Arsip Bulanan: September 2023

BERSIAP UNTUK MASA DEPAN

Oleh Peter B, MA

“Mereka yang paling menyiapkan diri adalah mereka yang paling mendedikasikan diri”

-Raymond Berry (pelatih American Football)

“Saya akan mempersiapkan diri dan suatu hari kesempatan saya pasti datang”

-Abrabam Lincoln (mantan Presiden AS)

“Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan bergantung pada penasihat yang banyak.”

-Amsal Salomo 24:6

Mungkin hanya sedikit sekali dari antara Perdana Menteri Inggris bahkan di antara pemimpin dunia yang diakui dan dikagumi kepemimpinannya seperti Perdana Menteri Inggris di era Perang Dunia II (1940-1945), Winston Churchill. Bagaikan seorang singa yang lapar, Churchill menempati posisinya dalam sejarah sebagai pribadi yang paling giat menentang ekspansi besar-besaran dari Diktator Jerman, Adolf Hitler. Dia pulalah yang akhirnya menggandeng Presiden AS saat itu, Franklin Delano Roosevelt, untuk bersatu menghadapi agresi Hitler atas Eropa. Sebagai hasilnya, Hitler terkepung di bunkernya dan dengan putus asa membunuh diri bersama-sama pengikutnya yang setia -itu pula yang menjadi awal berakhirnya Perang Dunia II.

Yang menarik dari kehidupan Winston Churchill adalah bahwa sebelum menjadi Perdana Menteri, Churchill telah mencicipi berbagai jenis pekerjaan dan jabatan di Inggris. Oleh karena itu, pada saat pelantikannya sebagai Perdana Menteri Inggris di bulan Mei 1940, Churchill yang menyadari keadaan bangsanya dan pergolakan yang sedang terjadi di Eropa dan dunia tahu benar apa yang akan dihadapinya maupun apa yang akan dikerjakannya sebagai pemimpin Britania Raya. Buku Catatan Harian Churchill mencatat bahwa ia menuliskan kalimat-kalimat berikut ini semasa peperangan berlangsung :

“Saat pergi tidur jam 3.00 dini hari, saya menyadari adanya kelegaan besar. Akhirnya saya memiliki wewenang untuk memimpin seluruh skenario. Saya merasa seolah berjalan dengan tujuan pasti, dan bahwa kehidupan saya di masa lalu hanyalah persiapan untuk saat ini dan ujian ini…Saya mengetahui banyak hal tentang semua itu, dan saya yakin tidak akan gagal.”

Perjuangan Churchill cukup cepat pada periode ini. Ia berdiri melawan Nazi Jerman ketika langit Inggris hanya dipertahankan oleh pemuda tanggung dan rakyatnya berlumuran darah, dipukuli, serta hancur oleh pengeboman malam.

Walaupun masa itu oleh sebagai kalangan disebut sebagai saat yang paling gelap bagi Inggris, Churchill justru menganggap saat itu sebagai “saat terbaik” Inggris. Istilah itulah yang kemudian digunakan oleh sejarahwan untuk melukiskan kinerjanya sebagai pemimpin.

Bagaimana ia melakukannya? Kata-katanya sendiri, yang baru saja dikutip memberikan petunjuk yang jelas.  Kata-katanya sendiri, yang baru saja dikutip memberikan petunjuk yang jelas.  Ia tahu “sangat banyak” :

– Dua jabatannya sebagai First Lord of Admiralty (semacam KSAL) dan pengalamannya sebagai menteri telah memberinya wawasan tentang betapa militer dan pemerintah harus mengoordinasikan usaha;

– Ia telah memiliki “wewenang untuk memimpin”: ia memimpin orang-orang dalam pertempuran, dinas pemerintahan dan parlemen;

– Ia adalah orang yang mempunyai “tujuan pasti”: sebagai sejarahwan dan pembaca yang tekun, ia mengukur dirinya dengan jejak peninggalan para pemimpin besar semasa perang;

– Ia percaya diri, “Saya yakin tidak akan gagal.”

Sebagai sejarahwan, Geoffrey Best panjang lebar menggambarkan dalam metabiografi satu jilidnya, bahwa Churchill telah MENYIAPKAN DIRI menghadapi tantangan ini sepanjang hidupnya : sebagai tentara, anggota parlemen, menteri, sejarahwan dan wartawan.

Sebagai visioner, Churchill mengerti benar bahwa tidak ada perkara besar dan kebaikan di masa depan tanpa persiapan. Dengan tekun dan gigih, Churchill telah mempersiapkan diri, Tidak mengherankan apabila sekarang seluruh dunia mengakui bahwa peranan kepemimpinannya dalam sejarah.

KONDISI HATI YANG DICARI OLEH ALLAH

Salah satu kebenaran Firman yang saya terima di awal pertobatan saya kepada Tuhan adalah kebenaran yang terus tersimpan hingga saat ini di hati saya. Karena hal itu, saya tidak berhenti bersyukur kepada Tuhan karena telah mengajar saya mengenai satu kebenaran yang berharga ini -yang lebih dari-pada harta apapun yang dapat diberikan oleh seseorang kepada saya. Bagi saya kebenaran ini merupakan salah satu inti dari keseluruhan perjalanan kita mengiring Tuhan. Setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus seharusnya mengerti dengan benar akan kebenaran ini. Kebenaran apakah itu gerangan?

Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa untuk dapat terus bertahan dalam mengiring Dia kita harus memiliki suatu keadaan hati yang tepat -sesuai yang diinginkanNya. Tujuannya adalah supaya saya tidak mudah putus asa, menjadi lemah, tawar hati, bosan atau undur dari Dia melainkan hari demi hari semakin menikmati persekutuan yang lebih intim, mendalam, penuh sukacita, kelimpahan berkat dan semakin bertambah-tambah dalam pengenalan akan Dia. Inilah kondisi hati yang dicariNya di antara umat manusia, di dalam diri setiap anak-anakNya, di tengah-tengah gerejaNya. Ini juga merupakan sikap hati yang dimiliki oleh setiap hamba-hambaNya di masa lampau. Ini adalah apa yang menjadi salah satu syarat terpenting dalam pengabdian kita kepada Tuhan. Keadaan hati yang bagaimana itu sebenarnya?

Untuk dapat memahami hal ini, mari kita perhatikan beberapa nats yang penting. Kesimpulan dari rangkaian ayat-ayat ini akan menjadi jawaban dan pewahyuan bagi kita semua akan suatu keadaan hati yang paling dicari oleh Allah.

·Dalam Matius 11:29 dikatakan : “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” Perhatikanlah frase “belajarlah kepadaKu…” Apa artinya? Mengapa bagi mereka yang letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11:28) Yesus memerintahkan mereka untuk datang kepadaNya yang sanggup memberi kelegaan sekaligus mereka kemudian bersedia untuk menanggung beban dari Dia (“pikullah kuk yang Kupasang”) dan belajar kepadaNya? Di sini kita dapat mengetahui dan mengerti bahwa manusia terbelit banyak masalah dan kerumitan dalam hidupnya -sehingga hidup mereka menjadi stress, letih lesu dan penuh dengan beban berat- tidak lain karena mereka menjalani hidup mereka dengan cara dan pikiran mereka sendiri. Kenyataannya manusia memerlukan hikmat Allah supaya hidupnya berbahagia dan penuh dengan vitalitas. Jadi, manusia harus mau MERENDAHKAN DIRI dan BELAJAR dari Allah mengenai bagaimana seharusnya mereka hidup. Itulah sumber kelepasan dan kekuatan dalam hidup di dunia yang penuh dengan kepenatan jerih lelah. Bukankah Salomo dalam hikmatNya menemukan pula kebenaran ini saat ia berkata : Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu (Amsal 3:5-8).

Lagi dalam Amsal 1:20-23 dikatakan “Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. “Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” Perhatikanlah! Ada teguran yang keras bagi mereka yang menolak untuk mendengar seruan hikmat, memperhatikan peringatan dari kebenaran, mengabaikan pengajaran pengetahuan, dan bagi mereka yang cinta kepada keadaan mereka yang bodoh, bebal dan tidak mengenal kebenaran itu. Betapa Tuhan -yang menyatakan diri sebagai hikmat- memiliki kerinduan yang besar untuk mengajar serta mendidik manusia yang telah menyimpang jalannya itu. Tuhan, lagi-lagi, mencari mereka yang dengan RENDAH HATI mau mendengar dan belajar jalan-jalanNya.

Juga dalam Mazmur 32:8-9 tertulis dengan jelas, “Aku hendak mengejar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarungannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau” Tuhan hendak mengajar, jangan engkau seperti bagal! Tuhan hendak menunjukkan jalan yang benar, jangan engkau lari dari padaNya! Lagi-lagi, kita mendapati bahwa Tuhan mencari mereka yang dengan rela hati BELAJAR atau MERENDAHKAN DIRI untuk diajar.

Dari nats-nats di atas, nyatalah bagi kita akan keadaan hati seperti apakah yang dicari oleh Allah. Tuhan mencari mereka yang merasa belum mengerti apa-apa mengenai Dia dan akhirnya mau bangkit untuk belajar dari Dia, menjadi haus akan pengajaranNya, hidup untuk secara aktif terus menerus mengenal Dia dan jalan-jalanNya. Ya, hati yang miskin di hadapan Allah serta lapar dan haus akan kebenaran (Mat.5:3) sangat berkenan di hadapanNya.

Belajar dan belajar. Bertambah-tambah dalam segala hal. Itu semua merupakan sikap hati dan gaya hidup para penyembah sejati. Mereka yang berjalan bersama Tuhan setiap hari harus memiliki karakter demikian. Tanpa hati yang rendah hati dan kerinduan untuk melengkapi apa yang masih kurang dalam pengabdian kita kepada Tuhan, kita segera akan menjadi bosan, kelelahan, tersesat sehingga semakin jauh dari tujuan utama hidup kita yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Kiranya benar kata-kata dari seorang yang tidak dikenal bahwa, “Beberapa orang tidak pernah sedikitpun menjalani tu-juan hidupnya karena mereka tidak mau merendahkan diri mereka sendiri untuk belajar, bertumbuh dan berubah.”

KERELAAN UNTUK BELAJAR DAN MEMPERSIAPKAN DIRI TERUS MENERUS : GAYA HIDUP SEORANG VISIONER ILLAHI

Menjadi pejuang-pejuang visi illahi merupakan pekerjaan yang besar. Sangat mungkin ini menjadi proyek seumur hidup kita. Masalahnya adalah visi tidak dicapai dengan sekejap mata. Menciptakan perubahan yang drastis di masa depan bukanlah usaha yang dapat dicapai sambil berdiam diri, duduk santai seperti menunggu durian jatuh. Mengerjakan visi adalah kerja keras, kerja keras dan kerja keras. Itu menuntut seluruh keberadaan kita. Itu akan menyita seluruh perhatian dan sumber daya kita sebagai seorang manusia. Dan pada masa-masa awal perjuangan mewujudkan visi itu diperlukan PERSIAPAN-PERSIAPAN yang diperlukan untuk itu. Dalam rangka persiapan-persiapan itulah sikap hati yang mau belajar menempati posisi yang sangat penting. Orang yang malas berpikir dirinya telah cukup siap sehingga enggan bersusah payah untuk belajar. Sebaliknya -seperti semut yang menyediakan roti di musim panas dan mengumpulkan makanan pada waktu panen (Amsal 6:8) – orang yang menatap jauh ke depan mempersiapkan diri mereka seutuhnya (Kejadian 41:46-57). Visi yang diberikan Allah merupakan harta yang tak ternilai harganya karena menyangkut keselamatan dan kebaikan banyak orang. Kita wajib memberikan yang terbaik untuk melihatnya menjadi kenyataan. Mengenai kerja keras, John Burroughs mengatakan, “Untuk apa saja yang layak untuk dimiliki, orang harus membayar harganya; dan harganya selalu berupa kerja keras, ketekunan, kasih dan pengorbanan diri.”

Pelajaran dari hidup sehari-hari

Ambillah beberapa contoh, Seseorang bercita-cita di masa depannya untuk menjadi seorang dokter. Apa yang akan ia lakukan untuk mencapainya? Kita semua mengetahui jawabannya. Tentu saja ia akan belajar dengan baik di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah. Lebih khusus lagi, ia akan menekuni bidang ilmu pengetahuan yang akan berhubungan dengan ilmu kedokteran-yaitu bidang ilmu pasti. Kemudian ia akan mendaftar, masuk dan menjadi mahasiswa fakultas kedokteran selama beberapa tahun. Setelah lulus, ia akan mengurus perizinan praktek dan bertugas sebagai seorang dokter. Perhatikanlah. Segala hal yang dilakukan, dikerjakan, dan dijalani sebelum ia menjadi seorang dokter itulah yang kita sebut sebagai PERSIAPAN dan PROSES BELAJAR.

Tahapan-tahapan yang mengandung prinsip yang tidak jauh berbeda akan kita temukan dalam berbagai bidang. Mereka yang ingin menjadi musisi, belajar dan mempersiapkan diri dalam bidang musik. Mereka yang menginginkan pertunjukan teater atau drama yang sukses akan belajar naskah, karakter-karakter yang diperani lalu berlatih, berlatih dan berlatih. Hal yang sama juga dapat ditemukan dalam kehidupan para atlet. Penampilan mereka selama beberapa detik di lintasan lari cepat atau jalur renang merupakan klimaks dari hasil berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun belajar, berlatih dan mempersiapkan diri.

Peribahasa Inggris berkata “Practice makes perfect”. Berlatih menghasilkan kesempurnaan. Bagi para visioner, kesempurnaan adalah keadaan yang hendak mereka tuju. Hanya dengan mempersiapkan diri sematang-matangnya, tujuan menjadi sesuatu yang tidak mustahil untuk dicapai. Benar sekali kata-kata nasihat berikut ini, “Siapa yang gagal mempersiapkan diri, bersiap untuk gagal.” Kenyataan membuktikan bahwa mereka yang paling siap menerima kesuksesan adalah mereka yang akan bertahan dalam kesuksesan tersebut.

Pelajaran dari para visioner illahi sebelumnya

Mengenai hal ini, para pengantisipasi dan perancang masa depan di dalam Tuhan tidak terkecualikan. Mereka yang menyebut diri sebagai visioner illahi menghidupi suatu gaya hidup yang bertumbuh, belajar dan berkembang setiap hari. Mereka mempersiapkan diri untuk meraih masa depan bersama Tuhan. Sebaliknya daripada menjadi malas, berpuas diri dan mengalami stagnasi (berhenti di satu titik) mereka terus merangsek maju, menerima proses Allah dan dengan sukacita memandangnya sebagai proses persiapan diri untuk memasuki masa depan sesuai rencana Allah. Kegoncangan dan perubahan yang diijinkan terjadi dalam hidup kita seharusnya tidak hanya menjadikan kita kuat dan tegar. Segala kesulitan, tantangan, masalah yang menghadang harus memacu kita untuk secara kreatif melatih diri dan kemampuan kita.

Salah satu visioner illahi yang luar biasa adalah Yusuf, anak Yakub, cicit Abraham. Sejak tampilnya dia sebagai seorang anak muda, ia telah memiliki impian. Mimpi dari Allah mengilhaminya bahwa suatu saat ia akan menjadi seorang pemimpin besar di antara saudara-saudaranya. Sekalipun begitu, jalan menuju visinya adalah jalan menurun lagi terjal. Secara jasmaniah, bukan peningkatan dan kemakmuran yang ia alami melainkan penderitaan, fitnah, penolakan dan perendahan harga diri. Yusuf ditolak dan dijual saudara-saudara kandungnya sendiri. Yusuf bekerja sebagai seorang budak yang kemudian menjadikannya berakhir di penjara karena fitnah istri Potifar, majikannya. Di penjara negeri asing, Yusuf mencapai titik terendah dalam hidupnya. Tetapi setelah beberapa tahun lamanya mendekam di sana, Yusuf keluar dan dilantik dengan gilang gemilang sebagai raja muda Mesir. Proses belajar dan persiapan Yusuf telah selesai sebagian besarnya. Visi Allah akhirnya menjadi nyata dalam hidupnya. Benarkah Yusuf mempersiapkan dirinya dengan baik? Dari manakah kita mengetahuinya? Jika kita melihat kisah selanjutnya, Yusuf ternyata menjadi seorang pengelola kekayaan dan kemakmuran Mesir (Kejadian 39: 4-6). Dialah salah satu manajer paling sukses dalam sejarah peradaban manusia. Nah, dari manakah kiranya Yusuf mendapatkan kemampuan manajerial yang begitu hebat -sedangkan Yusuf tidak pernah mengenyam satupun pendidikan tinggi di bidang manajemen? Tentu dari hikmat Allah, tetapi Yusuf belajar dalam praktek langsung. Ingatkah Anda ketika ia menjadi budak di rumah pejabat Mesir, Potifar? Ia menjadi budak kepercayaan yang mengurus seluruh keperluan tuannya itu. Benar, seluruhnya. Alkitab bahkan mencatat bahwa Potifar tidak lagi mengurus apapun yang lain selain makanan dan istrinya sendiri (Kej.39:4-6). Selepas dari runah Potifar, pelajaran yang lebih sulit menunggu Yusuf. Sekolah manajemen yang harus dimasukinya kali ini adalah penjara. Dalam kondisi yang mungkin penuh kekecewaan dan ketidakpastian, Yusuf tidak putus asa. Ia telah memberikan yang terbaik. Penjara yang penuh dengan para pelaku kriminal, yang sangat sulit dikendalikan dan diatur tentunya, menjadi tempat pelatihan Yusuf yang sempurna dalam bidang kepengurusan. Yusuf, sekali lagi, menjadi kepercayaan kepala penjara (Kej.39:21-23) karena Yusuf menolak untuk berhenti belajar serta mempersiapkan diri. Maka ketika panggilan Allah menjadi nyata, Yusuf telah siap menjadi alat yang tepat bagi Allah untuk karya penyelamatanNya.

Untuk lebih menekankan hal ini, saya hendak menguraikan beberapa kalimat yang dikutip dari tulisan James Stalker, dari bukunya yang berjudul Masa Hidup Yesus Kristus. Dalam bukunya, dengan indah Stalker mengulas beberapa latar belakang kehidupan masa kecil dan masa-masa sebelum pelayanan 3,5 tahun Kristus di muka bumi. Inilah beberapa uraiannya :

Mengenai pendidikan Yesus:

Yesus menerima pendidikanNya di rumah, atau dari seorang guru yang bertugas dalam rumah ibadat di desa itu. Bagaimanapun, pendidikan tersebut hanyalah pendidikan untuk orang miskin. Seperti yang dikatakan para ahli Taurat untuk menghina Dia, Yesus tidak pernah belajar, atau seperti istilah kita: tidak mempunyai pendidikan perguruan tinggi. Tetapi sebetulnya sejak kecil Yesus sudah gemar akan pengetahuan. Setiap hari Yesus mengalami sukacita karena berpikir secara dalam tentang hal-hal yang menggembirakan. Ia memiliki kunci yang terbaik untuk memperoleh pengetahuan yaitu pikiran yang terbuka dan hati yang mengasihi. Dan ketiga buku luar biasa yang selalu siap dibacaNya adalah Alkitab, Manusia dan Alam….

Mudah dimengerti betapa Dia dengan sangat bersemangat mendalami Perjanjian Lama. PerkataanNya yang penuh dengan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama, memberikan cukup banyak bukti bahwa Perjanjian Lama terus menerus menjadi makanan bagi pikiranNya dan penghiburan bagi jiwaNya. Penelaahan Perjanjian Lama waktu Dia muda adalah rahasia kecakapanNya yang menakjubkan yang dipakaiNya kemudian untuk memperkaya khotbahNya dan memperkuat ajaranNya, untuk menangkis serangan para penentangNya dan untuk mengatasi pencobaan Iblis…..

Mengenai Yesus belajar dari alam sekitarnya:

Para wisatawan menceritakan kepada kita bahwa tempat Ia dibesarkan adalah salah satu tempat yang paling indah di bumi ini. Nazaret terletak di sebuah lembah terpencil yang bentuknya seperti mangkuk dikelilingi oleh pegunungan Zebulon, tepat di daerah yang melandai ke dataran Esraelon…. Rumah-rumahnya yang putih, yang temboknya di-jalari oleh tanaman anggur, dikelilingi oleh taman-taman dan rumpun-rumpun pepoho-nan Zaitun, Ara, Jeruk, dan Delima. Ladang-ladang dibatasi oleh pagar-pagar Kaktus, dan dihiasi oleh tak terhitung banyaknya bunga-bunga berwarna-warni….

Khotbah-khotbah Yesus menunjukkan betapa Ia sangat menikmati keindahan alam ini dalam pelbagai aspek sesuai dengan perubahan musim. Pada waktu berkeliaran sebagai anak laki-laki di ladang-ladang inilah la mengumpulkan gambaran-gambaran keindahan yang dituangkanNya ke dalam perumpamaan-perumpamaan dan khotbah-khotbahNya. Di bukit inilah Ia memperoleh kebiasaan yang kemudian dipakai dalam kehidupannya untuk menyendiri ke puncak-puncak gunung dan berdoa sendirian semalam suntuk. Ajaran-ajaran khotbahnya TIDAK TERBIT SECARA MENDADAK. Ajaran-ajaran ini dicurahkan bagaikan aliran air yang hidup apabila diperlukan, tetapi air itu sudah terkumpul di dalam sumur yang tersembunyi bertahun-tahun sebelumnya. Di ladang-ladang dan di lereng-lereng gunung ini Ia telah merumuskan ajaran-ajaranNya selama tahun-tahun bahagia waktu Dia dapat merenungkannya dan berdoa dengan tidak terganggu.

Mengenai PertumbuhanNya yang Tenang :

Sementara itu, Dia yang dinanti-nantikan banyak orang dengan cara mereka masing-masing, berada di tengah-tengah mereka, walaupun mereka tidak menyangkanya. Hampir mustahil mereka dapat menyangka bahwa Dia yang selalu mereka pikirkan dan doakan, sedang bertumbuh dalam keluarga seorang tukang kayu di Nazaret yang hina. Di sanalah Dia MEMPERSIAPKAN DIRINYA UNTUK PEKERJAANNYA. PikiranNya sibuk mempelajari tugas yang sangat besar yang menantikanNya, tugas yang dinubuatkan pada masa lalu. Matanya menatap masyarakat negeri itu dan hatiNya merasa sedih karena melihat dosa melanda negeri itu….

Umum berpendapat bahwa Yesus tampil sebagai seorang yang pikiranNya sudah berkembang secara teratur, dengan watak yang teguh, dan dengan rencana-rencana yang bergerak maju menuju akhirnya tanpa keragu-raguan. Ia tidak pernah menyimpang dari tujuanNya selama tiga tahun itu dari sejak Dia mulai menjalankannya. Penyebabnya pastilah karena selama 30 tahun sebelum pelayananNya kepada orang banyak dimulai, gagasan-gagasanNya, watakNya, dan rencanaNya telah berkembang sampai sempurna. Walaupun kehidupanNya di Nazaret kelihatan sangat sederhana, di bawah permukaannya terdapat satu kehidupan yang penuh semangat, keserbaberagaman dan kemuliaan. Di bawah ketenanganNya dan keadaan tidak dikenal SEDANG BERJALAN SEMUA PROSES PERTUMBUHAN YANG MENGHASILKAN KEPRIBADIAN INDAH YANG MENAKJUBKAN SEMUA ORANG DARI SEGALA ZAMAN. PERSIAPANNYA MEMAKAN WAKTU LAMA. Bagi seseorang yang mempunyai kuasa yang begitu besar, 30 tahun merupakan waktu yang lama untuk berdiam diri. KUASANYA UNTUK MENAHAN DIRINYA DALAM PERKATAAN DAN TINDAKAN MERUPAKAN SUATU SIFAT KHAS YANG SANGAT AGUNG. Hal ini pun dipelajari di Nazaret. Di sanalah Dia menunggu sampai tiba saat persiapanNya telah sempurna. TIDAK ADA YANG DAPAT MENGGODANYA UNTUK TAMPIL SEBELUM WAKTUNYA TIBA, walaupun dalam hatiNya ada keinginan membara untuk memprotes dengan keras berbagai kebobrokan dan kesalahan zaman yang memprihatinkan itu. Ia juga tidak tergoda oleh keinginan yang meluap-luap untuk melakukan sesuatu yang baik bagi sesamaNya manusia.

Para pembaca yang terkasih, jika visioner Agung kita memerlukan persiapan -dengan waktu yang lama. Betapa kita pun mutlak memerlukan proses belajar dan persiapan yang lebih lagi. Yesus telah memberikan teladan yang tiada bandingnya, adakah kita tetap duduk tenang dan bermimpi kosong?

PERSIAPAN-PERSIAPAN SEORANG VISIONER ILLAHI

Mengingat pentingnya persiapan, kita perlu mengenali bidang-bidang apakah yang perlu dipersiapkan dalam proses pencapaian visi -menjadi pelaksana-pelaksana rencanaNya yang efektif di dunia ini. Untuk memahami penjelasan pada bagian ini, saya berangkat dari asumsi bahwa Anda telah mengetahui apa yang telah menjadi visi hidup Anda di dalam Tuhan. Tugas saya tidak lebih untuk menunjukkan pada titik-titik mana Anda harus memberikan perhatian khusus dan hal-hal yang mutlak harus ada bagi mereka yang mengaku sedang mengerjakan visi Allah.

1. Persiapan Fisik dan Mental

Sejujurnya, tidak ada satu pun visi yang luar biasa besar yang tidak akan menyita seluruh keberadaan kita, secara mental maupun fisik. Sekali lagi, mengerjakan dan hidup dalam visi adalah kerja keras, kerja keras dan kerja keras. Ketekunan yang didukung oleh ketangguhan fisik maupun mental merupakan faktor penting yang menentukan apakah kita dapat hidup dalam visi yang besar itu atau tidak. Akan ada waktu-waktu yang sangat padat dengan kegiatan dan kesibukan. Akan muncul banyak permasalahan, tekanan, tuntutan, termasuk hambatan serta rintangan dari segala arah yang tanpa ampun meregang segala kapasitas mental kita.

Dalam mengerjakan visi Allah, kita diperintahkan untuk memandang kepada Yesus: “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhudap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa” (Ibrani 12:3). Dan jika kita mengamati kehidupan Yesus tentu kita akan tahu bahwa tantangan yang dihadapi Kristus menguras seluruh kekuatan fisik maupun mentalnya. Sesungguhnya hidup Kristus dipenuhi tantangan yang tiada habisnya. Kurangnya waktu tidur (Matius 14:23-25), waktu makan yang tidak menentu (Markus 6:31), jarangnya tempat beristirahat yang memadai (Matius 8:20) sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari Yesus. Dan sekalipun tidak pernah disebutkan, betapa besar tekanan mental yang dirasakan oleh Yesus melalui caci maki, hinaan, fitnah, tuduhan, pengusiran, tekanan kebutuhan hidup dan sebagainya.

Berbicara mengenai panggilan kita, sesungguhnya tidak akan jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Kristus. Renungkan sejenak panggilan Anda. Bayangkanlah visi Anda pada saat itu bertumbuh menjadi kenyataan di suatu waktu di masa depan. Apakah Anda memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan enak bagi Anda saja? Apakah itu akan menjadi masa-masa yang semakin ringan seperti suatu liburan yang tidak ada habisnya? Tentu saja tidak! Segera setelah Anda benar-benar dipakai Allah untuk memberkati banyak orang, Anda akan semakin sibuk, semakin dituntut dan semakin besar tanggung jawab Anda. Apapun panggilan Anda, pada saat Anda benar-benar hidup di dalamnya itu pasti sungguh-sungguh memerlukan suatu keadaan fisik yang tangguh dan mental seperti baja untuk dapat menyelesaikan misi Allah!

Tidak dapat dibantah bahwa Kristus memperoleh kekuatan yang tiada habis melalui persekutuan intim dengan BapaNya. Namun satu hal tidak boleh kita lupakan bahwa Yesus juga seorang manusia yang tentu memiliki keterbatasan fisik. Tubuh jasmaniahNya membutuhkan makanan, minuman dan istirahat. Secara jiwa, Yesus memerlukan hiburan dan penyegaran. Tekanan yang begitu besar -semuanya tidak mungkin dapat ditangani dengan tiba-tiba. Lagi-lagi kita harus mengakui bahwa persiapan Yesus selama 30 tahun awal kehidupanNya pastilah turut berperan. Fisiknya menjadi kuat karena pekerjaan kasar sebagai tukang kayu menjadikan tubuhNya tidak mudah sakit-sakitan. Mentalnya sebagai anak tukang kayu yang bukan golongan orang terpandang melainkan rakyat biasa ditambah pendidikannya yang rendah menjadikan Yesus terbiasa dalam kesederhanaan dan kemiskinan.

Mengenai kita, kita tidak harus menjadi tukang kayu atau hidup di bawah standar kemiskinan untuk melatih fisik dan mental kita. Yang terutama adalah kita harus membiasakan diri memiliki hati yang merendah, low profile, tidak hidup dalam keangkuhan dunia. Fisik kita seharusnya dilatih melalui olahraga yang teratur, bergaya hidup sehat, tidak mengkonsumsi hal-hal yang merusak tubuh seperti merokok atau minuman keras. Lebih daripada segalanya, Tuhan yang memanggil kita tahu bagaimana memproses fisik dan mental kita. Melalui bisikan RohNya, Ia akan menggerakkan kita dengan hikmatNya untuk melakukan apa-apa yang perlu bagi kebaikan fisik dan mental kita. Oleh karena itu, kita harus menjalani prosesNya dalam cara pandang yang sedemikian : yaitu tekanan, hinaan, penolakan atau bahkan fitnah yang dilancarkan kepada kita merupakan salah satu proses bagi ketangguhan mental kita di dalam Dia.

2. Pendalaman dan Penghayatan Panggilan Kita maupun Bidang-bidang dimana Kita Dipanggil

Setelah mengetahui tujuan hidup serta panggilan Allah dalam hidup Anda, maka Anda telah siap hidup sebagai seorang visioner illahi. Sebagaimana setiap orang memiliki minat dan bakat tertentu sehingga setiap orang memiliki cita-cita dan keinginan yang tidak sama satu sama lain, demikian pula Allah memanggil Anda dalam panggilan yang khusus. Kekhususan posisi Anda dalam rencana Allah menuntut persiapan Anda di dalam bidang yang khusus itu pula. Sama seperti seorang yang ingin menjadi penyanyi harus berlatih dan mendalami bidang tarik suara atau seperti Yusuf yang akhirnya dipanggil untuk mendalami bidang kepemimpinan dan manajemen, seperti itu pula kita harus menekuni, mendalami dan menghayati bidang-bidang panggilan Allah atas kita.

Sesungguhnya, lebih daripada zaman manapun yang pernah ada kita memiliki keuntungan yang besar untuk menimba ilmu pengetahuan pada saat-saat ini. Tokoh-tokoh dalam Alkitab seringkali belajar dari alam, keadaan sekitar mereka, kejadian-kejadian yang sedang berlangsung maupun dongeng-dongeng atau cerita-cerita rakyat yang sangat terbatas sekali keberadaannya. Demikian pula hingga 2-5 abad yang lampau terlebih sebelum ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg -banyak orang belajar secara lisan karena buku-buku hanya dapat dibeli oleh orang-orang kaya karena mahal harganya (buku-buku pada waktu itu ditulis dengan tangan dan tidak dapat digandakan). Sebaliknya, kini kita memiliki segala bentuk sumber informasi dalam bidang apapun. Media massa, internet, buku-buku, majalah, terjemahan Alkitab, kamus-kamus dan sebagainya tersedia dimana-mana dengan limpahnya. Melihat keadaan ini, kita seharusnya menyadari bahwa inilah saatnya dimana kita dapat menjadi dan mencapai lingkat yang tertinggi dalam memenuhi panggilan Allah dalam hidup kita. Itu karena segala sarana yang kita perlu untuk belajar dan memperdalam panggilan kita telah tersedia sangat limpah di sekitar kita.

Oleh sebab itu, janganlah biarkan diri Anda teralihkan kepada hal-hal yang lain. Mari fokus pada bagian yang ditentukan bagi kita. Inilah nasihat rasul Paulus yang perlu kita ingat “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing” (Roma 12:3). Apa yang tidak boleh kita pikirkan adalah hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kita pikirkan. Itulah hal-hal yang bukan menjadi bagian dari panggilan kita. Pada sisi yang lain, kita diperintahkan untuk berpikir dengan cara yang sedemikian sehingga kita dapat bertindak tepat sesuai dengan bagian kita. Cara berpikir yang dimaksud tentunya adalah suatu cara berpikir yang dipenuhi dengan segala hal yang tepat, perlu, dan benar sesuai dengan apa yang ditetapkan Tuhan bagi hidup kita. Jadi, sudahkah Anda mendalami dan menghayati bagian yang menjadi visi hidup Anda hari ini?

3. Berlatih Mengembangkan Karakter yang Diperlukan untuk Hidup dalam Visi Allah

Pernahkah Anda berpikir mengapa kehidupan, tindak tanduk dan gaya hidup seorang tentara atau mantan tentara kelihatan seperti berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya? Saya sering menjumpai mereka di jalan-jalan atau di pusat perbelanjaan. Saya sempat berbicara dan berkenalan dengan beberapa orang yang aktif di militer. Saya juga mendengar dari banyak sumber mengenai kehidupan keluarga tentara. Saya menarik kesimpulan bahwa hampir setiap bagian dalam hidup mereka ternyata berbeda dengan aspek-aspek kehidupan mereka yang non-militer. Mengapa demikian?

Apabila dirunut, kita akan menemukan dari mana gaya hidup militer itu berasal. Semuanya bermula dari tempat mereka belajar dan dilatih. Seorang pemuda atau pemudi yang mengambil keputusan untuk menjadi seorang tentara sesungguhnya akan menjalani suatu kehidupan yang tidak pernah sama lagi. Sejak hari pertama mereka menginjakkan kaki di akademi militer, mereka dilatih dengan cara yang keras untuk hidup sebagai seorang tentara. Untuk kepentingan negara, seorang tentara harus memiliki kualitas kepribadian dan fisik yang tepat. Mengingat tugas mereka adalah menjaga keamanan negara dan -jika perlu- terjun dalam peperangan kapan saja dan dimana saja, maka mereka dilatih hingga terbiasa dalam penundukan diri pada komandan, ketepatan waktu, kekuatan fisik, pengoperasian senjata, perencanaan strategi, teknik-teknik bela diri, mental keprajuritan yang siap bertugas dimana saja dan kapan saja disamping sikap yang tegas tanpa kompromi. Itu semua akhirnya menciptakan sualu karakter yang berbeda dengan orang kebanyakan. Mungkin saja ada yang tidak suka dengan karakter yang demikian, namun perlu diketahui bahwa karakter yang demikianlah yang memang diperlukan untuk menjadi seorang tentara, penjaga keamanan negara.

Untuk mengerjakan visi Allah, kita harus mengembangkan karakter yang tepat. Tanpa karakter yang diperlukan itu, kita tidak akan pernah dapat menjalankan tugas-tugas maupun hidup dalam rencana Allah secara sepenuhnya. Dalam mengerjakan visi Allah, pendalaman dan penghayatan yang meningkatkan kapabilitas dan kapasitas kita sangat diperlukan -sekalipun demikian kita juga memerlukan karakter. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat merupakan contoh yang baik mengenai hal ini. Pada zamannya, mereka diakui sebagai para pemimpin agama di Israel karena pengetahuan dan keahlian mereka menghafal hukum-hukum Allah di dalam Taurat. Sayangnya, pemimpin agama yang benar seharusnya juga memiliki karakter yang baik dimana pada kenyataannya itu tidak tampak dalam hidup orang Farisi. Yesus mengecam orang-orang Farisi dengan keras : “Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat orang dengan dan yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.” (Luk.20:46-47).

Orang-orang Farisi jelas menggambarkan pengetahuan yang tinggi namun kehilangan karakter. Jelaslah Tuhan tidak hanya menghargai pengetahuan akan panggilan kita. Tuhan mencari karakter-karakter yang diperlukan karena tanpa semuanya itu kita akan menjadi orang-orang yang sombong dan melupakan Allah yang telah memanggil kita. Kegagalan para visioner yang luar biasa seringkali ialah mereka ahli dalam bidang-bidang yang mereka geluti tetapi tidak tahu apa-apa mengenai menjalani kehidupan yang adil, benar, penuh integritas. Adalah suatu kenyataan bahwa tidak mengherankan di antara aktor atau aktris atau para seniman besar yang mengagumkan dalam berkarya ternyata jatuh dalam kehidupan yang tidak bermoral, memiliki keluarga yang berantakan atau justru terjerumus dalam kecanduan dan kerusakan hidup.

Secara umum, Tuhan memanggil kita menjadi penyembah dan hamba-hambaNya. Hidup kita telah ditetapkan untuk satu tujuan yaitu mengabdikan diri dan melayaniNya. Karena itu karakter-karakter seperti kehambaan, penyerahan diri dan penundukan diri yang total kepada kedaulatan kehendakNya merupakan karakter-karakter yang tidak dapat ditawar lagi. Demikian pula kita dipanggil untuk menjadi saksi, terang dan garam dunia. Maka watak-watak seperti integritas, hidup kudus, memegang janji, dan menjadi pelaku-pelaku firman menjadi syarat mutlak. Demikian seterusnya.

Pada tahapan yang lebih khusus, ada karakter-karakfer yang perlu dinyatakan dalam hidup kita berkaitan dengan visi dan panggilan khusus yang diberikan Tuhan kepada kita. Karakter-karakter ini menjadi persyaratan dan tanda penting yang meneguhkan panggilan kita di dalam Tuhan. Satu contoh misalnya seorang yang mengaku mendapat panggilan Tuhan untuk melayani dalam bidang pujian dan penyembahan. Maka sudah seharusnya ia mengem-bangkan suatu gaya hidup yang dipenuhi dengan lantunan lagu-lagu puji-pujian, kesukaan yang nyata pada saat ibadah penyembahan dan kemudian penuh dengan roh pengagungan kepada Tuhan. Demikian pula mereka yang mengaku dipanggil menjadi seorang penginjil maka kasih yang besar dan nyata bagi jiwa-jiwa dimanapun ia berada akan tampak dengan jelas dan ba-gaimana ia berinteraksi dengan orang-orang yang belum percaya sangat penting bagi panggilannya sebagai seorang penginjil.

Sesungguhnya karakter-karakter itu akan dinyatakan lewat penyingkapan firman Tuhan oleh Roh Kudus pada saat kita mencari Dia dan belajar dari Dia. Tidak dapat dilupakan juga adalah pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari kehidupan hamba-hamba Tuhan terdahulu yang memiliki panggilan dalam bidang yang serupa dengan kita. Dari sana kita dapat belajar mengenai kegagalan dan keberhasilan mereka yang sesungguhnya bersumber dari kegagalan dan keberhasilan mereka dalam membentuk karakter mereka di dalam Tuhan, Terlebih utama daripada semuanya itu adalah kita harus secara konstan diubahkan sehari demi sehari untuk semakin menjadi serupa dengan gambarNya.

4.MELATIH DAN MENGEMBANGKAN KARUNIA-KARUNIA ROHANI KITA

Salah satu hal yang tidak mungkin dilatih oleh visioner-visioner duniawi adalah karunia-karunia rohani. Di dalam mengerjakan visi Allah, kita tidak dibiarkan bergerak dengan tangan kosong. Sebagaimana di dalam genetik setiap manusia terkandung sifat bawaan dan bakat dari orang tua, maka dalam genetik rohani kita ada suatu karunia yang khusus sifatnya sebagai suatu kemampuan khusus dimana Tuhan dapat secara efektif menggunakan kita sebagai alatNya. Sesungguhnya visi atau panggilan Allah dalam hidup kita merupakan kesatuan utuh dan lengkap antara pengalaman-pengalaman hidup kita, minat dan kefertarikan kita ditambah dengan karunia-karunia rohani kita! Jika disatukan, semuanya akan membentuk suatu gambaran akan masa depan kita di dalam Tuhan.

Mengapa karunia-karunia rohani perlu dikembangkan dan dilatih? Tidak lain adalah karena visi Allah yang khusus dalam hidup kita berkaitan erat dengan karunia-karunia Roh yang dipercayakanNya kepada kita. Seorang yang dipanggil menjadi pendoa, pasti memiliki karunia doa syafaat dalam hidupnya. Orang-orang yang dipanggil menjadi pembimbing atau konselor, pasti memiliki karunia gembala atau karunia menasihati. Mereka yang dipanggil untuk bergerak dalam jawatan kenabian umumnya memiliki karunia-karunia yag supranatural sifatnya. Dan seterusnya. Ini berarti bahwa apabila karunia-karunia kita tidak berkembang, kita akan kesulitan mencapai kegenapan panggilan Allah dalam hidup kita. Sebagaimana seorang mekanik mesin membutuhkan kemampuan, keahlian dan ketrampilan memperbaiki kerusakan mesin, demikian pula kita memerlukan peragaan yang berkuasa dari karunia-karunia rohani kita agar tugas-tugas Allah atas kita dapat diselesaikan.

Lebih lanjut, karunia-karunia rohani merupakan kuasa yang diberikan Allah kepada kita supaya kita dapat menjadi berkat bagi jemaat. Artinya, karunia-karunia rohani tidak boleh hanya diperdalam dan dihayati tetapi juga harus dipraktekkan karena dalam tindakan nyatalah karunia rohani itu menemukan tujuan yang sejati. Tuhan tidak pernah menyukai hamba-hambaNya hanya mahir dalam teori tetapi juga berhasil dalam pelayanan langsung. Dengan demikian Injil akan dinyatakan dengan penuh kuasa, bukan hanya perkataan belaka (1 Kor.4:20).

Intisari dalam melatih dan mengembangkan karunia rohani tergantung pada praktek sehari-hari dalam hidup kita. Rasul Paulus dengan jelas menasihatkan: Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melukukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita (Roma 12:6-8).

Dengan setia kepada jalur-jalur dimana kita ditetapkan, dengan mengikuti pimpinan Roh, dengan merenungkan ulang setiap kali kita usai melayani dalam karunia kita, dan dengan terus menerus meminta hikmat Tuhan di dalam tiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk kita melayani sesuai dengan karunia kita -maka karunia kita akan bertumbuh. Satu kalimat pendek yang menjadi inti dari pengembangan karunia-karunia rohani kita dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius, muridnya :

Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, ……

PERHATIKANLAH SEMUANYA ITU,HIDUPLAH DI DALAMNYA supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang (1 Tim.4:14-15).

Kata kuncinya di sini adalah “Perhatikanlah semuanya itu….” dan “Hiduplah di dalamnya…” Perintah “Perhatikanlah semuanya itu” merujuk kepada poin kedua yang telah kita bahas di atas, yaitu : mendalami dan menghayati segala sesuatu yang berkaitan dengan panggilan kita. Perintah selanjutnya “Hiduplah di dalamnya” merupakan petunjuk penting mengenai bagaimana melatih dan mengembangkan karunia-karunia rohani kita. Menurut bahasa aslinya itu seharusnya diterjemahkan sebagai “jadilah pribadi yang sesuai dengan karunia-karunia rohani yang ada padamu…” Ini berarti setiap kita harus mengembangkan suatu gaya hidup yang dipenuhi pemikiran dan praktek atas karunia-karunia rohani kita. Kita harus berpikir, berkata-kata, dan bertindak sejalan dengan karunia-karunia yang kita miliki. Penerapan yang tanpa henti akan menghantarkan kita kepada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi -kita semakin terbiasa hingga menjadi seorang ‘ahli’ dalam karunia-karunia rohani kita. Pada titik sedemikian, kehidupan kita pasti menjadi sarana yang sangat penting bagi pekerjaan Allah di atas muka bumi.

Legenda basket NBA, Larry Bird diketahui sebelum karirnya yang gemilang bersama Los Angeles Lakers, melatih kemampuannya melempar bola pada sasaran dengan melakukan lemparan hampir setiap hari sepanjang hidupnya. Ia melempar apapun sepertí kertas, kayu, bungkus makanan, bola karet, plastik dan sebagainya. Bertahun-tahun ia melempar dan melempar hingga lemparannya mencapai ribuan kali. Tidak mengherankan apabila kemudian ia menjadi seorang atlet yang memenangkan timnya berkali-kali menjadi juara. Para pembaca terkasih, apabila banyak orang-orang sukses di dunia melatih bakat-bakatnya sedemikian rupa sehingga mereka menjadi dikenal karena kemahirannya itu -hanya untuk mencapai kehormatan dan penghar-gaan dunia, betapa kita harus lebih mengasah, melatih, mengembangkan dan mengobarkan segenap karunia-karunia rohani yang telah diberikan Allah bagi kita -demi memberkati banyak orang, demi upah yang kekal dan demi hormat kemuliaan nama Bapa yang di Surga.

5. MEMPERSIAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS VISI ALLAH DALAM HIDUP KITA

Hal tersulit berkenaan dengan pilihan hidup kita untuk menjadi seo-rang pekerja-pekerja bagi visi Allah adalah mempertanggungjawabkannya kepada orang-orang di sekitar kita atau kepada lebih banyak orang lagi. Visi duniawi yang berorientasi akhir materi dan kejayaan manusia yang kasat mata seringkali dimulai bahkan dilalui dengan penuh cibiran, olokan maupun hinaan. Itulah konsekuensi hidup di antara kebanyakan manusia yang selalu menghindari kesukaran serta mudah berhenti pada rasa aman tahapan tertentu. Visioner-visioner dunia menemukan pertentangan yang demikian hebat atas usaha mereka mencapai cita-cita ideal mereka -betapa lebih kita akan menghadapi perlawanan dari sistem duniawi yang buta akan Allah!

Sekalipun demikian, kita tidak perlu menjadi takut secara berlebihan. Seringkali pertanggungjawaban atas visi atau panggilan Allah hidup kita keli-hatannya menjadi tugas yang sangat berat. Masalahnya adalah karena kita belum mendalami dan menghidupi visi kita itu. Orang-orang memerlukan bukti dan bukti itu seharusnya tampak dengan jelas dari hidup kita. Renungkanlah sejenak tentang Musa yang sangat diragukan oleh rakyat Israel dalam mengerjakan visi Allah untuk membebaskan Israel dari Mesir (Kel. 5:20-23). Juga tentang Samuel yang dalam usia yang sangat muda akhirnya mendapatkan pengakuan dari seluruh Israel (1 Sam.3:20). Apa rahasia mereka dalam mempertanggungjawabkan panggilan Allah dalam hidup mereka? Rahasia Musa dan Samuel ternyata bahwa mereka telah memberikan diri mereka sepenuhnya untuk mempersiapkan diri, melatih dan mengembangkan fisik dan mental mereka, mendalami panggilan mereka, merelakan karakter mereka dibentuk dan akhirnya mereka menjalani hari demi hari dalam praktek karunia-karunia rohani mereka. Bukan suatu yang mengejutkan apabila akhirnya pengakuan dan peneguhan atas visi Allah dalam hidup mereka datang dengan sendirinya. Hidup mereka yang diabdikan sepenuhnya bagi rencana dan panggilan Allah itulah yang menjadi saksi paling kuat bahwa memang pekerjaan mereka berasal dari Allah.

Ya, persiapkanlah diri Anda karena seperti janjiNya : “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” Amin (Mat.24:46).

HIKMAT DAN KUTIPAN



POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 1) 3 TIGA PRINSIP DASAR SEBELUM MULAI MENGUJI
link 1



link 2







POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 2) LANGKAH PENGUJIAN 1 : KESELARASAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP DALAM FIRMAN TERTULIS YANG MURNI DAN TERUJI
link 1



link 2







POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 3) LANGKAH PENGUJIAN 2 : KESAKSIAN ROH KUDUS DALAM KITA
link 1



link 2







POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 4) LANGKAH PENGUJIAN 3 : KESELARASAN ISI PESAN DENGAN KARAKTER TUHAN SENDIRI
link 1



link 2







POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 5) LANGKAH PENGUJIAN 4 : PENGGENAPAN DARI NUBUATAN
link 1



link 2







POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 6) LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT
link 1



link 2