Oleh Sharon R.
Arsip Kategori: APOSTOLIK
PERENUNGAN RELEVANSI KEBANGUNAN ROHANI DENGAN KEADAAN ROHANI PRIBADI, GEREJA DAN KOMUNITAS KITA
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 6) LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT
asli naba’) muncul pertama kali dalam Perjanjian Lama di Kitab Bilangan
11:25. Dalam terjemahan Indonesia itu diterjemahkan sebagai “kepenuhan
seperti nabi” yang sesungguhnya lebih merujuk kepada sifat dari orang yang
bernubuat itu sendiri. Kata yang sama, yang diartikan sebagai
“bernubuat” pada dasarnya digunakan untuk semua orang yang mengalami
kepenuhan (baca: dikuasai Roh Allah) maupun untuk istilah lain yang konotasinya
negatif yaitu kerasukan (seperti nabi-nabi Baal yang bertanding dengan Elia dalam
1 Raja-raja 18:29) atau dikuasai dan dipengaruhi roh-roh lain selain Roh Tuhan
(seperti halnya nabi-nabi palsu atau orang-orang yang bernubuat palsu dalam
Yeremia 5:31; 14:14-15; 29:21; Yehezkiel 13:16-17 dsb). Dari titik ini kita bisa mulai menangkap
mengapa ada nubuat palsu, tidak murni atau yang benar-benar menyesatkan. Itu
karena seseorang bisa “bernubuat” oleh karena pengaruh roh yang lain
di luar Roh Tuhan. Tugas kita, bukan kemudian menolak seluruh pelayanan nubuat,
tetapi untuk membedakan mana yang memang berasal dari pengaruh Roh Kudus dan
mana yang dikendalikan oleh roh-roh yang lain.
dengan kuat oleh suatu roh lain di luar dirinya. Dalam konteks bernubuat sesuai
kehendak Allah, itu berarti seseorang dikuasai rohnya oleh Roh Tuhan yang
menggerakkan dan menuntunnya menyampaikan perkataan-perkataan ilahi seperti
yang dikehendaki Tuhan. Begitu juga sebaliknya. Sejatinya, ada roh-roh yang
mempengaruhi seseorang untuk menyampaikan nubuat palsu, yang bukan berasal dari
Tuhan tetapi menggunakan nama Tuhan dan mengaku sebagai Roh Tuhan, padahal
sangat mungkin itu merupakan roh dusta (sebagaimana diungkapkan dalam 1
Raja-raja 22:21-23) yang bermaksud mendatangkan penyesatan atas umat Tuhan,
baik secara perorangan maupun korporat. Itulah iblis yang menyamar sebagai
malaikat terang (2 Korintus 11:14).
atau terus menerus disebut sebagai ‘nabi”, yang artinya juru bicara.
Merekalah juru bicara Tuhan. Yaitu orang-orang yang mewakili Tuhan menyampaikan
pesan yang ada di hati dan pikiran Tuhan untuk umat-Nya, khususnya terkait
hubungan mereka dengan Tuhan. Melalui para nabi inilah Tuhan memperagakan
kekuasaan yang sangat dahsyat, khususnya KEMAHATAHUAN-NYA kepada umat-Nya
-suatu pembuktian bahwa Dialah Allah yang mahakuasa, yang mengetahui segala
sesuatu dari masa lampau, masa kini hingga masa yang akan datang.
disebut sebagai “pelihat” -suatu istilah yang kerap muncul di zaman
Samuel dan raja-raja. Disebut demikian oleh karena mereka melihat hal-hal yang
tidak dapat dilihat atau diketahui orang pada umumnya tetapi mereka melihat
hal-hal yang hanya dapat dilihat oleh Tuhan, yang kemudian menunjukkan itu
kepada para pelihat ini. Dalam kemampuan ini pula, Tuhan bermaksud menyatakan
bahwa Dia Allah yang mengetahui hal-hal yang tersembunyi di alam semesta ini
namun demi kepentingan atau tujuan tertentu yaitu untuk mendatangkan kebaikan
bagi umat-Nya, Ia membukakan yang rahasia itu kepada hamba-hamba-Nya untuk
diteruskan kepada umat yang dikasihi-Nya.
LAMA
disampaikan bahkan ditugaskan kepada hamba-hamba Tuhan di Perjanjian Lama, kita
dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai maksud dan tujuan nubuatan tersebut
disampaikan kepada umat Tuhan, yaitu :
kepada umat-Nya
kerinduan Tuhan terlibat secara pribadi atas hidup umat-Nya, baik secara perseorangan/pribadi
maupun secara berjemaat/korporat
perasaan dan kehendak Tuhan atas suatu keadaan yang sedang berlangsung atas
umat-Nya
kemahatahuan Tuhan sebagai satu-satunya Allah sejati yang layak dipuji dan
disembah oleh karena besar dan dahsyat kekuasaan dan kasih-Nya
kelangsungan hubungan antara Tuhan dan umat-Nya supaya hubungan tersebut tidak
menjadi renggang apalagi rusak namun terjalin semakin erat sehingga nama Tuhan
dimuliakan dan menjadi kesaksian bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Tuhan
ketika melihat betapa baik dan indahnya umat yang berhubungan dan dipimpin oleh
Allah sendiri
merah, ya, semuanya itu pasti didapati dalam setiap pesan nubuatan yang murni
dan sejati dari Tuhan. Sebagai contoh, kita dapat mendalami dan menyelidikinya
setiap nubuatan para nabi yang disuratkan dalam kitab suci kita dan pasti akan
menemukan bahwa semuanya memiliki tujuan seperti yang disampaikan di atas.
dan makna bernubuat dalam Perjanjian Baru tidak terlalu memiliki perbedaan.
“Bernubuat” dalam bahasa Gerikanya, diterjemahkan oleh kamus Strong
sebagai “berbicara oleh sebab inspirasi ilahi atau untuk memprediksikan
sesutau dengan pemikiran menyampaikan kejadian-kejadian di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan Kerajaan Allah; atau mengucapkan atau mendeklarasikan
sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui penyataan atau penyingkapan ilahi.
Termasuk dalam pengertian ini adalah menjalankan jawatan profetik atau
bertindak seperti seorang nabi.
berlangsung dalam Perjanjian Baru (lihat 1 Korintus 12:28-20; 14:29,32,37 dan
Efesus 3:5; 4:11) dengan tata pelaksanaan yang sedikit berbeda dengan
Perjanjian Lama meski tetap memiliki esensi yang serupa yaitu menyampaikan
pesan terkait pikiran, perasaan dan hati Tuhan kepada umat-Nya. Hanya saja di
Perjanjian Lama, yang disebut umat Tuhan adalah dalam lingkup satu bangsa yaitu
Israel sedangkan di Perjanjian Baru, umat Tuhan adalah gereja-Nya yang tersebar
di seluruh penjuru dunia. Contoh nabi-nabi di Perjanjian Baru adalah Agabus dan
Silas (Kisah Rasul 15:32; 21:10).
dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama telah diperintahkan oleh Tuhan
melalui ilham Roh untuk disuratkan dalam gulungan-gulungan kitab yang kemudian
dikanonisasi sebagai kitab-kitab Perjanjian Lama yang dipegang sebagai kitab
suci Yahudi hingga kini. Apa yang telah
dicatat dalam Perjanjian Lama itu lalu menjadi dasar dan pedoman bagaimana
pelayanan nubuatan di Perjanjian Baru dijalankan dalam gereja. Ini semua karena
esensi dari pelayanan nubuatan di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah
sama.
sedikit saja dicatat dalam kitab atau surat Perjanjian Baru karena pesan-pesan
yang disampaikan lebih banyak merupakan pesan yang berkaitan dengan kondisi
masing-masing gereja yang sangat khusus karena tersebar di berbagai tempat.
Salah satu contoh nubuat yang sebenarnya sangat khusus untuk berbagai gereja
tetapi kemudian disuratkan pula sebagai salah satu pesan akhir zaman ada dalam
Kitab Wahyu pasal 2 dan 3 yaitu surat profetik dari Kristus sendiri yang
dialamatkan kepada tujuh jemaat.
BARU
kenabian tidak dihapuskan, pada dasarnya setiap tujuan pelayanan bernubuat di
Perjanjian Lama secara umum juga menjadi tujuan pelayanan nubuatan di
Perjanjian Baru.
dalam Perjanjian Lama, Rasul Paulus memberikan penegasan akan tiga hal yang
menjadi output atau hasil dari suatu nubuatan dari Tuhan.
kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur
memang memiliki pengertian seperti halnya membangun rumah atau sebuah bangunan
tetapi yang dimaksud di sini sebagai membangun adalah membangun manusia rohani
(seperti dalam Kolose 2:7).
arah yang lebih baik, lebih indah, lebih kuat, lebih bermanfaat, lebih megah
daripada sebelumnya. Jadi, melalui perkataan nubuatan, jemaat yang menerima
pesan ilahi dari pikiran dan hati Tuhan diharapkan mengalami pertumbuhan dalam
hal hikmat, kesalehan, kebahagiaan, dan kekudusan Kristiani (sebagaimana
dituliskan dalam kamus Strong).
berdampak pada kemajuan dan pertumbuhan secara rohani. Jemaat yang secara
teratur dilayani secara profetik, asalkan mereka dengar-dengaran akan pesan
ilahi itu, akan dibawa menjadi lebih dekat dan lebih intim dengan Tuhan. Mereka
akan beroleh pemahaman dan pengertian yang lebih jelas serta dibawa makin
memahami jalan-jalan Tuhan. Juga semakin penuh dengan hikmat-Nya, semakin mengenal
isi hati dan kehendak-Nya sehingga hubungan mereka naik tahap demi tahap makin
menyatu dengan Tuhan sendiri. Ini diteguhkan juga dalam ayat-ayat lain dalam
pasal yang sama yaitu 1 Korintus 14:5 dan 26 yaitu bahwa sama dengan
karunia-karunia rohani lainnya, karunia bernubuat dimaksudkan untuk
meningkatkan pertumbuhan rohani jemaat.
adalah “mengkonfirmasi” atau “menguatkan dan meneguhkan”
(makna figuratif sebagaimana disebutkan dalam kamus Strong). Maksudnya adalah
apa yang sudah ada diperkuat dan dikokohkan oleh pesan-pesan dari pelayanan
nubuatan. Jadi, jemaat tidak hanya dibawa naik kepada level rohani selanjutnya
tetapi juga dimantapkan lebih lagi untuk tetap berada dalam jalan kebenaran dan
kehendak Tuhan yang sejati, yang selama ini telah diajarkan para pemimpin
rohani maupun yang diperoleh secara pribadi berupa tuntunan dari Roh Kudus yang
diam di setiap masing-masing jemaat. Melalui pelayanan nubuatan sejati, jemaat
merasakan kehadiran dan kedaulatan Tuhan yang mengetahui dan mengendalikan
segala sesuatu dan bahwa Ia selalu terlibat dan bekerja dalam setiap tahap
perjalanan dan pergumulan umat-Nya. Inilah yang dimaksud peneguhan itu!
nubuatan ini, kita bisa mulai menilai, menguji dan mengukur sejauh mana
nubuatan itu memang berasal dari Tuhan atau bukan. Nubuat yang nyatanya tidak
membawa anak-anak Tuhan pada pengalaman yang lebih mendalam dengan Tuhan (namun
justru sebaliknya yang terjadi yaitu kejatuhan dan kemunduran rohani) harus
diwaspadai sebagai suatu pesan yang patut diragukan, yang bukan berasal dari
Tuhan sendiri.
memberikan petunjuk dan arahan. Termasuk di dalamnya adalah memperingatkan akan suatu kesalahan maupun
memohon dengan sangat atau mendesak supaya melakukan sesuatu seperti yang
dikehendaki Tuhan.
nubuatan yang kedua ini dengan tujuan yang pertama (membangun) dan juga tujuan
yang ketiga (menghibur).
sedang mengadakan pembangunan dan penguatan secara rohani (seperti tujuan
pertama). Perbedaannya, menasihati menekankan campur tangan Tuhan pada sisi
yang lebih personal / pribadi dan yang lebih emosional.
berbicara sebagai pemimpin dan penuntun tetapi Ia juga pembimbing dan
pengayom. Melalui pelayanan profetik,
Tuhan menyatakan bahwa diri-Nya ada bersama-sama dengan umat-Nya. Ia tidak
hanya memberikan perintah dan amanat atau mengarahkan pada target yang harus dicapai –Ia mendampingi
dan ada mendampingi setiap anak-anak-Nya. Pesan-pesan profetik sejati
seringkali menyatakan pesan yang begitu kuat yang menyatakan bahwa Ia tidak
meninggalkan anak-anak-Nya tetapi Ia menyertai, menggandeng bahkan memapah atau
membopong kita yang terlalu lemah dan lelah untuk berjalan di dalam
kehendak-Nya.
disampaikan dalam kitab-kitab nabi-nabi di Perjanjian Lama pada bagian akhir setelah
serangkaian pesan profetik yang keras menegur dan menghardik umat-Nya. Setelah
pernyataan yang keras dan tajam, biasanya ada kata-kata nubuat yang membesarkan
hati, membangkitkan pengharapan dan mengajak untuk kembali bangkit mengasihi
Dia dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya (misalnya dalam Yesaya 31:6; 55;
Yeremia 4:1-4; 18:1-11 dsb)
memberikan kekuatan dan semangat untuk hati yang sedang diselimuti kesedihan,
kepedihan, terluka, kecewa putus asa atau tawar hati. Perkataan nubuat yang
diurapi dan berasal dari Tuhan sendiri mampu menembus setiap relung terdalam
hati anak-anak Tuhan oleh karena Ia yang mahatahu itu turut merasakan apa yang
kita tanggung dan rasakan di hati. Dan karena Dia adalah Allah yang dekat
dengan orang-orang yang patah hati dan yang remuk jiwanya (lihat Mazmur 34:19;
51:19 dan Yesaya 66:2), kata-kata nubuatan dapat menjadi kata-kata penuh
penghiburan bagi hati yang dirundung beban berat.
menasihati). Di dalam menasihati terkandung pesan-pesan yang membangkitkan
semangat, demikian pula dalam hal menghibur. Perbedaannya terletak pada titik
fokus masing-masing tujuan tersebut. Jika menasihati lebih kepada memberikan
masukan, saran, ajakan dan desakan untuk melakukan sesuatu yang Tuhan inginkan,
maka dalam hal menghibur, pesan nubuatan secara khusus bermaksud memberikan
suatu kelegaan, damai dan sukacita di tengah keadaan yang tertekan, dirundung
susah atau saat hati kecewa dan terluka.
dalam Yesaya 30:18-26; 40:27-31; 60 dan Wahyu 2:7,9-11,13,17,19,24-28;
3:104-5,8,10-12,15,30-21
melalui pelayanan nubuat, kita dapat menarik kesimpulan penting bahwa tiga hal
tersebut bukan saja menyatakan hasil karunia dan pelayanan nubuat tetapi juga
bisa dijadikan ukuran untuk menilai suatu nubuat : apakah nubuat itu murni
berasal dari Allah atau bukan. Pesan-pesan nubuat yang berasal dari hati dan
pikiran Tuhan sudah pasti akan menghasilkan ketiga hal tersebut. Begitupun
sebaliknya. Yang bukan dari Tuhan bukannya membawa berkat bagi pertumbuhan dan
penguatan jemaat tetapi mengacaukan, membingungkan dan melemahkan umat Tuhan.
lanjutan dari pelayanan bernubuat di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru,
dapat menolong kita membedakan mana nubuat yang bersumber dari Roh Kudus dan
mana yang digerakkan oleh roh-roh yang lain.
Sorga dan selalu memuliakan Yesus Kristus. Dan kepentingan Kerajaan Sorga ialah
supaya gereja sebagai tubuh Kristus berfungsi sebagaimana mestinya, bersatu dan
bekerja sama dengan Tuhan menyelesaikan rencana Tuhan di bumi : membawa segala
bangsa menjadi murid Kristus sampai kesudahan segala sesuatu.
gereja menjadi makin jelas dan gamblang akan kehendak Tuhan, keberadaan Tuhan,
kehadiran Tuhan dan penyingkapan lebih lanjut akan rencana Tuhan yang kemudian
menjadikan gereja menggenapi panggilannya sebagai terang dan garam dunia, pula dipersiapkan menjadi mempelai wanita
yang suci dan layak bagi Dia.
pada pembentukan dan penyelarasan kehidupan umat dengan kehendak Tuhan dan demi
pembangunan Tubuh Kristus.
pikiran roh-roh lain yang bukan berasal dari Tuhan. Juga tak mungkin
terpikirkan oleh nubuat rekaan manusia yang didasari agenda pribadi yang
mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri.
pesan nubuat dengan mempertanyakan apakah pesan tersebut memenuhi tujuan dari
suatu pelayanan nubuat:
pesan tersebut terasa kepedulian dan kerinduan Tuhan terlibat dalam kondisi dan
keadaan yang sedang jemaat hadapi?
Dia tahu benar keadaan jemaat sampai pada apa yang mereka rasakan atau simpan
dalam hati?
perasaan, serta kehendak Tuhanya yang diungkapkan dalam nubuat tersebut?
menyentuh dan menghentak batin kita sehingga kita tertempelak serta tersungkur
di hadapan Tuhan?
atau hal-hal tersembunyi, yang tak mungkin diketahui manusia, yang disingkapkan
dan dibukakan di sana?
pesan itu yaitu bahwa Dia mengetahui masa lalu, keadaan masa kini yang
tersembunyi dan masa depan yang masih tertutup itu?
hati manusia yang tak mungkin dapat diketahui siapapun juga selain Sang
Mahatahu?
tersebut membawa kepada suatu kedekatan, keintiman, kekaguman dan fokus kepada
pribadi Tuhan (dan bukan pribadi atau lembaga lain) sehingga pendengar
diteguhkan untuk hanya memandang dan berharap pada Dia, untuk berjalan bersama
Dia dalam ketaatan penuh kepada-Nya?
nubuatan itu disampaikan adakah itu memupuk dan menghasilkan suatu pertumbuhan
rohani bagi yang menerimanya?
rohani menuju kedewasaan rohani dimana jemaat dibawa makin mengenal Tuhan
jalan-jalan-Nya dan rencana-Nya atas hidup umat-Nya?
hikmat, pencerahan, penyingkapan baru atau beroleh makanan rohani yang bergizi
sehingga manusia rohnya diperkuat lebih lagi?
Tuhan, rencana atau visi Tuhan atau pengetahuan akan kehendak-Nya yang makin
jelas bagi penerima nubuatan itu?
rohani yang makin teguh dan kokoh dalam komitmen pada Kristus, makin melekat
dan berbuah di dalam Kristus?
dalam nubuat itu suatu nasihat, dorongan dan ajakan untuk melangkah dan
bertindak seperti yang Tuhan kehendaki?
yang bersifat strategis, yang memberikan solusi atas suatu kondisi jasmani atau
rohani yang sedang dihadapi oleh umat Tuhan?
situasi dan suasana yang menekan, penuh beban berat, dirundung kesedihan dan
putus asa, adakah perkataan-perkataan ilahi dalam nubuatan tersebut yang
membangkitkan iman dan pengharapan? Yang memberikan penghiburan dan mengangkat
segala dukacita untuk digantikan dengan kekuatan yang baru yang membawa
kesegaran rohani?
apabila jawaban yang diperoleh adalah “tidak” maka sudah seharusnya
nubuat tersebut perlu diselidiki dan diwaspadai sebagai suatu pesan yang keluar
BUKAN dari Tuhan tetapi dari sumber-sumber atau pengaruh-pengaruh roh lain.
itu ditemukan unsur-unsur yang membawa jemaat
memperoleh hasil sebagaimana tujuan sebuah pesan nubuat, maka kita boleh
yakin bahwa itu merupakan suatu pesan yang dari Tuhan sendiri. Terhadap pesan
demikian, hati kita harus siap untuk melangkah dalam iman dan ketaatan demi
kasih kepada Tuhan dan jiwa-jiwa dengan pengharapan bahwa ketika kita
melakukannya semua itu takkan sia-sia melainkan berdampak secara rohani bahkan
hingga kekal.
melalui pelayanan dan karunia bernubuat, sesungguhnya tidak sukar mengetahui
apakah suatu pesan nubuat berasal dari Tuhan atau bukan.
jemaat pada hasil atau dampak yang Tuhan inginkan dari penyampaian pesan itu.
Yaitu untuk membawa mereka mendekat pada-Nya, supaya makin bertumbuh dalam
pengenalan akan Dia, juga kehendak dan rencana-Nya. Untuk diteguhkan,
dimantapkan, dikuatkan, didorong, diarahkan dan didesak untuk melangkah sesuai
kehendak Tuhan. Untuk diangkat dari keputusasaan dan dibangkitkan
pengharapannya serta menerima penghiburan ketika lemah dan terjatuh.
oleh berbagai hoaks dan kebohongan yang datangnya dari alam rohani. Sudah
waktunya kita menjadi peka dan tajam mengikuti suara Roh Kudus dalam kita yang
akan memberikan penyingkapan pada kita mana yang merupakan suara-Nya dan mana
yang bisikan dari roh-roh yang menipu dan bermaksud menyesatkan kita dari
kehendak Tuhan.
pesan-pesan yang kita terima menjaga kita tetap berjalan seturut keinginan hati
Tuhan.
GEREJA YANG HILANG DALAM DUNIA YANG TERHILANG
Dan walaupun kepala kita sudah seperti telur di ujung tanduk, kita orang-orang percaya ini miskin, malas, suka yang mewah, tidak punya kasih, dan serba kurang. Walaupun Allah kita yang penuh belas kasihan mengampuni dosa kita, menyucikan kejahatan kita, dan mengasihani kebodohan kita, hati kita yang suam-suam kuku adalah kenajisan pada pemandangan-Nya. Kita harus panas atau dingin, menyala-nyala ataumembeku, terbakar habis atau terusir keluar. Allah membenci yang kurang panas dan kurang kasih.
Kita begitu longgar dalam penggunaan ayat-ayat Kitab Suci, memutar-balikkan penafsirannya, dan begitu malas sampai tidak mampu mengambil kekayaannya yang tak terukur itu. Tuan Pengkhotbah akan memperlicin kefasihan lidahnya dan berkhotbah dengan berapi-api, melayani Tuhan dengan semangat dan keringat untuk membela pengilhaman Alkitab. Tetapi saudara kita kekasih yang sama ini juga, dalam beberapa hembusan nafas kemudian, dengan ketenangan yang mematikan terdengar merasionalisasikan Firman yang terilhami itu menyatakan bahwa mujizat-mijizat itu sudah kuno dan dengan tegas mengatakan: “Teks ini bukan untuk jaman sekarang.” Dengan demikian iman yang sedang menghangat dari orang yang baru percaya dipadamkan oleh ketidakpercayaan sang pengkhotbah.
Hanya Gereja sendirilah yang dapat “membatasi Yang Kudus dari Israel,” dan hari ini Gereja telah menyempurnakan keahliannya melakukan hal itu. Jika ada peringkat dalam hal kematian, maka yang paling mati yang saya ketahui adalah berkhotbah mengenai Roh Kudus tanpa pengurapan Roh Kudus.
Dalam berdoa, dengan kecongkakan yang tak terampuni kita berusaha, untuk memohon Roh yang terberkati itu datang dengan anugerah-Nya—tetapi tidak dengan karunia (adikodrati)-Nya!
Inilah jamannya Roh Kudus dibatasi dan diasingkan, bahkan juga di lingkungan orang-orang kristem. Kita perlu berkata bahwa kita menginginkan Yoel 2 digenapi. Kita berseru, “Curahkanlah Roh-Mu atas semua daging!” tetapi menambahkan peringatan yang tidak diucapkan, “tetapi jangan biarkan anak perempuan kami bernubuat, atau anak-anak muda kami melihat penglihatan-penglihatan!”
“Oh, Allahku! Bila di dalam berkembangnya ketidakpercayaan kami dan dalam senja teologis kami, serta tidak berkuasanya kerohanian kami, kami telah mendukakan dan terus mendukakan Roh Kudus-Mu, maka dalam belas kasihan-Mu muntahkanlah kami dari mulut-Mu! Jika Engkau tidak dapat melakukan sesuatu dengan kami dan melalui kami, maka tolong, Tuhan, lakukan sesuatu tanpa kami!Lewati saja kami dan ambil saja bangsa yang sekarang tidak mengenal Engkau! Selamatkan, kuduskan, dan penuhi mereka dengan Roh Kudus bagi suatu pelayanan mujizat! Kirimkan mereka keluar ‘indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya’ untuk memulihkan Gereja yang sakit dan menggoncangkan dunia yang jenuh-dosa!”
Renungkanlah : Allah tidak punya apa-apa lagi yang harus diberikan-Nya kepada dunia ini. Dia sudah memberikan Putra-Nya yang Tunggal bagi para pendosa; Dia memberikan alkitab kepada semua orang; Dia memberikan Roh Kudus untuk menginsyafkan dunia dan memperlengfkapi gereja. Tetapi apa gunanya buku cek jika ceknya tidak ditandatangani? Apa gunanya suatu persekutuan, walaupun persekutuan itu penting, jika Tuhan yang hidup tidak hadir?
Kita harus menganalisa Firman kebenaran dengan benar. Teks “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok” (Wahyu 3:20), tidak ada hubungannya dengan pendosa dan Juruselamat yang menanti. Tidak! Inilah gambaran tragis dari Tuhan kita, berdiri d depan pintu gereja Laodikia-Nya mencoba untuk masuk. Bayangkan itu! Sekali lagi, dalam kebanyakan pertemuan doa, teks apa yang lebih sering digunakan daripada “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu aku ada di tengah-tengah mereka?” Tetapi terlalu sering dia tidak ada di tengah-tengah kita; Dia ada di depan pintu! Kita menyanyikan puji-pujian-Nya, tetapi menghindari pribadi-Nya!
Dengan setumpuk buku di sampan kita dan catatan pinggir di alkitab sebagai penuntun, kita hampir-hampir mengimunisasi diri kita sendiri dari kebenaran yang menghanguskan dari Firman Allah yang tidak berubah itu!
Saya tidak terlalu heran akan kesabaran Tuhan atas para pendosa yang berhati batu jaman ini. Lagipula, apakah kita sendiri tidak akan besabar dengan orang yang buta sekaligus tuli? Dan begitulah kondisi para pendosa. Tetapi saya heran sekali akan kesabaran Tuhan terhadap gereja yang mengantuk, malas, dan mementingkan diri sendiri ini! Problema Allah yang sebenarnya adalah gereja yang terhilang dalam dunia yang terhilang.
Oh, kita percaya yang bangkrut, buta, dan besar cakap! Kita telanjangdan tidak mengetahuinya. Kita kaya (belum pernah kita mempunyai barang-barang sebanyak sekarang), tetapi kita miskin (belum pernah kita begitu kekurangan pengurapan!) kita tidak kekurangan apa-apa (tetapi tidak memiliki hampir segala sesuatu yang dimiliki Gereja mula-mula.) Dapatkah Dia berdiri “ditengah-tengah” sementara kita bermain-main tanpa rasa malu dalam ketelanjangan rohani kita?
Oh, betapa kita memerlukan api! Dimanakah kuasa Roh Kudus yang menghantam para pendosa dan memenuhi altar-altar kita? Hari ini kita lebih tertarik untuk memenuhi gereja dengan doa. “Allah kita adalah api yang menghanguskan.” Allah dan api tidak dapat dipisahkan; begitu juga manusia dengan api. Sekarang ini kita, setiap pribadi, sedang menjejaki jalan setapak yang menyala seperti bara-api-yaitu-api-neraka, bagi pendosa, dan api-penghakiman bagi orang percaya! Karena Gereja telah kehilangan api Roh Kudus, berjuta-juta orang jatuh ke api-neraka.
Nabi Musa dipanggil oleh api. Elia memanggil turun api. Elisa membuat api. Mikha menubuatkan api. Yohanes pembaptis berseru, “Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus, dan dengan api.” Yesus berkata, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi.” Jika kita takut kehilangan kesempatan mengalami baptisan api setakut kita kehilangan kesempatan mengalami baptisan air, kita akan mendapatkan Gereja yang menyala-nyala dan Pantekosta yang baru. Gereja yang menyala-nyala dan Pentakosta yang baru. “Manusia lama” kita mungkin dapat mengelakkan baptisan air, tetapi ia akan dimusnahkan dalam baptisan api, karena Dia akan “membakar sekam itu dengan api yang tidak akan terpadamkan.” Sebelum mereka disucikan-api, para rasul pengerja-mujizat yang memandang kemuliaan kebangkitan-Nya itu, tidak akan dapat melayani salib.
Dengan wewenang dari manakah orang-orang pada jaman ini melakukan pelayanan di negeri ini ataupun di luar negeri tanpa suatu pengalaman di “ruang atas?” Kita tidak kekurangan pengkhotbah-pengkhotbah yang dinubuatkan, tetapi secara sangat menyedihkan kekurangan pengkhotbah-pengkhotbah yang bernubuat. Kita tidak memohon penafsir-penafsir rohani dan peramal-peramal sensasional. Hanya tersisa sedikit saja ruang lingkup topic untuk diramalkan, karena kita telah memiliki Buku itu dan penyigkapan akan pikiran Tuhan ada di dalamnya. Tetapi kita memang memerlukan orang-orang yang tampil berbicara dengan terus terang. Tidak seorang pun dapat memonopoli Roh Kudus, tetapi Roh Kudus dapat memonopoli manusia. Orang-orang seperti itulah para nabi. Mereka tidak pernah diharapkan, tidak pernah diumumkan kedatangannya, tidak pernah diperkenalkan—mereka datang begitu saja. Mereka diutus, dan dimeteraikan, dan sensasional. Yohanes pembaptis “tidak membuat mujizat”—artinya tidak ada serbuan manusia-manusia terlantar yang meminta dia menyentuhkan jamahan kesembuhan. Tetapi dia membangkitkan bangsa yang mati rohani!
Orang akan terheran-heran pada para penginjil kita yang tanpa malu mengumkan bahwa mereka baru saja mengalami kebangunan rohani yang indah dengan beribu-ribu orang berdesakan di altar, dan kemudian menambahkan, untuk menenangkan kaum fundamentalis yang serius itu, “tetapi, dapatkah gempa bumi terjadi tanpa sensasi? Atau angin ribut tanpa kekacauan? Apakah pelayanan Wesley yang menghanguskan itu tidak menyebabkan pergolakan? Gereja Inggris membanting semua pintu di depan muka “utusan Allah yang namanya John—Wesley. Tetapi “kaum Canute yang agamawi” tidak dapat menahan gelombang kebangunan rohani Roh Kudus.
Orang yang terberkati ini, Wesley, keluar dari Universitas Oxford, karena “gagal total,” secara menyolok, menurut perkataannya sendiri (bahkan dengan otak seorang sarjana kobaran api seorang fanatic, dan lidah seorang ahli pidato). Kemudian tibalah 24 Mei 1738, ketika John Wesley di persekutuan doa Aldergate Street, dilahirkan dari Roh; dan kemudian dipenuhi dengan Roh. Dalam waktu 13 tahun orang yang dibaptis-api ini menggoncangkan tiga kerajaan. Dan Savonarola menggoncangkan Florence di pusat Italia sampai wajah “biarawan gila” itu menjadi semacam teror di Florentine pada jamannya, dan menjadi cemoohan kaum agamawi.
Saudara-saudaraku, dalam terang “takhta penghakiman bema,” kita lebih baik hidup enam bulan dengan hati seperti gunung berapi, mencela dosa di tempat di tempat tinggi maupun rendah dan mempertobatkan bangsa ini dari kuasa Setan kepada Allah (seperti yang dilakukan Yohanes pembaptis), daripada mati penuh penghargaan gerejawi dan gelar-gelar teologis dan menjadi sasaran tertawaan neraka dan orang-orang yang tidak punya nilai rohani. Mengecam “bangsawan-bangsawan minuman keras” dan mengutuki politikus-politikius korup tidak akan menyalakan api di kepala kita. Kita dapat melakukan keduanya, dan tetap menguasai kepala kita. Kita dapat melakukan keduanya, dan tetap menguasai kepala dan mimbar kita. Nabi-nabi menjadi martir karena mencela agama palsu dengan istilah-istilah lantang samar. Dan jika kita juga melihat “agama palsu” menipu orang-orang yang masih hidup dan merampok kekasih-kekasih kita masuk dalam penantian atau ketika kita melihat imam-imam memimpin mereka ke neraka di bawah suatu panji berupa salib, kita harus terbakar melawan mereka dengan kemarahan yang kudus. Baru, kemudian, barangkali, untuk memimpin jalan ke reformasi abad dua puluh, kita akan terbakar dalam api kemartiran.
Dengan air mata, pandanglah berita ini: “kekristenan yang lumpuh sekarang mendengar iman-iman agama palsu memuji penginjil-penginjil Kristen!” Dengan segenap hati nurani, dapatkah anda membayangkan kaum agamawi yang sama menyambut seorang Luther dengan tepuk tangan, atau mensposori seorang Savonarola?” Oh! Allah, kirimkan kami khotbah-khotbah nubuat yang memeriksa iri hati dan menghanguskan! Kirimkan, kami satu ras pengkhotbah martir orang-orang yang berbeban, runduk, melengkung, dan patah di bawah visi penghukuman yang mengancam dan malapetaka neraka yang tak ada akhirnya bagi orang-orang yang tidak bertobat!
Pengkhotbah-pengkhotbah membuat mimbar-mimbar termasyhur; nabi-nabi membuat penjara-penjara termasyhur. Semoga Tuhan mengirimkan nabi-nabi kepada kita—orang-orang dahsyat, yang berseru keras-keras dan tidak kompromi, yang memercik bangsa-bangsa dengan seruan “celaka” yang penuh pengurapan—orang-orang yang terlalu panas untuk dipegang, terlalu keras untuk didengarkan, terlalu tanpa ampun untuk diajak kompromi. Kita bosan dengan orang-orang bepakaian halus yang berbicara halus-halus dan menggunakan selautan kata-kata dengan sesendok pengurapan. Orang-orang ini lebih tahu tentang persaingan daripada pengudusan, tentang promosi daripada tentang doa. Mereka menukar pelipatgandaan dengan propanganda dan lebih mengurusi kebahagiaan gereja daripada kesucian gereja mereka.
Oh, dibandingkan dengan gereja perjanjian baru, (Gereja mula-mula) betapa kita jauh di bawah mereka, betapa dibawah standarnya kita ini! Doktrin yang benar menyebabkan kebanyakan orang percaya tidur nyenyak, karena huruf-huruf saja tidak cukup. Huruf-huruf itu harus dinyalakan! Huruf ditambah dengan Roh yang “menghidupkan.” Khotbah yang benar dalam bahasa Indonesia yang sempurna dan penafsiran yang tidak bercacat dapat menjadi sama hambarnya dengan sesuap pasir. Untuk merampok gereja palsu dan melumpuhkan komunisme kita memerlukan Gereja yang dibaptis api. Sebuah belukar menyala menarik Musa; Gereja yang berkobar-kobar akan menarik dunia, sehingga dari tengah-tengahnya mereka akan mendengarkan suara Allah yang hidup.
PERBANDINGAN KEHIDUPAN YESUS DENGAN PRINSIP HARI INI
Kehidupan Yesus dimulai dalam kandang pinjaman dan diakhiri dalam kuburan pinjaman.
– Alfred Plummer –
Seandainya Yesus hidup di tengah-tengah kita hari ini sebagai Seorang Hamba Tuhan yang melayani sepenuh waktu dan berita tentang kisah perjalanan pelayanannya mulai lahir hingga kematian-Nya terdengar di telinga kita, tentu sebagian besar dari kita dengan sangat yakin akan berpikir, menganggap dan memandang-Nya sebagai Seorang Hamba Tuhan yang gagal total, terkutuk, menyimpang, sesat, ngawur, tidak diurapi, hamba Tuhan yang palsu, berpikiran sempit dan pasif, pelayanan yang mati, tidak bertumbuh dan masih banyak tanggapan negatif lainnya.
MENGAPA???
Karena sangat bertentangan dengan prinsip atau standar tentang keberhasilan atau kesejatian suatu pelayanan, seorang hamba Tuhan dan pengikut Kristus yang banyak didengung-dengungkan oleh para pemimpin rohani di gereja hari ini baik secara langsung dan terang-terangan maupun dengan sindiran. Prinsip ini telah berkembang di kalangan orang Kristen serta dipercaya sebagai suatu kebenaran. Sekarang mari kita buat perbandingan singkat:
Prinsip hari ini: Seorang hamba Tuhan atau pelayanan yang berhasil adalah mereka yang membangun gedung gereja yang megah atau minimal punya gedung gereja sendiri.
Yesus: Tidak pernah memiliki atau membangun satu pun gedung gereja.
Prinsip hari ini: Seorang hamba Tuhan atau pengikut Kristus dan pelayanan yang berhasil harus DIBERKATI BERLIMPAH-LIMPAH DENGAN BERKAT-BERKAT JASMANI.
Yesus: Bahkan tidak mempunyai uang untuk membeli kuburan-Nya sendiri.
Prinsip hari ini: Seorang hamba Tuhan atau pelayanan yang sejati dan berhasil PASTI mempunyai banyak pengikut atau jemaat. Semakin banyak jemaat merupakan tanda bahwa pelayanan tersebut pasti berada di jalan yang benar.
Yesus: Pada hari menjelang kematian-Nya semua murid-murid-Nya meninggalkan Dia.
Prinsip hari ini: Seorang hamba Tuhan atau pelayanan yang berhasil atau sejati adalah mereka yang sudah memiliki nama besar, terkenal, Good Looking (berpenampilan menarik), berkharisma, memiliki banyak gelar.
Yesus: “TUHAN menghendaki hamba-Nya itu seperti tunas yang tumbuh di tanah yang gersang. Tak ada yang indah pada-Nya untuk kita pandang; tak ada yang menarik untuk kita inginkan.” (Yes. 53:2 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini).
Prinsip hari ini: Seorang hamba Tuhan atau pelayanan yang sejati pasti minim dengan pertentangan atau penolakan dari orang-orang Kristen atau hamba-hamba Tuhan lainnya.
Yesus: Jika kita teliti lebih dalam hampir seluruh atau sebagian besar perjalanan pelayanan Yesus diwarnai dengan penghinaan, pertentangan, perlawanan dan penolakan dari orang-orang Israel bahkan dari para pemimpin atau pemuka-pemuka agama saat itu.
NB: masih ada beberapa contoh lagi kehidupan tokoh-tokoh zaman Alkitab (selain Yesus) dan di era modern yang bertentangan dengan prinsip yang banyak kita dengar saat ini
KESIMPULAN:
1) Semua pencapaian, kesuksesan atau hal-hal yang duniawi bukanlah standar atau ukuran keberhasilan atau kesejatian seorang hamba Tuhan atau pelayanan. Bagi seorang hamba Tuhan sejati yang terutama adalah melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan panggilan serta tujuan hidupnya bukan mengumpulkan kekayaan dan mengejar kemuliaan duniawi. (Yoh. 4:34)
2) TIDAK SEMUA PRINSIP YANG DISAMPAIKAN DAN DITEKANKAN DI MIMBAR-MIMBAR GEREJA HARI INI ADALAH SEBUAH KEBENARAN. Beberapa prinsip yang kita dengar hari ini mungkin keluar dari perkataan orang-orang yang memiliki reputasi sebagai pemimpin rohani yang banyak dikenal dan diakui oleh mayoritas orang-orang Kristen saat ini tetapi jika kita mau membayar harga untuk merenungkannya lebih lagi di dalam terang Firman-Nya, kita akan menemukan kebenaran dan tidak mudah tertipu dan tersesat.
3) Pemimpin rohani bahkan rekan-rekan seiman kita yang lain perlu kita hormati dan dengarkan tetapi yang lebih utama tentu kita mendengar suara dan pimpinan Gembala Agung kita. (Yoh. 10: 14)
4) Jauhlah kiranya dari maksud dan tujuan saya untuk memengaruhi Anda supaya memberontak, menghakimi atau mencari-cari kesalahan para pemimpin gereja tetapi mari kita bersama-sama menguji setiap firman atau prinsip yang kita lihat dan dengar di gereja saat ini. Bukankah ini merupakan perintah dari Tuhan sendiri untuk kita menguji segala sesuatu dan memegang yang baik (1 Tes. 5:21) di masa-masa yang penuh penyesatan ini?
5) Setiap prinsip firman Tuhan yang kita dengar HARUS dan WAJIB untuk diuji. Tidak peduli seterkenal apa, seberapa lama melayani, sebanyak apa gelar yang dimiliki, seberapa besar gedung gerejanya, seberapa banyak jemaatnya, setenar apa dan sehebat apa seorang hamba Tuhan yang menyampaikannya. Dan setiap hamba Tuhan atau pelayanan yang sejati akan dengan senang hati dan terbuka untuk diuji. (1 Tes. 2: 3-12; Kis. 17:10-11)
ULAR-ULAR DALAM GEREJA – MENGHADAPI MUSUH DI DALAM GEREJA (David Orton)
Kesejajaran antara Yehezkiel 8 dan gereja saat ini sangat nyata. Sebagaimana penatua pada masa Yehezkiel diam-diam menjalankan penyembahan berhala, Demikian pula kita saat ini. Ada krisis kepemimpinan dalam gereja. Bukan krisis kecakapan atau teknik yang baik, melainkan krisis orang-orang yang sungguh-sungguh mengandalkan Roh Kudus. Mereka yang, di dalam hatinya yang paling tersembunyi, menolak untuk menyembah ilah asing dan sistem manusia.
Muslihat iblis tidak pernah terang-terangan. Seperti ular, diam-diam dan dengan sembunyi-sembunyi, roh agamawi dan penyesatan memasuki Bait Allah. Dengan berpura-pura melayani gereja Allah, motivasi yang campur aduk dan najis telah menginfiltrasi pelayanan. Sebagai pemimpin, kita telah menjadi pelayan gereja, bukannya pelayan Allah. Kita menyembah gambaran palsu – gambaran sukses, kerohanian, kekuasaan. Kita mengimpor ke dalam gereja dan kota kita model dan formula mutakhir untuk menjamin sukses. Melihatnya dari jauh – dari kota atau negara lain – hal-hal itu kelihatan sangat menggiurkan, sangat menjanjikan. Namun seperti fatamorgana, harapan akan ledakan pertumbuhan gereja atau transformasi kota menguap pada saat kita bergerak maju. Mengapa? karena kita menolak untuk membayar harga dengan merendahkan diri kita – atau membiarkan kekuatan kita diremukkan – program dan rencana kita – kefasihan dan kecakapan berbicara kita – musik dan talenta kita – dijadikan tidak bermakna. Kalau apa yang kita lakukan tidak dikandung di dalam rahim kelemahan kita, kita tidak akan pernah melahirkan keajaiban kuasa-Nya. Hanya ada dua pilihan: entah hal itu dilahirkan dari Allah, atau dari manusia. Tanpa mengalami kehancuran hati, setiap model baru mengakibatkan kita lebih mengandalkan kecakapan kita dalam mengorganisasi, kecakapan berkomunikasi dan berjejaring, sumber daya finansial kita, atau kreativitas musikal kita. Kalau kita mengimpor model sukses paling mutakhir ke kota kita tanpa menjalani kerendahan hati salib, kita hanya akan menyembah pada gambaran yang hampa. Seperti rasul-rasul hebat di Korintus itu, kita akan “bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah” (2 Kor. 5:12).
“Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain…” (Pkh. 4:4)
ORANG-ORANG BERDOSA DI TANGAN ALLAH YANG MURKA
Betapa mengerikannya firman dalam Yes. 63:3 ini, yang adalah firman dari Allah yang agung. “Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.” Mungkin mustahil bagi kita untuk dapat memahami secara tepat makna mengenai tiga hal ini, yaitu, kejijikan, kebencian, dan kedahsyatan dari murka-Nya. Jika Anda menangis dan berseru kepada Tuhan untuk mendapatkan belas kasihan, Ia tidak akan merasa kasihan sedikit pun kepada penderitaan Anda yang menyedihkan, atau sedikit pun memerhatikan dan menolong Anda, sebaliknya, Ia akan menginjak-injak Anda di bawah kaki-Nya. Dan meskipun Ia mengetahui bahwa Anda tidak sanggup menanggung beratnya beban kekuatan-Nya yang menekan Anda, namun Ia sama sekali tidak peduli, bahkan Ia justru akan menghancurkan Anda di bawah kaki-Nya tanpa belas kasihan; Ia akan menumpahkan darah Andakeluar, dan membuatnya berhamburan, dan memercik ke baju-Nya, dan mencemari seluruh pakaian-Nya. Ia tidak hanya sekadar membenci Anda, tetapi Ia akan sangat jijik kepada Anda: tidak ada tempat yang layak untuk Anda, kecuali di bawah kaki-Nya untuk diinjak-injak seperti lumpur di jalanan.
ORANG-ORANG BERDOSA DI TANGAN ALLAH YANG MURKA
Jadi, semua manusia ada di dalam genggaman tangan Allah, di tepi lubang neraka; mereka pantas dibuang ke dalam api, dan dihukum. Murka Tuhan telah menyala-nyala, kemarahan-Nya terhadap mereka adalah sama seperti dengan kemarahan-Nya kepada mereka yang benar-benar menderita karena pelaksanaan kedahsyatan murka-Nya di neraka, dan mereka tidak mampu melakukan apa pun untuk menenangkan atau meredakan kemarahan itu, dan Tuhan tidak terikat dengan janji apa pun untuk sewaktu-waktu menyelamatkan mereka; iblis sedang menunggu mereka, neraka berusaha menangkap mereka, api yang besar menyala dan berkobar-kobar mengelilingi mereka, dan akan dengan senang hati menyambar dan menelan mereka; api yang terkurung di dalam hati mereka sendiri tengah berjuang keras untuk keluar: dan mereka tidak peduli sedikitpun kepada Sang Perantara, tidak ada sarana atau cara apa pun yang dapat digunakan untuk menyelamatkan mereka. Singkatnya, mereka tidak punya tempat berlindung, tidak ada yang bisa dijadikan pegangan, semua yang melindungi mereka adalah keinginan yang berubah-ubah belaka, bukan janji Tuhan, dan bukan keharusan bagi Allah untuk menahan murka-Nya.
ORANG-ORANG BERDOSA DI TANGAN ALLAH YANG MURKA
Pada waktu kaki mereka goyang
(BERSAMBUNG)
Mempelai Zombie yang Hidup – Neil Cole (bagian 4)
- KERAJAAN ALLAH DIMAKSUDKAN UNTUK MENYEBAR (DESENTRALISASI), TETAPI ORANG-ORANG CENDERUNG MELAKUKAN SENTRALISASI
Allah selalu berencana agar umat manusia tersebar dan memenuhi bumi dengan kemuliaan-Nya. Ketika Nuh melangkah keluar dari bahtera, Allah memberikan perintah awal sekali lagi – dua kali (“Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhi bumi”; Kej 9:1, 7). Seperti sering dilakukan orang-orang, Nuh dan keluarganya berusaha tinggal di satu tempat. Mereka mulai membangun proyek yang menunjukkan ketidaktaatan langsung terhadap rencana Allah. Allah harus memaksakan desentralisasi dengan mengacaukan bahasa mereka (Kej 11:7-8). Masalahnya bukan apakah bangunan itu buruk atau tidak. Alasan Allah melakukan intervensi adalah untuk membuat kita menaati perintah-Nya — menyebar dan memenuhi bumi.
Gereja telah diberi perintah untuk menyebar dan memenuhi bumi (Mat 28:19-20; Kis 1:8). Tetapi seperti orang lain, rasul-rasul bergumul dengan godaan untuk tinggal di satu tempat dan satu bangunan. Ketika Yesus menyingkapkan inkarnasi-Nya yang sejati kepada lingkaran dalam kepemimpinannya pada saat Ia mengalami perubahan wajah (Mat 17:1-6), respons Petrus bersifat klasik: “Ini adalah tempat yang baik; biarlah aku mulai proyek pembangunan sekarang juga!” (tentu saja, ini adalah parafrase saya sendiri). Bapa menegur Petrus, menyuruhnya diam dan mendengarkan perintah Yesus — teguran yang masih relevan di zaman sekarang.
Tampaknya umat manusia selalu ingin berdiam di satu lokasi. Kita juga cenderung melakukan hal yang sama.
Banyaknya orang memandang bahwa gereja di Yerusalem sebagai model terbaik untuk gereja yang sehat. Saya melihat beberapa contoh yang baik dalam pasal-pasal awal Kisah Para Rasul, tetapi saya kira gereja lokal di Antiokhia, Efesus, atau Tesalonika merupakan model yang lebih baik. Yesus memerintahkan murid-murid-Nya yang pertama untuk menyebar dari Yerusalem sampai ujung bumi dipenuhi dengan kuasa Allah (Kis 1:8). Namun, mereka semua justru tinggal di Yerusalem. Sama seperti Allah memaksakan desentralisasi dalam Kejadian 11 dengan mengacaukan bahasa-bahsa, Ia juga memaksakan desentralisasi dalam Kisah Para Rasul; kali ini dengan penganiayaan (Kis 8:1). Salah satu ironi Alkitab adalah bahwa di bawah penganiayaan setiap orang dari gereja Yerusalem keluar, kecuali “para utusan” yang diberi perintah pertama kali. Rasul-rasul