Arsip Kategori: BULETIN DOA

TUHAN MENCARI DAN MEMANGGIL UMAT-NYA DI INDONESIA UNTUK DIPERLENGKAPI MENJADI PRAJURIT (PASUKAN) TUHAN

Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol
Ketika berdoa syafaat untuk Indonesia pada pertengahan tahun 2019, saya  merasakan kehadiran Tuhan. Dalam hadirat-Nya, saya melihat Bapa memeluk saya dan berkata, “welcome back”. Saya merasakan kasih Bapa yang begitu indah. Dalam pelukan erat itu hati saya bertanya mengapa Tuhan berkata seperti itu seolah baru bertemu kembali padahal setiap hari saya selalu datang kepada-Nya. 
Tuhan memberikan hikmat bahwa inilah keadaan umat Tuhan dan gereja hari ini, yakni seperti kisah anak bungsu yang terhilang. Kehidupan orang percaya yang jauh dari Bapa Surga tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang sekedar beragama tanpa pengenalan akan Tuhan dan hubungan dengan Tuhan. Yang membuat umat-Nya terpisah adalah keserakahan dan kejahatan oleh karena belenggu kuasa dosa. 
Beberapa hari kemudian, dalam hadirat Tuhan saya melihat sebuah gunung diselimuti awan yang nampak seperti kabut putih. Letaknya tidak jauh, sangat dekat. Saya berdiri di sebuah rumah seorang wanita yang sedang sibuk menyapu/membersihkan rumahnya yang terletak di seberang gunung. Wanita itu sangat sibuk sehingga tidak memperhatikan keindahan pada gunung itu. 
Melihat keindahan gunung yang diselimuti kabut (awan putih) hati saya sangat ingin pergi dan naik kesana. Gunung itu seolah memanggil saya untuk segera datang kesana. Tanpa memperdulikan apapun lagi saya segera berlari dan naik kesana. 
Tuhan menjelaskan bahwa ini berbicara tentang bagaimana kita harus rela meninggalkan segala-galanya, baik itu kenyamanan dan segala kepentingan pribadi untuk memberi diri hidup sepenuhnya bagi Tuhan dan menjadi murid-murid-Nya. 
Ini adalah panggilan Tuhan atas umat-Nya hari-hari ini. Mendaki gunung menjelaskan tentang sebuah tekad dan ketaatan untuk menggenapi panggilan hidup kita di dalam Tuhan. Sebagaimana teladan Yesus yang merelakan segala-galanya demi menggenapi tujuan hidup-Nya selama di bumi demikian Tuhan memanggil kita hidup dalam teladan Kristus menjadi hamba-hamba sejati yang bahkan tidak takut untuk kehilangan nyawanya sendiri.
Ketika naik dan berada di atas gunung itu, saya melihat ada jalan setapak kecil yang memudahkan saya untuk berjalan di atas gunung tersebut. Di tengah perjalan diatas gunung itu saya melihat sepanjang jalan penuh dengan kabut putih. Ada suasana sukacita yang tak terlukiskan dan kebahagiaan yang sangat dalam. Saya merasakannya seperti seorang anak laki-laki kecil yang sangat bahagia karena hendak bertemu dengan bapanya. Diatas gunung itu kita bisa mengalami keintiman sebagai kekasih dan sahabat, serta erat sebagai putera-puteri Bapa. 
Sesaat setelah berada diatas gunung itu saya melihat PASUKAN TUHAN SEDANG BERBARIS RAPI. Jumlah mereka tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Perawakan mereka tinggi dan tegap. Seluruh tubuh dan wajah mereka bersinar karena pancaran kemuliaan Tuhan yang berdiri dan menaungi mereka dalam cahaya terang. Masing-masing orang menengadah memandang keatas sedang mendengarkan instruksi Tuhan. Mereka sedang dilatih. Dimuridkan dan diajar oleh Tuhan sendiri.
Saya berurai air mata ketika mengamati lebih dekat terlihat dengan sangat jelas pembimbing dan bapa rohani yang Tuhan panggil dan percayakan untuk memperjuangkan terjadinya kebangunan rohani di kota-kota dan bangsa Indonesia dalam pancaran sinar terang sedang berdiri di depan pasukan ini untuk memberikan arahan.  
Mereka semua yang berada di atas gunung itu diperlengkapi dan diarahkan. Semua penuh kidmad (sangat tertib) mendengarkan. Hati mereka sungguh tulus dan murni. Siap untuk bergerak kapanpun Sang Pemimpin perintahkan. 
Sementara melihat pasukan itu, Tuhan menaruhkan saya sebuah firman di dalam 2 Timotius 2:3-4. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
Tuhan memberikan pengertian bahwa PASUKAN YANG BERDIRI DIATAS GUNUNG ITU ADALAH PARA PRAJURIT TUHAN YANG TELAH MENGABDIKAN HIDUP SEPENUHNYA BAGI KERAJAAN ALLAH. Mereka hidup meneladani komandan-Nya yaitu Yesus Kristus. Merelakan dan meninggalkan segala keinginan dan kepentingan pribadi untuk sepenuhnya mengikuti kehendak Tuhan. Mereka adalah para hamba-hamba sejati.
Saat mendengarkan hal ini, Tuhan kembali menaruhkan hikmat-Nya bahwa inilah yang Tuhan kehendaki atas umat-Nya di negeri ini. Supaya mereka meneladani hidup hamba-hamba sejati ini, yaitu tidak mencari perkara-perkara di bumi tetapi perkara diatas, meninggalkan segala keinginan duniawi dan hidup sebagai prajurit-prajurit Kristus. 
HIKMAT DARI PENGLIHATAN YANG TUHAN NYATAKAN:
• Gunung yang berkabut putih ini menggambarkan tentang hadirat Allah. 
• Sementara wanita yang sedang sibuk adalah gambaran dari gereja-Nya. Kesibukan menggambarkan prioritas gereja yang lebih mengutamakan perkara duniawi sehingga mengabaikan akan perkara ilahi serta melupakan panggilan utama mereka untuk hidup bagi Tuhan (dalam keintiman). Bahkan tidak mendengar ataupun memahami sama sekali (karena kehilangan ketajaman/kepekaan) ketika Tuhan menggunakan fenomena alam untuk berbicara dan memanggil mereka datang kepada-Nya.
• Tuhan menyatakan bahwa inilah keadaan nyata yang sedang terjadi di negeri ini. Berbagai keindahan bahkan hingga bencana tidak cukup membuat umat Tuhan dan gereja-Nya tersadar bahwa Tuhan sedang memanggil mereka mendekat kepada-Nya. 
• Bagi mereka yang mendengar panggilan-Nya dan segera meninggalkan segala kesibukannya untuk berlari mencari dan mendekat dalam hadirat Tuhan di atas gunung itu mengalami kebahagiaan dan sukacita yang berlimpah. Sebuah persekutuan yang intim dengan Allah Bapa.
• Sebagaimana keadaan jemaat Laodikia (Wahyu 3:14-22), demikianlah keadaan umat dan gereja Tuhan di Indonesia dimana gereja telah berzinah dengan dunia. Sebab itu Tuhan memerintahkan supaya jemaat Tuhan membeli/menukar hartanya demi memperoleh kebenaran. Artinya Tuhan menghendaki supaya umat -Nya meninggalkan perzinahan rohani dengan dunia dan membayar harga perubahan. Sama seperti nasihat Yesus dalam kisah orang muda yang kaya dimana ia harus  menjual semua hartanya demi mengikut Tuhan (Matius 19:16-26).
Ini adalah sebuah PEPERANGAN ROHANI UMAT TUHAN hari ini. Yaitu MELAWAN SEGALA KEINGINAN DUNIA di dalam dirinya.
BAGI MEREKA YANG MENANG dalam peperangan ini, TUHAN BERJANJI UNTUK MENDUDUKKAN MEREKA DALAM KEMULIAAN-NYA.
• Tuhan dan kemuliaan-Nya digambarkan seperti sebuah gunung yang diatasnya dilingkupi kabut putih. TUHAN MEMPERLIHATKAN BAHWA ORANG-ORANG PILIHAN TUHAN MASIH BERADA (BERAKTIVITAS) DI RUMAH-RUMAH DAN BUKAN DIATAS GUNUNG BERSAMA TUHAN. Sebab itu TUHAN MEMANGGIL PASUKAN-NYA UNTUK DATANG DAN BERLARI KEPADA-NYA. Kepada gunung-Nya yang kudus. Yaitu tempat dimana kemuliaan dan hadirat-Nya tinggal. 
• Tuhan ingin pasukan itu datang keatas puncak gunung itu, sebagaimana Musa naik ke atas gunung Sinai untuk mendengarkan petunjuk dan arahan-Nya bagi umat-Nya.
KEADAAN UMAT TUHAN DAN GEREJA-NYA DI INDONESIA:
Hari ini umat Tuhan dalam keadaan bukan lagi hanya berpakaian compang-camping tetapi bahkan TELANJANG sebagaimana tertulis dalam kitab Wahyu 3:17. Tuhan memperlihatkan keadaan mereka ini seperti orang-orang primitif/pedalaman yang tak berpakaian namun tidak merasa malu.  Ketelanjangan mereka disebabkan karena dosa yang membuat mereka kehilangan kemuliaan Allah. Keluar dan berdiri jauh dari hadirat Allah yang Kudus. 
Orang-orang pedalaman cenderung liar dan membabi buta sebab sangat primitif. Berkeras hati dan sulit menerima perubahan akibat kebodohan. Mereka adalah para pendukung buta karena terbiasa mengikut saja apa kata pemimpin suku mereka. Mereka merasa diri kuat dan tidak mengerti/mengikuti bahwa jaman telah berganti sehingga dalam dunia perang harus menggunakan persenjataan modern. Kebodohan membuat mereka tidak menyadari bahwa mereka bisa dihabisi musuh kapan saja. Kebodohan ini juga yang mengakibatkan terjadinya berbagai krisis di segala bidang dalam pemerintahan di Indonesia.
Demikianlah gambaran kehidupan umat Tuhan dalam pengaruh dan kendali roh agamawi yang menyebabkan mereka tinggal dalam kebodohan. Umat Tuhan harus dipulihkan dari kebodohan dengan kebenaran. Sebagaimana Tuhan mengetuk pintu jemaat Laodikia demikian TUHAN SEDANG MENGETUK PINTU GEREJA-GEREJA. DIA SEDANG MEMANGGIL UMAT-NYA UNTUK MENDENGAR SUARA-NYA. MENJADI MURID-MURID DAN HAMBA-HAMBA-NYA. Siapa saja yang merendahkan diri (membukakan pintu hati) dan mengijinkan Yesus masuk, mereka akan menjadi sahabat-sahabat dan kekasih-kekasih-Nya. Mereka akan duduk satu meja menikmati keintiman dengan BAPA. Mereka akan hidup sebagai anak-anak bagi kerajaan Bapa di Surga.
Inilah yang Tuhan rindukan, yaitu memulihkan jati diri umat Tuhan dan gereja-Nya sebagai anak-anak Raja yang akan BEKERJA DI RUMAH BAPA dan mewarisi kerajaan-Nya sehingga otoritas dan kuasa serta kemuliaan Tuhan ada di dalam mereka. 
Menjadikan mereka BUKAN SEKEDAR SEBUAH KUMPULAN TETAPI PASUKAN TUHAN. 
Ketika saya merenungkan dan berdoa untuk menanyakan apakah maksud Tuhan atas semuanya ini,  Tuhan membawa saya kembali melihat gunung itu dalam sebuah mimpi. Dalam mimpi itu, Tuhan membawa saya melihat sebuah kehidupan atau aktivitas di sekitar gunung tersebut. 
Di pintu gerbang masuk jalan setapak menuju puncak gunung, nampak seorang wanita yang berprofesi sebagai pengajar sedang konsultasi dengan bapa rohani untuk mengajukan sertifikasi bagi tempatnya/lingkungan ia mengajar. Saya melihat pembimbing rohani tersebut menyetujui pengajuannya itu dan memberikan stampel pada form yang dibawanya. Wanita ini adalah seorang yang dikhususkan untuk pelayanan rohani khusus anak-anak. Ia sendiri menemui pemimpin itu bersama dengan anak kecil. 
Lalu Tuhan membawa saya berjalan melihat sekeliling pada tepi atau pinggiran hingga turun ke bawah gunung itu. Nampak jelas kehidupan dan aktivitas warga sekeliling gunung tersebut, mereka menjual makanan-makanan tradisional. Tidak ada kesan mewah dan modern pada sekitarnya. Bagi pasukan yang tinggal diatas gunung itu mendapatkan peraturan bahwa mereka tidak bisa hidup bebas mengikuti ataupun membeli segala keinginan mereka termasuk hal makanan. Saya merasakan ada perasaan yang menahan untuk tidak membeli apapun meski terlihat menarik. 
Setelah melihat itu, Tuhan menuntun saya kembali ke atas gunung. Saat memasuki pintu gerbang saya melihat bapa rohani (pelatih/pemimpin seluruh pasukan) sedang duduk di pintu penjagaan sambil menulis/mengerjakan tugas² hariannya. Tidak ada perkantoran ataupun gedung yang megah selain hanya tempat penjagaan yang kecil. 
Saat memasuki pintu gerbang dan berjalan di jalan setapak menuju ke tempat berkumpulnya seluruh pasukan di atas gunung, saya bertemu dengan beberapa wanita setengah baya berpakaian putih bersih yang menghampiri saya kemudian menceritakan perjalanan² pelayanan mereka. Mereka nampak paruh baya bukan karena tua secara usia tetapi karena mereka adalah orang-orang yang telah dewasa rohani. 
Salah seorang wanita bercerita bahwa ia baru saja menyampaikan kebenaran kepada seseorang namun ditolak hingga seluruh keluarganya pun mengalami penolakan bahkan olokan. Ketika wanita itu sedang bercerita, Tuhan mengijinkan saya melihat dan mendengar sebuah gambaran bagaimana dari cerita tersebut dan nampak jelas terlihat ada seseorang yang sedang marah hingga memaki dan mengutuki wanita itu dan juga seisi rumahnya. Membuktikan bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.
Ketiga wanita itu adalah para pemimpin yang memiliki panggilan dan karunia rohani yang berbeda-beda. Salah seorang diantara mereka adalah seorang pendoa. Tanpa bercerita, Tuhan membuat saya mendengar dan melihat bagaimana ia berseru dalam doa siang dan malam di hadapan Tuhan. 
Meskipun dalam beban dan tekanan yang berat karena pelatihan serta tugas dan panggilan Tuhan, kami yang tinggal di atas gunung itu merasakan sukacita dan kebahagiaan yang besar. Kami saling membangun dan meneguhkan, menghibur dan menguatkan.
Kami tetap bersukacita sekalipun segala sesuatu yang kami inginkan tidak selalu bisa kami dapatkan meski yang terkecil sekalipun. Sebab hati kami telah dimerdekakan dari segala keinginan. Kami hidup sebagai murid-murid Tuhan. 
Gunung itu menjadi tempat atau asrama dan sekolah dimana orang-orang ini dimuridkan. 
KESIMPULAN:
Panggilan untuk menjadi pasukan Tuhan ditujukan kepada seluruh umat Tuhan di Indonesia. Tuhan menjelaskan bahwa Pasukan Tuhan dipanggil untuk tinggal dalam kemuliaan Allah. Dalam kekudusan Allah. Dalam otoritas dan kuasa Allah. 
Beberapa pasukan Tuhan yang sudah berada diatas gunung bersama Tuhan, mereka adalah orang-orang yang TELAH BERGANTI IDENTITAS. Mereka MENJADI PRAJURIT-PRAJURIT DENGAN SERAGAM/PAKAIAN DAN PERSENJATAAN LENGKAP SIAP PERANG. MEREKA BERBARIS RAPI sedang MENDENGARKAN PETUNJUK TUHAN. Awan putih melingkupi mereka, seluruh tubuh mereka bersinar terang hati mereka berkobar seperti nyala api. Suara mereka lantang dan serempak. Inilah prajurit (pasukan) Tuhan yang sejati. Mereka tidak bergerak tanpa perintah sang Panglima. Sikap mereka sigap (siap sedia) kapan pun waktunya untuk bertindak.
Sebab itu Tuhan menghendaki umat-Nya harus segera berlari meninggalkan segala kebodohan untuk menggenapi panggilan ilahi dengan membuka hati dan telinga untuk menjadi seorang murid, hamba, sahabat dan kekasih, serta anak-anak kebenaran.
Pasukan Tuhan yang berada di atas gunung itu adalah orang-orang pilihan Tuhan dari berbagai bidang ataupun divisi pelayanan. Mereka dipanggil untuk dimuridkan dan diperlengkapi. Dipersatukan dan dipersiapkan dalam berbagai karunia rohani untuk masuk dalam kegerakan Tuhan. Mereka  adalah pasukan Tuhan yang siap bergerak dan telah membayar harga ketaatan demi sebuah perubahan. Mereka tidak lagi hidup untuk dunia ataupun dirinya sendiri tetapi menjadi hamba-hamba sejati. 
Tuhan merindukan dan menghendaki bangkitnya pasukan Tuhan dari berbagai kota di seluruh penjuru negeri ini. Ya, Tuhan sedang memanggil umat-Nya untuk masuk dalam kegerakan-Nya. Pasukan yang akan diperlengkapi dengan roh hikmat dan wahyu dari Surga, pertama-tama untuk mengenal Tuhan dengan benar dan diperlengkapi menjadi prajurit-prajurit sejati.
Prajurit-prajurit sejati yang Tuhan persatukan untuk menjadi lebih kuat. Untuk bersama-sama melewati tempat-tempat dan masa² yang sulit. Menjadi pasukan Tuhan yang akan membuat perbedaan dan perubahan besar.
Amin..
Tuhan Yesus memberkati perjuangan kita.

IBADAH GEREJA (DAN ORANG PERCAYA) HARI INI

Oleh : Ruth Yanti Tampinongkol
Kata Yesus kepadanya: “Percayalah
kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Yohanes 4:21 (TB)
Hari ini banyak orang datang beribadah, tetapi
bukan kepada Tuhan. Sebab ibadah sekedar menjadi sebuah tradisi (rutinitas)
seperti ibadah orang² Samaria yang menyembah Tuhan di gunung dan juga seperti
orang²  Yahudi yang menganggap
Yerusalem-lah tempat untuk menyembah.
Orang² percaya hari ini memiliki kesamaan akan
hal ini, mereka hanya fokus pada tempat, nama organisasi/gereja/sinode, sebab
beranggapan bahwa Tuhan ada di dalam gedung² gereja itu. Menganggap bahwa
tempat yang benar untuk ibadah dan menyembah adalah di dalam gereja. Ibadah
adalah tentang duduk berkumpul di satu tempat/ruangan/gedung. Tidak heran
kesalahpahaman ini akhirnya menimbulkan perselisihan dan perpecahan di dalam
gereja
 sebab masing² merasa tempat atau gerejanyalah yang paling benar.
Pertanyaannya, adakah Tuhan tinggal di tempat² seperti ini?
Demikianlah pola pikir dan pola hidup rohani
yang sudah mendarah daging di Indonesia. Pola pikir yang terkontaminasi oleh
roh agamawi. Mereka hanya datang ke gereja bukan datang kepada Tuhan. Beribadah
ke gereja bukan kepada Tuhan. Memberikan persembahan dan pengabdian/pelayanan
kepada gereja bukan kepada Tuhan.
Hal ini membuat banyak orang percaya
beranggapan bahwa jika mereka sudah datang ke gereja mereka merasa sudah
berjumpa dengan Tuhan. Dan jika sudah melayani di gereja merasa sudah melayani
Tuhan.
Tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa
mereka selama ini hanya dibawa kepada gereja bukan kepada Tuhan. Terhubung
dengan gereja bukan dengan Tuhan sendiri sebagaimana perjumpaan wanita Samaria
dengan Yesus di sumur Yakub.
Menjadi ibadah lahiriah dan bukan batiniah.
Atas ibadah² yang demikian, Yesus membantah bahkan menegaskan bahwa bukan
beribadah dan menyembah di gereja Samaria ataupun gereja Yerusalem. Tidak
satupun yang benar. Sebab mereka HARUS BERIBADAH DAN MENYEMBAH KEPADA BAPA
dalam roh dan kebenaran.
Berapa banyak yang mengetahui bahwa nyatanya
selama ini mereka hanya tertarik pada gunung dan bukan pemilik/pencipta gunung
itu sendiri??
Kerohanian mereka sampai pada titik hanya terpesona
dengan hasil karya Tuhan bukan pada pribadi Tuhan. Pada berkat² Tuhan bukan
pemberi berkat itu sendiri.
Yang paling fatal adalah tidak banyak yang
menyadari bahwa mereka selama ini adalah korban para calo tiket surga.. yaitu
orang-orang yang menyuarakan (mempromosikan) surga dan bukan pribadi
pemilik-Nya. Orang diajak untuk percaya Yesus hanya demi mendapatkan surga dan
berkat²-Nya bukan supaya mereka mengenal Dia dan kebenaran-Nya.
Yesus yang mereka kenal adalah Yesus yang
berbeda sama sekali dengan Yesus yang dijumpai oleh wanita Samaria ini. Yesus
yang mereka tahu adalah Tuhan yang menuntut hal² lahiriah. Mereka harus
percaya, bertobat/sadar akan dosa dan harus percaya bahwa Yesus mati serta
rajin beribadah ke gereja.
Padahal Yesus yang dijumpai oleh wanita
Samaria ini tidak menuntut apapun selain SATU SAJA, yaitu SUPAYA WANITA ITU
MENDEKAT KEPADA-NYA DENGAN HATI YANG JUJUR. Yesus memberikan sentuhan yang
menghidupkan dan mengubahkan. SEBAB SEJATINYA DIA ADALAH SAHABAT ORANG BERDOSA.
Aliran air hidup dari Yesus memenuhi hatinya
sehingga ia menjadi Injil sejati dan mengalirkan kehidupan bagi sekelilingnya.
Yesus datang ke dunia bukan hanya ingin
memberikan Surga, tetapi yang pertama-tama adalah SUPAYA KITA MENGENAL DIA.
Bagaimana mungkin kita akan menjadi penghuni surga tanpa kita mengenal siapa
pemilik-Nya. Meskipun mengetahui nama Yesus bahkan berseru, mengajar, bernubuat
dan mengusir setan dengan nama-Nya bisakah kita masuk kedalam kerajaan-Nya
tanpa mengenal dan dikenal oleh Yesus sendiri??
Matius 7:22-23 (TB)
Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru
 kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang
kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
 Enyahlah dari
pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Bagaimana kita menyikapi kesesatan hari ini.
Mari kita merenungkan bersama, bagaimana
ibadah dan pengenalan kita akan Tuhan.
Sudahkah kita mengenal Dia dengan benar?
Siapa dan bagaimana Tuhan Allah yang kita
kenal itu?
Apakah yang Tuhan rindu untuk pulihkan dan
ubahkan dari ibadah dan penyembahan kita hari ini?
Filipi 3:10 (BIMK)
Satu-satunya yang saya inginkan ialah supaya
saya mengenal Kristus,
 dan mengalami kuasa yang menghidupkan Dia dari
kematian. Saya ingin turut menderita dengan Dia dan menjadi sama seperti Dia
dalam hal kematian-Nya.
Tuhan Yesus memberkati perjuangan kita.

Bagi
saudara-saudari yang berminat bergabung dalam group whatsapp dapat menghubungi
no whatsapp
082299968682 atau 081803895744 atau 08980858661

Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah
ini:

BELAJAR DAN BERTUMBUH BERSAMA DI GRUP WHATSAPP KAMI REVIVAL COMMUNITY

Berserah VS Tidak Peduli

Oleh : Ratih.
A
Suatu
saat dokter yang menangani anak saya di ruang isolasi memberikan kabar bahwa
anak saya akan segera diechocardiologhy untuk mengetahui kondisi dan fungsi
jantungnya. Saat itu saya tidak memikirkan apapun selain bayi kami akan
baik-baik saja. Sampai suami saya berkata, “kita
harus siap dengan dua kemungkinan, pertama tidak ada masalah pada fungsi
jantungnya, kedua hal yang terburuk fungsi jantungnya terbalik”.

Mendengar itu saya seperti jatuh dari tebing membayangkan kemungkinan terburuk
akan terjadi pada bayi kami. Sepanjang perjalanan pulang tak hentinya saya
menangis dan berserah. Dalam doa saya sampaikan “jika Tuhan ijinkan anak saya bertahan, akan saya rawat sepenuh
hati, namun jika Tuhan berkehendak lain, saya relakan, saya ikhlas”.

Sampai di rumah saya sudah tidak memikirkannya lagi dan saya langsung istirahat
sebab sudah larut malam dan besok harus kembali lagi ke rumah sakit.
Pagi-pagi
saya terbangun dan Tuhan ingatkan saya tentang bayi kami di rumah sakit yang
akan diechocardiologhy pagi itu. Namun saya katakan, “Tuhan aku sudah serahkan dan aku tidak ingin kuatir lagi
tentangnya.”
Lalu Tuhan sampaikan bahwa Dia memang ingin saya berserah
namun Dia ingin saya tetap peduli (tidak cuek atau bersikap apatis), yaitu
dengan tetap berdoa bagi bayi kami sesuai apa kehendakNya. Satu pelajaran
melalui peristiwa ini bahwa penyerahan kita bukan dengan bersikap
“terserah Tuhan, aku ikut saja dan melihat apa yang Tuhan mau
lalukan” (wait and see) tapi sebaliknya Tuhan ingin kita berserah dan mencari tahu apa kehendakNya dan turut
bekerjasama melakukan apa yang jadi kehendakNya.
Saya berdoa dan serahkan
bayi kami dalam tanganNya sambil meminta kehendakNya yang terbaik yang terjadi
atas bayi kami.
Pagi itu
kami berangkat ke rumah sakit dengan hati yang lega, tenang dan damai. Bahkan
ketika sampai di rumah sakit, dokter minta saya menggendong bayi saya untuk
dibawa ke ruang echocardiologhy, saya menggendongnya dan mendampinginya dengan
hati yang tenang. Hingga satu jam setelah pemeriksaan hasilnya dinyatakan bahwa
fungsi jantung bayi kami normal sekalipun terletak di sebelah kanan dan tidak
ada bocor/lubang pada jantung bayi kami.
Puji
Tuhan, saya sungguh terharu, sekali lagi Tuhan tunjukkan bahwa di dalam
penyerahan kita kepadaNya, tidak ada yang sia-sia. Dia pegang sepenuhnya
seperti janjiNya. Saat kita berserah, mencari dan meminta kehendakNya saja yang
jadi, percayalah yang terbaik akan Tuhan berikan.
Jika
kita melihat kondisi Indonesia hari-hari ini, Tuhan tidak ingin kita diam saja.
Tuhan ingin kita peduli akan masa depan
Indonesia, rencanaNya atas Indonesia.
Jangan katakan bahwa kita peduli atas
Indonesia namun kita hanya sebagai penonton saja yang menunggu apa yang bisa
Tuhan kerjakan atas Indonesia sambil beralasan “aku sudah serahkan pada Tuhan”, namun tidak mencari tahu
apa kehendakNya. Sebaliknya jika kita sungguh peduli, kita akan menyerahkan
Indonesia di dalam tanganNya dan mencari apa kehendakNya untuk akhirnya turut ambil bagian dalam strategiNya,
rencanaNya atas Indonesia.
Mari kita lakukan bagian kita dan Tuhan akan
melakukan bagianNya.
Tuhan
memberkati.

PELATIHAN DI PADANG BELANTARA

 Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol



Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17)

Kutipan ayat diatas merupakan sebuah pesan penting yang menyingkapkan
sebuah rahasia hati Tuhan -yang disampaikan-Nya melalui raja Salomo-
supaya manusia saling belajar dari sesamanya baik melalui kekurangan
maupun kelebihannya.

Memang benar bahwa manusia tidak bisa
mengubah sesamanya karena hanya Tuhan yang sanggup melakukannya tetapi
Tuhan senang memakai manusia untuk saling mengasah (memurnikan) satu
sama lain, itu sebabnya jika kita mendapatkan sebuah kesempatan untuk
belajar melalui sesama merupakan sebuah anugerah yang besar.

Kenyataan hidup yang keras melalui keadaan direndahkan atau diremehkan
dan ditolak dalam kesendirian seperti seorang yatim piatu sangat melukai
perasaan, tetapi berbeda dengan sudut pandang Tuhan yang seringkali
justru menggunakan keadaan itu untuk melatih para pengikut dan
hamba-hamba-Nya yang sejati.

Keadaan ini seringkali digambarkan
sebagai padang belantara, yaitu tempat pelatihan khusus untuk kita
bertumbuh dalam kerendahan hati dan belajar memimpin diri sendiri
sehingga kita dapat memimpin orang lain dengan cara yang suci.

Yusuf adalah SEORANG HAMBA SEJATI yang lahir di padang belantara, kita
bisa melihat dengan jelas bagaimana Tuhan melatih dirinya melalui
saudara-saudara kandungnya sendiri yang memperlakukannya dengan kejam
karena iri hati. Saudara-saudaranya bermaksud membunuh Yusuf beserta
mimpinya dengan cara yang jahat tetapi Tuhan justru menggunakan keadaan
itu untuk mengantarkan Yusuf kepada mimpinya. Kepemimpinan yang Tuhan
berikan hanyalah untuk melayani saudara-saudara dan bangsanya.

• Kejadian 50:20 (TB)
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.

Padang belantara juga merupakan situasi dimana kita
diperhadapkan dengan orang-orang yang mengeraskan hati untuk bertobat
dengan mengubah cara hidupnya yang lama. Mereka menjadi alat penumbuk
yang Tuhan pakai untuk meremukkan hati kita supaya Tuhan dapat tinggal
dekat dengan kita, melimpahi serta memulihkan kita dengan kasih-Nya dan
membantu kita supaya tidak menyerah dengan orang-orang yang tidak ingin
berkomitmen untuk perubahan yang mendalam.

Musa adalah orang
terbaik Tuhan berikutnya dimana melalui pelatihan di padang belantara
menjadikannya SEORANG PEJUANG DOA yang tabah dan tidak pernah menyerah
untuk memohon belas kasihan Tuhan bagi pertobatan bangsa yang
dipimpinnya saat keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian.

Satu
hal yang menjadi tujuan Tuhan membiarkan para pengikut-Nya berada dalam
beban penderitaan ini adalah supaya kita mengerti bahwa kita dapat
mengandalkan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan bukan pada diri
sendiri sehingga kita akan semakin memahami bahwa batas kekuatan manusia
bukan terletak pada dirinya tetapi di dalam Penciptanya. Penyerahan
diri adalah pelajaran penting yang kita pelajari di padang belantara.

Mengapa Tuhan menghendaki cara yang demikian untuk mengubahkan kita?
sebab Tuhan ingin kita belajar melayani satu sama lain melalui perbuatan
sehari-hari.
Melihat orang-orang yang secara nyata terus menerus
mengeraskan hati bisa menyebabkan kita terluka bahkan lelah dan putus
asa, namun kasih yang mendalam menghasilkan kerendahan hati yang akan
menerima kelemahan mereka, mencintai kelebihan mereka, memaafkan
kebencian mereka, bersukacita dalam kelimpahan mereka bahkan berbelas
kasihan dalam kesusahan mereka.

• Yohanes 13:34-35 (BIMK)

Perintah baru Kuberikan kepadamu: Kasihilah satu sama lain. Sama seperti
Aku mengasihi kalian, begitu juga kalian harus saling mengasihi.
Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian pengikut-pengikut-Ku.”

• Roma 12:15 (FAYH)
Bila orang lain bersukacita, ikutlah bersukacita dengan mereka. Bila mereka bersedih hati, ikutlah merasakan kesusahan mereka.


Kerendahan hati membuat kita tidak lelah untuk terus menerus berbuat
baik terhadap orang-orang yang sulit dan kelak pada waktunya Tuhan kita
akan menuai panen raya.
 

• Galatia 6:9 (BIMK)
Sebab itu,
janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau
kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai
hasilnya.

Yesus rela turun ke dunia menjadi sama dengan manusia
hanyalah untuk mengalami dan merasakan betapa rendah, menderita dan
sakitnya keadaan manusia yang hidup di bumi. Meski demikian Yesus tidak
pernah hidup dengan perasaan karena sikap orang-orang yang bersikeras
menolak dan merendahkan-Nya tetapi Dia menggunakan perasaan-Nya dengan
tepat untuk melayani semua orang dengan penuh belas kasihan. Bahkan
menyatakan cinta-Nya dengan kematian demi menjangkau manusia yang
sejatinya adalah para pemberontak.

Pola kerendahan hati yang
Yesus gunakan untuk menjangkau manusia di dunia inilah yang harus kita
teladani demi menjangkau sesama. Sebab satu-satunya cara untuk dapat
melayani dengan baik adalah dengan keteguhan hati memeluk salib kita.
Kematian dalam diri kita adalah kehidupan bagi orang lain.

Setiap
hari adalah kesempatan untuk merendahkan hati. Jika kita tetap bertekun
di dalam kasih dan pengampunan maka kita akan melihat waktunya dimana
padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan dan kebun buah-buahan itu
akan dianggap hutan (Yesaya 32:25), yaitu sebuah pemulihan rohani yang
melahirkan hubungan-hubungan persahabatan dan persaudaraan dalam
kesatuan hati yang terbuka satu sama lain sehingga menjadikan kita rumah
rohani yang kuat.

Seperti bangunan yang rapi tersusun, menjadi bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Menjadi tempat kediaman Allah di
dalam Roh (Efesus 2:19-22).

Tujuan utama dari pelatihan ini
adalah supaya akhirnya kita semua disatukan dalam sebuah
komunitas/persekutuan murid-murid dan hamba-hamba sejati yang bersehati
dan sepikir untuk satu tujuan yaitu MEMULIAKAN TUHAN. Mereka saling
membagikan kehidupan di dalam Tuhan untuk mengajar satu sama lain,
menguatkan orang-orang percaya lainnya dan membawa mereka yang belum
percaya untuk beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus.

KASIH adalah kunci utama agar kita menang dalam pelatihan padang belantara. Di tempat ini pula lahir para PENYEMBAH SEJATI.

Apakah kita pernah mengalami sebuah peristiwa dimana kita ditinggalkan
seorang diri seperti Daud yang hanya berteman kesunyian di padang
belantara?

Meski tampak menakutkan tetapi hanya di tempat-tempat
seperti inilah kita menemukan KASIH SEJATI yang tidak pernah berubah dan
abadi.

Seperti kisah seorang perempuan berdosa yang tercatat di
dalam Lukas 7:36-50. Di saat orang-orang farisi terus menerus
menghina/melecehkan dengan pemikiran bahkan diluapkan dengan
perkataan-perkataan penghakiman, ia memilih untuk tidak mempedulikan
sekelilingnya. Perempuan itu hanya peduli dengan apa yang ia miliki dan
rasakan, yaitu sebuah persahabatan dan pengampunan dari cinta kasih
Yesus yang begitu dalam.

Hati seorang penyembah sejati selalu
remuk dalam pertobatan karena menyadari bahwa hidupnya sangat bergantung
oleh belas kasihan Tuhan. Kepada merekalah Tuhan berkenan. Mereka yang
mengalami betapa dirinya dicintai Tuhan akan menyerahkan seluruh
hidupnya untuk mengasihi dan melakukan kehendak-Nya.

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih.” (Lukas 7:47)

Padang belantara bukan sekedar tempat
pelatihan biasa sebab di tempat pembuangan, penolakan, kesendirian dan
penderitaan itulah mereka justru dipulihkan dalam keajaiban dan anugerah
demi menyatakan rencana Tuhan yang sangat besar. 

Disanalah lahir
para hamba, pejuang (prajurit) dan penyembah sejati yang akan menjadi
alat khusus Tuhan, sebagai duta-duta transformasi bagi sesama dan
bangsanya.

Padang belantara adalah tempat pelatihan terbaik bagi
hamba-hamba-Nya, disanalah kita mengenal jalan-jalan Tuhan yaitu KASIH
dan KEBENARAN yang memisahkan kita dari setiap kefasikan.

Tuhan Yesus memberkati

BUKAN PRESTASI.. TAPI KUALITAS DAN KETULUSAN HATI

Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol

Dunia kekristenan sedang mengalami krisis kepemimpinan. Banyak anak-anak muda yang lahir tanpa kehadiran seorang pemimpin sejati (mentor/pembimbing/penasihat) akibatnya banyak yang terhalang untuk menjadi alat Tuhan karena mereka hanya diajar untuk mengejar prestasi dan bukan kualitas hati. Faktor lainnya adalah karena banyak para orang tua yang lebih membanggakan prestasi dari pada menekankan hidup dalam kualitas iman sejati pada anak-anaknya.

Baru-baru ini mencuat sebuah pembahasan yang cukup memprihatinkan dari seorang artis rohani Kristen bernama Lauren Daigle. Seorang wanita muda berusia 27 tahun yang telah mencapai kesuksesan besar di dunia musik. Lagu-lagunya sangat memberkati banyak orang, saya adalah salah satu pengagum beberapa lagu yang dinyanyikannya. Bukan hanya rohani tapi dari dunia sekuler turut memberikan penghargaan kepadanya atas segala pencapaiannya.

Sayangnya prestasi yang besar tidak diimbangi oleh kualitas iman yang benar sehingga menimbulkan kekecewaan bagi banyak orang percaya lainnya. Penyebabnya adalah karena ia salah memberikan pernyataan  (jawaban) dalam sebuah wawancara yang menanyakan apakah homoseksual itu dosa (sebab sebelumnya ia menghadiri acara Ellen Show yang adalah seorang LGBT) dan ia menjawab bahwa ia tidak bisa menjawab dengan jujur karena ia bukan Tuhan. Ia mempunyai banyak teman homoseksual dan  ingin mencintai mereka dengan cara yang berbeda (tidak menghakiminya). Menurutnya jika ia menjawab bahwa itu dosa ia menilai bahwa pernyataan itu hanya untuk menyenangkan banyak manusia dan mengabaikan mereka (para homoseksual) yang tersisih.

Mungkin saja ia memiliki beban tersendiri untuk menjangkau mereka tetapi jika dilakukan dengan cara yang salah maka ia sendiri akan terhilang karena terkikis dari kebenaran sejati. Atau mungkin juga ia takut kehilangan pengakuan dunia akan nama besarnya sehingga rela mengabaikan kebenaran yang semestinya harus ia sampaikan. Banyak teguran yang mengingatkan dirinya supaya berani berkata benar namun tampaknya ia hanya merasa heran mengapa begitu banyak orang mengkritiknya. Meski demikian tidak sedikit pula yang mendoakan supaya ia beroleh kasih karunia menjadi pengikut Kristus sejati.

Merenungkan hal ini betapa Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa betapa berbahayanya sebuah prestasi jika hati kita tidak dipersiapkan sebelumnya untuk dapat menerima sebuah keberhasilan sebagai tanggungjawab yang Tuhan percayakan. Bahkan jika semua keberhasilan itu pada akhirnya tidak membuat kita menemukan tujuan Tuhan. Sebab ada banyak artis Kristen yang terjebak untuk mengejar popularitas sehingga perlahan-lahan kehidupan mereka menjadi sama seperti orang-orang dunia yang tidak menyembah Tuhan. Bukankah iblis selalu menawarkan ketenaran karena inilah satu-satunya cara yang cukup berhasil untuk menjauhkan kita dari Tuhan?

Berapa banyak anak-anak Tuhan yang terhilang karena mengejar prestasi (membangun kenyamanan dan kerajaannya sendiri). Mereka menjadi buta bahwa ada kebutuhan umat Tuhan dan jiwa-jiwa yang perlu diperjuangkan dimana ini membutuhkan pengorbanan dengan cara-cara yang benar.

Setiap pintu kesempatan yang Tuhan bukakan seharusnya menjadi sarana untuk kita hidup dan bekerja bagi kerajaan Allah bukan untuk memanjakan diri, dimana hal ini pun berlaku bukan hanya di dunia rohani tetapi juga sekuler.
Sebab tidak ada keberhasilan sejati tanpa campur tangan Tuhan, Dialah yang telah memberi pekerjaan, posisi, sumber daya, pendidikan, dan lainnya. Tuhanlah yang telah membuka kesempatan untuk tujuan kerajaan-Nya semata bukan supaya kita hidup menikmati kesenangan pribadi.

Ketika saya membaca kitab Ester, saya menemukan ada sesuatu yang Tuhan sedang bukakan. Sebuah teladan hidup dari seorang muda yang bukan hanya hebat dan berprestasi tetapi memiliki kualitas hati yang benar-benar teruji. Tidak banyak anak-anak muda yang tertarik untuk belajar terlebih meneladani kisah hidupnya.

Ester adalah gadis muda yang beruntung, keberhasilannya dalam menggenapi takdir hidupnya demi membangun kerajaan Allah di bidang sekuler tidak terlepas dari arahan seorang pembimbing rohani  yang juga menjadi pengasuhnya (Ayah angkat) bernama Mordekhai. Ia beruntung karena memiliki mentor yang mengarahkan hatinya untuk selalu hidup dalam takut dan hormat akan Tuhan yang menuntun hatinya menemukan hikmat dan pengertian sejati dari Tuhan sehingga menjadikannya sangat bijaksana. Ketika Ester membutuhkan dukungan spiritual sebelum menghadap raja, ia merendahkan diri untuk meminta semua orang berdoa dan berpuasa bersama-sama dengannya demi memohon belas kasihan dan pertolongan Tuhan karena menyadari betapa terbatasnya kekuatannya untuk menghadapi peperangan besar di hadapannya.

Kualitas cinta dan kesetiaan yang mendalam di hati Ester terhadap bangsanya ditanamkan sejak kecil oleh Mordekhai.
Bahkan ketika Ester mencapai puncak kesuksesannya (namun bangsanya dalam ancaman bahaya), Mordekhai tidak segan menegur Ester untuk mengingatkan bahwa ia hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk tujuan Tuhan. Ester dimarahi demi menyelamatkannya dari pola pikir yang memanjakan diri dan mempertahankan diri. Melalui perkataan itu, Mordekhai mengingatkan Ester bahwa dia telah dipilih untuk mengesampingkan kepentingannya sendiri, melepaskan ambisinya sendiri dan menghadapi musuh sepenuhnya.

Mordekhai mengingatkan Ester bahwa kepatuhannya itu sangat diperlukan, bukan hanya untuk kelangsungan hidupnya sendiri tetapi untuk rakyatnya. Tidak peduli dengan resiko harus kehilangan kesuksesan dan segala fasilitas kemewahan yang sedang ia nikmati dari kerajaan bahkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan bangsanya. Sebab untuk situasi seperti itulah Ester dipersiapkan sebelumnya oleh Tuhan.

maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi.
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
~ Ester 4:13-14 (TB)

Sebagai orang muda Ester memiliki kualitas hati yang benar dan tulus, ia terbiasa merespon dengan membuka diri untuk setiap arahan dari Mordekhai (bahkan ia memperhatikan dengan baik setiap saran dan nasihat orang lain, yaitu para pemimpin sida-sida di istana). Kerendahan hati dan sikap hati seorang murid seperti inilah yang memimpin seluruh langkah serta keputusannya sampai kepada sebuah keberhasilan dalam mengerjakan kehendak Tuhan.
Seluruh bangsa berterima kasih atas tanggapan Ester terhadap teguran Mordekhai. Hidup mereka selamat.

Pada akhirnya, keberhasilan seseorang akan selalu melibatkan siapakah orang-orang yang berdiri dibalik kesuksesannya demikian pula sebaliknya mereka yang gagal juga bergantung siapakah orang-orang yang berada disekelilingnya. Dan keberhasilan sejati bukan hanya dilihat (diukur) yang nampak secara jasmani tetapi bagaimana  kualitas hati seseorang dalam mempertahankan diri untuk hidup berdampak dalam seluruh kebenaran serta penundukkan diri terhadap seluruh kehendak Tuhan.

Mordekhai adalah gambaran keteladanan seorang pemimpin (bapa rohani) yang tidak menyukai kenyamanan, ia sangat peduli terhadap bangsanya khususnya umat Tuhan yang ada bersamanya dalam pembuangan. Ia dihormati oleh bangsanya karena telah berbuat banyak bagi mereka dengan memperjuangkan mereka dan menjadi sahabat bagi mereka. Pada jaman sekarang ini jujur saja kita melihat hampir tidak ada pemimpin rohani ataupun orang-orang Kristen yang memiliki posisi, jabatan, prestasi tinggi di dunia sekuler yang memiliki hati seperti Mordekhai yang bersedia menginvestasikan seluruh hidupnya bagi keselamatan bangsanya sehingga kita dapat melihat dengan jelas bagaimana kualitas generasi muda di gereja-gereja, kota-kota dan bangsa kita hari ini.

Mordekhai hanya memuridkan satu orang tetapi menghasilkan dampak yang begitu besar bagi seluruh bangsanya.
Keduanya baik Ester maupun Mordekhai mendapatkan jabatan kepercayaan dalam lingkup kekuasaan yang besar, namun mereka menggunakannya dengan benar yaitu untuk membangun kerajaan Allah.
Sebagai pembimbing rohani, Mordekhai memeliki nama besar yang tidak kalah jauh dengan Yusuf ketika di Mesir. Mordekhai menjadi perdana menteri (orang kedua) dibawah wewenang raja Media dan Persia Ahasyweros.

Mordekhai, orang Yahudi itu, menjadi Perdana Menteri, dengan wewenang di bawah Raja Ahasyweros sendiri. Tentu saja ia sangat masyhur di antara orang Yahudi, dan dihormati oleh bangsanya karena ia telah berbuat banyak bagi mereka, dan menjadi sahabat yang selalu membela kepentingan mereka.
~ Ester 10:3 (FAYH)

Melalui kekuasaan yang raja percayakan kepada Ester dan Mordekhai, orang-orang Yahudi mendapatkan keamanan dari musuh-musuhnya. Mereka sangat ditakuti oleh para pembencinya dimana sebelumnya telah merencanakan untuk membinasakan mereka. Semua orang-orang Yahudi yang tinggal di daerah kerajaan berkumpul, bersehati dan bangkit dalam keberanian sebagai pahlawan untuk membela nyawanya dan atas seijin raja mereka membunuh tujuh puluh lima ribu orang diantara pembenci-pembenci mereka. (Ester 9:16).

Tetapi jabatan kepemimpinan itu tidak diperolehnya begitu saja karena sama seperti Yusuf yang pernah dilupakan jasanya Mordekhai pun juga mengalaminya. Namun Tuhan memperhitungkan ketulusan hatinya sehingga dengan cara-Nya sendiri, Ia menggerakkan hati raja Ahasyweros untuk mengingat akan namanya. (Ester 6:1-2).
Melalui Tuhan sendirilah Mordekhai mendapatkan kemuliaan. Ia menerima sebuah penghormatan dari raja dengan mengenakan pakaian raja, kuda dan mahkota kerajaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya sebab Tuhan adalah baik bagi mereka yang tulus hatinya. (Mazmur 73:1).

Sebagai putera puteri kerajaan-Nya kita ditempatkan ditengah-tengah konflik dan peperangan, sehebat dan setinggi apapun prestasi  yang kita capai jika kita kehilangan tugas kerajaan Allah karena terjebak dalam kerajaan pribadi kita sendiri, maka ini adalah sebuah tragedi terbesar yang pernah kita hadapi.

Prestasi tidak akan pernah berguna jika kita mengabaikan tujuan utama dalam kerajaan sorga. Prestasi juga tidak akan berarti jika pada akhirnya kita mengabaikan kebenaran Allah sendiri.

Prestasi akan berarti hanya jika kita menjalaninya bagi kepentingan kerajaan Allah dan bebas dari maksud-maksud pribadi yang tersembunyi.

Kita dipanggil untuk membawa keharuman, membuat perbedaan dan perubahan.
Jika kita tidak tanggap terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kita dan tidak berani membuat keputusan untuk mempertaruhkan nyawa dan menyatakan kebenaran demi kebaikan orang lain, masih layakkah kita disebut sebagai orang-orang beriman?

Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.
Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?
Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya DALAM KRISTUS KAMI BERBICARA SEBAGAIMANA MESTINYA DENGAN MAKSUD-MAKSUD MURNI atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.
~ 2 Korintus 2:15-17 (TB)

Hanya setiap pribadi yang selalu memberi diri untuk dibentuk menjadi murid-murid dan hamba-hamba sejati yang mengutamakan kualitas serta ketulusan hati yang siap memenuhi tugas dan panggilan hidupnya untuk menjadi alat Tuhan, bahkan jika itu melibatkan sebuah pengorbanan.

Tuhan Yesus memberkati.

KESESATAN YANG BESAR DIMULAI DARI SESAT DALAM BERDOA

Oleh: Ruth Yanti
Tampinongkol

Beberapa
waktu lalu saya bersama dua rekan di Malang berniat untuk berkunjung
ke kota Semarang. Saya berdoa dan berharap ada sesuatu yang Tuhan
akan berikan untuk dapat saya pelajari di kota ini.

Satu
minggu sebelum berangkat ke Semarang, saya bermimpi sedang menghadiri
undangan sebuah acara resmi bersama rombongan para pemimpin rohani
(hamba Tuhan) tapi melihat wajah-wajah mereka yang kebanyakan pria
hampir tidak seorang pun yang saya kenal. Meski demikian saya melihat
suasana penuh keakraban.

Kami disambut dengan sangat baik dan
dibawa kepada sebuah ruangan jamuan makan yang sangat luas dan besar.

Masing-masing dengan satu meja di depan kami. Diatas meja
tersedia berbagai hidangan yang telah disiapkan, dan di depan kami
berdiri para pelayan-pelayan (pria dan wanita) yang serempak
berseragam berwarna ungu gelap kehitaman yang melayani kami. Saya
melihat tatapan mereka begitu ramah mengawasi kami untuk memastikan
bahwa kami menikmati semua sajian yang disediakan.
Mereka bukanlah
pelayan restoran tetapi orang-orang dari berbagai profesi yang
memberi diri untuk melayani tamu-tamu undangan.

Saya ingat
sekali sajian makanan pertama yang diberikan adalah bakso kuah, belum
selesai makan sudah ditambah makanan dengan menu lauk yang berat dan
terus menerus ditambah.
Saya berpikir, bagaimana caranya makan
sebanyak ini?

Namun ada sesuatu yang membuat saya
terheran-heran, sementara makan dan hampir menghabiskan bakso itu
perut tidak cukup kenyang (masih terasa lapar) dan seolah saya ikut
merasakan semua orang dalam rombongan itu juga merasakan hal yang
sama. Saya memperhatikan para pelayan itu sibuk mencedok hidangan
keatas piring kami masing-masing dan saya perhatikan rombongan
sekeliling saya begitu menikmati hidangan yang disajikan. Mereka
terus makan dengan lahapnya.

Ketika saya melanjutkan makan
hidangan kedua dari ketiga hidangan yang sudah disajikan, saya
mendengar ada suara berbisik di hati: “makanlah semua karena
kamu tidak akan merasa kekenyangan”. Hati saya bertanya-tanya,
mengapa demikian? makanan sebanyak dan seberat ini tapi tidak bisa
membuat kenyang? saya terdiam dan terus bertanya dalam hati.

Saya
berpikir jika semuanya tidak mengenyangkan untuk apa saya
lanjutkan/habiskan, seketika itu juga saya putuskan untuk berhenti
makan karena merasa cukup.
Sementara masih ada hidangan yang
tersisa diatas meja, saya cukup terkejut saat melihat meja rombongan
sekeliling saya ternyata semuanya habis bersih sama sekali.

Setelah
selesai menikmati jamuan makan, kami dibawa ke ruang pertemuan.
Ternyata itu adalah sebuah pertemuan untuk terjalinnya kesatuan umat
Kristen dan Katolik.
Meskipun berbeda pandangan tetapi keramahan
para pemimpin inilah yang menyatukan keduanya.
Acara tersebut
tidak hanya dihadiri oleh hamba Tuhan, jemaat tapi juga para pejabat
bahkan Presiden Jokowi.

Ditengah-tengah acara itu saya
melihat jelas sisi lain dimana meski tidak tampak secara jasmani tapi
saya melihat kepalsuan diantara umat-umat Tuhan. Kesatuan itu
terjadi karena banyak orang telah tertipu dengan tampilan jasmani
karena sebenarnya manusia batiniah mereka tidak pernah benar-benar
diubahkan.

Setelah pemandangan itu, saya melihat
pemandangan yang lain dimana pak Jokowi dalam sebuah pidato
menyampaikan bahwa pak Prabowo sekarang sudah banyak berubah menjadi
baik sehingga tidak perlu meragukan untuk bekerjasama (mempercayai)
dengannya.

Melalui pernyataan itu, Tuhan seperti menunjukkan
bahwa Jokowi sedang tertipu dengan tampilan (tertipu oleh kebohongan
lawan) sehingga ini sangat membahayakan posisi beliau sendiri sebagai
Presiden karena mengupayakan kesatuan dengan merangkul pihak lawan.

Dua kesamaan yang saya lihat dalam kehidupan umat Tuhan dan
pemerintahan. Keduanya sedang tertipu oleh tampilan manusia dan
bermaksud menjalin kesatuan. Keduanya hanya melihat dari sikap atau
perbuatan baik yang ditampilkan.

Ketika saya terbangun, hari
sudah pagi. Saya merasakan suasana damai sejahtera yang begitu dalam.
Lalu Tuhan memerintahkan hati saya segera membaca kitab Amsal 27.
Saya bergegas bangun, membuka dan membaca Alkitab perlahan-lahan.
Betapa terkejutnya saat menemukan satu ayat yang membuat saya
menemukan potongan (petunjuk) dari mimpi yang Tuhan berikan.


Amsal
27:20 (FAYH)
“Hawa nafsu sama saja dengan alam maut;
KEDUA-DUANYA TIDAK PERNAH MERASA PUAS.”

Hari Minggu 18
November saya bersama dua orang teman (suami-istri) yang adalah
seorang profesional muda berangkat ke Semarang. Tidak ada rencana
atau keperluan khusus, tapi kami punya agenda salah satunya adalah
mengunjungi bukit doa Getsemani yang ada di Semarang. Disana kami
bertemu dengan teman-teman gereja lama dari kota Palembang. Mereka
adalah para pemimpin rohani dan para pengusaha ternama. Kami pun
bergabung menjadi satu rombongan selama di Semarang.

Singkat
cerita saat kami berkunjung di bukit doa tersebut untuk menanyakan
informasi, ternyata (sesuai peraturan yang ada) kami tidak bisa bebas
keluar masuk tapi harus tinggal disana minimal dua hari. Kami sepakat
dan memutuskan tinggal disana. Kami tiba di bukit doa kira-kira pukul
21.00 WIB.

Setelah masuk kamar tidur saya merebahkan tubuh
sejenak.
Saat baru saja berbaring saya merasakan dan mendengar
sangat jelas atmosfir rohani di tempat itu penuh suara-suara jeritan,
rintihan, teriakan kesakitan dan seruan doa-doa permohonan yang terus
berkumandang. Tuhan menaruhkan bahwa ini adalah tempat permohonan
dimana doa-doa dinaikkan. Atmosfir doa-doanya begitu terasa.

Setelah
beristirahat, tepat pukul 24.00 WIB kami keluar menuju goa doa, yaitu
ruangan-ruangan kecil berukuran 1x2m di lokasi yang sunyi (jauh dari
kamar). Meski agak gelap karena dibawah pohon-pohon rindang tapi di
dalam goa ada lampu-lampu kecil sebagai penerang. Teman-teman berdoa
berdua dan bertiga dalam satu ruangan tapi saya memilih seorang diri.

Di dalam goa itu adalah kesempatan untuk saya menikmati
Tuhan. Tidak ada kata yang bisa terucap selain air mata yang mengalir
karena mengalami kehadiran Tuhan yang begitu dekat. Tidak ada
permintaan apapun, hanya bisa menangis dalam rasa haru akan kasih
Tuhan. Dalam keheningan itu saya mendengar teman-teman berseru-seru
dengan suara nyaring dan tangisan memohon pertolongan Tuhan atas
setiap persoalan yang hadapinya. Meski demikian saya tidak terganggu
dan tetap menikmati kebersamaan dengan Tuhan.

Mereka selesai
lebih cepat dan saya masih tinggal di goa seorang diri karena larut
dalam suasana ilahi. Saya mengalami satu momen dimana mata, telinga
dan hati saya merasakan dengan sangat jelas bunyi langit terbuka
lebar saat pergantian/pergeseran malam menuju fajar. Bagi saya ini
adalah sebuah anugerah karena diijinkan melihat dan merasakan
peristiwa ini untuk pertama kalinya. Karena itulah yang sebenarnya
terjadi setiap kali kita datang kepada-Nya dalam doa.
Tuhan
menaruhkan bahwa inilah saat-saat/waktu terbaik untuk menaikkan
permohonan doa, yaitu dalam keheningan dan kesendirian bersama dengan
Tuhan.

Saya mulai menangkap sesuatu dimana Tuhan ingin saya
melihat bagaimana orang-orang (umat Tuhan) berdoa di tempat itu.
Dalam air mata dan rasa syukur saya menutup doa dengan sebuah
permohonan supaya Tuhan berkenan membawa saya lebih dalam masuk
hadirat-Nya dan mengerti hikmat serta pimpinan-Nya setiap hari dalam
kehidupan saya.

Salah seorang hamba Tuhan dari Gereja Mawar
Sharon yang sudah langganan berdoa disana menyampaikan kepada kami
bahwa tempat ini dikunjungi oleh banyak hamba Tuhan besar dan
ternama. Mulai dari Pdt. Abraham Alex, Pdt. Niko, Pdt. Timotius
Arifin, Pdt. Philip Mantofa, Pdt. Petrus Agung, dll.

Sebelum
menjadi orang-orang besar mereka telah berdoa sebelumnya di tempat
ini. Salah seorang diantaranya pemimpin gereja di Semarang, saat
masih miskin berdoa minta mobil dan keesokan harinya Tuhan kirim
mobil. Akhirnya cerita ini menjadi kesaksian dimana-mana juga
diajarkan kepada murid-murid sekolah Alkitab yang letaknya dibelakang
bukit doa tersebut dan membawa banyak hamba Tuhan juga umat Tuhan
datang dengan membawa pergumulan dengan harapan memperoleh mujizat
Tuhan di tempat ini.

Dan benar adanya, hampir semua
teman-teman rombongan saya melakukan hal yang sama. Mereka datang
ternyata membawa pergumulan yang sangat berat, saya cukup shock saat
mendengar sharing mereka. Salah satunya seorang gembala yang juga
pengusaha tiba-tiba usahanya jatuh dengan hutang 16 miliar. Isterinya
bergumul untuk suaminya yang kabur ke kota lain karena menjadi
buronan. Dua diantaranya juga pengusaha yang sedang jatuh dan
merindukan pemulihan keuangan. Mereka adalah para donatur
gereja-gereja di kota dimana mereka tinggal bahkan melayani
orang-orang miskin namun Tuhan ijinkan mengalami kerugian. Mereka
berdoa dan berharap keadaan mereka dipulihkan jauh lebih baik dari
sebelumnya.

Saya menjumpai hampir semua orang dari kota-kota
yang sangat jauh dengan berbagai denominasi gereja datang hanya untuk
memohon pertolongan Tuhan bukan untuk mencari kehendak Tuhan.

Dalam
pertemuan pertama doa pagi bersama, Tuhan menyampaikan dalam hati
saya bahwa Dia senang menjawab doa-doa umat-Nya. Meski demikian hati
saya sangat sedih karena mendapati bahwa meski Tuhan senang menjawab
doa umat-Nya akankah kita terus menerus memanfaatkan-Nya demi
memuaskan kebutuhan/kepentingan daging kita semata tanpa ada
kerinduan untuk mencari tahu isi hati-Nya?

Melalui hal ini
Tuhan memberikan sebuah hikmat bahwa tempat itu adalah gambaran
keadaan yang ada dalam mimpi saya:


Pertama,
ruang jamuan makan yang besar. Disini tamu-tamu undangan menghadapi
jamuan makanan yang melimpah dengan meja-meja pribadi.

Ruang
jamuan makan adalah sebuah tempat persekutuan (yang sangat
akrab/intim) dengan Tuhan secara pribadi.

Ini adalah goa-goa atau
tempat-tempat doa pribadi dimana desain ruangannya terdiri dari satu
matras tipis di lantai untuk duduk dan bangku kecil.

Di
tempat ini semua orang bebas berdoa dan meminta sepuasnya untuk
kebutuhan pribadi. Seolah tidak ada batasan, mereka terus menerus
meminta perkara-perkara jasmani yang besar dan melimpah. Seperti
orang makan dan tidak bisa berkata cukup. Mereka meluapkan semua
keinginan-keinginan mereka dalam seruan doa. Mereka tidak memahami
bahwa KEPUASAN DI DALAM TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA KESUKSESAN YANG
SERINGKALI TERLUPAKAN.

Kedua, dalam
ruang jamuan itu ada pelayan-pelayan dari berbagai profesi yang
melayani. Mereka adalah para pengusaha yang menjadi donatur pelayanan
di berbagai gereja, mereka mengorbankan/mempersembahkan kekayaannya
untuk melayani/memuaskan para hamba Tuhan karena mereka berharap para
hamba Tuhan tersebut terus mendoakan supaya mereka semakin
berkelimpahan. Dengan cara itu juga mereka bebas
mengatur/menguasai/mengendalikan hidup seorang hamba Tuhan dan
gereja-gereja bahkan tidak sedikit yang bersikap merendahkan para
hamba Tuhan.

Gambaran ini pun nampak jelas terlihat dalam
rombongan kami dimana salah seorang pengusaha berbicara kasar tanpa
rasa hormat kepada ibu gembalanya dan saya melihat ibu gembala
tersebut hanya diam bahkan berdalih dengan mengatakan meski ia
bicaranya kasar tapi hatinya baik suka memberi/menabur untuk Tuhan.
Ibu tersebut juga menyampaikan bahwa beberapa pengusaha di gerejanya
hendak membunuh suaminya dan mengeroyok serta menganiaya salah satu
pekerjanya karena ingin mengambil alih gerejanya sehingga ibu gembala
tersebut harus pergi ke luar kota membawa semua barangnya demi
keamanan. Pihak gereja enggan melaporkan kepada pihak kepolisian
karena menjaga nama baik gereja.

Ketika saya bertanya mengapa
tidak keluar saja dari gereja tersebut dan hidup dengan iman daripada
diatur manusia (gembala senior) dan bukan Tuhan, ibu gembala ini
menjawab karena masih membutuhkan gaji untuk biaya anaknya sehingga
harus bertahan meskipun suaminya harus bertaruh nyawa karena setiap
hari menghadapi ancaman.

Ketiga, ruang pertemuan. Tempat
berkumpulnya para hamba Tuhan dan umat Tuhan (baik Kristen maupun
Katolik) untuk menjalin kesatuan.

Selain goa doa disana juga
tersedia ruangan pertemuan doa umum yang bisa digunakan untuk berdoa
kelompok bersama-sama.

Di tempat itu semua orang juga menaikkan
syafaat yang sama. Mereka sehati sepikir untuk mendoakan pokok-pokok
doa yang tidak jauh berbeda dengan doa-doa pribadi mereka yang penuh
keserakahan. Untuk gereja supaya dipenuhi ribuan jiwa-jiwa (tanpa
pemuridan), keluarga dan usaha pekerjaan yang diberkati berkelimpahan
(tanpa pengenalan akan Tuhan). Juga untuk pemerintahan yang aman
penuh damai sejahtera (tanpa ada konflik). Hampir tidak ada pokok
doa yang dinaikkan atas petunjuk sesuai kerinduan Tuhan.


Dalam
ruang pertemuan itu puji-pujian dinyanyikan serempak seperti paduan
suara dalam irama dan suara yang mempesona. Mereka bernyanyi
bergantian bersama rombongan masing-masing: entah para pengusaha,
para pelayan gereja ataupun para hamba Tuhan dan jemaatnya.
Setiap
telinga yang mendengar pasti akan merasakan kekaguman akan
suara-suara nyanyian permohonan doa yang mereka naikkan. Sayangnya
mereka tidak menyanyi untuk Tuhan tetapi sedang melayani, menghibur
dan memuaskan diri sendiri.

Mereka juga bertekun dalam
pembacaan ayat-ayat Alkitab, ada yang menghabiskan satu pasal, dua
hingga tiga pasal dalam setiap pembacaan karena sedang menjadi sebuah
tren (pergerakan baru) di gereja-gereja. Mereka menganggap bahwa itu
adalah bentuk pemuridan yang Tuhan kehendaki tetapi tidak menyadari
bahwa mereka sedang menipu diri sendiri karena menggunakan ayat-ayat
hanya untuk meneguhkan keinginanya terlebih membenarkan diri sendiri
namun tidak pernah memberikan hatinya untuk benar-benar diremukkan.

Semua ini diteguhkan selama dua hari pertemuan di bukit doa
itu, saya melihat jelas bukan hanya bagaimana mereka berdoa tetapi
juga karakter mereka. Cara berbicara mereka. Ketaatan mereka pada
tata tertib yang ada dimana menggunakan ruangan melebihi jam batas
yang ditentukan sehingga mendapatkan teguran dari petugas/penjaga.
[meskipun hanya seorang diri tapi saya memilih meninggalkan ruangan
tepat waktu].
Kehidupan yang tidak benar-benar mencerminkan para
pengikut Kristus karena penuh kepalsuan. Menyanyikan syukur namun
penuh keluhan karena AC dalam ruangan tidak terlalu dingin, menu
makanan yang disediakan tidak seenak makanan diluar. Mengajarkan
tentang iman kepada Kristus dalam pertemuan tersebut namun hidup
sebagai budak mamon/dunia.

Tuhan mengijinkan saya melihat
semuanya supaya melihat kebutuhan utama gereja bukanlah mujizat
tapi perubahan karakter, kepuasan rohani dan bukan jasmani, mencari
kehendak Tuhan dan bukan memuaskan keinginan daging.
sayangnya
mereka tidak pernah benar-benar menyadarinya.

Tuhan
menjelaskan bahwa inilah wajah-wajah yang saya lihat dalam mimpi itu,
dimana meskipun saya satu rombongan dan bersama-sama tapi benar-benar
tidak mengenal mereka sebagai sesama hamba Tuhan ataupun para
pengikut Kristus.
Meskipun orang-orang yang secara dunia maupun
kepemimpinan rohani memiliki reputasi namun karakternya sama seperti
orang fasik.

Pada sesi terakhir doa bersama di hari kedua,
mereka menyanyikan lagu pujian sorak sorai karena percaya Tuhan sudah
mendengar doa-doa mereka. Dan yang membuat saya terkejut dan tertawa
adalah mereka menutup doa dengan sebuah permintaan dan keyakinan
bahwa tahun depan kami satu rombongan akan berangkat ke bukit doa di
Korea bersama-sama. Bahkan mereka sudah membicarakan untuk mengatur
waktu untuk kembali melakukan wisata rohani di Yerusalem pada tahun
selanjutnya. Saya tertawa karena merasa heran betapa rakusnya mereka
ini, tidak cukupkah dengan semua yang sudah mereka minta??

Sepulang dari bukit doa Getsemani, kami sempatkan untuk
berkunjung ke bukit doa khusus orang-orang Katolik di Goa Maria.
Disana pun saya mengamati pemandangan yang sama dimana banyak orang
datang dengan berbagai pergumulan doa. Beberapa orang nampak
mempersembahkan seikat bunga segar karena doa-doa yang mereka naikan
sebelumnya ditempat itu telah dikabulkan.

Tuhan menaruhkan
sebuah kesimpulan bahwa kesesatan yang begitu dalam (akibat pengaruh
kebodohan dan roh agamawi) telah menguasai bidang doa. Dan kebodohan
rohani ini berdampak luas hingga pada pemerintahan. Kejatuhan yang
terjadi hari ini adalah buah yang dihasilkan dari ajaran hamba-hamba
Tuhan sebelumnya.

Tentang permohonan doa-doa ini, Tuhan
menaruhkan sebuah gambaran tentang kehendak bebas seperti kisah
seorang bapa kepada anak bungsunya yang memberikan apa yang diminta
anaknya namun yang terjadi setelah menerima kekayaan itu anaknya
semakin miskin dan kotor karena menjadi budak dunia.
[Tuhan bisa
memberikan kekayaan karena Dia pemilik segala kekayaan tetapi
sebenarnya bukan itu yang dikehendaki dari anak-anak-Nya].
Seperti
anak bungsu yang hidup jauh dari bapanya demikian mereka keluar dari
kasih karunia Bapa. Meskipun mereka menikmati berbagai kelimpahan dan
kenyamanan tetapi jauh dari kehendak Bapa sehingga hati Bapa tetap
berduka merindukan pemulihan hati anak-anak-Nya.

Tuhan
menaruhkan bahwa gereja-gereja dan para pemimpin doa khususnya harus
mengubah doa-doanya:
Doa bukanlah sekedar permintaan tetapi
sebuah gaya hidup. Mereka harus memiliki gaya hidup seperti yang
diajarkan oleh Daud dan Yesus, yaitu meminta HIDUP DI HADIRAT TUHAN
sebagai satu-satunya kerinduan dan MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN sebagai
satu-satunya kepuasan.

Satu hal yang kuinginkan dari
Allah, yang sungguh-sungguh menjadi kerinduanku, ialah berbakti di
dalam rumah-Nya, hidup di hadirat-Nya sepanjang umurku, dan
bersukacita atas kesempurnaan dan kemuliaan-Nya yang tidak ada
taranya.
~ Mazmur 27:4 (FAYH)

Kata Yesus kepada mereka:
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
~ Yohanes 4:34 (TB)

Saat
berdoa kita seperti sedang menghadapi jamuan makan, yaitu sesuatu
yang menyenangkan. Disanalah hati kita diuji Tuhan. Apakah
menginginkan Tuhan sendiri sebagai satu-satunya kepuasan atau
menginginkan makanan (perkara-perkara jasmani) yang tidak pernah
benar-benar memuaskan?
Dalam hal ini Tuhan membawa saya melihat
dengan jelas bahwa doa yang sesungguhnya bukanlah tentang keinginan
kita tetapi keinginan Tuhan. Bukan hal-hal yang menyenangkan
(memuaskan nafsu) kita tetapi semata-mata menyenangkan hati
Tuhan.
Itulah yang perlu umat-Nya minta dan doakan dalam ketulusan
kepada Tuhan.

Tuhan menaruhkan hikmat untuk merenungkan
kembali ayat yang sebelumnya Tuhan berikan dalam Amsal 27:20. Dalam
terjemahan baru dikatakan bahwa “ketidakpuasan hanya ada di
dalam dunia orang mati dan kebinasaan”
, artinya SIKAP HATI
MANUSIA YANG TIDAK PERNAH MERASA PUAS MENUNJUKKAN BAHWA SEBENARNYA
MEREKA MASIH TINGGAL DI ALAM MAUT (DALAM KEBINASAAN) meskipun mereka
mengaku sebagai hamba-hamba Tuhan.

Pada bagian akhir
perenungan ini Tuhan menaruhkan supaya umat Tuhan perlu waspada
bagaimana para pemimpin mengajar mereka. Jika bertentangan dengan apa
yang Yesus sendiri ajarkan maka mereka harus berani
menghindarinya:

Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang
bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan
perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
Sebab
orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi
melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang
muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang
yang tulus hatinya.
~ Roma 16:17-18 (TB)

Pesan penting
yang Tuhan ingin sampaikan melalui perenungan ini adalah supaya
gereja dan para pemimpin doa dapat bergerak melalui doa-doa sesuai
petunjuk Tuhan untuk mengubahkan keadaan rohani bangsa ini sehingga
umat Tuhan, gereja dan para pemimpinnya dibebaskan dari kesesatan
dunia dan kembali kepada kebenaran Tuhan.

Bagaimana
langkah-langkah untuk dapat mengerjakannya akan kita pelajari bersama
pada artikel berikutnya.

Tuhan

Yesus
menyertai perjuangan kita.

*) NB: Tidak diperkenankan untuk
menyebarluaskan tulisan ini tanpa ijin dari penulis.

BERDOA PADA YESUS, MUNGKINKAH DIJAWAB OKNUM LAIN?

Oleh: Peter B, MA
Dalam Galatia 1:6-9, rasul Paulus menulis,
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda  dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
Dengan jelas disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ada injil lain yang berbeda dengan yang diajarkannya, suatu injil yang ujung-ujungnya mengacaukan jemaat dan yang memutarbalikkan injil Kristus. 
Dalam bagian lain, sang rasul kembali menulis pesan yang hampir sama: 
2 Korintus 11:4
“Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”
 
Disebutkan di sana ada Yesus yang lain, roh yang lain, dan injil yang lain. Ini artinya ada pemalsuan dari injil yang sejati. Ada orang-orang yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya, yang murni ajaran Kristus sendiri. Puncaknya tentu ada Yesus yang lain yang diperkenalkan oleh roh yang lain melalui ajaran injil yang lain itu. 
Dihubungkan dengan doa, bisa dikatakan di sini bahwa seseorang bisa jadi berdoa kepada sosok yang disebut Yesus yang diakuinya sebagai tuhan tetapi sesungguhnya bukan kepada Yesus Kristus yang asli. Mungkinkah hal ini? 

Mengingat iblis dapat menampilkan diri sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14), maka bukan tidak mungkin sosok-sosok yang mereka lihat melalui penglihatan atau mimpi, yang kemudian diyakini sebagai Yesus bukan Yesus yang sesungguhnya.
Darimana kita tahu, Yesus yang kepadanya kita berdoa adalah Yesus yang sejati?

Di sinilah kita harus memahami bagaimana berhubungan dengan Tuhan itu. 
Hubungan kita dengan Tuhan khususnya dalam hal berdoa, diibaratkan seperti anak berbicara kepada bapaknya:
Matius 7:7-11
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Jelas disampaikan di sana, sebagai bapa yang baik di dunia ini, setiap ayah di dunia ini pasti memberikan sesuatu yang baik kepada anak-anaknya. Kata kuncinya “pemberian yang baik”. 

Pemberian yang baik bukan berarti semua yang diminta akan begitu saja diberikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan sang anak. Adalah di luar akal sehat ketika semua permintaan anak dituruti tanpa memikirkan kebaikan bagi sang anak. Begitupun bapa di sorga yang tahu apa yang terbaik bagi kita hanya hanya akan memberikan yang terbaik itu bagi kita. Sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kita.
Jadi, jika kita meminta apakah akan menerima? Ya, asalkan yang kita minta itu sesuatu yang sungguh-sungguh baik bagi kita dan  yang juga sesuai dengan pikiran Bapa. 

Demikian juga ketika kita mengetok, jika itu untuk tujuan yang baik sesuai kehendak Tuhan, pintu pasti dibukakan bagi kita. Dan sewaktu kita mencari yang baik yang tepat sesuai kerinduan Tuhan, kita akan  menemukannya. Di luar apa yang baik dalam pikiran Bapa, maka kita tidak akan menerimanya oleh sebab Bapa tahu itu akan membawa yang buruk bagi kita. 

Jadi tidak semua yang kita mintakan kepada Tuhan akan dijawab. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa jika ada maksud jahat dan tujuan untuk melampiaskan keinginan kita sendiri, kita tidak menerima apa-apa sebagai jawaban doa.
Pada titik ini, jika kita tidak mencari peneguhan dari Tuhan bahwa permintaan kita tidak akan dijawabnya namun kita terus berdoa, “memaksakan” kehendak kita kepada Tuhan yang sangat kita yakini pasti akan mengabulkan doa kita maka pada garis ini, kita sudah mulai menyimpang dalam doa kita.
Allah yang kita sembah bukan Allah yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan egois manusia tetapi jika kita berpikir bahwa Allah kita seperti itu, maka kita pada dasarnya sedang berpaling untuk menyembah kepada Allah yang palsu, yang berbeda dengan Allah yang diajarkan dalam kitab suci melalui ilham para nabi dan rasul itu. 
Mengetahui karakter kita dan permohonan kita, iblis kemudian mengambil kesempatan. Melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang bersifat rohani, penglihatan dan suara-suara yang diterima secara roh, lalu diteguhkan dengan berbagai pengajaran yang diputarbalikkan supaya sesuai dengan keinginan² kita maka saat itulah muncul Yesus yang lain itu. Yesus yang ditampilkan sebagai Tuhan serupa Santa Claus yang akan memberikan apapun yang kita minta dan klaim. Yang pastinya akan memberikan apapun yang baik MENURUT KITA ketimbang apa yang baik MENURUT KEHENDAK TUHAN. Ketika kita berpikir bahwa Tuhan akan melakukan apapun yang kita doakan dan deklarasikan sesuai keinginan hati kita tanpa mempedulikan kehendak-Nya, maka kita telah membuka diri pada pengaruh kuasa² lain yang siap berperan sebagai Tuhan yang kita inginkan itu. 
Di sinilah selalu akhirnya pentingnya dalam berdoa, kita tidak asal berdoa. Meskipun kita bisa jadi memulainya dengan pikiran dan tujuan sendiri, namun dalam proses doa itu, kita semestinya menanti-nantikan Tuhan yang akan memberikan petunjuk dan pimpinan-Nya agar kita mendoakan bukan keinginan kita sendiri sebaik apapun itu namun merindukan keinginan dan kerinduan hati Tuhan karena itulah yang kita percaya sebagai yang terbaik. 
Doa Paulus dalam 2 Korintus 12:7-10 menjelaskan prinsip ini dengan sangat baik:
“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Paulus meminta kelepasan (dan mungkin juga kesembuhan) untuk apa yang disebutnya sebagai duri dalam dagingnya. Dia berdoa dengan iman. Dengan ketekunan. Kepada Tuhan, sahabat dan tuan yang baik yang ia kasihi dan layani, yang juga sangat mengasihinya. Tetapi jawaban Tuhan jelas. Ia tidak akan mengabulkan permintaan Paulus itu. Lalu apakah Paulus tetap meminta? TIDAK. Ia memutuskan untuk taat dan memilih sikap yang lain yaitu “bermegah dalam kelemahannya”, “senang dan rela” dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan bagi Tuhan. Ia tidak menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Atau terus mencari alasan untuk berdoa lebih ngotot lagi. Dia sudah mendapat rhema dari Tuhan dan itu cukup baginya untuk taat dan berserah. 
Dalam doa yang tidak terbuka pada pengujian dan pencarian akan kehendak Tuhan, kita akan terus memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita. Ketika Tuhan berkata “tidak” untuk doa kita sedangkan kita terus memaksakan diri maka roh kita akan TERBUKA PADA PENGARUH-PENGARUH YANG LAIN sehingga tanpa kita sadari, kita melangkah dalam kesesatan: memohon kepada Yesus yang lain, yang akan memberikan apapun yang kita ingini. 
Jika ini terus berlanjut, betapapun kita menyebut-nyebut nama Yesus, kita telah berpaling pada sesuatu yang palsu. Dan seperti dikatakan Paulus sendiri dalam surat Galatia, orang-orang yang demikian akan menerima kutuk pada akhirnya. 
Yesus-yesus palsu itu kini menampilkan diri dalam berbagai pesan nubuatan dan rupa-rupa angin pengajaran yang semuanya tidak berdasar dan tidak teruji oleh prinsip-prinsip ajaran Kristus dan tafsiran yang sehat dari kitab suci kita,
Itulah sebabnya kita dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan dan menguji segala sesuatu. 
Efesus 5:8-10, 17
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
1 Tesalonika 5:20-21 
“dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Akhir kata, supaya hingga saat terakhir kita tetap dalam peesekuan dengan Kristus, kita seharusnya memperhatikan ajaran yang kita terima dimana kita juga hidup di dalamnya. Ajaran yang keliru akan menuntun pada sosok yang keliru, sedangkan jika kita berada dalam ajaran yang murni dari Kristus maka kita akan beroleh yang terbaik dari sorga sampai kesudahannya.”
Renungkan ayat berikut ini untuk menemukan satu perbedaan antara ibadah sejati kepada Kristus dengan yang bukan… (perhatikan katà berhuruf tebal
1 Timotius 6:3-5 
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat — yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus — dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Semoga menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati kita semua. 
Salam revival!

DOA

Oleh: Leonard Ravenhill

INJIL DOA
Tidak ada satupun yang dapat mengubah segala sesuatu selain daripada doa. Orang sering bertanya, “Mengapa Saudara sering menganjurkan untuk berdoa lebih banyak?” Jawabnya amat mudah – sebab Yesus melakukannya. Saudara dapat mengubah injil Lukas menjadi injil Doa. Itulah kehidupan doa Yesus. Penginjil lain berkata: saat Yesus berada di sungai Yordan, Roh Kudus turun ke atasNya dalam rupa burung merpati – Lukas berkata: Saat Ia sedang berdoa, Roh Kudus turun ke atasNya. Penginjil lain berkata; Yesus memilih 12 murid – Lukas berkata: setelah Ia berdoa semalam suntuk, Ia memilih 12 murid. Penginjil lain berkata: Yesus mati di kayu salib – Lukas berkata: bahkan ketika Ia sedang sekarat, Ia berdoa untuk mereka yang menganiayaNya. Penginjil lain berkata: Yesus naik ke atas gunung dan Ia diubahkan – Lukas berkata: ketika Ia sedang berdoa, Ia diubahkan.

Tidak ada satupun yang dapat mengubah segala sesuatu selain daripada doa.

Alkitab menceritakan, murid-murid pergi tidur, tetapi Yesus pergi berdoa – seperti kebiasaanNya. Adalah kebiasaanNya untuk berdoa. Yesus adalah anak Allah – Ia diurapi untuk pelayananNya. Jika Yesus memerlukan waktu begitu banyak untuk berdoa, tidakkah Saudara dan saya juga perlu waktu untuk berdoa? Jika Yesus memerlukannya dalam setiap krisis, tidakkah Saudara dan saya memerlukannya?

Sekelompok wisatawan mengunjungi sebuah desa pelukis. Mereka melihat seorang laki-laki tua sedang duduk-duduk dekat sebuah pagar. Dengan gaya menguji seorang pengunjung itu bertanya, “Benarkah desa ini melahirkan orang-orang besar?” Tanpa menoleh orang itu menjawab, “Tidak, hanya bayi-bayi”. Orang-orang terbesar sekali waktu adalah bayi-bayi. Orang-orang suci terbesar sekali waktu adalah bayi-bayi dalam Roh.

C. H. Spurgeon bertobat waktu umur 16 tahun dan mulai berkhotbah di London pada usia 19 tahun. Waktu ia berusia 27 tahun, mereka membangunkan sebuah gereja untuknya dengan kapasitas tempat duduk 6000 orang, dan dipakai dua kali di hari Minggu – berarti anggota gereja itu 12000 jiwa – belum lagi ditambah dengan kebaktian pada tiap kamis malam. Bagaimana? Ia menunggu Allah. Ia menyendiri dengan Allah. Ia belajar… dan ia berdoa.

DOA RATAPAN
Allah membentuk orang-orang terbaikNya dalam kesendirian. Tahukah saudara rahasia doa? Rahasia doa adalah berdoa secara rahasia. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu…” (Matius 6:6). Saudara tak dapat memamerkan apapun bila pintu tertutup dan tak ada seorangpun di sana. Saudara tak dapat memamerkan karunia-karunia Roh. Di luar Saudara dapat mempesona orang lain, tapi Saudara tidak dapat mempesona Allah.

1 Samuel 1:15 mengisahkan perjalanan tahunan Elkana dan istrinya, Hana, ke Silo untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada Allah. Saat itu Hana tertekan sebab ia tak dapat memberikan anak kepada suaminya. Pasal ini menggambarkan ia berdoa tentang kemandulannya. Diceritakan bahwa Hana menangis sampai lelah. Ia mencurahkan jiwanya di hadapan Tuhan. Hatinya sedih. Jiwanya pahit, geram dan rohnya menderita.

Inilah daftar kemalangan – kesusahan, beban, dan lain-lain yang terjadi pada wanita ini. Tapi kunci dari semua kejadian ini adalah bahwa ia seorang wanita pendoa. Dalam ayat 20 dikatakan, ia memetik hasilnya “Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: Aku telah memintanya dari Tuhan”.

Sering saya katakan – dan orang-orang tak menyukainya – bahwa Allah tak selalu menjawab doa. Ia menjawab doa-doa ratapan. Kehidupan Saudara menunjukkan seberapa banyak Saudara bergantung pada kekuatan Saudara sendiri dan seberapa banyak Saudara sungguh-sungguh percaya dalam hatimu ketika Saudara menyanyikan, “Tak ada satupun yang dapat kuberikan, hanya pada salibMu aku bersandar…” Semakin Saudara mempercai dirimu sendiri, semakin sedikit Saudara berdoa. Semakin Saudara tak mempercayai dirimu sendiri, semakin banyak Saudara harus berdoa.

Apa kata Alkitab? Dikatakan, Allah memilih mereka yang rendah, yang tidak berarti. Paulus berkata dalam 1 Korintus 1:28 bahwa Allah memilih yang tidak berarti supaya jangan ada seorang pun yang meninggikan dirinya. Kita perlu menjadi “tidak berarti” saat ini.

BAHASA ORANG TERTINDAS
Doa adalah bahasa orang tertindas. Daud, raja Israel, sering berkata “Sendengkanlah telingamu, ya Tuhan, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku” (Mazmur 86:1). Dan ingatkah saudara akan salah satu dari mazmur-mazmur terbesar yang ditulisnya yang mengatakan, “Orang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkan…” (Mazmur 34:7)

Rasul Paulus mempesona saya dengan semangat, latar belakang, dan kepandaiannya yang luar biasa. Meskipun demikian ia berkata dengan sesadar-sadarnya bahwa di dalam kelemahan, ia kuat. Ia selalu coba membuktikan kepada dirinya dan orang lain bahwa ia bukan apa-apa.

Doa yang benar adalah komunikasi dua arah. Saya berbicara kepada Allah dan Allah berbicara kepada saya. Saya tak tahu bagaimana roh membuat komunikasi ini – atau mengapa Allah menyuruh saya berdoa – tetapi begitulah cara kerja Allah.

BANGUN DAN BERDOALAH
Suatu hari saya menghadiri sebuah konferensi bersama Dr. Raymond Edmond dari Wheaton College, salah seorang pengajar Kristen terbesar di negara ini. Ia bercerita kepada kami, tentang pengalamannya di Uruguay sebagai seorang utusan injil, ia belum lama berada di sana ketika ia jatuh sakit dan sekarat. Ia sedang mendekati ajal, sehingga orang-orang menggali kuburnya. Peluhnya mengalir deras di keningnya dan tenggorokannya berbunyi seperti orang yang akan meninggal. Tetapi tiba-tiba ia duduk di tempat tidurnya dan berkata pada istrinya “Ambilkan pakaianku!” Tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi.

Beberapa tahun kemudian, ia mengulang cerita itu lagi di Boston. Setelah itu, wanita agak tua dengan membawa buku kecil mendekati dia dan bertanya “Hari apa ketika Saudara sedang sekarat? Jam berapa di Uruguay? Jam berapa saat itu di Boston?” ketika dijawab, wajah wanita yang keriput itu bersinar. Ia menunjukkan pada bukunya dan berkata, “Ini dia, Saudara melihatnya? pukul 2 pagi Allah berkata: “Bangun dan berdoalah, Iblis sedang mencoba Raymond Edmond di Uruguay” Wanita itu bangun dan berdoa.

Duncan Campbell menceritakan seorang petani yang dilihatnya sedang berdoa di ladang. Ia berdoa untuk seseorang di Yunani. Setelah itu ia bertanya mengapa petani itu berdoa. Orang itu menjawab, “Saya tak tahu. Saya mempunyai beban dalam roh saya dan Allah berkata, ‘Berdoalah ada seseorang di Yunani sedang mengalami kesulitan’. Saya berdoa sampai merasa lega”. Dua atau tiga tahun kemudian petani itu menghadiri sebuah pertemuan dan mendengarkan cerita seorang utusan injil. Penginjil itu bercerita tentang saat ia bekerja di Yunani. Ia sedang berada dalam bahaya serius. Saat itu? Dua atau tiga tahun yang lalu . Orang-orang mulai membanding-bandingkan catatan-catatan dan menemukan bahwa saat itu sama dengan hari di mana Allah memberikan beban doa dalam hati seorang petani di pulau kecil di pantai Skotlandia untuk berdoa bagi seorang Yunani yang namanya saja ia tidak tahu.

Kelihatannya Allah memberikan Saudara hal-hal yang aneh. Saya tak peduli. Jika Allah mengatakan sesuatu kepada Saudara, lakukanlah apa yang dikatakanNYa pada Saudara.

SIAPAKAH YANG BOLEH NAIK KE ATAS GUNUNG TUHAN?
Ada pengalaman lain yang diceritakan oleh Duncan Campbell ketika ia melayani di Skotlandia. “Saya tak dapat berkhotbah”, katanya. “Saya tak dapat menggapai Allah. Kelihatannya surga itu sulit ditembus. Seolah-olah ada atap baja setebal 3 meter”. Maka ia mencoba sedapat-dapatnya untuk berkhotbah. Ia meminta seorang pemuda bernama John Cameron untuk berdoa. Anak itu berdiri dan berkata, “Apa gunanya berdoa jika kita tidak benar di hadapan Tuhan?” Ia mengutip Mazmur 24, “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan?”

Saudara tak dapat menghampiri Allah, kecuali bila tangan Saudara bersih, artinya hubungan Saudara dan orang lain bersih dan hatimu juga bersih. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya…” (Mazmur 24:3-4)

Setelah anak itu membacakan Mazmur 24, ia mulai berdoa. Ia berdoa selama 10, 15, 20 menit. Lalu tiba-tiba ia berkata, “Permisi Tuhan, saya mau melawan iblis”. Ia berkeliling dan mulai memerintahkan iblis untuk pergi. Ia memerangi semua yang dianggapnya harus diperangi. Kita sedang berbicara tentang perisai Allah dan melawan iblis! Setelah selesai melawan iblis ia mengakhiri doanya. Ia berdoa selama 45 menit! Ketika ia menyelesaikan doanya, terasa seolah-olah tingkap-tingkap Surgawi dibuka. Roh Allah dicurahkan di gereja itu, ke kota itu, ke tempat dansa di salah satu sudut kota, dan ke kedai minuman keras di sudut kota yang lain. Kebangunan rohani lahir dari doa tersebut!

Bagian akhir kitab Maleakhi mengatakan, “Dengan mendadak (kata mendadak/tiba-tiba ini saya sukai) Tuhan yang kamu cari masuk ke BaitNya!” (Maleakhi 3:1). Ingat tentang apa yang dikatakan para gembala? Mereka sedang menjaga ternak di malam hari, ketika tiba-tiba terdengar suara balatentara Surgawi. Ingatkah Saudara akan sekelompok orang yang menunggu di ruang atas? Tiba-tiba Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka di ruangan itu.

Ada sebuah tanggal dalam sejarah yang amat saya sukai. Yaitu Rabu, 13 Agustus 1737. Sekelompok kecil orang Moravia sedang bersekutu menantikan Roh Kudus. Pukul 11.00, tiba-tiba Roh Kudus datang. Tahukah Saudara apa yang terjadi? Persekutuan doa yang dimulai pukul 11.00 tersebut berakhir 100 tahun kemudian! Ini benar. Ruang doa itu tak kosong selama satu abad! Ini benar. Inilah doa terpanjang yang pernah saya ketahui. Bahkan anak-anak kecil berusia 6-7 tahun berdoa meratapi negara-negara yang namanya saja tak dapat mereka eja.

MENGAPA KITA TAK MENGALAMI KEBANGUNAN ROHANI
Di suatu kota tua di Irlandia, ada satu tempat di mana 4 pemuda bertemu setiap malam, berdoa untuk suatu kebangunan rohani. Di Wales, ada tempat di bukit-bukit di mana 4 lelaki muda yang baru berusia 18-19 tahun bertemu dan berdoa malam demi malam. Mereka tak membiarkan Allah pergi; mereka tak menginginkan jawaban “tidak”. Sejauh akal manusia mereka berdoa supaya sebuah kebangunan rohani dilahirkan. Jika saudara menginginkan suatu kebangunan rohani di gerejamu tanpa mau bersusah payah, lupakan itu. Kebangunan rohani harganya mahal.

Saya dapat memberi alasan sederhana, mengapa tidak terjadi kebangkitan kekristenan di Indonesia. Karena kita puas untuk hidup tanpa mengalaminya. Kita tidak mencari Allah – kita mencari mujizat-mujizat, kita mencari penginjilan massal yang besar-besar, kita mencari berkat-berkat. Dalam bilangan 11, Musa berkata kepada Allah, “Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini. Sebaiknya Engkau membunuh aku saja!” Cukupkah Saudara mencintai Indonesia ini sehingga dapat berakta, “Tuhan kirimkanlah kebangunan rohani di Indonesia ini, atau bunuhlah aku!” Apakah Saudara berpikir inilah saatnya untuk mengubah doa Patrick Henry, “Beri negara ini kebangunan rohani atau biarkan aku mati!”

Dalam kejadian pasal 30, Rahel mendekati Yakub dan melemparkan dirinya dengan putus asa. Ia berkata, “Berikan kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati”. Maukah Saudara merendahkan diri di hadapan Allah untuk memohonkan kelahiran anak-anak rohani di negara kita?

Orang-orang berkata, “Saya mengalami kepenuhan Roh Kudus”. Jika kedatangan Roh tidak mengubah kehidupan doa Saudara, lebih baik Saudara memeriksanya. Saya tak begitu yakin Saudara mendapatkan apa yang Allah inginkan bagi Saudara untuk mendapatkannya.

Kita berkata bahwa doa mengubahkan perkara-perkara. Tidak! Doa tidak mengubahkan perkara-perkara. Doa mengubahkan orang dan orang itulah yang mengubahkan perkara-perkara. Kita semua menginginkan agar malaikat Gabriel yang melakukan pekerjaan itu. Allah berkata, kerjakan sendiri – dengan bantuan dan kekuatanKu.

Kita perlu menjadi seperti Hana. Apa yang dilakukannya? Ia menangis, meratap, berkeluh kesah, ia berpuasa – dan ia berdoa.

Yesus, Tuhan Yang Diurapi, menjadikan doa sebagai kebiasaanNya. Paulus, dengan latar belakang dan kepandaiannya, bergantung pada doa karena ia menyadari bahwa ia lemah. Daud, sang raja, menyebut dirinya orang malang dan berseru kepada Tuhan. Hana berdoa untuk mendapatkan seorang anak dan melahirkan seorang nabi. Doa yang sungguh-sungguh dari orang-orang muda membawa suatu kebangunan rohani di Wales.

Tidak ada satupun yang dapat mengubah segala sesuatu selain daripada doa.

DOA SELUAS ALLAH (LEONARD RAVENHILL)

Nabi-nabi jaman dulu yang DICENGKERAM-ALLAH memiliki kewaspadaan yang peka akan besarnya dan betapa tidak populernya tugas mereka. Dengan alasan ketidakbergunaan dan ketidakcakapan mereka, orang-orang yang terbungkuk oleh beban ini berusaha melepaskan diri dari jiwa yang terbeban. Musa, misalnya, berusaha mengelakkan komitmen yang berjangkauan nasional dengan mengajukanalasan bahwa dia gagap. Tetapi coba perhatikan bagaimana Allah mengelakkan elakannya dengan menyediakan seorang juru bicara dalam diri Harun. Yeremia, juga beralasan bahwa dia hanya seorang anak. Tetapi dalam kasus Yeremia (seperti dalam hal Musa), keberatan manusiawi tidak diterima. Karena manusia pilihan Ilahi tidak dikirim ke ruang dewan kebijaksanaan manusia—untuk memoles kepribadian mereka ataupun ketajaman pengetahuan mereka. Tetapi Allah bagaimanapun juga memerangkap orang-orang-Nya dan mengurung mereka bersama Diri-Nya sendiri. Jika menurut Oliver Wendell Holmes, pikiran seseorang, yang diperlebar dengan suatu gagasan baru, tidak pernah dapat kembali ke dimensinya yang semula, maka apakah yang dapat kita katakan menngenai satu jiwa yang telah mendengar bisikan Suara yang kekal? “Perkataan-perkataan yang kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yohanes 6 : 23). Kotbah-khotbah kita hari ini banyak dijangkiti oleh pikiran-pikiran yang dipinjam dari otak orang-orang mati daripada dari Tuhan. Buku-buku itu baik jika merupakan penuntun kita, tetapi buruk jika merupakan belenggu kita.

Sama seperti dalam hal energi atom, ilmuwan modern telah menyentuh suatu dimensi kekuatan yang baru, demikian juga Gereja harus menemukan kembali Roh Kudus yang tidak terbatas. Untuk menyerang kejahatan jaman yang direndam-dosa ini dan meremukkan rasa-puas-diri orang-orang kudus yang terlelap, benar-benar diperlukan sesuatu. Khotbah vital dan hidup berkemenangan harus “muncul” dari” berjaga-jaga yang berkepanjangan dalam ruang doa. Seseorang mengatakan, “Kita harus berdoa jika kita menginginkan kehidupan yang kudus!”   Ya, tetapi sebaliknya, kita harus menjalani kehidupan yang kudus jika kita mau berdoa. Menurut Daud, “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya.” (Mazmur 24:3, 4).
 Rahasia berdoa adalah berdoa dalam kerahasiaan. Buku-buku tentang doa baik, tetapi, tetapi tidak cukup. Sama seperti buku memasak itu baik tetapi tidak ada gunanya kalau tidak ada makanan yang dapat diolah, demikian juga dengan doa. Orang dapat membaca seperpustakaan buku-buku doa dan tidak jadi lebih berkuasa dalam doa secuil pun. Kita harus belajar berdoa, dan kita harus berdoa untuk belajar berdoa. Sementara duduk di kursi, dan membaca buku terbaik di dunia mengenai kesehatan fisik, seseorang bisa saja menjadi kurus dan lemah. Demikian juga seseorang dapat membaca tentang doa, kagum akan ketekunan Musa, atau tertegun akan Yeremia yang meratap dan mengerang, tetapi, mengeja ABC-nya doa syafaat pun tidak mampu. Seperti sebutir peluru yang tidak ditembakkan tidak menghasilkan buruan, demikian juga hati pendoa yang tidak terbeban tidak mengumpulkan jarahan.
“Dalam nama Allah, aku memohon kepadamu, biarkan doa mengenyangkan jiwamu seperti makanan mengenyangkan tubuhmu!” kata Fenelon yang setia. Henry Martyn berkata begini: “Matinya saya sekarang ini saya pertalikan dengan kurangnya waktu dan ketenangan saat teduh pribadi. Oh kalau saja saya dapat menjadi pendoa!” Seorang penulis jaman dulu berkata, “Seringkali doa kita seperti anak kecil yang memijit bel rumah, tetapi kemudian lari sebelum pintunya dibuka.” Tentang hal ini kita yakin: Lahan terbesar yang belum ditemukan akan sumber-sumber Allah adalah di tempat doa.
Siapa yang dapat menyebutkan ukuran kuasa Allah? Seseorang dapat memperkirakan beratnya bumi, ukuran Kota di luar angkasa, menghitung bintang-bintang di langit, mengukur kecepatam cahaya, dan menyebutkan waktu terbit dan tenggelamnya matahari—tetapi anda tidak dapat memperkirakan kuasa doa. Doa itu seluas Allah, karena Dia berdiri di belakangnya. Doa itu seperkasa Allah, karena Dia sudah berjanji untuk menjawabnya. Allah mengasihani kita karena dalam karya lidah dan roh yang teragung ini, kita begitu gagap. Jika Allah tidak menerangi kita di kamar doa, kita berjalan dalam kegelapan. Di takhta pengadilan, hal yang paling memalukan yang akan dihadapi orang percaya adalah kekerdilan doanya.
Berikut ini suatu bagian yang agung dari Chrysostom yang mengagumkan itu: “Potensi Doa telah menaklukkan kekuatan api; memberangus kemarahan singa-singa, meredakan anarki, memadamkan perang, menenteramkan unsur-unsur alam, mengusir Setan-setan, meruntuhkan belenggu-belenggu maut, memperluas gerbang-gerbang surga, meredakan penyakit, memukul mundur penipu-penipu, menyelamatkan kota-kota dari kehancuran, menghentikan matahari, menahan halilintar. Doa adalah persenjataan yang serba lengkap, harta karun yang tidak berkurang, tambang yang tidak pernah habis, langit yang tidak terhalangi awan-awan, langit yang tidak terusik badai. Doa adalah akar, mata air, dan ibu dari seribu berkat.” Apakah kata-kata Chrysostom hanya sekedar retorik, untuk membuat hal yang biasa nampak sangat unggul? Alkitab tidak mengenal kelicikan semacam itu.
Elia adalah orang yang ahli dalam seni berdoa, yang mengubah jalannya alam, mencekik perekonomian sebuah negara, yang berdoa dan api turun, yang berdoa dan orang-orang jatuh, yang berdoa dan hujan turun. Kita memerlukakan hujan, hujan, hujan! Gereja-gereja begitu kepanasan sehingga benih tidak dapat berkecambah. Altar-altar kita kering, tanpa air mata hangat dari petobat-petobat baru. Oh untuk seorang Elia! Ketika Israel berseru minta air, seseorang memukul batu karang, dan perbentengan yang begitu keras itu menjadi rahim yang melahirkan arus yang memberi hidup. “Adakah yang terlalu sulit bagi Tuhan?” Allah mengirmkan kepada kita seseorang yang dapat memukul batu karang itu!
Mengenai yang ini biarlah kita yakin; ruang doa bukan sekedar tempat untuk mneyerahkan kepada Tuhan sepucuk daftar permohonan yang medesak. Apakah “doa mengubah segala sesuatu”? Ya, tetapi doa mengubah orang-orang. Doa tidak hanya menyingkirkan cela Hana, tetapi mengubah dia—mengubah dia dari wanita yang mandul menjadi wanita yang subur, dari yang meratap menjadi yang bersukacita (1 Samuel 1 : 10; dan 2:1), ya, mengubah “Ratapannya menjadi tarian” (Mazmur 30:12). Barangkali kita berboa supaya kita menari-nari sementara kita belum meratap. Kita memilih jubah puji-pujian ganti semangat yang pudar.” Jika kita mau menuai, tatanan yang sama juga berlaku, karena “Orang yang berjalan maju dengan menangis, sambil membawa berkas-berkasnya” (Mazmur 126:6).
Diperlukan seorang Musa yang remuk hati dan meratap, untuk berseru, “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar,… Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu—dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis” )Keluaran 32:31, 32)! Diperlukan seorang Paulus yang terbebani dan dicengkeram-sakit, untuk mengatakan, “aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani”(Roma 9:2, 3).
Jika John Knox dulu berdoa, “Beri aku kesuksesan!” kita tidak akan pernah mendengar tentang dia; tetapi dia menyampaikan doa yang menyingkirkan-diri-sendiri—“Beri aku Skotlandia, atau aku mati!—dan doanya menandai lembaran-lembaran sejarah. Jika David Livingstone telah berdoa supaya dia dapat membuka benua Afrika, sebagai bukti semangatnya yang tidak terkalahkan dan kepawaiannya dengan sextant (sebuah alat untuk mengukur sudut jarak dari matahari atau bintang, dan seterusnya., dari bidang horison, untuk menentukan posisi di laut.), doanya akan mati bersama angin di hutan; tetapi dia telah berdoa, “Tuhan, bilamanakah luka akibat dosa dunia ini disembuhkan?” Livingstone hidup dalam doa, dan secara harafiah mati di atas lututnya ketika sedang berdoa.
Bagi jaman yang lapar-dosa ini kita memerlukan Gereja yang lapar-doa. Kita perlu menjelajah lagi “janji-janji Allah yang berharga dan yang sangat besar” itu. Pada “hari yang besar itu,” api penghakiman akan menguji jenis, bukan ukuran dari pekerjaan yang kita telah lakukan. Pekerjaan-pekerjaan yang lahir dalam doa akan lolos dari ujian itu. Doa berurusan dengan Allah. Doa menciptakan kelaparan bagi jiwa-jiwa; kelaparan bagi jiwa-jiwa menciptakan doa. Jiwa yang mengerti berdoa; jiwa yang berdoa memperoleh pengertian. Bagi jiwa yang berdoa dalam kelemahannya sendiri. Tuhan memberikan kekuatan-Nya. Ah, seandainya kita ini pendoa-pendoa seperti Elia—manusia biasa yang tunduk kepada hawa nafsu seperti kita! Tuhan, biarkan kami berdoa!     

TULANG-TULANG KERING BERTABURAN DI LEMBAH ( oleh Didit I )

“Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering.”
Yeh 37:2
                Saat Tuhan memberikan penglihatan ini kepada Yehezkiel, Tuhan sudah menentukan pilihanNya akan penglihatan yang diterima Yehezkiel adalah tulang-tulang kering di lembah. Yang menarik adalah Tuhan hendak berbicara kepada Yehezkiel bukan diawali dengan bangkitnya prajurit Tuhan yang besar atau penglihatan yang lain seperti tumbuhnya bunga bakung di lembah, tetapi tulang-tulang kering. Tuhan merindukan agar Yehezkiel melihat dan memperhatikan tulang-tulang kering. Bahkan tulang yang amat kering. Pemandangan yang mungkin mengerikan dan tidak nyaman dilihat dari segi keindahan, tetapi Tuhan berkehendak supaya Yehezkiel mengamati tulang-tulang yang kering. 

                Pada suatu malam di pertengahan bulan Juni 2013 saya merenungkan ayat ini dalam doa. Tiba-tiba Roh Kudus berkata, “Aku yang mengetahui segala hal dalam hati manusia akan menunjukkan kepadaMu tulang-tulang kering yang ada disekitarmu. Perhatikanlah tulang-tulang kering yang ada di bangsamu” Spontan saya menjawab, “Tulang-tulang kering seperti apa Tuhan, yang Tuhan maksudkan ada di bangsa ini?” Jawab Tuhan, “Kekeringan yang ada dalam hati mereka akan membawa mereka pada lembah kematian rohani. Engkau akan mendapati orang-orang yang aktif dalam kegiatan rohani, tetapi dalam hati mereka tidak merasakan damai sejahtera dan sukacita yang meluap-luap seperti saat pertama kali Aku menjamah hati mereka untuk mengenal Aku. Sesungguhnya mereka yang tidak mengenal Aku akan menjadi semakin kering. Tidak ada pengharapan, hikmat, damai sejahtera, sukacita, gairah dalam melayani Aku terlebih lagi pertumbuhan rohani. Engkau akan mendapati ciri-ciri kematian rohani semakin meningkat atas bangsamu…”
Sesungguhnya tulang-tulang kering adalah lambang dari kematian rohani. Bukan hanya kematian rohani, tetapi kematian rohani yang begitu parah sampai orang-orang tenggelam dalam keputusasaan yang begitu mendalam. Tingkat kekeringan yang besar membuat orang-orang mengalami putus asa, kekecewaan dan kebosanan akan semakin besar dalam mengenal pribadi Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Orang-orang tidak akan tertarik berdoa kepada Tuhan, tetapi lebih tertarik berbicara kepada teman-teman mereka. Orang-orang Kristen tidak tertarik prinsip-prinsip firman Tuhan, tetapi lebih tertarik pendapat orang lain. Orang datang ke gereja tidak tertarik untuk menyembah Tuhan, tetapi bertemu dengan seseorang atau kepentingan-kepentingan lainnya. Raut wajah yang lesu dan putus asa akan memenuhi gereja. Sekalipun mereka tertawa namun hati mereka merasakan keputusasaan. Hari ini tulang-tulang ini masih belum terlalu kering namun tulang-tulang akan menjadi kering.

                Disinilah Tuhan berkata bahwa tulang-tulang kering di lembah akan ditandai dengan Indonesia akan mengalami masa krisis yang besar. Di masa krisis inilah kita akan mendapati orang-orang Kristen tidak terlalu berminat terhadap perkara-perkara rohani. Mereka hanya berminat berkumpul sesama orang Kristen, tetapi bukan mencari Tuhan. Hampir tidak ada pertumbuhan rohani di kalangan orang Kristen di Indonesia, termasuk di kalangan orang-orang yang melayani. Hendaknya kita tidak berhenti untuk mencari wajah Tuhan setiap saat dan berdoa supaya Tuhan menegakkan kaki para prajurit rohani untuk tetap berdiri tegak di hadapan Tuhan membuka jalan bagi kemajuan pekerjaan Tuhan di Indonesia.