karena ternyata ada seorang Manusia yang begitu berkuasa atas roh-roh jahat.

Sebelum menutup artikel ini dan kemudian melanjutkannya minggu depan, saya tergerak untuk melemparkan pertanyaan bagi renungan pribadi kita. Pertanyaannya adalah:

Masihkah kita takut akan kuasa-kuasa kegelapan ini? Masihkah kita tercekam atau malah terbelenggu dengan ketakutan yang sangat oleh pekerjaan malaikat-malaikat yang telah terkutuk ini?

Saudaraku, ketahuilah bahwa sebagai penyembah sejati kita dipanggil bukan hanya untuk tidak takut melainkan juga untuk mengenyahkan pengaruh-pengaruh mereka di muka bumi ini. Ketahuilah kebenaran ini dengan pasti: Roh yang ada di dalam kita lebih besar daripada roh manapun yang ada di dalam bumi ini (1Yohanes 4:4-5).

(Diambil dari warta Worship Center edisi 21 – 31 Mei 2002)

DIKENAL DI ALAM ROH

Oleh: Peter B, MA
PADA WAKTU ITU DI DALAM RUMAH IBADAT ITU ADA SEORANG YANG KERASUKAN ROH JAHAT. ORANG ITU BERTERIAK: “APA URUSANMU DENGAN KAMI, HAI YESUS ORANG NAZARET? ENGKAU DATANG HENDAK MEMBINASAKAN KAMI? AKU TAHU SIAPA ENGKAU: YANG KUDUS DARI ALLAH” (MARKUS 1:23-24)
kita sering mendengar mengenai kata “selebritis”. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kata tersebut? “Selebritis” adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut orang-orang yang terkenal, yang populer; biasanya adalah kalangan artis, bintang film, atau tokoh-tokoh lain yang sering tampil dengan gaya yang mencolok dan mengundang perhatian publik. Merekalah orang-orang yang terkenal di dunia ini. Jika ditanyakan, jarang kita menjumpai orang yang tidak mengetahui para selebritis ini. Berita maupun kisah hidup mereka ditulis dalam majalah atau tabloid khusus. Bahkan selebritis yang sudah meninggal dunia sekalipun dapat tetap dikenal sampai sekarang. Musium Tussaud membuat patung lilin para tokoh terkenal. Tidak ketinggalan, Hollywood Hall of Fame juga mengabadikan kenang-kenangan para aktor terkenal melalui cap telapak kaki dan tangan mereka di atas semen basah.
Tetapi jika kita ditanya mengenai siapakah yang dikenal di dalam dunia roh, di alam yang tidak nyata itu? Siapakah yang dikenal oleh pemerintah penguasa, penghulu, dan roh-roh jahat di udara? Siapakah “orang-orang terkenal” di dunia roh? Jawabannya adalah Para Penyembah Sejati Tuhan (The True Worshippers of God). Yesus sebagai teladan bagi penyembah sejati terkenal benar oleh penguasa-penguasa kegelapan. Mereka berkata dengan gemetar, “…Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah..” Peristiwa yang sama tidak terkecuali dialami pula oleh hamba serta pengikut setiaNya, Paulus. Satu kali roh-roh jahat berkata, “Yesus aku kenal, Paulus aku tahu…” (Kisah Para Rasul 19:15). Semua penyembahan yang sejati, yang sungguh-sungguh mengikuti jejak langkah kehidupan Kristus di dunia ini, dikenal benar oleh iblis beserta pengikut-pengikutnya.
Dikenal oleh iblis. Apa maksud semua ini? Mengapa ini penting dan perlu untuk dibahas lebih jauh? Pertama-tama harus kita sadari bahwa iblis atau Lucifer adalah musuh Allah. Rencana dan tujuannya semata-mata adalah menghalangi setiap rencana Tuhan bahkan menghancurkan semua pekerjaan Tuhan sekaligus setiap hamba Tuhan yang sedang melakukan pekerjaan Tuhan itu. Oleh karena itu, jangan berpikir bahwa dikenal oleh kuasa kegelapan adalah sesuatu yang menyenangkan. Iblis sungguh-sungguh menaruh perhatian khusus kepada setiap orang yang mengiring Tuhan dengan sepenuh hati bukan untuk menolong atau memudahkan jalan hidup mereka, namun untuk menghancurkan mereka. Iblis sangat peduli kepada setiap orang yang takut akan Tuhan untuk membinasakan hidup mereka seperti kata nats: “Lawanmu si iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum, mencari siapa saja yang dapat ditelannya.”
Bagaimana dengan mereka yang disebut paranormal? Bukankah mereka juga dikenal oleh iblis? Memang mereka dikenal oleh iblis, tetapi sesungguhnya mereka bukan pusat perhatian iblis. Mereka adalah kaki tangan iblis yang hidupnya diperah manfaatnya untuk kemudian dihancurkan selama-lamanya dalam kematian kekal. Nasib para dukun dan setiap orang yang berpraktek sihir sudah jelas. Iblis tidak merisaukan mereka karena mereka telah dalam cengkraman iblis. Mereka telah menjadi calon-calon penghuni neraka. Tidak ada masalah serius dengan mereka, hidup mereka telah dikendalikan oleh iblis. Tetapi terhadap orang-orang yang berjalan bersama Tuhan tiap hari, kepada merekalah setiap siasat, taktik jahat, metode dengan berbagai jerat disiapkan kemudian dijatuhkan. Mereka yang tercatat sebagai warganegara sorga adalah musuh besarnya.
Mereka yang ada di pihak Tuhan pastilah menjadi lawan dari iblis. Ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi. Konfrontasi itu telah dimulai sejak awal dunia. Pada saat TUHAN mengutuk ular yang adalah personifikasi dari iblis firmanNya berkata, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukan tumitnya” (Kejadian 3:15). Ini berarti bahwa akan ada pertentangan yang besar di antara dua kubu: di antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan, antara pengikut Kristus dengan pengikut iblis bahkan iblis sendiri (Efesus 6:12). Cepat atau lambat, siapapun yang hidup di dalam Tuhan akan berhadapan dengan pengaruh-pengaruh kuasa kegelapan. Selanjutnya tergantung reaksi kita, adakah kita menyerah kalah terhadap segala serangan iblis ini ataukah kita berdiri tegap dan berperang dengan berani dalam otoritas yang Tuhan telah berikan kepada kita. Mereka yang bertahan, berperang dan mengalami kemenangan akan sangat dibenci. Nama mereka terdaftar di surga tetapi juga tercantum di neraka sebagai musuh yang harus dibinasakan, pertama-tama hidup rohaninya kemudian jika mungkin hidup jasmaninya dirusak hingga murtad. Jelaslah rencana iblis adalah membawa sebanyak mungkin manusia untuk mengalami penderitaan kekal di neraka, menemani masa depan mereka menjalani hukuman kekal. Berbahagialah mereka yang diincar oleh iblis tetapi bertahan serta berkemenangan atasnya. Tetapi betapa celakanya mereka yang tidak lagi diperhitungkan oleh iblis, yang telah dikuasai, dikendalikan, bahkan dipakai bagi setiap pekerjaan penghancuran di muka bumi ini!
Pertanyaanya sekarang adalah apakah ini akan menyurutkan langkah kita dalam mengiring Tuhan dan menjadi penyembah sejatiNya? Adakah pandangan penuh kebencian ataupun siasat paling licik dan mengerikan di dunia dari iblis menggetarkan kita? Masih bernyalikah kita mengikut Dia dengan setia, jika segenap kekuatan armada kuasa kegelapan siap menghancurkan hidup kita lahir dan batin? Saudaraku, apakah ini menakutkan Anda? Apakah ini menciutkan hati Anda? Apakah fakta ini menghentikan langkahmu dan membuatmu berpikir ulang akan komitmen Anda pada Kristus? Kebenaran sesungguhnya adalah bahwa TIDAK ADA WILAYAH NETRAL DI DUNIA ROH. Tidak ada wilayah dimana Anda dapat mengikut Tuhan tetapi juga bersahabat dengan setan. Bukankah firmanNya keras memperingatkan kita bahwa “Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah” (Yakubus 4:4) dan “Siapa yang tidak mengumpulkan bersama-sama dengan Tuhan adalah lawanNya?” (Lukas 11:23). Kita harus menentukan sikap dan menentukannya dengan tegas: Siapakah yang hendak kita ikuti? Hidup bagaimanakah yang hendak kita jalani? Manakah yang kita pilih: hidup dalam permainan iblis hingga binasa selamanya atau hidup berjuang dalam kebenaran bersama Tuhan oleh kuasa RohNya menuju kemuliaan tiada taranya dalam surga yang mulia.
Setiap penyembah sejati tidak pernah digentarkan oleh apapun. Mereka memberikan rasa takut dan hormat mereka hanya kepada satu pribadi yang paling mereka puja dan kagumi: TUHAN yang mereka kenal dalam Yesus Kristus Tuhan. Rasa takut mereka kepada Tuhan mengalahkan rasa takut mereka kepada siapapun juga, sekalipun itu kuasa kegelapan yang paling keji sekalipun. Para penyembah sejati aman di dalam tangan Tuhan. Mereka dikenal, diincar, diawasi serta dicari kelemahan mereka setiap hari untuk dijatuhkan oleh iblis tetapi mereka tidak takut karena “penebus mereka kuat” (Amsal 23:11) dan mereka “duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa”, yang senantiasa berkata, “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai” (Mazmur 91:1-2). Bagi mereka yang hatinya melekat pada Tuhan, tidak ada janji yang lebih luar biasa daripada ini: “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan melupakannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperhatikan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.” (Mazmur 91:14-16).
Jika saja setiap kita bahkan setiap manusia hidup dalam janji dan kemenangan korban Kristus, menjadi penyembah sejati, kegelapan akan berlalu dan kemuliaan Tuhan akan terbit. Saya berkeyakinan, itulah yang akan terjadi atas kota tercinta, Surabaya (kota-kota di indonesia). Saat kota-kota dipenuhi para penyembah sejati, itulah saat iblis secara de facto akan tersingkir dan kemuliaan Tuhan bersinar dengan terangNya. Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 20 – 24 Mei 2002)

GERAKAN DOA BERSAMA UNTUK INDONESIA

Oleh Didit I.

Selamat sore rekan-rekan yang dikasihi Tuhan,

Kami hamba-hamba Tuhan dari Worship Center menyampaikan simpati dan dukacita yang mendalam untuk korban dari teror bom bunuh diri. Kiranya Tuhan memberikan penghiburan, kekuatan dan melimpahkan kasihNya kepada keluarga korban bom bunuh diri. Tuhan memampukan pemerintah untuk membongkar jaringan dan menangkap pelaku teroris di Indonesia.

Kesedihan masyarakat kota Surabaya, Jakarta, Sidoarjo yang dirundung teror bom bunuh diri adalah kesedihan kita bersama. Berhubungan dengan kondisi Indonesia yang diteror bom bunuh diri kemarin malam Tuhan menyampaikan kepada hamba-hamba Tuhan di Worship Center untuk sebagian hambaNya akan aktif di media sosial dan sebagian orang lagi akan bersatu hati  berdoa syafaat dengan harapan (sesuai petunjuk Tuhan) mencegah terjadinya demo, kerusuhan dan teror bom lanjutan.

Tuhan ingin kita melepaskan pengampunan dan membuat gerakan-gerakan doa sambil mencari kehendak Tuhan dibalik tragedi bom bunuh diri ini supaya tidak ada lagi korban jiwa berkelanjutan. Kita bersatu dalam doa dengan pokok doa sebagai berikut:


1. Tuhan melembutkan hati umatNya untuk merendahkan diri, bertobat, mencari dan hidup dalam kehendak Tuhan.


2. Pemerintah dimampukan membongkar dan menangkap jaringan pelaku teroris di Indonesia.


3. Pemerintah dimampukan mengubah undang² terkait sikap tegas pemerintah melawan teroris.


4. Pemerintah dan masyarakat Indonesia bersatu melawan gerakan radikal agama di Indonesia.

Semuanya ini dimaksukan untuk mencegah tidak terulang kembali tragedi teror bom bunuh diri, demo dan kerusuhan di kota-kota lainnya di Indonesia. Sebab sejak peristiwa berdarah di mako brimob kemarin telah membangkitkan semangat para teroris yang ingin martir sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.

Tuhan ingin kita BUKAN HANYA berdoa untuk kondisi di Indonesia menjadi aman tetapi kita berdoa supaya umat Tuhan MAU MENCARI kehendak Tuhan.

Mari kita satukan hati dalam doa.

Tuhan menyertai dan memberkati Indonesia

TAMBAHAN DARI BPK. PETER. B

Terkait strategi profetik, saya merasa ada dua hal yang perlu untuk kita perhatikan dan kita fokuskan.

1) Menaikkan doa syafaat lebih lagi secara intensif, tekun, tidak berkeputusan dan penuh kesungguhan melihat lawatan Tuhan terjadi. Roh-Nya bekerja atas kita, umat-Nya dan atas pemerintah negara kita. Kita sangat memerlukan campur tangan Tuhan secara supranatural agar Roh-Nya melayang² dan mempengaruhi secara kuat roh² manusia yang sudah dikuasai roh lain yang jahat yaitu roh agamawi. Masukan saya, rekan² yang dipanggil sebagai pendoa dapat memperbanyak jam doa, membentuk tim² atau kubu² doa, atau mengadakan acara doa² syafaat beragama di gereja, persekutuan atau komunitas masing² dengan pokok² doa di atas. Berdoalah sampai melihat dan ada peneguhan Roh Kudus ada perubahan atmosfir di Indonesia.
Rekan² bukan pendoa dapat terus membawa dalam doa di setiap kesempatan sambil terus melepaskan roh kasih, pengampunan, keberanian untuk menyaksikan kebaikan Tuhan atau firman Tuhan dimanapun berada. Jika perlu tunjukkan kita tidak takut melalui doa² bersama pada waktu makan di tempat² umum, sebagai salah satu contoh aplikasinya.

2) Selalu sediakan dan kondisikan hati untuk mencari kehendak Tuhan. Ini terkait sikap hati yang merupakan hal utama yang dilihat Tuhan. Berdoa atau mengadakan pertemuan doa bisa jadi hanya sebuah seremoni atau acara formal belaka, yang didasarkan kewajiban atau didorong/dipaksa keadaan yang sedang kritis saat ini, juga dilakukan karena alasan² ketakutan atau sebagai sarana mencari kelegaan atau rasa aman dan nyaman semu tetapi tidak ada niatan untuk suatu peningkatan rohani dan komitmen kepada Tuhan. Tuhan tidak akan menjawab doa² yang lahir karena keegoisan kita (lihat Yakobus 4:3). Dia menjawab doa-doa yang lahir dari hati yang mencari kehendak-Nya. Ini suatu doa dua arah. Bukan Dia semata yang harus mendengarkan kita tetapi kita pun selayaknya memperhatikan hati dan pikiran-Nya. Sebab bukan tidak mungkin kondisi² semacam ini Tuhan ijinkan sebagai sarana teguran dan proses kita sebagai umat-Nya di Indonesia untuk berperan lebih aktif merindukan kondisi bangsa yang lebih baik demi kemajuan pemberitaan Injil dan supaya lawatan-Nya lebih dahsyat lagi sehingga makin banyak yang bertobat dan menjadi murid Tuhan. Ini serupa induk rajawali yang memporak porandakan sarang anak²nya supaya anak²nya belajar terbang. Tidak hanya minta disuapi dan menikmati berkat² saja.
Jadi berdoalah dengan hati yang rindu dan mau melakukan kehendak Tuhan lebih lagi. Bukan hanya sekedar meminta, meminta, dan meminta untuk kenyamanan dan kepentingan kita saja.

Ingat Tuhan punya rencana yang baik dan indah, jika kita berjalan  dalam kehendak-Nya dan membayar harga rohani untuk suatu pemulihan dan lawatan atas negeri kita.

Kiranya hati kita tertuju kepada-Nya, doa-doa kita berkenan di hadapan-Nya dan Ia berkenan menjawab dan menuntun kita lebih lagi untuk melihat perubahan dan pemulihan negeri kita.

Mari kita tunjukkan bahwa Allah kita dahsyat dan mampu membalikkan keadaan saat kita berseru-seru kepada-Nya.

Salam revival.
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan!