Arsip Bulanan: Agustus 2020

KISAH TENTANG (DUA) ANAK YANG HILANG

Oleh : Peter B, MA

Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
~ Lukas 15:25-32
Tidak banyak yang tahu bahwa perumpamaan tentang anak yang hilang dalam Lukas 15, sebagaimana yang disampaikan Yesus,  sesungguhnya tidak hanya berbicara tentang seorang atau satu anak yang hilang. Tetapi dua anak yang hilang. 
Si bungsu adalah yang kerap dipandang sebagai anak yang hilang. Tapi sebenarnya ada dua anak yang hilang dalam kisah itu. Jika yang dimaksud sebagai “hilang” adalah tersesat jalannya dan meninggalkan persekutuan dengan bapa mereka, anak yang sulung pun sama terhilangnya dengan adiknya. 
Perhatikanlah ini. 
Yang satu terhilang dalam hiruk pikuk kehidupan berpesta pora, pelampiasan hawa nafsu dan berfoya-foya. Yang satu, terhilang di ladang ayahnya. Sibuk bekerja keras, membuktikan diri sebagai anak yang berbakti dan menuruti ayahnya namun bagaimanapun ia tidak mendapat perkenan sang ayah. 
Anak kedua tersesat oleh akibat-akibat perbuatannya sendiri sehingga jatuh miskin, kesepian lalu hidup dalam penderitaan jasmani maupun jiwa. Anak pertama terjerat pikiran dan pandangannya sendiri, menjadi pribadi yang berkebalikan sifat dengan bapanya. Tidak saru karakter dengan orang tuanya. Ia menjadi pribadi, yang sekalipun tinggal di rumah bapanya sendiri, nyatanya tak memiliki hubungan yang baik dengan bapanya itu.
Duanya sama-sama jauh dari bapa. Sama-sama tak memiliki hubungan yang baik dan dekat dengan bapa mereka.
Anak yang satu tersesat di tengah-tengah kegelapan dan lumpur dosa. Yang satu tersesat di kediaman bapanya sendiri (gambaran bait Tuhan atau gereja). 
Yang satu menghabiskan waktu dengan mengejar kesenangan dan kesemarakan dunia. Yang satu tersesat dalam berbagai perbuatan yang diklaimnya sebagai perbuatan-perbuatan baik, yang dirasanya akan membuat sang ayah bangga dan bersukacita. 
Yang satu tidak suka dibebani pekerjaan di rumah bapanya, memilih menjalani hidup menurut caranya sendiri. Yang satu, meski mengerjakan tugas bapanya, ia melakukannya minim sukacita karena hatinya hanya dipenuhi ketidakrelaan dan harapan-harapan yang fokus pada diri sendiri. 
Yang satu tidak mengerti hati bapanya yang ingin dikasihi lebih dari anaknya itu menyukai kecemaran dan dosa. 
Yang tinggal di rumah pun gagal mengenali hati sang Bapa yang rindu akan keintiman dan kehangatan daripada anaknya itu unjuk diri setiap hari. 
Kedua-duanya jauh dari bapanya. Walau yang satu tak terlihat dan yang satu terlihat setiap hari, dua-duanya jauh dari sang bapa. Sama-sama tidak memiliki hubungan yang intim, erat dan dalam dengan bapanya -sesuatu yang justru amat sangat diharapkan bapa mereka itu.
Dua-duanya sama terhilangnya.
Gambaran Dari Kita semua
Dua anak yang dikisahkan dalam perumpamaan Yesus itu sebenarnya mewakili gambaran hubungan kita semua dengan Bapa di sorga. Anda dan saya pernah termasuk (dan mungkin saja masih termasuk) sebagai salah satu dari dua anak bapa itu. 
Entah kita serupa anak bungsu yang mengambil jalan kita sendiri tanpa peduli maksud hati Tuhan dalam hidup ini atau kita serupa anak sulung yang tampaknya melayani ayahandanya tapi tidak pernah mengerti dan mempunyai hati seperti bapanya. Bahkan bisa jadi peduli pun tidak. Ia hanya peduli pada usaha-usahanya sendiri. 
Anak sulung sepertinya penurut dan berpihak pada ayahnya tapi jauh di dalam hatinya, ia memperjuangkan kepentingan dan kebenarannya sendiri. Ia hanya ingin membanggakan perbuatan-perbuatannya dengan harapan dengan itu semua ia dapat “membeli” pujian dari ayahnya. Ia sibuk dengan segala kegiatan untuk menunjukkan betapa giat dan kerasnya usahanya bagi kepentingan bapa tapi tidak pernah mencari tahu apakah memang itu yang diinginkan bapanya. Benar bahwa ada pekerjaan di rumah bapa dan banyak pekerjaan itu. Namun, apakah bapa menginginkan anak-anaknya hanya bekerja dan bekerja? Atau hanya melayani dan aktif dalam berbagai aktifitas keagamaan dan perbuatan-perbuatan amal? Apakah disebut bekerja bagi Bapa jika hati dan kehendak Bapa tidak pernah kita cari untuk tahu apa yang benar-benar Ia ingin kita lakukan? 
Tidak heran jika di waktu-waktu kemudian, nyata bahwa pemikiran anak sulung dengan sang bapa berbeda. Mereka tidak sepikiran dan sehati, meskipun anak sulung bersikeras dialah yang benar dan telah melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan bapanya. Jelas sekali, si sulung tidak memahami hati dan pikiran ayahnya, yang merindukan persekutuan dan pengenalan pribadi akan Dia lebih dari segala hal lainnya. 
Anak sulung adalah gambaran orang-orang Kristen yang giat dalan berbagai usaha dan pelayanan. Di gereja dan organisasi sosial. Di berbagai program dan acara rohani. Sibuk dan aktif dalam berbagai kebaktian, persekutuan, jam-jam doa dan puasa dan berbagai kegiatan yang bersifat rohani. Tapi pernahkah mereka bertanya pada Tuhan apakah itu yang benar-benar Tuhan inginkan untuk mereka kerjakan? 
Sementara anak bungsu bicara orang-orang duniawi dan Kristen yang menjalani hidup lama maka anak sulung adalah gambaran orang-orang Kristen agamawi. 
Dari sikap si sulung, kita tahu bahwa bukan jaminan sekalipun hidup kita tidak duniawi dan tidak mengikuti hawa nafsu sudah pasti akan menjadi hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Anak yang sulung tiap hari berada di rumah bapanya tapi mendapat didikan serta teguran dari bapanya. Selama ini ia telah salah memahami dan menilai ayahnya. Ia gagal menangkap kemauan dan kerinduan orang tuanya itu karena sibuk dengan persangkaan dan pemikirannya sendiri tentang apa yang benar dan menyenangkan hati bapa. Begitulah jika kita giat dalam berbagai acara rohani tetapi hati kita tidak mencari serta menyelami hati Tuhan. 
Bukan jaminan sekalipun kita rajin ke gereja, beribadah, suka berdoa dan berpuasa, rajin melayani di gereja, rumah sakit atau penjara itu artinya sudah berkenan di hadapan Bapa di sorga. 
Seperti anak sulung, jika hati kita sibuk membenarkan diri, mengklaim diri kita sudah melakukan yang baik, sudah menjadi orang rohani, membanggakan berbagai ibadah dan kebaikan kita namun di dalam hati yang sama itu pula tiada kasih kepada Tuhan dan sesama (namun lebih banyak cinta bagi diri kita sendiri), tiada peduli akan jiwa-jiwa terhilang, tapi kerap menghakimi dan mengutuk orang lain yang masih hidup dalam dosa -maka kita sama tersesatnya dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan, yang tidak ingat kepada Tuhan atau hidup jauh dari Tuhan.
Kesesatan Yang Tidak Disadari Lebih Mengerikan
Sekalipun dua anak tersebut “terhilang” dan sama-sama jauh dari bapanya, ada perbedaan di antara keduanya. 
Perhatikanlah. 
Adegan pertobatan hanya diceritakan terjadi pada anak kedua. Tidak dikisahkan anak pertama itu bertobat dari sikap dan pandangannya itu. 
Itu artinya, orang-orang yang duniawi, ketika hidup mereka digoncang Tuhan lebih mudah diingatkan betapa ia selama ini telah bersalah pada Tuhan dan bahwa yang terlebih baik adalah tinggal dan bekerja bagi Bapa sorgawi. 
Tidak demikian dengan anak sulung yang sehari-hari sudah di rumah bapa. Ia tidak merasa ada kesalahan dari sikapnya. Ia merasa benar. Karena itu, pertobatan bukan sesuatu yang akan dipikirkannya
Apakah itu karena anak sulung tidak perlu bertobat dan memperbaiki sikap dan pandangannya?
Mungkinkah tindakannya itu sudah benar sehingga tidak perlu meminta maaf kepada bapanya?
Jawaban semua pertanyaan itu adalah TIDAK. 
Jelas sekali sikap anak pertama itu : ia seorang yang angkuh, merasa lebih tahu dan lebih mampu menilai orang daripada bapanya; ia merasa tahu sikap terbaik terhadap adiknya yang salah jalan itu; ia berlaku kurang ajar karena dengan berani memprotes dan meragukan kebijaksanaan bapanya; ia  penuh prasangka dan pikiran negatif kepada bapanya; ia merasa dirinya telah berlaku benar sehingga merasa pantas menerima penghargaan dan penghormatan dari bapaknya padahal di sisi lain, hatinya keras dan kejam, tidak ada belas kasihan bahkan ketika adiknya pulang dalam pertobatan.  
Terhadap sikap semacam ini, jika kita melakukannya maka kita harus bertobat. Apalagi, jelas sekali dalam kisah itu ,sang bapa berkata bahwa pikiran anak pertamanya ini keliru! 
Jadi, mengapa tidak dikisahkan anak sulung ini bertobat?
Sebab demikianlah adanya sikap orang-orang yang seperti anak sulung ini. Sulit bertobat. Tidak mau bertobat karena merasa tidak perlu bertobat. Merasa sudah cukup baik, telah cukup rohani, tidak merasa ada yang harus diperbaiki dan dibenahi. Ia memandang tidak perlu merendahkan diri di hadapan Tuhan. 
Masalahnya, adakah manusia yang tidak perlu bertobat? 
Adakah orang yang sudah memenuhi ukuran pertobatan sepenuh-penuhnya?
Yang sudah mencapai target atau ukuran kehendak Tuhan secara sempurna?
Yang berpikir tidak usah lagi merendahkan diri lagi di hadapan Tuhan? 
Hanya ada satu manusia yang tidak perlu bertobat. Yesus Kristus!
Meski begitu, Ia yang tidak perlu bertobat itu TIDAK SEGAN MERENDAHKAN DIRI berkali-kali banyaknya (lihat Filipi 2:5-8)
Betapa sombongnya kita manusia lemah yang bahkan tidak tahu jika kita telah terjerat dosa ini namun acap menolak untuk merendahkan diri dan bertobat! 
Adakah yang dengan perbuatan baik dan kebenaran hidupnya sendiri merasa layak di hadapan Tuhan dan tidak perlu kasih karunia-Nya? 
Jika ada yang merasa tidak membutuhkan kasih karunia Tuhan, maka Tuhan pun tidak akan “memaksa” untuk memberikannya pada orang-orang yang semacam itu. 
Takkan mengejutkan jika kelak kita tidak menemukan orang-orang yang rajin beribadah di gereja atau bahkan pendeta-pendeta terkenal ada di Kerajaan Sorga! (lihat Matius 7:21-23)
Jangan terbilang dalam salah satu golongan dari anak-anak yang hilang. 
Biarlah kita tinggal di rumah Bapa sambil menikmati hubungan serta persekutuan yang intim dan hangat dengan Dia. Lalu dengan sukacita mengabdikan diri untuk hidup bagi pekerjaan dan agenda-agenda-Nya.
Biarlah seluruh hidup kita menyenangkan hati Tuhan. Dengan secara sukarela dan sukacita menyerahkan diri untuk turut bekerja di ladang-Nya, menyelesaikan apa yang ditugaskan pada kita selama tahun-tahun kehidupan kita di dunia ini. 
Mari kita membuat hati Tuhan senantiasa penuh sukacita karena melihat kehidupan kita yang dijalani dengan semangat pertobatan. Yang melalui pertobatan dan perubahan hidup kita, lebih banyak lagi orang yang ditobatkan dan semakin melimpahkan lagi sukacita di Kerajaan Sorga dan tentunya, di hati Bapa kita di sorga. 
Jadilah anak² kesayangan dan terkasih-Nya. 
Maukah Anda? 
Salam Revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua

BUKAN DARI ROTI (DAN YANG DARI DUNIA INI) SAJA

Oleh : Peter B

Jawaban Yesus, ketika Iblis mencobai-Nya supaya mengubah batu menjadi roti adalah “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja ,tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4).
Dalam keadaan lapar yang sangat membutuhkan makanan, Yesus menyampaikan suatu kebenaran tentang eksistensi manusia. Ia yang dicobai supaya menggunakan kuasa-Nya sebagai Anak Allah untuk membuat mujizat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia, memilih untuk memperkatakan firman daripada mengikuti godaan si jahat. 
“Manusia hidup bukan dari roti saja”
Manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika manusia tidak makan, ia akan mati kelaparan. Itu sebabnya, kebutuhan akan makanan dan minuman disebut sebagai kebutuhan pokok atau dasar bagi manusia. Sesuatu yang wajib ada, yang harus dipenuhi. Mengetahui ini, tanpa sadar sesuatu yang alami dan wajar ini dapat dimanipulasi oleh kuasa gelap untuk mengendalikan hidup manusia.
Rasa takut dan kuatir karena tidak dapat memenuhi kebutuhan mendasar hidup manusia bisa menjadikan pemenuhan kebutuhan itu sebagai tujuan hidupnya, fokus kegiatannya, pencarian utamaya selama di bumi. Untuk mengatasi rasa lapar, baik rasa lapar dirinya sendiri, keluarga atau kebutuhan yang bersifat lebih global ini, manusia berjuang mengusahakan pemenuhannya. Segala upaya dan cara dilakukan supaya itu terpenuhi. Kerja keras melalui bercocok tanam, berdagang supaya dapat membeli makanan, menawarkan jasa sebagai profesional demi penghasilan merupakan bentuk-bentuk umum upaya manusia memperoleh pemenuhan kebutuhan hidupnya. Banyak yang kemudian tanpa sadar,  membuat manusia teralihkan dari suatu kebutuhan yang lebih besar dan sumber lebih utama kehidupan manusia. Dengan terus mendorong  setiap hasrat bertahan hidup atau mengumpulkan kekayaan untuk kelangsungan hidup KE TINGKAT YANG EKSTREM, iblis MEMBUAT MANUSIA MELUPAKAN KEBERADAAN TUHAN SERTA PENCARIAN AKAN TUHAN. Bahkan JIKA MANUSIA MASIH INGAT AKAN TUHAN, MEREKA DISESATKANNYA MEMANFAATKAN TUHAN SEBAGAI SARANA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP MEREKA JUGA. 
Persis seperti itulah yang dianjurkan Iblis pada Yesus dengan meminta-Nya mengubah batu menjadi roti.
Dari perkataan Yesus, kita seharusnya disadarkan bahwa meski membutuhkan makanan dan minuman, penopang yang sesungguhnya atas hidup manusia bukan pemenuhan atas kebutuhan dasarnya itu. Manusia membutuhkan lebih dari itu untuk hidup -hidup yang sesungguhnya, yang layak, yang semestinya dijalani makhluk ciptaan yang serupa gambar ilahi itu. 
Manusia yang hidup hanya demi pencarian akan kebutuhan hidup, demi bertahan hidup, demi kelangsungan hidupnya dan kaum keluarganya tidak jauh berbeda dengan makhluk-makhluk yang lebih rendah seperti hewan dan tumbuhan. Mereka semua mencari makanan seumur hidup mereka. Dan hanya itu saja. 
Sedikit sekali bedanya, bukan?
Tapi manusia masih berusaha menghindar dari keserupaan dengan hewan. 
Dalam pencarian akan makna hidup, sebagian orang mencoba tingkatan yang lebih tinggi. Mereka mengaktualisasikan diri sebagai makhluk berbudaya dan punya kekuatan kreatif. Hasilnya, manusia mencipta dan melahirkan karya-karya seni yang indah dan luar biasa, yang mengundang decak kagum yang melihatnya. Cukupkah itu membuat hidup manusia berarti?
Ada pula yang hidup dengan sangat bermoral dan terhormat. Juga yang memberikan banyak jasa untuk kemajuan peradaban dunia di bidang keilmuan dan teknologi. Dengan cara demikian, mereka mencari ukuran-ukuran yang lebih tinggi dan lebih dalam mengenai arti kehidupan manusia. Sudahkah itu cukup membuat hidup manusia lengkap? Yang sanggup menjadikan kehidupan manusia lebih baik dalam pengertian lebih bermakna dan lebih puas dalam jiwanya?
Alkitab mengatakan TIDAK. 
Dan memang itu jawabannya jika kita mau jujur menilai diri dan segala sesuatunya. Salah satu kisah Injil menyimpulkan hal tersebut. Dalam kisah anak muda kaya yang datang bertanya kepada Yesus (lihat Matius 19), kita tahu bahwa pencapaian manusia apapun itu : kecukupan kebutuhan hidup, banyaknya harta, prestasi dan pengaruh di masyarakat sebagai orang terhormat dan terpandang maupun perilaku yang bermoral sehari-hari BELUMLAH CUKUP untuk membuat hidup manusia itu mencapai titik terbaiknya.
Jadi manusia hidup bukan dari roti saja, juga bukan dari semua pemenuhan kebutuhan jiwanya melalui perkara-perkara dari dunia ini. 
Manusia hidup … dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”
Inilah kebenarannya. Manusia hidup bukan dari pemenuhan jasmaniah dan jiwani semata. Ada kebutuhan rohani yang harus dipenuhi. Kebutuhan itulah sesungguhnya yang membuat hidup manusia lengkap dan berarti. Dan kebutuhan inilah yang berusaha dihalangi dan disangkali oleh iblis dengan membuat manusia hanya fokus kepada pemenuhan-pemenuhan kebutuhan yang lebih rendah sifatnya.
Perkataan Yesus bahwa “manusia hidup dari setiap yang difirmankan Tuhan” menunjukkan betapa manusia memerlukan Allah bagi hidupnya. Perlu memiliki hubungan dengan Allah. Perlu secara aktif berkomunikasi dengan Allah : berbicara maupun mendengar dari Allah. Perlu menjalani hidup di dunia ini dengan terus terhubung dengan Tuhan, tak dapat melepaskan atau memutuskan hubungan dengan  Tuhan. 
Hubungan yang intim antara manusia dengan Tuhan adalah kebutuhan terbesar manusia, intisari keberadaannya, yang menjaga kelangsungan hidupnya yang sesungguhnya!
Itu sebabnya Yesus, sebagai manusia hamba mengatakan, “Makanan-Ku iah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34)
Manusia boleh saja mempunyai makanan, minuman, dan kebutuhan dasar lainnya, berlimpah-limpah banyaknya. Boleh saja orang memiliki harta yang dikatakan tidak akan habis tujuh turunan. Atau mungkin saja ia mendapat nama, penghargaan, popularitas, dipandang sebagai salah satu orang paling berprestasi dan berjasa bagi dunia. 
Namun itu baru benar-benar berarti…. jika kehidupan hanya berlangsung di dunia sekarang ini saja!
Itu sebabnya Yesus mengatakan perkataan ini : 
“Apakah untungnya kepada seorang, jikalau ia beroleh segenap dunia ini, tetapi jiwanya binasa? Atau apakah yang patut diberi orang akan menebus jiwanya?” (Matius 16:26, Terjemahan Lama)
Alkitab berkata, setelah mati, manusia dihakimi (lihat Ibrani 9:27). Masih ada babak lain setelah kehidupan yang sekarang. Masih ada dunia lain di balik dunia tempat hidup sekarang. Dan di dunia yang tak terlihat itu ada Pencipta kita yang akan meminta pertanggungjawaban atas hidup kita. Selama kita tidak mengingat Dia dan kembali kepada Pencipta kita itu, jiwa kita masih ada di tangan iblis dan akan dibinasakan, oleh sebab dosa dan kehidupan kita yang melawan Allah dan kebenaran-Nya.
Apa yang bisa kita bawa dan banggakan di hadapan Hakim Yang Adil itu dari kehidupan yang telah kita lewati tanpa sedikitpun memikirkan tentang Dia?
Kita memerlukan Tuhan supaya kita tahu mengapa kita ada, bagaimana kita seharusnya hidup, dan kemana kita akan menuju. 
Kita membutuhkan Tuhan supaya hidup kita sekarang ini memiliki makna dan  dijalani sesuai tujuan keberadaaan kita di sini. Adalah rencana Tuhan untuk membawa kita pada  suatu kehidupan yang tidak sia-sia. Yang memuliakan Bapa, yang daripada-Nya kita berasal. Dan bahkan lebih dari itu. Kita dipanggil untuk menjadi alat-alat Kerajaan Allah melalui kesaksian hidup kita membawa jiwa-jiwa yang tidak mengenal kehidupan sejati datang kepada Allah dan menerima kehidupan yang sesungguhnya di sini dan nanti. 
Untuk hidup di dunia ini, kita memerlukan lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan fisik dan jiwa. Kita perlu Tuhan lebih dari udara, air dan makanan. Hidup kita bergantung dan harus berpusat pada-Nya. Dan untuk itu, Dia berjanji bahwa jika kita memusatkan hidup kepada-Nya, Dia akan memenuhi makan, minum, pakaian dan semua yang dicari semua bangsa di dunia ini (Matius 6:33). Itulah hidup yang kita seharusnya pilih untuk dijalani. Bukan sebaliknya. yaitu menjalani hidup mengejar kebutuhan sehari-hari saja atau yang hendak memuaskan keinginan kita di dunia, sehigga melupakan dan mengabaikan Tuhan, menjadikan Dia sebagai sesuatu yang kurang penting atau tidak penting sama sekali. 
Oleh karena hidup kita bergantung pada Tuhan dan ditentukan oleh-Nya baik di sini dan nanti, tidak ada yang lebih baik yang bisa kita lakukan selain kita menjadikan pencarian, pengenalan, pergaulan dan penyerahan hidup kepada Dia sebagai prioritas satu-satunya yang kita kejar selama di dunia. Ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita mencari penghidupan tetapi semuanya itu kita masukkan sebagai bagian dari pencarian dan perjalanan bersama Dia  
Di dalam Dialah kita bernafas, kita bergerak dan kita ada. 
Di dalam Dialah kita melakukan setiap tanggung jawab dan aktivitas kita sehari-hari. 
Dalam pimpinan-Nyalah kita menjalani hari-hari kita sehingga semuanya boleh menjadi sesuatu yang berkenan di hati-Nya karena kita belajar selalu mencari dan melakukan kehendak-Nya. 
Betapa indahnya dan puasnya hidup yang demikian!
Hidup seperti itulah hidup Yesus Kristus. Kehidupan termulia, teragung dan terbaik yang pernah dijalani seorang manusia -yang patut menjadi inspirasi dan teladan terbesar bagi kita, pengikut-pengikut-Nya. 
Rindukah hidup Anda dijalani serupa Kristus?
Salam Revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

DATANGLAH KEPADA SALIB KRISTUS, BUKAN DENGAN KEKUATAN SENDIRI!

Oleh Didit I. 

Saat kita menyadari bahwa diri kita sedang terjerat dalam dosa maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah kita berlari pada salib Kristus, bukan mengusahakan berbagai macam cara menebus dosa dengan usaha² sendiri seperti berbantah dengan Tuhan, mendaftar alasan² yang membenarkan diri,  membanggakan perbuatan baik (menolong orang² yang dalam kesusahan) /prestasi² dalam pelayanan, membanggakan polularitas dan banyaknya pengalaman kita dalam pelayanan. pikiran dan perbuatan² yang tampak baik dan saleh yang untuk menebus rasa bersalah dalam diri kita. 

Sambutlah kuasa darah Yesus, dalam kehancuran hati mintalah pengampunan, pemulihan dan pimpinam Tuhan. 
Dan saat kita berlari pada salibNya maka RohNya akan menyingkapkan dengan jelas terkait sikap, perbuatan, perkataan, pikiran kita yang telah menyakiti hatiNya bahkan kita akan dimampukan melihat kerinduan, harapan, kehendak, rencana, proses, tujuan, kemuliaan, keindahan Tuhan. Bukan hanya menerima pemulihan tetapi panggilan untuk kita bersekutu akrab dengan Tuhan. 
Dalam kehancuran hati seharusnya kita segera menyambut uluran tangan Tuhan yang penuh kasih karunia. TanganNya terbuka untuk menolong, menarik kita keluar dari lumpur dosa, memulihkan dan mengurapi kita untuk menghadirkan kerajaanNya dimuka bumi. Bukan sebaliknya, dalam kehancuran hati menjadi putus asa, marah, kecewa, berusaha menyikapi nasehat, petunjuk, arahan, pimpinan Tuhan sesuai pengertian kita sendiri bahkan mengabaikan kehendak, harapan, kerinduan, rencana, proses dan tujuan Tuhan dalam hidup kita. Bukti bahwa kita berlari pada salib Kristus adalah pengakuan yang jujur, terbuka dan hasrat untuk memperoleh keselamatan, pemulihan dari Kristus seperti pernyataan para penjahat yang disalib dan berada disamping salib Kristus.
Lukas 23:41-43 (TB)
41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
43 kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Setiap orang yang DATANG KEPADA KRISTUS DENGAN KERENDAHAN HATI DAN BERTOBAT MAKA PASTI memperoleh pemulihan, persekutuan dengan Kristus, penyingkapan akan visi, panggilan untuk menghadirkan kerajaan sorga dalam hidup kita. 
Dan benar adanya bahwa saat kita menerima panggilanNya untuk mendekat kepadaNya maka Tuhan akan melucuti selubung² dalam diri kita seperti pembenaran diri, kebanggaan, sikap hati/pikiran serta kebiasaan hidup manusia lama kita sampai tidak ada lagi alasan² membenarkan diri/menyalahkan orang lain. Tidak ada kebanggaan dalam hati kita selain Tuhan. Tidak ada lagi orang/harta/jabatan/apa pun yang kita andalkan selain Tuhan. Tidak ada lagi rencanaku dalam pikiran kita tetapi rencana Tuhan sebab pikiran orang² yang telah ditebus oleh kuasa Darah Yesus seharusnya meresponi karya Penebusan Kristus dengan cara mencari, merenung dan melakukan apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. 
Tuhan memberkati

JANGAN KERAP MERAGUKAN TUHAN LALU BERBANTAH DENGAN DIA

Oleh Peter B,  MA

“Engkau akan terbukti benar dalam semua perkataan-Mu, dan Engkau akan menang terhadap mereka yang berkata bahwa Engkau sudah berbuat salah.”
~ Roma 3:4 (TSI2)
Catatan saya : 
Janganlah kita membiasakan diri berburuk sangka terhadap Tuhan. Kita tidak akan pernah menang dari Tuhan dengan merasa lebih benar daripada Tuhan
Kita mungkin punya banyak pertanyaan, keberatan, ganjalan dan pikiran negatif terhadap Tuhan. Tanah hati kita penuh batu. Besar dan kecil. Itu pula yang menghambat kita untuk bertumbuh lebih lanjut. Karena batu² penghalang dan penekan jiwa itu, rohani kita layu, mengering dan mati. 
Ada orang² yang tidak mau mengikut Kristus, atau tidak mau menyerahkan diri serta hidupnya sepenuhnya pada Tuhan. Banyak alasannya. Bertumpuk² ketidakrelaannya. Sarat keberatan dan pertimbangan² manusiawinya. 
Mereka mungkin tampak tetap beribadah di gereja. Masih mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tapi jauh di dasar hati mereka, keraguan itu masih kuat. Nyata ada di sana. Mereka menetapkan syarat dan ketentuan bagi Tuhan, jika Tuhan mau mereka mengikuti Dia. Mereka tawar menawar. Berbantah-bantahan dengan Tuhan. Dari pikiran mereka yang terbatas dan sudut pandang mereka yang sempit, tanpa sadar mereka menghakimi Tuhan. Jika ada kesempatan, mereka akan menggugat Tuhan dan akan menudingkan telunjuknya untuk menunjukkn kesalahan² dan kegagalan² Tuhan mengatur, mengendalikan dan mengurus hidupnya maupun hidup orang² di dunia ini. Banyak kesalahan Tuhan yang akan diajukannya. Dan karena itu ia merasa berhak untuk tidak menyerahkan seluruh hidup pada Tuhan. 
Memang mustahil, bagaimana ia akan menyerahkan hidup kepada Pribadi yang tidak ia percaya dan tak dikenalnya? 
Demikian pemikiran sebagian orang, termasuk sebagian orang² Kristen sekalipun.  
Apakah ada di antara Anda yang berpikir demikian hingga hari ini? 
Masihkah Anda meragukan Dia dan berpikir bahwa Dia itu punya maksud dan rencana yang buruk atas hidup Anda?
Apakah Anda masih merasa Tuhan tidak becus mengatur kehidupan di bumi ini sehingga banyak hal tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan dan harapkan? 
Berapa persenkah Anda percaya ada firman perkataan-Nya?  Yakinkah Anda bahwa firman-Nya itu kebenaran yang sejati, yang wajib dipegang erat sebagai pedoman dan tuntunan kehidupan? 
Jika dalam hati Anda masih meragukan Tuhan, berhentilah melakukannya sekarang. Jangan teruskan. Bertobatlah dari kecenderungan hati yang terlalu lancang itu. Jangan bertindak bodoh. Jangan mau ditipu oleh iblis untuk mengambil jalan serupa dengannya, melawan kedaulatan Allah dan merendahkan Sang Penguasa Semesta. 
Jangan coba² berbantah²  dengan Tuhan. 
Jauh lebih baik kita merendahkan diri dan belajar. Miliki dan sediakan hati yang mau diajar, alih² menunjukkan hati yang suka memberontak dan tidak terima. Punyailah hati yang tunduk dan berserah pada Tuhan. Meskipun masih ada -bahkan banyak hal yang tidak kita mengerti- yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah percaya dan berserah ke dalam tangan pengaturan dan kedaulatan-Nya. 
Dengan demikian kita akan selalu ditempatkan dalam keadaan baik, lebih baik dan terbaik dari yang bisa kita pikirkan. Kita selalu akan baik² saja karena Dia beserta dengan kita dan di pihak kita. 
Suatu kali semua manusia akan berdiri di hadapan tahta pengadilan-Nya. Bahkan jika saat itu ada yang hendak menggugat Tuhan, Dia akan terbukti selalu benar. Walau ada yang mendakwa Dia bersalah, tuduhan itu pasti akan berbalik dan mempermalukan yang menyampaikannya. 
Tuhan akan terbukti benar. Ia selalu adil dan tepat dalam setiap langkah, keputusan dan pekerjaan-Nya. Kitalah yang sebenarnya sering meleset dari sasaran. Justru kita yang acap merasa benar dan tidak merasa bersalah walau telah menyimpang jauh. Ditopang kesombongan diri, kita bahkan lancang menegakkan kepala di hadapan Tuhan. 
Betapa bodoh dan sia²nya! 
Alangkah baiknya jika sejak sekarang kita tak berbantah² dengan Tuhan. Kita harus percaya pada-Nya. Menerima titah-Nya.  Menyerahkan diri pada-Nya untuk taat. Lalu hidup menjadi pelaksana² kehendak-Nya. 
Yang  hidup demikian, mungkin saja akan disangka bodoh di hadapan dunia tapi justru itulah hikmat sejati. Mungkin saja mereka dipermalukan oleh orang² yang tak peduli akan Tuhan tapi dari perkataan Tuhan sendiri kita tahu siapa yang akan mendapat malu. 
Yang bodoh dan malu adalah yang merasa yakin dirinya benar dan berani menghakimi Tuhan.
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua

BERHIKMAT, KUAT DAN BERSINAR

Oleh Peter B,  MA
Satu ayat yang indah dari 1 Korintus 1:25
Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
Paulus menyampaikan kebenaran luar biasa mengenai jati diri orang² Kristen sejati. Sayangnya, tidak banyak yang memahami ini, lebih² menghidupinya. 
Paulus sedang menyingkapkan suatu rahasia luar biasa, suatu kebenaran yang dahsyat akan siapa diri kita dan potensi apa yang kita miliki sebagai pengikut² Kristus saat ia memberikan pernyataan dalam nats di atas. 
Mereka yang memiliki iman dan persekutuan dengan Tuhan, dikatakan, lebih memiliki hikmat dari manusia² yang memiliki hikmat secara manusiawi semata. Mereka juga orang yang lebih kuat daripada manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri. 
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang percaya dan menaruh harap pada Kristus : 
1) telah mengambil keputusan terbaik sebagai manusia. Tidak ada yang lebih berharga dan berarti, yang mampu mengubah total kehidupan seorang manusia yang dikuasai dosa, yang cenderung melakukan yang jahat, yang sukar dan bahkan tidak mau melakukan apa yang baik apalagi yang benar, yang jalan hidupnya tanpa sadar tersesat dan mudah disesatkan menuju kebinasaan – tidak ada yang mampu membelokkan nasib dan sifat sedemikian untuk kemudian menjadi manusia² yang memiliki karakter baru, hidup baru, hingga tujuan kekal yang baru, seperti yang telah dilakukan Kristus bagi orang² yang menyerahkan hidup kepada-Nya. 
2) hidup melampaui kekuatan² manusia dan dunia ini. Sekalipun dalam pandangan dunia mereka dianggap bodoh dan lemah, tapi oleh karena Tuhan yang mereka sembah, ikuti dan layani, mereka memiliki sesuatu yang melebihi apa yang dimiliki dan dibanggakan orang² dunia ini
3) adalah orang² yang sekalipun tampak bodoh menurut pandangn dunia namun sesungguhnya memiliki hikmat terbaik dan terbesar yang dapat dimiliki seseorang selama hidup di dunia. Itulah hikmat Allah yang dikaruniakan dalam hidup manusia untuk memimpin hidup mereka di jalan kebenaran. Itulah pikiran Kristus.
Saat anak² Tuhan memilih untuk tidak lagi menjadi serupa dengan dunia ini, mereka memberikan pikiran mereka untuk diperbarui (lihat Roma 12:2). Mereka mengalami perubahan demi perubahan menjadi manusia² yang mengerti kehendak Tuhan, yang karena itu mereka akan akan dibawa pada jalan keselamatan, kemenangan keberkatan dan kehidupan yang penuh kelimpahan. 
Kebalikannya, mereka yang tak mengenal Kristus terjerat dalam pembenaran diri dan kebodohan. Mereka merasa mengenal Allah dan mengikuti jalan-Nya tapi sesungguhnya sedang mengikuti jalan yang disangka lurus tapi ujungnya menuju maut. Hidupnya sia² karena berujung kebinasaan. 
4) adalah orang² yang meski tampak lemah tapi sejatinya memiliki kekuatan luar biasa untuk menjalani hidupnya selama di muka bumi.
Dalam Kristus, kita dimampukan menanggung segala perkara (Filipi 4:13). Kita dapat beroleh kekuatan demi kekuatan maupun solusi demi solusi  yang kita perlu dalam menghadapi segala tantangan hidup (Yesaya 40:31; 1 Korintus 10:13). 
Kita beroleh damai sejahtera, sukacita dan segala kuasa sorgawi yang menolong dan memperlengkapi kita menghadapi setiap situasi atau masa² yang sukar (Roma 14:17; Filipi 4:8; Efesus 1:19; 3:16; 6:10). 
Kita beroleh janji perlindungan sempurna dari Tuhan (Mazmur 91). 
Betapa dahsyat hak istimewa kita sebagai orang² percaya. Inilah yang seharusnya membuat kita tidak ragu namun makin teguh berpegang dan bergantung penuh pada Tuhan kita. 
5) adalah orang² yang dipanggil dan dimampukan hidup dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi, melampaui menjadi orang² paling berhikmat dan kuat di dunia. Sebagai murid²  Kristus dipanggil untuk mewarnai dunia, mempengaruhi sekitar kita, membawa dampak keselamatan dan pemulihan, menjadi garam dan terang bagi sekeliling kita.
Itulah kekuatan dan kuasa yang dianugerahkan pada kita. 
Kita dipanggil bukan sekedar menjalani hidup yang lemah dan mandul. Apalagi kemudian menjadi babak belur, terharu biru dengan berbagai problem, tekanan hidup, tenggelam dalam berbagai urusan dan masalah sehari² yang membuat hidup kita dibayangi ketakutan, kekuatiran, kecemasan dan kekalahan. 
Bukan demikian cara kita memandang jati diri kita sebagai anak² Tuhan. Kita dipanggil menjadi kuat dan perkasa oleh kekuatan dan kasih karunia Tuhan atas kita. 
Orang² Kristen yang masih hidup di bawah standar identitasnya dalam Kristus, jelas tidak benar² mengenal Tuhan dan siapa mereka di dalam Tuhan. Mereka pada dasarnya sekedar mengamalkan semacam agama semata. Yang mendasarkan kehidupan atas pengetahuan religius yang sekedar ditangkap dan dipahami secara teori di benak mereka namun tidak pernah benar² mereka alami dan rasakan secara nyata kuasa Tuhan itu dalam hidupnya (lihat 2 Timotius 3:5). 
Mereka telah ditipu dan dikuasai oleh iblis dengan permainan² agamawi semata. Yang mengharap perkenan Tuhan dan mendapatkan sorga tetapi sehari² lebih banyak hidup menuruti jalan pikiran mereka sendiri yang dikuasai kelemahan manusiawi dan dipengaruhi pola pikir duniawi. 
Orang² yang memahami harta pusaka mereka dalam Kristus, akan hidup menyatakan kemuliaan Kristus. Kehidupan mereka mengherankan dan menggentarkan sekeliling mereka yang masih belum mengenal dan datang kepada Tuhan. Mereka yang hanya menjalani hidup biasa² saja, yang menangani masalah serupa dengan mereka yang belum mengenal Kristus, sekedar hidup menurut ukuran² masyarakat pada umumnya, belum benar² menghidupi identitas yang Tuhan berikan pada mereka. 
Meskipun demikian, kasih karunia masih diberikan pada kita. Inilah waktunya anak² Tuhan bangkit. Menjadi terang di tengah kegelapan dunia. Ada suatu kehidupan yang bersinar yang Tuhan ingin munculkan dari hidup Anda dan saya. Hidup yang penuh dengan keberanian, ketenteraman, ketenangan dan kekuatan dari tempat yang maha tinggi. Yang menyikapi segala sesuatu menurut cara dan hikmat Tuhan.
Adakah Anda dan saya termasuk dari orang² pilihan Tuhan ini? 
Salam revival
Tuhan memberkati kita semua