Arsip Bulanan: Januari 2019

YANG DIIJINKAN BERAUDIENSI DENGAN TUHAN

Oleh Peter B, MA
Dalam Mazmur 24:3, suatu pertanyaan penting diajukan.
Pertanyaan yang mungkin muncul di hati setiap orang yang ingin
terhubung dengan Tuhan. Pertanyaan utama dari mereka yang mengaku
penyembah-penyembah Tuhan dan ingin suatu kali mendapat tempat di
kekekalan.

“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung
TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?”

Penafsir Alkitab favorit saya, Albert Barnes,
menyejajarkan pertanyaan itu dengan pertanyaan “Apakah inti dari
suatu kerohanian sejati? Apa yang disyaratkan Tuhan sebagai suatu
penyembahan yang diterima-Nya? Apa yang membuat seseorang siap
tinggal di sorga?”

Saya sendiri memaknai pertanyaan itu sebagai suatu
ajakan ilahi untuk suatu perenungan besar bagi hidup kita. 
Allah ingin menunjukkan kepada kita dengan siapa Ia suka bergaul
serta siapa yang akan diterima-Nya dalam hadirat-Nya, yang kepada
mereka Ia akan memberikan “berkat dan kebenaran” (ayat 5).

Dalam ayat 4, Tuhan menyatakan bahwa orang itu
pertama-tama, haruslah :

“ORANG YANG BERSIH TANGANNYA DAN MURNI
HATINYA”

Bersih tangannya  berarti
bersih dalam tingkah laku, perbuatan dan perkataan. Pendeknya dari
apa terlihat di depan orang ada suatu cara hidup yang baik dan yang
terhormat. Hidup dalam praktek-praktek perbuatan baik, bukan dikenal
sebagai pelaku-pelaku kejahatan yang tak segan menyakiti atau
merugikan orang lain.

Murni hatinya  berbicara
mengenai kehidupan batin yang didapati benar oleh Tuhan. Bukan hanya
tampak baik di depan orang namun indah di pemandangan Sang Mahatahu.
Ini berbicara tentang maksud hati dan motif-motif terdalam seseorang
yang ingin menyukakan hati Tuhan.

Tuhan mencari mereka yang murni sejak dalam hati dan
itu nyata dari gaya hidupnya yang dijalani dalam kebenaran dan
keadilan, seturut kehendak firman-Nya. Kepada orang-orang seperti
inilah Ia ingin mengadakan hubungan, memiliki persekutuan dan
persahabatan. Mereka akan menjadi orang-orang yang memiliki kedekatan
dengan-Nya, yang satu kali akan tinggal selama-lamanya di gunung
kudus-Nya.

Di antara kedua syarat itu, YANG TERUTAMA DAN PERTAMA
ialah hati kita haruslah murni -jika ingin berkenan dan diterima-Nya.
Hati kita adalah diri kita yang sejati, yang tak mungkin ditutupi
oleh apapun di hadapan Tuhan. Dari  hati yang tulus menyenangkan
Tuhan, akan ada perbuatan yang benar-benar bersih di hadapan Tuhan
dan manusia.

Cara hidup yang baik di tengah masyarakat dapat
dilakukan karena motif-motif yang sangat mementingkan diri, tanpa
terkait sama sekali dengan Tuhan. Ancaman mendapat hukuman sebagai
kriminal dapat mencegah manusia melaksanakan maksud-maksud jahatnya.
Penegak hukum dapat menimbulkan rasa takut yang menahan orang
mengikuti keinginan hatinya yang keji. Atau, keinginan untuk
memperoleh kehidupan yang nyaman bisa membuat orang berpikir
berkali-kali untuk melampiaskan hawa nafsunya dengan bebasnya.

Tuhan tidak mencari orang-orang baik di depan manusia
semata. Ia membuka pintu menuju tahta-Nya bagi mereka yang dari dalam
hatinya rindu melakukan yang baik dengan motif yang terbaik : KARENA
INGIN MEMPERKENAN DIA!

Ambillah beberapa menit ke depan untuk menyelidiki
diri Anda.
Jujurlah menilai diri Anda sendiri. Mungkin Anda
merasa bukan orang yang jahatm yang menjalani gaya hidup yang nista
di mata orang. Atau bisa jadi Anda merasa sebagai orang baik karena
perbuatan baik yang Anda lakukan kepada keluarga, teman atau mereka
yang miskin dan perlu ditolong.
Namun, bagaimana jiwa Anda? Apakah yang dilihat Tuhan
di dalam benak dan relung-relung hati Anda terdalam? Adakah Anda
mengenal Dia dan ingin bergaul dengan Dia? Atau Anda justru ‘memakai’
dan ‘mengatasnamakan’ Dia untuk mengangkat diri Anda dan melancarkan
agenda-agenda Anda?

Banyak orang membanggakan perbuatan dan pekerjaan
pelayanan. Tapi tanpa hati yang murni, itu semua layaknya
produk-produk palsu berkualitas rendah. Batin yang murni dan tulus
ikhlas semata-mata mencari perkenan Tuhanlah yang menjadikan
perbuatan-perbuatan baik kita benar-benar memiliki nilai kekal dan
sangat berharga di mata-Nya.

Di akhir segala sesuatu, hanya akan ada Anda dan
Tuhan.
Akankah Anda berdiam bersama Dia dalam kemuliaan
kekal atau Anda berakhir dalam kegelapan yang paling gelap, akan
ditentukan oleh kemurnian hati dan cara hidup Anda hari ini.
Pastikanlah tangan Anda bersih dan hati Anda tertuju sepenuhnya
kepada Tuhan, hari ini dan sepanjang hidup Anda.

Ingatlah selalu :

Hati yang benar di hadapan Tuhan akan membuahkan
perbuatan-perbuatan yang benar sekalipun semula tampak tidak dapat
berbuat benar.
Tapi perbuatan-perbuatan yang tampak benar tanpa
suatu sikap hati yang benar di hadapan Tuhan hanya kepalsuan dan
usaha menipu Tuhan -sesuatu yang sia-sia dilakukan di hadapan Tuhan
yang melihat dan mengetahui segala sesuatu.

“Tetapi apakah pendapatmu tentang ini:
Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang
sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun
anggur.
Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan
berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi
kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan
kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata
Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan
mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
~ Matius 21:28-31 (TB)

 

Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba
sahaya di ladang Tuhan

TUGAS DAN PERAN KITA KITA SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

Oleh Peter B, MA  

Sebagaimana yang disebutkan dalam Alkitab, berikut ini peran yang bisa kita lakukan, yang adalah juga perintah dan panggilan Tuhan untuk kita lakukan  sebagai warga negara yang baik :

1) Membawa pemerintah dan jajarannya dalam doa syafaat yang tak berkeputusan, termasuk mendoakan seluruh kota dan wilayah dimana kita berada dan sekitar kita  (1 Tim. 2:1-4; Kej. 18:23-32; Mat. 6:9-10; Maz. 72:19; 122:6-7; Yeh. 22:30)

2) Turut mengusahakan kemajuan dan kesejahteraan tempat dimana kita berada dengan berperan semaksimal mungkin menjadikannya komunitas yang lebih baik (Yer. 29:7; Kej. 14:1-16; Kej. 23; Luk. 7:1-5)

3) Menjadi warga negara yang patuh dan taat kepada pemerintah serta hukum yang berlaku (Roma 13:1-4; 1 Pet. 2:13-17; Tit. 3:1)

4) Menjadi pewarta dan teladan kebenaran dan  keadilan sehingga menjadi saksi yang memuliakan Tuhan kita (Mat. 5:13-16; Efe. 5:8-11; 2 Pet. 2:5-8)

5) Menjadi penyambung lidah Tuhan menyampaikan kehendak dan isi hati-Nya kepada bangsa kita (1 Raja² 17:1; Yun. 3:1-4; Luk. 3:14; 2 Taw. 20:14-17)

6) Jika perlu, mengkritisi dan menyampaikan teguran kepada pemerintah atau penguasa negeri dengan cara yang sepantasnya (2 Raja² 1:6; 2 Taw. 19:1-3; 20:35-37; Mark. 6:17-18)

7) Menjalani suatu kehidupan yang terhormat dalam profesi maupun bidang dimana kita dipanggil dan ditetapkan Tuhan sehingga dapat memberikan kontribusi terbaik (1 Pet. 2:11-12; 1 Tim 2:2b; Tit. 2:12,14; 1 Pet. 2:15-16; 3:13; 4:15-16,19)

Pelajari dan renungkan satu persatu poinnya.

Minta Tuhan  mencurahkan hikmat-Nya untuk menangkap isi hati-Nya. 

Jadilah pelaku-pelaku firman, bukan hanya pembaca, pendengar atau pengoleksi firman saja.

Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

PELATIHAN DI PADANG BELANTARA

 Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol



Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17)

Kutipan ayat diatas merupakan sebuah pesan penting yang menyingkapkan
sebuah rahasia hati Tuhan -yang disampaikan-Nya melalui raja Salomo-
supaya manusia saling belajar dari sesamanya baik melalui kekurangan
maupun kelebihannya.

Memang benar bahwa manusia tidak bisa
mengubah sesamanya karena hanya Tuhan yang sanggup melakukannya tetapi
Tuhan senang memakai manusia untuk saling mengasah (memurnikan) satu
sama lain, itu sebabnya jika kita mendapatkan sebuah kesempatan untuk
belajar melalui sesama merupakan sebuah anugerah yang besar.

Kenyataan hidup yang keras melalui keadaan direndahkan atau diremehkan
dan ditolak dalam kesendirian seperti seorang yatim piatu sangat melukai
perasaan, tetapi berbeda dengan sudut pandang Tuhan yang seringkali
justru menggunakan keadaan itu untuk melatih para pengikut dan
hamba-hamba-Nya yang sejati.

Keadaan ini seringkali digambarkan
sebagai padang belantara, yaitu tempat pelatihan khusus untuk kita
bertumbuh dalam kerendahan hati dan belajar memimpin diri sendiri
sehingga kita dapat memimpin orang lain dengan cara yang suci.

Yusuf adalah SEORANG HAMBA SEJATI yang lahir di padang belantara, kita
bisa melihat dengan jelas bagaimana Tuhan melatih dirinya melalui
saudara-saudara kandungnya sendiri yang memperlakukannya dengan kejam
karena iri hati. Saudara-saudaranya bermaksud membunuh Yusuf beserta
mimpinya dengan cara yang jahat tetapi Tuhan justru menggunakan keadaan
itu untuk mengantarkan Yusuf kepada mimpinya. Kepemimpinan yang Tuhan
berikan hanyalah untuk melayani saudara-saudara dan bangsanya.

• Kejadian 50:20 (TB)
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.

Padang belantara juga merupakan situasi dimana kita
diperhadapkan dengan orang-orang yang mengeraskan hati untuk bertobat
dengan mengubah cara hidupnya yang lama. Mereka menjadi alat penumbuk
yang Tuhan pakai untuk meremukkan hati kita supaya Tuhan dapat tinggal
dekat dengan kita, melimpahi serta memulihkan kita dengan kasih-Nya dan
membantu kita supaya tidak menyerah dengan orang-orang yang tidak ingin
berkomitmen untuk perubahan yang mendalam.

Musa adalah orang
terbaik Tuhan berikutnya dimana melalui pelatihan di padang belantara
menjadikannya SEORANG PEJUANG DOA yang tabah dan tidak pernah menyerah
untuk memohon belas kasihan Tuhan bagi pertobatan bangsa yang
dipimpinnya saat keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian.

Satu
hal yang menjadi tujuan Tuhan membiarkan para pengikut-Nya berada dalam
beban penderitaan ini adalah supaya kita mengerti bahwa kita dapat
mengandalkan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan bukan pada diri
sendiri sehingga kita akan semakin memahami bahwa batas kekuatan manusia
bukan terletak pada dirinya tetapi di dalam Penciptanya. Penyerahan
diri adalah pelajaran penting yang kita pelajari di padang belantara.

Mengapa Tuhan menghendaki cara yang demikian untuk mengubahkan kita?
sebab Tuhan ingin kita belajar melayani satu sama lain melalui perbuatan
sehari-hari.
Melihat orang-orang yang secara nyata terus menerus
mengeraskan hati bisa menyebabkan kita terluka bahkan lelah dan putus
asa, namun kasih yang mendalam menghasilkan kerendahan hati yang akan
menerima kelemahan mereka, mencintai kelebihan mereka, memaafkan
kebencian mereka, bersukacita dalam kelimpahan mereka bahkan berbelas
kasihan dalam kesusahan mereka.

• Yohanes 13:34-35 (BIMK)

Perintah baru Kuberikan kepadamu: Kasihilah satu sama lain. Sama seperti
Aku mengasihi kalian, begitu juga kalian harus saling mengasihi.
Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian pengikut-pengikut-Ku.”

• Roma 12:15 (FAYH)
Bila orang lain bersukacita, ikutlah bersukacita dengan mereka. Bila mereka bersedih hati, ikutlah merasakan kesusahan mereka.


Kerendahan hati membuat kita tidak lelah untuk terus menerus berbuat
baik terhadap orang-orang yang sulit dan kelak pada waktunya Tuhan kita
akan menuai panen raya.
 

• Galatia 6:9 (BIMK)
Sebab itu,
janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau
kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai
hasilnya.

Yesus rela turun ke dunia menjadi sama dengan manusia
hanyalah untuk mengalami dan merasakan betapa rendah, menderita dan
sakitnya keadaan manusia yang hidup di bumi. Meski demikian Yesus tidak
pernah hidup dengan perasaan karena sikap orang-orang yang bersikeras
menolak dan merendahkan-Nya tetapi Dia menggunakan perasaan-Nya dengan
tepat untuk melayani semua orang dengan penuh belas kasihan. Bahkan
menyatakan cinta-Nya dengan kematian demi menjangkau manusia yang
sejatinya adalah para pemberontak.

Pola kerendahan hati yang
Yesus gunakan untuk menjangkau manusia di dunia inilah yang harus kita
teladani demi menjangkau sesama. Sebab satu-satunya cara untuk dapat
melayani dengan baik adalah dengan keteguhan hati memeluk salib kita.
Kematian dalam diri kita adalah kehidupan bagi orang lain.

Setiap
hari adalah kesempatan untuk merendahkan hati. Jika kita tetap bertekun
di dalam kasih dan pengampunan maka kita akan melihat waktunya dimana
padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan dan kebun buah-buahan itu
akan dianggap hutan (Yesaya 32:25), yaitu sebuah pemulihan rohani yang
melahirkan hubungan-hubungan persahabatan dan persaudaraan dalam
kesatuan hati yang terbuka satu sama lain sehingga menjadikan kita rumah
rohani yang kuat.

Seperti bangunan yang rapi tersusun, menjadi bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Menjadi tempat kediaman Allah di
dalam Roh (Efesus 2:19-22).

Tujuan utama dari pelatihan ini
adalah supaya akhirnya kita semua disatukan dalam sebuah
komunitas/persekutuan murid-murid dan hamba-hamba sejati yang bersehati
dan sepikir untuk satu tujuan yaitu MEMULIAKAN TUHAN. Mereka saling
membagikan kehidupan di dalam Tuhan untuk mengajar satu sama lain,
menguatkan orang-orang percaya lainnya dan membawa mereka yang belum
percaya untuk beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus.

KASIH adalah kunci utama agar kita menang dalam pelatihan padang belantara. Di tempat ini pula lahir para PENYEMBAH SEJATI.

Apakah kita pernah mengalami sebuah peristiwa dimana kita ditinggalkan
seorang diri seperti Daud yang hanya berteman kesunyian di padang
belantara?

Meski tampak menakutkan tetapi hanya di tempat-tempat
seperti inilah kita menemukan KASIH SEJATI yang tidak pernah berubah dan
abadi.

Seperti kisah seorang perempuan berdosa yang tercatat di
dalam Lukas 7:36-50. Di saat orang-orang farisi terus menerus
menghina/melecehkan dengan pemikiran bahkan diluapkan dengan
perkataan-perkataan penghakiman, ia memilih untuk tidak mempedulikan
sekelilingnya. Perempuan itu hanya peduli dengan apa yang ia miliki dan
rasakan, yaitu sebuah persahabatan dan pengampunan dari cinta kasih
Yesus yang begitu dalam.

Hati seorang penyembah sejati selalu
remuk dalam pertobatan karena menyadari bahwa hidupnya sangat bergantung
oleh belas kasihan Tuhan. Kepada merekalah Tuhan berkenan. Mereka yang
mengalami betapa dirinya dicintai Tuhan akan menyerahkan seluruh
hidupnya untuk mengasihi dan melakukan kehendak-Nya.

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih.” (Lukas 7:47)

Padang belantara bukan sekedar tempat
pelatihan biasa sebab di tempat pembuangan, penolakan, kesendirian dan
penderitaan itulah mereka justru dipulihkan dalam keajaiban dan anugerah
demi menyatakan rencana Tuhan yang sangat besar. 

Disanalah lahir
para hamba, pejuang (prajurit) dan penyembah sejati yang akan menjadi
alat khusus Tuhan, sebagai duta-duta transformasi bagi sesama dan
bangsanya.

Padang belantara adalah tempat pelatihan terbaik bagi
hamba-hamba-Nya, disanalah kita mengenal jalan-jalan Tuhan yaitu KASIH
dan KEBENARAN yang memisahkan kita dari setiap kefasikan.

Tuhan Yesus memberkati

BUKAN PRESTASI.. TAPI KUALITAS DAN KETULUSAN HATI

Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol

Dunia kekristenan sedang mengalami krisis kepemimpinan. Banyak anak-anak muda yang lahir tanpa kehadiran seorang pemimpin sejati (mentor/pembimbing/penasihat) akibatnya banyak yang terhalang untuk menjadi alat Tuhan karena mereka hanya diajar untuk mengejar prestasi dan bukan kualitas hati. Faktor lainnya adalah karena banyak para orang tua yang lebih membanggakan prestasi dari pada menekankan hidup dalam kualitas iman sejati pada anak-anaknya.

Baru-baru ini mencuat sebuah pembahasan yang cukup memprihatinkan dari seorang artis rohani Kristen bernama Lauren Daigle. Seorang wanita muda berusia 27 tahun yang telah mencapai kesuksesan besar di dunia musik. Lagu-lagunya sangat memberkati banyak orang, saya adalah salah satu pengagum beberapa lagu yang dinyanyikannya. Bukan hanya rohani tapi dari dunia sekuler turut memberikan penghargaan kepadanya atas segala pencapaiannya.

Sayangnya prestasi yang besar tidak diimbangi oleh kualitas iman yang benar sehingga menimbulkan kekecewaan bagi banyak orang percaya lainnya. Penyebabnya adalah karena ia salah memberikan pernyataan  (jawaban) dalam sebuah wawancara yang menanyakan apakah homoseksual itu dosa (sebab sebelumnya ia menghadiri acara Ellen Show yang adalah seorang LGBT) dan ia menjawab bahwa ia tidak bisa menjawab dengan jujur karena ia bukan Tuhan. Ia mempunyai banyak teman homoseksual dan  ingin mencintai mereka dengan cara yang berbeda (tidak menghakiminya). Menurutnya jika ia menjawab bahwa itu dosa ia menilai bahwa pernyataan itu hanya untuk menyenangkan banyak manusia dan mengabaikan mereka (para homoseksual) yang tersisih.

Mungkin saja ia memiliki beban tersendiri untuk menjangkau mereka tetapi jika dilakukan dengan cara yang salah maka ia sendiri akan terhilang karena terkikis dari kebenaran sejati. Atau mungkin juga ia takut kehilangan pengakuan dunia akan nama besarnya sehingga rela mengabaikan kebenaran yang semestinya harus ia sampaikan. Banyak teguran yang mengingatkan dirinya supaya berani berkata benar namun tampaknya ia hanya merasa heran mengapa begitu banyak orang mengkritiknya. Meski demikian tidak sedikit pula yang mendoakan supaya ia beroleh kasih karunia menjadi pengikut Kristus sejati.

Merenungkan hal ini betapa Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa betapa berbahayanya sebuah prestasi jika hati kita tidak dipersiapkan sebelumnya untuk dapat menerima sebuah keberhasilan sebagai tanggungjawab yang Tuhan percayakan. Bahkan jika semua keberhasilan itu pada akhirnya tidak membuat kita menemukan tujuan Tuhan. Sebab ada banyak artis Kristen yang terjebak untuk mengejar popularitas sehingga perlahan-lahan kehidupan mereka menjadi sama seperti orang-orang dunia yang tidak menyembah Tuhan. Bukankah iblis selalu menawarkan ketenaran karena inilah satu-satunya cara yang cukup berhasil untuk menjauhkan kita dari Tuhan?

Berapa banyak anak-anak Tuhan yang terhilang karena mengejar prestasi (membangun kenyamanan dan kerajaannya sendiri). Mereka menjadi buta bahwa ada kebutuhan umat Tuhan dan jiwa-jiwa yang perlu diperjuangkan dimana ini membutuhkan pengorbanan dengan cara-cara yang benar.

Setiap pintu kesempatan yang Tuhan bukakan seharusnya menjadi sarana untuk kita hidup dan bekerja bagi kerajaan Allah bukan untuk memanjakan diri, dimana hal ini pun berlaku bukan hanya di dunia rohani tetapi juga sekuler.
Sebab tidak ada keberhasilan sejati tanpa campur tangan Tuhan, Dialah yang telah memberi pekerjaan, posisi, sumber daya, pendidikan, dan lainnya. Tuhanlah yang telah membuka kesempatan untuk tujuan kerajaan-Nya semata bukan supaya kita hidup menikmati kesenangan pribadi.

Ketika saya membaca kitab Ester, saya menemukan ada sesuatu yang Tuhan sedang bukakan. Sebuah teladan hidup dari seorang muda yang bukan hanya hebat dan berprestasi tetapi memiliki kualitas hati yang benar-benar teruji. Tidak banyak anak-anak muda yang tertarik untuk belajar terlebih meneladani kisah hidupnya.

Ester adalah gadis muda yang beruntung, keberhasilannya dalam menggenapi takdir hidupnya demi membangun kerajaan Allah di bidang sekuler tidak terlepas dari arahan seorang pembimbing rohani  yang juga menjadi pengasuhnya (Ayah angkat) bernama Mordekhai. Ia beruntung karena memiliki mentor yang mengarahkan hatinya untuk selalu hidup dalam takut dan hormat akan Tuhan yang menuntun hatinya menemukan hikmat dan pengertian sejati dari Tuhan sehingga menjadikannya sangat bijaksana. Ketika Ester membutuhkan dukungan spiritual sebelum menghadap raja, ia merendahkan diri untuk meminta semua orang berdoa dan berpuasa bersama-sama dengannya demi memohon belas kasihan dan pertolongan Tuhan karena menyadari betapa terbatasnya kekuatannya untuk menghadapi peperangan besar di hadapannya.

Kualitas cinta dan kesetiaan yang mendalam di hati Ester terhadap bangsanya ditanamkan sejak kecil oleh Mordekhai.
Bahkan ketika Ester mencapai puncak kesuksesannya (namun bangsanya dalam ancaman bahaya), Mordekhai tidak segan menegur Ester untuk mengingatkan bahwa ia hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk tujuan Tuhan. Ester dimarahi demi menyelamatkannya dari pola pikir yang memanjakan diri dan mempertahankan diri. Melalui perkataan itu, Mordekhai mengingatkan Ester bahwa dia telah dipilih untuk mengesampingkan kepentingannya sendiri, melepaskan ambisinya sendiri dan menghadapi musuh sepenuhnya.

Mordekhai mengingatkan Ester bahwa kepatuhannya itu sangat diperlukan, bukan hanya untuk kelangsungan hidupnya sendiri tetapi untuk rakyatnya. Tidak peduli dengan resiko harus kehilangan kesuksesan dan segala fasilitas kemewahan yang sedang ia nikmati dari kerajaan bahkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan bangsanya. Sebab untuk situasi seperti itulah Ester dipersiapkan sebelumnya oleh Tuhan.

maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi.
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
~ Ester 4:13-14 (TB)

Sebagai orang muda Ester memiliki kualitas hati yang benar dan tulus, ia terbiasa merespon dengan membuka diri untuk setiap arahan dari Mordekhai (bahkan ia memperhatikan dengan baik setiap saran dan nasihat orang lain, yaitu para pemimpin sida-sida di istana). Kerendahan hati dan sikap hati seorang murid seperti inilah yang memimpin seluruh langkah serta keputusannya sampai kepada sebuah keberhasilan dalam mengerjakan kehendak Tuhan.
Seluruh bangsa berterima kasih atas tanggapan Ester terhadap teguran Mordekhai. Hidup mereka selamat.

Pada akhirnya, keberhasilan seseorang akan selalu melibatkan siapakah orang-orang yang berdiri dibalik kesuksesannya demikian pula sebaliknya mereka yang gagal juga bergantung siapakah orang-orang yang berada disekelilingnya. Dan keberhasilan sejati bukan hanya dilihat (diukur) yang nampak secara jasmani tetapi bagaimana  kualitas hati seseorang dalam mempertahankan diri untuk hidup berdampak dalam seluruh kebenaran serta penundukkan diri terhadap seluruh kehendak Tuhan.

Mordekhai adalah gambaran keteladanan seorang pemimpin (bapa rohani) yang tidak menyukai kenyamanan, ia sangat peduli terhadap bangsanya khususnya umat Tuhan yang ada bersamanya dalam pembuangan. Ia dihormati oleh bangsanya karena telah berbuat banyak bagi mereka dengan memperjuangkan mereka dan menjadi sahabat bagi mereka. Pada jaman sekarang ini jujur saja kita melihat hampir tidak ada pemimpin rohani ataupun orang-orang Kristen yang memiliki posisi, jabatan, prestasi tinggi di dunia sekuler yang memiliki hati seperti Mordekhai yang bersedia menginvestasikan seluruh hidupnya bagi keselamatan bangsanya sehingga kita dapat melihat dengan jelas bagaimana kualitas generasi muda di gereja-gereja, kota-kota dan bangsa kita hari ini.

Mordekhai hanya memuridkan satu orang tetapi menghasilkan dampak yang begitu besar bagi seluruh bangsanya.
Keduanya baik Ester maupun Mordekhai mendapatkan jabatan kepercayaan dalam lingkup kekuasaan yang besar, namun mereka menggunakannya dengan benar yaitu untuk membangun kerajaan Allah.
Sebagai pembimbing rohani, Mordekhai memeliki nama besar yang tidak kalah jauh dengan Yusuf ketika di Mesir. Mordekhai menjadi perdana menteri (orang kedua) dibawah wewenang raja Media dan Persia Ahasyweros.

Mordekhai, orang Yahudi itu, menjadi Perdana Menteri, dengan wewenang di bawah Raja Ahasyweros sendiri. Tentu saja ia sangat masyhur di antara orang Yahudi, dan dihormati oleh bangsanya karena ia telah berbuat banyak bagi mereka, dan menjadi sahabat yang selalu membela kepentingan mereka.
~ Ester 10:3 (FAYH)

Melalui kekuasaan yang raja percayakan kepada Ester dan Mordekhai, orang-orang Yahudi mendapatkan keamanan dari musuh-musuhnya. Mereka sangat ditakuti oleh para pembencinya dimana sebelumnya telah merencanakan untuk membinasakan mereka. Semua orang-orang Yahudi yang tinggal di daerah kerajaan berkumpul, bersehati dan bangkit dalam keberanian sebagai pahlawan untuk membela nyawanya dan atas seijin raja mereka membunuh tujuh puluh lima ribu orang diantara pembenci-pembenci mereka. (Ester 9:16).

Tetapi jabatan kepemimpinan itu tidak diperolehnya begitu saja karena sama seperti Yusuf yang pernah dilupakan jasanya Mordekhai pun juga mengalaminya. Namun Tuhan memperhitungkan ketulusan hatinya sehingga dengan cara-Nya sendiri, Ia menggerakkan hati raja Ahasyweros untuk mengingat akan namanya. (Ester 6:1-2).
Melalui Tuhan sendirilah Mordekhai mendapatkan kemuliaan. Ia menerima sebuah penghormatan dari raja dengan mengenakan pakaian raja, kuda dan mahkota kerajaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya sebab Tuhan adalah baik bagi mereka yang tulus hatinya. (Mazmur 73:1).

Sebagai putera puteri kerajaan-Nya kita ditempatkan ditengah-tengah konflik dan peperangan, sehebat dan setinggi apapun prestasi  yang kita capai jika kita kehilangan tugas kerajaan Allah karena terjebak dalam kerajaan pribadi kita sendiri, maka ini adalah sebuah tragedi terbesar yang pernah kita hadapi.

Prestasi tidak akan pernah berguna jika kita mengabaikan tujuan utama dalam kerajaan sorga. Prestasi juga tidak akan berarti jika pada akhirnya kita mengabaikan kebenaran Allah sendiri.

Prestasi akan berarti hanya jika kita menjalaninya bagi kepentingan kerajaan Allah dan bebas dari maksud-maksud pribadi yang tersembunyi.

Kita dipanggil untuk membawa keharuman, membuat perbedaan dan perubahan.
Jika kita tidak tanggap terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kita dan tidak berani membuat keputusan untuk mempertaruhkan nyawa dan menyatakan kebenaran demi kebaikan orang lain, masih layakkah kita disebut sebagai orang-orang beriman?

Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.
Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?
Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya DALAM KRISTUS KAMI BERBICARA SEBAGAIMANA MESTINYA DENGAN MAKSUD-MAKSUD MURNI atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.
~ 2 Korintus 2:15-17 (TB)

Hanya setiap pribadi yang selalu memberi diri untuk dibentuk menjadi murid-murid dan hamba-hamba sejati yang mengutamakan kualitas serta ketulusan hati yang siap memenuhi tugas dan panggilan hidupnya untuk menjadi alat Tuhan, bahkan jika itu melibatkan sebuah pengorbanan.

Tuhan Yesus memberkati.

MENDAKI GUNUNG ALLAH

Pada hari pertama kita membahas
langkah-langkah progresif menuju kedewasaan di dalam Yesus Kristus.
Jika diikuti,  langkah-langkah ini akan memimpin kita menuju
kehidupan Kristen yang dewasa dan berkemenangan. Tujuan kita adalah
seperti yang dinyatakan dalam Efesus 4:15 yaitu “….bertumbuh
di dalam Segala hal ke arah Dia,  Kristus,  yang adalah
Kepala.”
Untuk membantu Anda melangkah sedikit
lebih maju,  saya akan menunjukkan beberapa tempat di Alkitab di
mana langkah-langkah ini ditemukan sehingga Anda dapat mempelajarinya
secara pribadi.  Yang pertama dikemukakan oleh rasul Paulus di
dalam 1Korintus 10:1-11 :

“Aku mau, supaya kamu
mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di
bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
Untuk menjadi pengikut Musa mereka
semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
Mereka semua makan makanan rohani
yang sama 
dan mereka semua minum minuman rohani
yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti
mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Tetapi sungguhpun demikian Allah
tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka
ditewaskan di padang gurun.
Semuanya ini telah terjadi sebagai
contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita
menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,
dan supaya jangan kita menjadi
penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka,
seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan
minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.”
Janganlah kita melakukan percabulan,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada
satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
Dan janganlah kita mencobai Tuhan,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka mati dipagut ular.
Dan janganlah bersungut-sungut,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Semuanya ini telah menimpa mereka
sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang
hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.”
Dalam seluruh kisah ini, pertama-tama
kita akan melihat prosedur langkah demi langkah bagaimana umat Allah
dilepaskan dari perbudakan. Hal ini terjadi dengan perayaan Paskah
yang adalah merupakan model profetik dari pengorbanan Yesus, yang
melepaskan kita dari kuasa si jahat. Setelah “dibaptis di Laut
Merah” (ayat 2), mereka dipimpin langkah demi langkah memasuki
padang belantara yang bertujuan untuk  mendewasakan dan
mempersiapkan mereka untuk memiliki warisan mereka.
Garis besar pelajaran mengenai
kedewasaan rohani dapat dilihat dari tabernakel itu sendiri. Setelah
memasuki pintu kemah yang menggambarkan Yesus (lihat Yohanes 10:7),
peralatan yang ada di dalam tabernakel disusun sesuai kemajuan
langkah demi langkah menuju hadirat dan kemuliaan Tuhan. Ini
merupakan pelajaran yang paling luas, dan kita akan mempelajarinya
secara mendalam. Anda juga dapat melihat pergerakan pada tabernakel
dan bait selanjutnya yang dibangun bagi Tuhan,  berpuncak pada
Tuhan Yesus sendiri, dan kemudian pada gerejaNya.
Ada juga tempat yang lain di mana Anda
dapat melihat pertumbuhan ke arah kedewasaan,  yaitu dalam
membangun Kerajaan Daud dan mengarak Tabut Allah ke Yerusalem. 
Selain itu,  kita dapat melihatnya juga di dalam Nyanyian Ziarah
(lihat Mazmur 120 sampai 134), dan kita menemukan juga garis besar
kedewasaan yang sangat mendasar dan praktis yang diberikan kita dalan
2 Petrus 1:2-10 :
“Karena kuasa ilahi-Nya telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup
yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita
oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
Dengan jalan itu Ia telah
menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,
dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.
Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan,
dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada pengetahuan penguasaan
diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan,
dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan
semua orang.
Sebab apabila semuanya itu ada padamu
dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan
berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
Tetapi barangsiapa tidak memiliki
semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa
dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.                  
Karena itu, saudara-saudaraku,
berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin
teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah
tersandung.”
Renungkanlah hal di atas. Jika kita
memiliki hal-hal tersebut secara berlimpah-limpah, panggilan kita
akan semakin teguh, dan kita tidak akan pernah tersandung.
Ini adalah beberapa cara yang jelas agar
kita dapat melihat pertumbuhan iman kita menuju kedewasaan.

Jika
kita ingin mencapai kedewasaan, kita harus memiliki visi
mengenai tujuan (hidup) kita, mengetahui dimana kita berada, 
dan mampu melihat dengan jelas langkah berikutnya.
 

Doa saya
adalah kita semua dapat melihat kemajuan yang dapat dirasakan dan
dramatis dalam iman dan pengetahuan kita akan Tuhan, demikian juga
wahyu mengenai kemuliaan dan kuasaNya serta jalan-jalanNya yang
memampukan kita mempengaruhi dunia yang hidup di dalam kegelapan ini

Diambil dari buku 50 Day For An Enduring
Vision oleh Rick Joyner